Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN VSD

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Feby Ardian
2. Reffy Diani
3. Witri Darma
4. Nilla Melisa
5. Winarti Ismiasih

Program S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

Jl.Raya Rawa Buntu No.10, Rw. Buntu, Kec. Serpong, BSD, Banten

Kota Tangerang Selatan

2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Allah SWT, karena berkat
limpahan karunia dan kasih sayang-Nya sehingga makalah mengenai ``Asuhan Keperawatan
Anak Sakit dengan VSD`` dapat diselesaikan tepat waktu. Selawat serta salam tak lupa kami
kirimkan kepada junjungan umat Muslim Muhammad saw. Beserta Keluarga, sahabat dan
para pengikutnya yang tetap Istiqomah hingga Akhirul zaman.

Tugas dari mata kuliah keperawatan Anak telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa sumber yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak 2 Ibu Fenny Kusumadewi, S.Kep., M.Kep

Penyusunan makalah ini untuk memenuhi memperoleh nilai Tugas dalam Mata
Kuliah Keperawatan Anak 2 mungkin belum bisa dikatakan sempurna dan mungkin belum
sesuai dengan harapan dosen pembimbing, sebab pasti ada kesalahan maupun kekurangan
dalam hal penulisan ,kalimat maupun struktur makalah ini. Selayaknya manusia biasa yang
tak lepas dari khilaf dan kekurangan, sebelumnya kami mengucapkan permohonan maaf
apabila penyusunan ini masih terdapat kekurangan. Di samping itu, saran dan kritik dari
dosen pembimbing sangat kami bubuhkan demi perbaikan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih

Assalamualaikum Wr.Wb.

Tangerang Selatan,26 Maret 2021

Penulis

2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................5
D. Manfaat..........................................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...............................................................................................................................7
A. Konsep Dasar Penyakit (Anatomi Fisiologi)..................................................................................7
B. Pengertian VSD.............................................................................................................................8
C. Klasifikasi VSD.............................................................................................................................8
D. Manifestasi Klinik.........................................................................................................................9
E. Etiologi VSD...............................................................................................................................10
F. Patofisiologi.................................................................................................................................11
G. Pathway VSD..............................................................................................................................12
H. Komplikasi VSD..........................................................................................................................12
I. Pemeriksaan Penunjang VSD......................................................................................................13
J. Penatalaksanaan...........................................................................................................................14
BAB III...........................................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................................15
A. Pengkajian...................................................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan 1.............................................................................................................17
C. Rencana Keperawatan..................................................................................................................17
D. Implementasi Keperawatan..........................................................................................................27
E. Evaluasi Keperawatan..................................................................................................................28
BAB IV...........................................................................................................................................30
PENUTUP......................................................................................................................................30
A. Kesimpulan..................................................................................................................................30
B. Saran............................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................31

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem


kardiovaskuler. Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh
darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga
merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah
ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena
adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang
lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga munculah penyakit
jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan
penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang
kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan.
Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah
Ventricular Septal Defect (VSD).

VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang


(defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi septum
interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan jantung congenital tersering dengan
prevalensi 20-25% dari seluruh prevalensi jantung kongenital. Septum ventrikel terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu pars membranacea (bagian membran) dan pars muscularis
(bagianotot). Sedangkan septum muscularis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet, trabecular,
dan outlet (infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane sering kali meluas kebagian
muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD ini dengan istilah VSD
perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis tersering (70%), selanjutnya
trabecular (5-20%), infundibular, dan inlet.

Kejadian VSD di Amerika Serikat dan di dunia sebanding, kira-kira satu samapai dua
kasus perseribu bayi yang lahir. Riset menunjukkan bahwa prevalensi VSD di Amerika
Serikat meningkat selama tiga puluh tahun terakhir. Sebuah peningkatan ganda terjadi pada
prevalensi VSDyang dilaporkan oleh Centers for Disease Control and Prevention dari
tahun 1968-1980. The Baltimore-Washington Infant Study (BWIS) juga melaporkan sebuah
peningkatan ganda pada VSD dari tahun 1981-1989.Riset BWIS melaporkan bahwa

5
peningkatan ini terjadi karena makin sensitifnya deteksi penyakit ini oleh echocardiography.
Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, tipe perimembranus adalah
yang terbanyak ditemukan (60%), kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah
tipe muskuler (3%). VSD sering ditemukan pada kelainan-kelainan kongenital lainnya,
seperti Sindrom Down.

Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah Rubella atau
infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang alkoholik, usia ibu
diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan VSD dapat dilakukan pada awal
masa kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara
lain jantung, sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual
bebas di pasaran, menghindari minuman beralkohol, dan memperbanyak asupan makanan
bergisi terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi. Pencegahan
infeksi pada masa hamil dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR untuk
mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil yang
merupakanfaktorresikoterjadinya VSD.

Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa kehamilan yakni
memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan pemeriksaan USG kandungan.
Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka harapan untuk proses penyembuhan akan
semakin besar. Oleh karena itu sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama
pada ibu yang sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang dapat menimbulkan
penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian VSD di Indonesia
pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan keperawatan secara tepat kepada
pasien dengan VSD.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut
Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan Ventricular Septal Defect (VSD) ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan Ventricular Septal Defect
(VSD).
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian Ventricular Septal Defect (VSD).

6
b. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi Jantung
c. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi Ventricular Septal Defect (VSD).
d. Mahasiswa mampu memahami etiologi Ventricular Septal Defect (VSD).
e. Mahasiswa mampu memahami patifisiologi Ventricular Septal Defect (VSD).
f. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Ventricular Septal Defect (VSD).
g. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik Ventricular Septal Defect
(VSD).
h. Mahasiswa mampu memahami komplikasi Ventricular Septal Defect (VSD).
i. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan Ventricular Septal Defect
(VSD).
D. Manfaat
A. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
mengenai konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien
dengan Ventricular Septal Defect (VSD).
B. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada masyarakat tentang
konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ventricular Septal Defect (VSD).

7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit (Anatomi Fisiologi)

Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki


empat bilik. Dua bilik yang terletak di atas
disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut
Ventrikel.Jantung juga dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu bagian kanan yang
bertugas memompa darah ke paru-paru, dan
bagian kiri yang bertugas memompa darah ke
seluruh tubuh manusia.Atrium dan ventrikel
masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah
katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung
akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang
dinamakan dengan septum. Katup jantung
berfungsi terutama agar darah yang telah
terpompa tidak kembali masuk ke dalam lagi .
Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut dengan vena,
dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan menuju ke jaringan
disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum atau sekat,
yaitu suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi
jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima dan
memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah
kiri memompa darah yang mengandung oksigen tinggi.
Jantung itu sendiri yang mempunyai fungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan
terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh.
Pembuluh darah yang mempunyai fungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan
darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke
jantung sendiri.Perjalanan darah dalam organ tubuh dimulai melalui jantung dimulai
di vena kava superior. Kemudian darah akan memasuki atrium kanan, mengalir
melalui katup trikuspid menuju ke ventrikel kanan.Dari sana darah melanjutkan

8
perjalanan melalui katup pulmonal ke dalam arteri pulmonalis, dan kemudian
memasuki paru-paru. Setelah darah melakukan pertukaran udara di paru-paru, darah
kembali menuju jantung melalui vena pulmonalis dan masuk ke dalam atrium kiri.
Darah kemudian mengalir melalui katup mitral masuk ke ventrikel kiri yang
merupakan bilik jantung yang paling kuat.Dari sana,darah akan dipompa melalui
katup aorta dan ke aorta lalu keluar menuju ke seluruh tubuh .
B. Pengertian VSD

Defek septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya
pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001). VSD
adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).
Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan berupa
lubang pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih
yang terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin dalam
kandungan. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya .
C. Klasifikasi VSD
a. Berdasarkan lokasi defek , VSD terbagi atas 4 yaitu :
b. Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal.
c. Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup tricuspid.
d. Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan komponen
endokardial dari septum interventrikuler
e. Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot

9
Berdasarkan ukuran defek , VSD terbagi atas 3 yaitu :
a. Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan murmur jantung pada pemeriksaan
rutin
b. Defek sedang, menyebabkan timbul gejala pada bayi ( muncul pada bulan
pertama kehidupan).
c. Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan.
D. Manifestasi Klinik
Defek kecil asimtomatik, defek sedang hingga besar menimbulkan keluhan
seperti kesulitan waktu minum atau makan karena cepat lelah atau sesak dan sering
mengalami batuk serta infeksi saluran napas berulang. Ini menyebabkan pertumbuhan
yang lambat.
Pada pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri
meningkat, dapat teraba thrill sistolik, bunyi jantung II mengeras bila telah terjadi
hipertensi pulmonal, terdengar bising pansistolik di SIC 3-4 parasternal kiri yang
menyebar sepanjang parasternal dan apeks. Pada pirau yang besar dapat terdengar
bising middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan, dapat ditemukan gagal jantung
kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan sindrom eisenmenger,
penderita tampak sianosis dengan jari tabuh, bahkan mungkin disertai tanda gagal
jantung kanan (Purwaningtyas, 2008; Rilantono, 2003) .
1) Ventricular septal defect (VSD) Kecil
Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada
gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapat ditemukan
bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului early systolic click.
Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising
dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan
menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh prekordium.
a. Ventricular septal defect (VSD) Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum
atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan
makan dan minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering
menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat
mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur
3 bulan. Bayi tampak kurus dengan dispneu, takipneu,serta retraksi.
Bentuk dada biasanya masih normal. Pada pasien yang besar,
10
dada mungkin sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi
getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis
parasternal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium .
b. Ventricular septal defect (VSD) Besar
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III
dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan sering
menimbulkan dispneu.Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu
VI, sering di dahului infeksi saluran napas bawah. Bayi sesak napas
saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen
akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata.
Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat didengar bising
pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir
sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua
ventrikel. Bising mid-diastolik di daerah mitral mungkin terdengar
akibat flow murmur pada fase pengisian cepat.
E. Etiologi VSD
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh
kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup
sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena
trauma.VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan suatu
kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak,lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan
gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun.
Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung.
VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
 Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD :
 Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
 Gizi ibu hamil yang buruk , ibu yang alkaholik.
 Usia ibu di atas 40 tahun.
 Ibu yang menderita diabetes.
 Ibu peminum obat penenang.
 Faktor genetik (endogen)
• Anak yang lahir sebelumnya PJB.
• Ayah atau ibu PJB
• Kelainan kromosom (sindrom down)
11
• Lahir dengan kelainan bawaan lain.

F. Patofisiologi
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada
septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat darah mengalir
dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menimbulkan bising. Darah dari
ventrikel kanan didorong masuk ke arteri pulmonalis. Semakin besar defek, semakin
banyak darah masuk ke arteri pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi
pada arteri pulmonalis akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula
naiknya tekanan kapiler ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel
dan tunika muskularis arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru
menjadi sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila
tahanan pada arteri pulmonalis sudah tinggi danpermanen, tekanan pada ventrikel
kanan juga jadi tinggi dan permanen. VSD ditandai dengan adanya hubungan septal
yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke
kanan. Diameter defek bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Kira – kira 20% dari defek ini
pada anak adalah defek sederhana, banyak diantaranya menutup secara spontan. Kira
– kira 50 % - 60% anak – anak menderita defek ini memiliki defek sedang dan
menunjukkan gejala pada masa kanak – kanak. Defek ini sering terjadi bersamaan
dengandefek jantung lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai berikut :
a. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan mengakibatkan aliran darah kaya
oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
b. Volume darah yang meningkat di pompa ke dalam paru,yang akhirnya
dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskuler pulmonar.
c. Jika tahanan pulomonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat
menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dariventrikel
kanan ke kiri menyebabkan sianosis ( syndrome isenmenger) .

Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resestensi
sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek
septum. Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah
paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri
ke kanan. Hal ini akan menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya

12
hipertropi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload
sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah
pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan
atrium yang tidak sempurna .

G. Pathway VSD

H. Komplikasi VSD
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. Kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan kardiomegali
dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV.Terdapat

13
peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan peningkatan PVMsesuai dengan
bertambahnya besar defek VSD. Bila telah terjadi PVODmaka gambaran
lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akan membesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
8. Aritmia
9. Henti jantung
I.
J. Pemeriksaan Penunjang VSD
1. EKG : Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar
kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :
a. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun kadang-
kadang di jumpai gelombang S yang sedikit dalam dihantaran
perikardial atau peningkatan ringan gelombang R di V5 dan V6.
b. Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri.Dapat
pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi peningkatan
arteri pulmonal.
c. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi
ventrikel kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikekl kiri
dan kanan disertai deviasi aksis ke kanan (RAD).Defek septum
ventrikel membranous inlet sring menunjukkan deviasi aksis ke kiri.
(LAD).
2. Gambaran Radiologi Thorax :
a. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal
dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit meningkat.
b. Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus
pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan vaskularisasi paru
meningkat.
c. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma
eisenmenger tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan
vaskularisasi paru yang meningkat di daerah hilus namun berkurang di
perifer
3. Echocardiografi :

14
a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode dua
demensi doppler, pada doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,besar
dan arah pirau .
b. Pada defek yang kecil , M-Mode dalam batas normal sedangkan dua
demensi defek kecil sulit di deteksi .
c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan
ekokardiografi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran
ventrikel kiri atau atrium . kontraktilitas ventrikel masih baik.
Pada defek besar , ekokardiografi dapat menujukan adanya
pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis .
K. Penatalaksanaan
1. Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan.
Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
2. Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu
sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil.
Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan
normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat
badannya 12 kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya
pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya
menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat
selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu
penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6
bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif atau
operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami
arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang
berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak
ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel
kiri melalui efek.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, Umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, tanggal lahir dan lain
lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter
tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun
atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan
berkeringat banyak.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan
pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari
defek yang terjadi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Prenatal history
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus
Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta
penyakit DM pada ibu .
a) Intra natal : Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
b) Riwayat Neonatus
 Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
 Anak rewel dan kesakitan
 Tumbuh kembang anak terhambat
 Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegalySosial ekonomi
keluarga yang rendah
d. Riwayat Penyakit Keluarga

16
 Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
mengalami kelainan defek jantung
 Penyakit keturunan atau diwariskan
 Penyakit congenital atau bawaan
e. Pola Aktivitas dan Latihan
 Keletihan/kelelahan
 Dispnea
 Perubahan tanda vital
 Perubahan status mental
 Takipnea
 Kehilangan tonus otot
f. Pola Persepsi dan Pemeriksaan Kesehatan
 Riwayat hipertensi
 Endokarditis
 Penyakit katup jantung
g. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
 Ansietas, khawatir, takut
 Stress yang berhubungsn dengsn penyakit
h. Pola Nutrisi dan Metabolik
 Anoreksia
 Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
i. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Kelemahan
 Pening
j. Pola peran dan hubungan dengan sesame : Penurunan peran dalam
aktivitas sosial dan keluarga
3. Pengkajian Fisik :
a) B1 (Breathing) / Pernafasan :
Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator mode IPPV, FiO2
60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin turun,
Ronchi positif (+), tidak ada whezing, tidak ada stridor, Retraksi
intercostal positif (+), Pernafasan cuping hidung positif (+) .
b) B2 (Bleeding) / sirkulasi

17
Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis, Capilary refill time
3 detik, pemeriksaan TTV (Suhu, Tekanan Darah, Suhu), bunyi
jantung tambahan (mur-mur) .
c) B3 (Brain) / Kesadaran :
 Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan
 GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah
 Kejang tidak ada (-)
 Pupil isokor, diameter sama
 Sklera putih
 Kemampuan buka mata lemah
d) B4 (Blader) / Perkemihan :
 Bayi menggunakan kateter
 Kateter menates
 Produksi urine ± 3 cc/jam
e) B5 (Bowel) / Pencernaan :
 Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
 Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
 BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50
cc/BAB
B. Diagnosa Keperawatan 1
Pre Op
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan murmur jantung.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan.
3. Keletihan berhubungan dengan ansietas.
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan.

Post Op

1. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendalian lingkungan


2. Resiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan kontaminasi luka bedah

Respon Keluarga Terhadap Anggota Keluarga

1. Pelemahan koping keluarga berhubungan dengan kurang informasi yang


didapat individu pendukung
18
2. Ketakutan berhubungan dengan respons yang dipelajari terhadap ancaman
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah diberikan Observasi : monitor TTV
jantung asuhan keperawatan 1. monitor tekanan
berhubungan dalam waktu 3x24 darah,nadi,suhu,dan status
dengan murmur jam, diharapkan pernafasan dengan tepat
jantung penurunan curah 2. monitor irama dan tekanan
jantung tidak terjadi jantung
dengan kriteria 3. monitor nada dan jantung
hasil : 4. monitor suara paru
1. Tanda-tanda 5. monitor pola pernpasan
vital dalam abnormal
keadaan 6. monitor sianosis sentral dan
normal perifer
2. Keadaan Mandiri : perawatan jantung
jantung 1. pastikan tingkat aktivitas pasien
pasien yang tidak memprovokasi serangan
membaik jantung atau membahayakan curah
3. Pemberian jantung
obat efektif 2. dorong aktivitas yang tidak
bersaing/kompetitif pada pasien
dengan resiko gangguan fungsi
jantung
3. Monitor EKG adakah perubahan
segmen ST, sebagaiamana
nantinya
4. monitor distrimia
jantung,termasuk gangguan ritme
dan konduksi jantung
5. lakukan penilaian komprehensiff
pada sirkulasi perofer

19
(misalnya,cek nadi perifer
edema,pengisian ulang
kapiler,warna dan suhu ekstremitas
)
Kolaborasi : pemberian obat
1. monitor kemungkinan alergi
terhadap obat,interaksi dan
kontraindikasi termasuk obat-
obatan diluar konter dan obat-
obatan herbal
2. pertahankan aturan dan prosedur
3. ikuti prosedur 5 benar dalam
pemberian obat
4. beritahu klien mengenai jenis
obat,alasana pemeberian obat,hasil
yang diharapkan dan efek
kelanjutan yang akan terjadi
sebelum pemberian obat.

2. Ketidakseimbangan Setelah diberikan Observasi :


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan
1. Monitor cairan
kebutuhan tubuh 3x24 jam
berhubungan diharapkan Tentukan jumlah dan jenis
dengan kebutuhan nutrisi intake /asupan cairan atau
ketidakmampuan terpenuhi dengan kebiasaan eliminas Tentukan
makan kriteria hasil : factor-faktor risiko yang
1. Pasien tidak mungkin menyebabkan
mengalami ketidakseimbangan cairan
dehidrasi (mis: kehilangan albumin,
2. Kebutuhan luka bakar, malnutrisi,
nutrisi patologi ginjal, gagal jantung
pasien dst)
terpenuhi
Monitor asupan dan
3. Dyspnea

20
berkurang pengeluaran Periksa turgor
4. Nafsu kulit dengan memegang
makan jaringan sekitar tulang seperti
pasien tangan atau tulang kering,
meningkat mencubit kulit dengan
5. Pasien lembut, pegang dengan kedua
memiliki tangan dan lepaskan (dimana,
pengetahuan kulit akan turun kembali
mengenai dengan cepat jika pasien
diet yang terhidrasi dengan baik)
disarankan
2. Monitor Nutrisi
kepadanya
6. BB pasien Timbang berat badan pasien
meningkat
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan

Monitor adanya mual dan


muntah

Monitor diet dan asupan kalori

Indentifikasi perubahan nafsu


makan dan aktivitas akhir-akhir
ini

Tentukan pola makan (mis:


makanan yang disukai dan tidak
disukai, konsumsi yang
berlebihan terhadap makanan
siap saji, makan yangterlewati,
makan tegesa-gesa,interaksi
anak dan orang tua selama
makan)

Monitor status mental


(mis:bingung,depresi,cemas)

21
Mandiri :
1. mengatur posisi
Posisikan pasien untuk
mengurangidsypnea (mis,posisi
semi fowler)
Sangga dengan sasasaran yang
sesuai
2. manjamen gangguan makan
Ajarkan dan dukung konsep
nutrisi tidak baik dengan klien
dan orang terdekat klisen
dengan tepat
Gunakan kontrak dalam
berprilaku dengan klien untuk
mendapatkan perolehan berat
badan yang diinginkan ataupun
mempertahankan perilaku
Bangun harapan terkait dengan
perilaku makan yang baik ,
intake / asupan makanan /
cairan dan jumlah aktivitas fisik
Berikankonsekuensi
pengualangan ketika berepon
dengan kehilangan berat badan ,
perilaku mengurangi berat
badan dan kurang berat badan.
Edukasi:Pengajaran Peresepan
diet
Kaji tingkat pengetahuan
pasien mengenai diet yang
disarankan
Kaji pola makan pasien saat ini
dan sebelumnya, termasuk
makan yang disukai dan pola
22
makan saat ini
Kaji adanya keterbatasan
finalsial yang dapat
mempengaruhipembelian
makanan yang disarankan
Ajarkan pasien nama-nama
makanan yang sesuai dengan
diet yang disarankan
Jelaskan kepada pasien,
mengenai tujuan kepatuhan
terhadap diet yang disarankan
terkait dengan kesehatan secara
umum
Bantu pasien untuk memilih
makanan kesukaan yang sesuai
dengan diet yang disarankan
Kolaborasi : Pemberian makan
dengan tabung enteral
Jelaskan prosedur kepada klien
Konfirmasi penempatan
selang dengan pemeriksaan x-
ray sebelum pemberian makan
atau obat melalui tabung
Tinggikan kepala tempat tidur
30 sampai 40 derajat selama
pemberian obat
Turunkan tingkat
pemberian makanan dengan
selang dan atau kurangi
persentase (jumlah makanan
untuk mengendalikan diare )
Gunakan teknik yang bersih
dalam
memberikan makanan lewat
23
selang
Monitor pasien jika merasa
kenyang, mual dan muntah.
Monitor apa ada bunyi usus
tiapa 4 sampai 8 jam

3. Keletihan Setelah diberikan Edukasi : Peningkatan tidur


berhubungan asuhan keperawatan Monitor/catat pola tidur
dengan ansietas selama 3x24 jam, pasien dan jumlah jam tidur
diharapkan
Monitor pola tidur pasien,
keletihan pasien
dan catat kondisi fisik (mis:
berkurang dengan
apnea tidur, sumbatan jalan
kriteria hasil :
napas,
1. Kebutuhan
nyeri/ketidaknyamanan,dan
tidur pasien
frekuensi buang air kecil)
terpenuhi
dan atau psikologis (mis:
2. Cemas yang
ketakutan dan kecemasan)
dirasakan
keadaan yang menggangu
pasien
tidur
hilang
Jelaskan pentingnya tidur
yang cukup selamapenyakit,
tekanan  psikososial dll
Anjurkan pasien untuk
memantau pola tidur
Tentukan efek dari obat
(yang dikonsumsi) pasien
terhadap pola tidur)

Sesuaikan
lingkungan

24
(mis: cahaya,
kebisingan,
suhu, Kasur
dan tempat
tidur) untuk
meningkatkan
tidur

  Bantu untuk
menghilangkan
situasi stres
sebelum tidur

  Anjurkan
untuk tidur
siang hari, jika
diindikasikan
untuk
memenuhi
kebutuhan
tidur

Anjurkan pasien untuk


menghindari makanan
sebelum tidur dan minum
yang mengganggu tidur
Mandiri : pengurangan
kecemasan
Pahami situasi krisis yang
terjadi dari perspektif klien
Berikan informasi factual
terkait diagnosis, perawatan
dan prognosis
Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan

25
mengurangi ketakutan
Dorong keluarga untuk
mendapingin klien dengan
cara yang tepat
Jauhkan peralatan perawatan
dari pandangan klien
Lakukan usapan
pada punggung/leher dengan
cara yang tepat
Puji/kuatkan perilaku
yang baik secara tepat
Bantu klien untuk
mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Dukung penggunaan
mekanisme koping yang
sesuai

4. Ketidakefektifan Setelah diberikan Observasi : Monitor pernafasan


pola napas asuhan keperawatan
Monitorkecepatan,irama,dalam
berhubungan selama 3x24
dan kesulitan bernafas
dengan keletihan jam,diharapkan
otot pernapasan. pola nafas membaik monitor suara nafas tambahan

dengan kriteria ngorok atau mengi

hasil : Mo monitor keluhan sesak nafas


1. Pola nafas pasien, termasuk kegiatanyang
mendekati meningkatkan atau
efektif memperburuk sesak tersebut
2. Pernafasan
Monitor pola nafas mis (bradipneu,
dalam
takpinue, hiperventilasi ,
keadaan
pernafasan kusmaul, dll )
normal
Monitor saturasi oksigen pada
pasien yang tersadasi ( mis, SaO2 ,

26
SvO2, SpO2 ) sesuai dengan
protocol yang ada
Pasang sensor pemantauan oksigen
non-invasif ( mis pasang alat pada
jari atau hidung dan dahi) dengan
mengatur alarm pada pasien
beresiko tinggi , ( mis, pasien yang
diabtes melaporkan pernah
mengalami apnea saat tidur,
mempunyai riwayat penyakit
dengan terapi oksigen menteap,
usia ekstrem sesuai dengan
prosedur yang tetap ada
Mandiri : manajemen jalan napas
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Posisikan untuk meringankan
sesak nafas
Lakukan fisoterapi dada

5. Hambatan rasa Setelah diberikan Mandiri : Teknik Menenangkan:


nyaman asuhan keperawatan - Berada disisi klien
berhubungan selama 3x24 jam, - yakinkan keselamatan pasien
dengan kurang diharapkan - identifikasi orang-orang terdekat
pengendalian hambatan rasa yang bisa membantu klien
lingkungan nyaman teratasi Peluk dan berikan kenyamanan
dengan kriteria pada bayi atau anak
hasil : -bicara dengan lembut dan
1. Pasien bernyanyi pada bayi atau anak
dalam -fasilitasi ekspresi marah klien
keadaan dengan cara konstruktif
tenang dan -tawarkan cairan atau susu hangat
nyaman -tawaarkan usapan pada punggung
2. Pasien jika diperlukan

27
banyak Edukasi : dukungan spiritual
melakukan -gunakan komunikai terapeutik
kegiatan untuk membangun hubungan
spiritual dan saling percaya atau caring
pengetahuan Perlakukan individu dengan
mengenai hormat dan bermanfaat
spiritual -dorong partisipasi terkait dengan
bertambah  keterlibatan keluarga,teman dan
orang lain
-atur kunjungan dari penasehat
spiritual individu
6. Resiko infeksi area Setelah diberikan  Kontrol infeksi
pembedahan asuhan keperawatan  Batasi jumlah pengunjung
berhubungan selama 3x24 jam,  anjurkan pasien mengenai
dengan kontaminasi diharapkan resiko tehnik mencuci tangan
luka bedah area pembedahan dengan tepat
tidak terjaadi  - anjurkan pengunjung
dengan kriteria untuk mencuci tangan pada
hasil : saat memasuki dan
1. Resiko meninggalkan ruangan
infeksi tidak pasien
terjadi dan  Perawatan Area sayatan
terkontrol
2. Area
sayatan
pembedahan
membaik

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan diharapkan
pada Nursing aders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan yang
mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

28
mempalisitai koping. Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan yaitu : Persiapan,
intervensi, dan dokumentasi. ( Nursalam, 2001 )
Impelentasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. ( Nursalam, 2001 ) .
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. ( Nursalam,2001 ).
Adapun komponen tahap evaluasi adalah pertama pencapaian kreteria hasil,
kedua keefektifan tahap-tahap keperawatn, ketiga revisi atau terminasi keperawatan.
Evaluasi perencanaan kreteria hasil tulis pada catatan perkembangan dalam bentuk
SOAPIER :
 S ( Subyektif ) yaitu keluhan-keluhan klien
 O ( Obyektif ) yaitu apa yang dilihat, dicium, diraba dan dapat diukur oleh
perawat.
 A ( Analisa ) yaitu kesimpulan tentang keadaan klien
 P ( Plan of care ) yaitu rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
diagnosa / masalah keperawatan klien.
 I ( Intervensi ) yaiutu tindakan yang dilakukan perawat untuk kebutuhan
klien
 E ( Evaluasi ) yaitu respon klien terhadap tindakan perawat
 R ( Ressesment ) yaitu mengubah rencana tindakan keperawatan yang
diperlukan.
Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini bias dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan ).
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan )

29
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan ( kilen memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan

30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ventrikel septum defek ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan
darah mengalir langsung antar ventrikel, yang biasanya dari kiri ke kanan. Pada anak
dengan ventrikel septum defek sederhana gambaran klinisnya dapat meliputi adanya
murmur, intoleransi latihan ringan, keletihan, dispnue selama beraktivitas dan infeksi
saluran nafas yang berulang – ulang dan berat.Keseriusan gangguan ini tergantung
dari pada ukuran dan derajat hipertensi pulmonar, jika anak asimptomatik masih tidak
diperlukan pengobatan tetapi jika timbul gagal jantung kronik diperlukan untuk
penutupan defek atau pembedahan. Resiko bedah kira – kira 3 % idealnya pada anak
umur 3 sampai 5 tahun.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari ventrikel septum defek sebagai
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.Mahasiswa harus
mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan anak yang
menderita VSD.

31
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik . Edisi 5. Jakarta: EGC.

Hidayat,Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak . Cetakan Ketiga. Jakarta:
Salemba Medika

Muscari E Mary.2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta.EGC

Roy & Simon. 2002. Lecture Notes Pediatrik . Jakarta : Erlangga. Sacharin,Rosa M, 1996.

Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II. Jakarta,EGC

Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika

M.bulechek, Gloria & K.Butcher, Howard. 2016. Buku saku Diagnosis keperawatan edisi
ke-6 Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai