Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
KELAS 2A
AKADEMI KEPERAWATAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Kuasa, shalawat dan salam semoga tercurahkan ke Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya. Alhamdulillah atas
rahmat Allah S.W.T kami telah menyelesaikan penyusunan makalah dengan Judul
Asuhan Keperawatan Pada Anak Gangguan Kardiovaskuler Dengan VSD.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak, Ibu Eva Martini, S.Kep.,Ners. yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, kepada orang tua kami yang telah mendukung baik
secara moril maupun materi, dan kepada semua orang yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami sadar betul makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan-masukan mengenai
makalah yang kami susun ini agar kami bisa lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Kami akan sangat menerima dengan lapang dada segala kritik dan saran
mengenai makalah yang kami susun ini. Dengan segala kerendahan hati kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
3.1 Pengkajian...............................................................................................12
3.2 Analisa Data............................................................................................15
3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................17
3.4 Perencanaan, Implementasi Dan Evaluasi...............................................18
BAB IV PENUTUP..............................................................................................22
4.1 Kesimpulan..............................................................................................22
4.2 Saran........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan
VSD dapat dilakukan pada awal masa kehamilan terutama tiga bulan
pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung,
sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang
dijual bebas di pasaran, menghindari minuman beralkohol, dan
memperbanyak asupan makanan bergisi terutama yang mengandung protein
dan zat besi juga asam folat tinggi. Pencegahan infeksi pada masa hamil
dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR untuk mencegah
penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil yang merupakan faktor
risiko terjadinya VSD.
Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa
kehamilan yakni memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan
pemeriksaan USG kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka
harapan untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena itu
sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu
yang sedang hamil untuk dapat menghindari hal-hal yang dapat
menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan
prevalensi kejadian VSD di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat
harus menerapkan asuhan keperawatan secara tepat kepada pasien dengan
VSD.
2
4. Untuk mengetahui tindakan keperawatan Ventrikel Septal Defect.
3
BAB II
4
Kadangkala VSD dapat menutup sendiri, jika VSD besar biasanya
selalu harus dioperasi. VSD ini tergolong penyakit jantung bawaan (PJB)
non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah. VSD ini memiliki sifat
khusus, yaitu shunt pada daerah vantrikel , aliran darah pada arteri
pulmonalis lebih banyak, tidak ada sianosis. Defek septum ventrikel biasa
sebagai defek terisolasi dan sebagai komponen anomaly gabungan.
Lubangan biasanya tunggal dan terletak pada bagian membranosa septum.
Gangguan fungsional lebih tergantung pada ukurannya dan keadaan
bantalan vaskuler paru, dari pada lokasi defek.
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran millimeter (mm) sampai
dengan centimeter (cm):
1. VSD kecil : diameter sekitar 1-5 mm, pertumbuhan anak dengan
keadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi
saluran pernafasan.
2. VSD sedang-sangat besar : diameter lebih dari setengah ostium aorta,
tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
2.2 Etiologi
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak terbanyak, yaitu 25% dari
seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital tetapi dapat pula
terjadi karena trauma. VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan
seringkali merupakan kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya
sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan
sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat,
bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa
ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya. Faktor-faktor
tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal (faktor eksogen)
a. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
b. Gizi ibu hamil yang buruk.
c. Ibu yang alkoholik
d. Usia ibu >40 tahun
e. Ibu menderita diabetes
5
2. Faktor genetic (faktor endogen)
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah/ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari
seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula
terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan
kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot.
6
pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai
demam.
2.4 Patofisiologi
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi VSD berdasarkan lokasi lubang, dibagi menjadi 3 menurut
(Chandrasoma, 2006; Purwaningtyas, 2007) :
a. Tipe perimembran (60%)
b. Tipe subarterial (37%)
c. Tipe muskuler (3%)
Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas 4 yaitu :
1. Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal.
2. Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup tricuspid.
3. Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan komponen
endokardial dari septum interventrikuler.
4. Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot.
Berdasarkan ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu :
1. Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan murmur jantung pada
pemeriksaan rutin.
7
2. Defek sedang, menyebabkan timbul gejala pada bayi (muncul pada bulan
pertama kehidupan).
3. Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan.
2.6 Komplikasi
1. Endokarditis infektif. Penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada
lapisan endotel jantung ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat
pada katup jantung namun dapat terjadi endokardium di tempat lain.
2. Gagal jantung kronik. Sindrom klinik yang komplek yang disertai
keluhan gagal jantung berupa sesak, fatique, baik dalam keadaan istirahat
atau latihan, edema, dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam
keadaan istirahat. Tanda-tanda gagal jantung; nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (murmur), edema tungkai,
hepatomegali.
3. Obstruksi pembuluh darah pulmonal (Adanya hambatan pada PD
pulmonal ).
4. Syndrome eisenmenger (Terjadinya perubahan dari pirau kiri ke kanan
menjadi kanan ke kiri yang dapat menyebabkan sianosis ).
5. Terjadinya insulisiensi aorta atau stenosis pulmonary ( penyempitan
pulmonal ).
6. Penyakit vascular paru progresif sebagai akibat lanjut dari syndrome
eisenmenger.
7. Radang paru-paru (pneumonia/bronkopneumonia) berulang : gejala dan
tanda berupa batuk-batuk dengan sesak nafa disertai panas tinggi.
8. Kerusakan system konduksi ventrikel.
8
c. Pada VSD besar, hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi
ventrikel kiri dan kanan. Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikel kiri
dan kanan disertai deviasi aksis ke kanan (RAD). Defek septum
ventrikel membranous inlet sering menunjukkan deviasi aksis ke kiri
(LAD).
2. Gambar Radiologi Thorax :
a. Pada VSD kecil : memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal
dengan vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat.
b. Pada VSD sedang : menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus
pulmonalis yang menonjol, hilus membesar dengan vaskularisasi paru
meningkat.
c. Pada VSD besar disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma
eisenmenger tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan
vaskularisasi paru yang meningkat di daerah hilus namun berkurang
perifer.
3. Echokardiografi :
a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode, dua
dimensi Doppler. Pada Doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,
besar dan arah pirau.
b. Pada defek yang kecil, M-Mode dalam batas normal sedangkan pada
dua dimensi defek kecil sulit dideteksi.
c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan
echokardiografi dua dimensi, dengan M-Modeterlihat pelebaran
ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
d. Pada defe besar, echokardiografi dapat menunjukkan adanya
pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.
4. Echo Transesofageal dapat meningkatkan sensitivitas akan adanya pirau
yang kecil dan foramen oval paten.
5. Liran radionuklir menilai besarnya pirau dari kiri ke kanan.
6. MRI untuk menjelaskan anatominya. Memberikan gambaran yang lebih
baik terutama VSD dengan lokasi apical yang sulit dilihat dengan
echocardiologi juga dapat dilakukan besarnya curah jantung, besaran
pirau dan evaluasi kelainan yang menyertai seperti aorta asenden dan
arkus aorta.
7. Katerisasi jantung, masih merupakan diagnosik pasti karena dapat
menunjukkan dengan jelas adanya peningkatan saturasi oksigen antara
vena cava ventrikel kanan akibat bercampurnya darah mengandung
9
oksigen dari atrium kiri, menilai beratnya pirau mengukur tahanan
vascular darah pulmonary.
8. Angiografi kontras ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat menunjukkan
kelainan katup terkait atau anomaly aliran vena pulmonalis.
2.8 Penataklasanaan
a. Pada VSD kecil : ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara
spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
b. Pada VSD sedang : jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat
ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini
dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila
pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau
sampai berat badannya 12 kg.
c. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen:
biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam
pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfuse
eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi
dapatditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada
gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
d. Pada VSD dengan hipertensi pulmonal permanen : operasi paliatif atau
operasi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami
arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban
yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila
defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat di
salurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
10
BAB III
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama, tanggal lahir, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, alamat, nama
ayah, tanggal MICU, tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa medis,
no.register, sumber informasi.
B. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung
dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi
biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat
banyak.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
11
Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan
pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang
terjadi.
2. Riwayat kesehatan lalu
a. Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi
virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan
obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b. Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
1) Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
2) Anak rewel dan kesakitan
3) Tumbuh kembang anak terhambat
4) Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
5) Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
mengalami kelainan defek jantung
b. Penyakit keturunan atau diwariskan
c. Penyakit congenital atau bawaan
D. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breath)
a. Inspeksi: gambaran bentuk dada, simetris, adanya insisi, selang di
dada atau penyimpangan lain. Gambarkan pengunaan otot-otot
pernafasan tambahan: gerakan cuping hidung, retraksi sub sterna
dan interkostal atau sub clavia. Tentukan rata-rata pernafasan dan
keteraturannya. Bila diintubasi catat ukuran pipa endotrakeal, jenis
dan setting ventilator. Ukur saturasi oksigen dengan menggunakan
oximetri pulse dan analisa gas darah.
b. Palpasi: Pemeriksaan fokal fremitus, pergerakan retraksi dada ada
krepetasi atau tidak. Pergerakan dada simetris.
c. Perkusi: ada suara sonor atau hipersonor saar dilakukan perkusi.
d. Auskutasi: gambarkan bunyi nafas, kesamaan bunyi nafas,
berkurang / tidaknya udara nafas, stidor, crakles, wheezing.
12
2. B2 (Blood)
a. Inspeksi: perhatikan denyut dan irama jantung, kaji warna kuku,
membrane mukosa bibir. Gambarkan warna bayi atau anak
(mungkin menunjukkan latar belakang masalah jantung,
pernafasan, darah). Sianosis, pucat juindice, mouting.
b. Palpasi: ada nyeri dada atau tidak saat dipalpasi, terutama pada
dekat sternum.
c. Perkusi: Normalnya timbul suara pekak atau sonor.
d. Auskultasi: Tentukan poin maksimum impuls, poin dimana bunyi
jantung terdengar paling keras. Kaji apakah ada bunyi jantung
murmur atau bunyi abnormal jantung lainnya.
3. B3 (Brain)
a. Inspeksi: Observasi reflek moro, sucking, Gambarkan respon pupil
pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
b. Palpasi: Lakukan pemeriksaan babinski, plantar dan reflek lain
yang diharapkan. Tentukan tingkat respon, refleks patela, ada nyeri
atau tidak pada (kepala, vertebra torakalis)
c. Perkusi: Ada suara pekak atau sonor normalnya jika di bagian
tulang, ada suara redup pada bagian abdomen.
d. Auskultasi: tidak ada pemeriksaan auskultasi, tetapi ada
pemeriksaan rinne atau tes pendengaran. Normalnya pasien
mendengar bunyi AC dua kali lebih lama daripada ketika ia
mendengar bunyi BC (AC>BC)
4. B4 (Bladder)
a. Inspeksi: Observasi warna dan konsistensi urine normalnya putih
bening, ada lesi atau tidak pada abdomen.
b. Palpasi: Ada nyeri saat di palpasi organ ginjal. (palpasi bimanual)
c. Perkusi: Normalnya pekak, ada cairan atau tidak pada abdomen.
(pemeriksaan unduluting fluid wafe, atau shifting dullnes)
d. Auskultasi: -
5. B5 (Bowel)
a. Inspeksi: Tentukan adanya distensi abdomen, meningkatnya
lingkar perut, kulit yang terang, adanya eritema dinding abdomen,
tampaknya peristaltic, bentuk usus yang dapat dilihat, status
umbilicus, observasi jumlah, warna, dan konsistensi feces.
b. Auskultasi: Gambarkan bising usus (ada/tidak).
13
c. Perkusi: Normalnya redup pada abdomen dan pekak pada area
hati, ada cairan atau tidak pada abdomen (pemeriksaan unduluting
fluid wafe, atau shifting dullnes).
d. Palpasi: Palpasi area hati
6. B6 (Bone) dan Muskuloskeletal.
a. Inspeksi: Gambarkan gerakan bayi : random, bertujuan, twitching,
spontan, tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaluasi saat kehamilan
dan persalinan. Gambarkan sikap dan posisi bayi/anak : fleksi atau
ekstensi. Gambarkan adanya perubahan lingkar kepala (bila ada
indikasi) ukuran, tahanan fontanel, dan garis sutura. Gambarkan
respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32
minggu.
b. Palpasi: Ada nyeri atau tidak saat ditekan pada daerah dada,
ekstremitas atas ataupun bawah. Ada suara krepetasi atau tidak
pada persendian.
c. Perkusi: Normalnya pekak atau sonor.
d. Auskultasi: -
3.2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
14
Ds: klien
terlihat
gelisah
15
16
3.4 Perencanaan, Implementasi Dan Evaluasi.
DX. PERENCANAAN
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Penurunan curah Setelah diberikan 1. Observasi kualitas 1. Memberikan data untuk evaluasi Mengobservasi kualitas dan S: Orang tua
jantung yang asuhan keperawatan dan kekuatan denyut intervensi dan memungkinkan kekuatan denyut jantung, pasien
berhubungan selama 1 x 24 jam jantung , nadi perifer, deteksi dini terhadap adanya nadi perifer, warna dan mengatakan
dengan malformasi diharapkan penurunan warna dan komplikasi. kehangatan kulit anaknya tidak
2. Mengetahui perkembangan kondisi Menegakan derajat cyanosis
jantung curah jantung tidak kehangatan kulit. sesak.
2. Tegakkan derajat klien serta menentukan intervensi (misal: warna membran
terjadi. O:
cyanosis (misal : yang tepat. mukosa derajat finger).
Kriteria Hasil : Anak - TTV :
3. Obat-obat digitalis memperkuat Memberikan obat-obat
warna membran
akan menunjukkan S =36,4oC
kontraktilitas otot jantung sehingga digitalis sesuai order
mukosa derajat
tanda-tanda Memberikan obat-obat N = 128
cardiak outpun meningkat /
finger).
membaiknya curah diuretik sesuai order x/menit
3. Berikan obat – obat sekurang-kurangnya klien bisa
jantung. R = 30
digitalis sesuai order. beradaptasi dengan keadaannya.
4. Berikan obat – obat 4. Mengurangi timbunan cairan x/menit
diuretik sesuai order berlebih dalam tubuh sehingga kerja TD = 88/67
jantung akan lebih ringan. mmHg
- Auskultasi
jantung
18
menunjukkan
denyut dan
irama jantung
teratur
-Setelah
diberikan
oksigenasi
pasien tidak
tampak
dispnea
A:Tujuan
tercapai.
P:
Pertahankan
kondisi pasien
2. Gangguan Setelah diberikan 1. Berikan respirasi 1. Untuk meminimalkan resiko Memberikan respirasi S : Orang tua
pertukaran gas asuhan keperawatan support ( 24 jam post kekurangan oksigen. support (24jam post op) pasien
Menganalisa gas darah
berhubungan selama 1 x 24 jam op ) 2. Untuk mengetahui adanya mengatakan
19
dengan sesak, diharapkan gangguan 2. Analisa gas darah hipoksemia dan hiperkapnia. Membatasi cairan anaknya tidak
hipoksemia, pertukaran gas tidak 3. Batasi cairan 3. Untuk meringankan kerja jantung sesak.
penurunan terjadi dengan O:
kemampuan difusi kriteria hasil : -RR Normal
a. Pertukaran gas -Tak ada
tidak terganggu. bunyi nafas
b. Pasien tidak sesak. tambahan dan
penggunaan
otot Bantu
pernafasan,
-GDANormal
A: Tujuan
tercapai
P: Intervensi
dihentikan
3. Perubahan nutrisi Setelah diberikan 1. Hindarkan kegiatan 1. Menghindari kelelahan pada klien Menghindarkan kegiatan S: -
kurang dari asuhan keperawatan perawatan yang tidak 2. Klien diharapkan lebih termotivasi perawatan yang tidak perlu
kebutuhan tubuh selama 1 x 24 jam perlu pada klien untuk terus melakukan latihan O:
20
berhubungan diharapkan kebutuhan 2. Libatkan keluarga aktifitas pada klien -Turgor
Melibatkan keluarga dalam
dengan kelelahan nutrisi terpenuhi dalam pelaksanaan 3. Jika kelelahan dapat diminimalkan membaik,
pelaksanaan aktifitas klien
pada saat makan dengan Kriteria hasil aktifitas klien maka masukan akan lebih mudah Menghindarkan intake dapat
kelelahan
dan meningkatnya : 3. Hindarkan kelelahan diterima dan nutrisi dapat terpenuhi yang sangat saat makan masuk sesuai
kebutuhan kalori. 1. a. Makanan habis 1 yang sangat saat kebutuhan,
4. Peningkatan kebutuhan dengan porsi kecil tapi sering
porsi. makan dengan porsi Mempertahankan nutrisi belum
2. b. Mencapai BB metabolisme harus dipertahan
kecil tapi sering dengan mencegah terdapat
normal. dengan nutrisi yang cukup baik.
kekurangan kalium dan kemampuan
3. c. Nafsu makan 4. Pertahankan nutrisi 5. Mengimbangi kebutuhan natrium memberikan zat besi menelan,
meningkat. dengan mencegah metabolisme yang meningkat. Menyediakan diet yang
sonde masih
kekurangan kalium seimbang, tinggi zat nutrisi
6. Anak yang mendapat terapi diuretik terpasang.
dan natrium, untuk mencapai
akan kehilangan cairan cukup -Berat badan
memberikan zat besi. pertumbuhan yang adekuat
banyak sehingga secara fisiologis dan tinggi
Jangan batasi minum bila
5. Sediakan diet yang akan merasa sangat haus. badan belum
anak sering minta minum
seimbang, tinggi zat dapat
karena kehausan
nutrisi untuk ditimbang dan
mencapai diukur.
pertumbuhan yang -Keluarga
adekuat. Klien
21
6. Jangan batasi minum mematuhi
bila anak sering dietnya.
minta minum karena -Kadar gula
kehausan. darah dalam
batas normal.
Tidak ada
tanda-tanda
hiperglikemia/
hipoglikemia.
A : Tujuan
tercapai
sebagian
P:Intervensi
diteruskan
4. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1. Anjurkan klien 1. Melatih klien agar dapat beradaptasi Menganjurkan klien untuk S: Ibu Klien
berhubungan asuhan keperawatan untuk melakukan dan mentoleransi terhadap melakukan permainan dan mengatakan
dengan ketidak selama 1 x 24 jam permainan dan aktifitasnya. aktivitas yang ringan anaknya bisa
Membantu klien untuk
seimbangan antara diharapkan pasien aktivitas yang 2. Melatih klien agar dapat toleranan bermain
22
pemakaian oksigen dapat melakukan ringan. terhadap aktifitas. memilih aktifitas sesuai usia, mandiri
O: Frekuensi
oleh tubuh dan aktivitas secara 2. Bantu klien untuk 3. Mencegah kelelahan kondisi dan kemampuan
Berikan periode istirahat jantung 60-
suplai oksigen ke mandiri dengan memilih aktifitas berkepanjangan.
setelah melakukan aktifitas 100 x/ menit
sel. kriteria hasil : sesuai usia, kondisi A:tujuan
- pasien mampu dan kemampuan. terpenuhi
melakukan aktivitas
3. Berikan periode sebagian
mandiri. P: intervensi
istirahat setelah
dilanjutkan
melakukan
aktifitas.
23
BAB IV
PENUTUP
4. Kesimpulan
Ventrikel Septum Defek adalah kelainan jantung berupa lubang pada
sekat antar bilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada
bilik kiri dan kanan jantung..
4.2 Saran
Hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan dapat
menerapkan teori dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah
sehingga dapat terjadi kesinambungan dan keterikatan yang erat antara teori
dan praktek nyata pada pasien di rumah sakit juga diharapkan agar dapat
mengadakan pembaharuan melalui pendidikan tinggi keperawatan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23