Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA DADA

OLEH :
MARISTELA. M.MANGUNDAP,S.Kep.
NIM 19193040

CI.LAHAN CI.INSTITUSI

--------------------- ------------------------

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES GUNUNG SARI MAKASSAR.
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA DADA

TINJAUAN TEORITIS
I. DEFENISI
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994).

Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut

Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga paru


terdesak dan terjadinya perdarahan.

Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada
dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.

II.  ETIOLOGI
 Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
 Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan
 Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan
luka rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru,
insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995)

 
III. ANATOMI FISIOLOGI

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk


kerucutterdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang.

Kartilago dari 6 igamemisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh


sampai sepuluh berfungsimembentuk tepi kostal sebelum menyambung pada
tepi bawah sternu. Perluasanrongga pleura di atas klavicula dan di atas organ
dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.

Musculus pectoralis mayor dan minor merupakanmuskulus utama dinding


anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,rhomboideus, dan
muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior
dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk
lipatan/plika aksilaris posterior.

Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung


dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot
pernafasan yaitumuskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan
rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan
bronkus.

Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah


danlimfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal
kebocoranudara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya
sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama
dengan pleura parietalis,yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma.

Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi
dengan ekspansi paru – paru normal, hanyaruang potensial yang
ada.Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga
keenamkartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung
lumbokostal, bagianmuskuler melengkung membentuk tendo sentral.

Nervus frenikus mempersarafimotorik dari interkostal bawah mempersarafi


sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam
ventilasi paru – paru selama respirasi biasa /tenang sekitar 75%.

 
IV.  PATOFISIOLOGI
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang
melayang. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam
sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan
terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan.
Akibat trauma dada disebabkan karena:

Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara


(tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat,
menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral
demikian juga penurunan aliran baik venosa mengakibatkan kolapnya paru.
Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan
tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya
perdarahan pada rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan
menjadi kolaps.

Kontusio pasru mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-


paru tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi
terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup
kemungkinan akan terjadi syok.

 
IV. MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.


 Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
   Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
 Dyspnea, takipnea
 Takikardi
 Tekanan darah menurun.
 Gelisah dan agitasi
 Kemungkinan cyanosis
   Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
 Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

 
V. KLASIFIKASI

Trauma thorak klasifikasikan menjadi :

1. Trauma tembus (tajam)


a. Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat
penyebab trauma
b. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
c. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi2.
Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang
dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau
atau projectile, misalnya, akanmenyebabkan kerusakan jaringan dengan
stretching dan crushing dan cedera biasanya menyebabkan batas luka yang
sama dengan bahan yang tembus pada jaringan.
Berat ringannya cidera internal yang berlaku tergantung pada
organ yangtelah terkena dan seberapa vital organ tersebut. Derajat cidera
tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan temasuk, diantarafaktor
lain, adalah efisiensi dari energy yang dipindahkan dari obyek ke jaringan
tubuhyang terpenetrasi.

Faktor faktor lain yang berpengaruh adalah karakteristik dari


senjata, seperti kecepatan, size dari permukaan impak, serta densitas dari
jaringantubuh yang terpenetrasi.

Pisau biasanya menyebabkan cidera yang lebih kecil karena


iatermasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk yang
disebabkan oleh pisausebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi. Luka
disebabkan tusukan pisau biasanyadapat ditoleransi, walaupun tusukan
tersebut pada daerah jantung, biasanya dapatdiselamatkan dengan
penanganan medis yang maksimal.

Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan


biasanya bisamencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik.
Proyektil dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat
menyebabkan berat cidera yang samadenganseperti penetrasi pisau, namun
tidak seperti pisau, cidera yang disebabkan olehpenetrasi peluru dapat
merusakkan struktur yang berdekatan dengan laluan peluru.

Ini karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan dan dengan


menghasilkangelombang syok jaringan yang bisa bertambah luas. Tempat
keluar peluru mempunyadiameter 20-30 kali dari diameter peluru.

2. Trauma tumpul
a. Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
b. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush
atau blastinjuries.
c. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio
paru
d. Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi
e. Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma
tembus,kira-kiralebih dari 90% trauma thoraks.
Dua mekanisme yang terjadi pada trauma tumpul:

–          transfer energi secara direk pada dinding dada dan organ thoraks

–          deselerasideferensial, yang dialami oleh organ thoraks ketika


terjadinya impak.

 
Benturan yangsecara direk yang mengenai dinding torak dapat
menyebabkan luka robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang
seperti tulang iga. Cedera thoraks dengantekanan yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan
ruptur dari organ organ yang berisi cairan atau gas.

 
VI. KOMPLIKASI

a. Surgical Emfisema Subcutis


Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru.

Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.

b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat
kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa
kematian akibat penekanan pada jantung.

c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam
tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.

d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan
efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi
nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan
syok.

Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga
pleura maka terjadi tanda – tanda :

–          Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu

istirahatpun bisa terjadi dypsnea.

–          Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.

–          Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.

–          Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).

e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan
bagian tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)

f. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

VIII.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Radiologi : foto thorax (AP).


 Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
 Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
 Hemoglobin : mungkin menurun.
 Pa Co2 kadang-kadang menurun.
 Pa O2 normal / menurun.
 Saturasi O2 menurun (biasanya).
 Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

IX.  PENATALAKSANAAN

1.   Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2.   Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
b. Pemasangan alat bantu nafas.
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
   Operasi (bedah thoraxis)
 Tindakan untuk menstabilkan dada:

 Miring pasien pada daerah yang terkena.


 Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
 Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif,
didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Gejala contusio paru
b. Syok atau cedera kepala berat.
c. Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
d. Umur diatas 65 tahun.
e. Riwayat penyakit paru-paru kronis.
 ü Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension
Pneumothorak mengancam.
 Oksigen tambahan.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


 
1.      PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien dengan trauma
thoraks  (. Doenges, 1999) meliput :

a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat

b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah,tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ

c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah

d. Makanan dan cairan


Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan,
tajamdan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinanmenyebar ke leher, bahu dan abdomen.Tanda : berhati-hati
pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkanwajah
f. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma,
penyakit parukronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial
menyebar, keganasan ;pneumothoraks spontan
sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea  peningkatan kerja napas ; bunyi
napas turun atau tak ada ;fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ;
gerakkkan dada tidak sama ;kulit  pucat,  sian osis,  berkeringat,  krepitasi
subkutan  ;  mental  ansietas,bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan
ventilasi mekanik tekanan positif
g. keamanan
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan

h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala  :  riwayat  factor  risiko  keluarga,  TBC,  kanker  ;  adanya
bedahintratorakal/biopsy paru
 

II.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
b. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
terpasang bullow drainage.
 

III. INTERVENSI
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien
dengan trauma thorax (Wilkinson, 2006) meliputi :

 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan


ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.

Kriteria hasil :

 Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.


 Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
 Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :

 Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat


tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
Rasionalnya : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

 Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau


perubahan tanda-tanda vital.
Rasionalnya : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital
dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat
menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

 Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin


keamanan.
Rasionalnya : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.

 Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau


kolaps paru-paru.
Rasionalnya : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

 Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan


menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
Rasionalnya : Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang
dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

1. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam :


2. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
rasiobalnya : Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang
diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
3. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang
ditentukan.
rasionalnya : Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang
mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.
4. Observasi gelembung udara botol penempung.
Rasionalnya : gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring
dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat
menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

1. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak
terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
rasionalnya b: osisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada
selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.

 Diagnosa II : Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan


peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :

 Menunjukkan batuk yang efektif.


 Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
 Klien nyaman.
Intervensi :

1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
Rasionalnya : Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

1. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.


Rasionalnya :  Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.

 Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma


mekanik terpasang bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

 tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.


 luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :

1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.


rasionalnya : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah
dalam melakukan tindakan yang tepat.
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
rasionalnya : mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah
3. Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasionalnya : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya
proses peradangan.

1. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasionalnya : tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya infeksi.

1.  Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya


debridement.
Rasionalnya : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas
pada area kulit normal lainnya.

1. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.


rasionalnya : balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
2. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasionalnya : antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen
pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

 
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC :

Jakarta.Boedihartono, 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :


Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. “D”
DENGAN TRAUMA DADA
DI IGD RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH :
MARISTELA. M.MANGUNDAP,S.Kep.
NIM 19193040

CI.LAHAN CI.INSTITUSI

--------------------- ------------------------

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES GUNUNG SARI MAKASSAR.
2020
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. “D”
DENGAN TRAUMA DADA
DI IGD RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian. : Minggu,12 April 2020
Jam Pengkajian : 09.00 Wita
Sumber : Keluarga/Pasien
Kesadaran ; soporkoma

2. Biodata :
Nama : Tn. D, status : menikah
Umur : 33 tahun, agama ; Islam
Jenis kelamin : laki - laki, suku : Bugis
Alamat Jln, : Jl. gagak No.46

3. Pengkajian Primer
1. Airway
Pada jalan Napas tidak terdapat akumulasi sekret pada jalan napas, terdengar
wheezing .
2. Breating
Tampak sesak Napas , RR : 23 kali/menit, ada retraksi dada
3. Circulation
TD 120/90 mmHg, HR 102 x/menit, capillary refill 2 detik, akral dingin
4. Disability
Keadaan umum sedang, Kesadaran :compos mentis, GCS : E4 M6 V5
=15, reaksi pupil +/+, pupil isokor, lebar 2 mm.
5. Exposure
ada lebam di dada bagian Kanan klien ada fraktur iga, suhu 37,5 ⁰C

4. Pengkajian Skunder. 

a.Riwayat Keperawatan.
a) Keuhan utama :
Klien mengatakan sesak.

TTV : RR 24x/ mnt Nadi 88x/ mnt


 TD 120/ 90 mmHg Suhu 38⁰c.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn D 33thn dibawa ambulance ke IGD RSUD Labuang Baji
Makassar Saat dikaji Tn. D mengeluh sesak, nyeri saat bernafas,
tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea
kanan, pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri sehingga gerakan
dada tidak simetris. Sesak dirasa bertambah saat klien bergerak dan
berkurang saat istirahat.
c) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
1) Imunisasi   : Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil
2)  Alergi         : Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
3) Penyakit yang pernah di derita : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit berat.
4)  Riwayat masuk RS : Klien mengatakan tidak pernah masuk RS
seblumnya.
5) Obat-obatan yang pernah digunakan : Klien mengatakan lupa nama
obat-obatan yang pernah digunakan
6) Riwayat Kecelakaan : Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan
7) Riwayat Tindakan Operasi : Klien mengatakan tidak pernah
operasi sebelumnya
d} Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit
keturunan yang berat maupun menular.
b. Pemeriksaan Fisik
a.    Keadaan Umum
Keadaan Umum Sedang, Kesadaran Umum Compos Mentis
b.      Tanda-Tanda Vital

         Tekanan Darah            : 120/90 mmHg

         Nadi                             : 88x Permenit

         Suhu                            : 38ºC

         RR                               : 24x Permenit


c.       Antropometri

         Tinggi Badan               : 164cm

         BB Pre OP                   : 50kg


d.   Kepala

      Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut halus.

      Inspeksi : Rambut beruban dan bersih.


e.    Mata

      Inspeksi : konjungtiva anemis (kiri/kanan), reflek cahaya positif,


pengihatan kabur OD: 3/5 OS:3/5.
f.    Telinga

      Inspeksi: Tidak ada serumen (kirii/kanan),bentuk simetris (kiri/kanan)

      Palpasi : Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)


g.    Hidung

      Inspeksi : Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping hidung

      Palpasi: benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.


h.   Mulut dan faring

      Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada caries, lidah
agak putih, nafas bau urea.
i.     Leher

      Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.

      Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.


j. Thoraks

      Inspeksi: Bentuk dada normal, tidak ada kelainan


tulangbelakang, pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri, gerakan dada
tidak simetris, terdapat retraksi intercostal, tampak laserasi dan lebam pada
dada, lebam lebih hitam diarea kanan, tidak ada oedema dan jaringan
parut, Tampak fraktur iga ke 6- 8 dengan hematopneumothoraks kanan,
terdapat pemasangan Water Seal Drainage menggunakan sistem 3 botol.

      Auskultasi: Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans)


normal, tidak ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan lebih redup
dari dada kiri

      Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi
jantung normal

      Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal,


warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan,
tidak ada secret.
k.   Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak
ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri tekan
l.     Ekstremitas atas (Tangan)

         Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka pada


tangan kanan, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan
otot 3 dari 0-5, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep +
m. Ekstremitas bawah (Kaki)

      Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering


(kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5,terdapat  lesi dan
jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +
4.    Data Biologis
1. Pola Nutrisi

      Makan
a.    Frekuensi         : 3x Sehari
b.    Jenis                 : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
c.    Porsi/Jumlah    : 1 Piring sedang tidak habis
d.    Keluhan           : tidak nafsu makan
e.    Makanan yang dipantang : Tidak Ada
f.     Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
g.    Suplemen yang dikonsumsi : Tidak Ada

      Minum
a.    Jenis                 : Air putih
b.    Jumlah             : ± 8 Gelas
2. Pola Eliminasi

      Buang Air Besar (BAB)


Klien mengatakan BAB tidak teratur

      Buang Air Kecil (BAK)


a.    Input    : 480cc
b.    Output  : 300cc
c.    Balance : Input – Output = 180cc
d.    Warna  : Coklat
e.    Keluhan : Terkadang Nyeri
3. Pola Istirahat/Tidur
a.    Tidur Siang      : ± 2 jam
b.    Tidur Malam    : ± 7 Jam
c.    Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam
hari karena tidak nyaman tidur
4. Personal Hygiene
a.    Mandi              : 2x Sehari
b.    Jenis Pakaian   : Kaos
c.    Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
d.     Hygiene Ginetalia : 1x sehari
5. Data Psikologis
a.    Status Perkawinan : Menikah
b.    Status Emosi    : Cemas
c.    Pola Koping     : Positif (Klien selalu menceritakan masalah yang
dihadapinya)
d.    Pola Komunikatif : Klien Kooperatif
e.    Konsep Diri     :
  Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan
  Peran Diri :
 Klien mengakui dirinya sebagai kepala keluarga yang baik bagi
keluarganya
 Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya
  Harga Diri :
 Klien mengakui merasa tersisihkan
 Klien mengakui merasa dibutuhkan
 Klien mengakui senang menjadi seorang ayah
 Klien mengakui senang menjadi ketua aktifis
6. Data Sosial
Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga, lingkungan
kerja, kuliah, dan lingkungan sekitar dimanapun ia berada
7. Data Spiritual
Klien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya
sebagai umat muslim.
8. Theraphy

         Pemasangan Water Seal Drainage, menggunakan sistem 3 botol

         Pemasangan Oksigen 3 lt/ mnt


9. Data Penunjang

         Anamnesa dan pemeriksaan fisik

         Pemeriksaan foto toraks

         CT Scan

         Ekhokardiografi

         Elektrokardiografi
2. Analisa Data

No Data Masalah
.

1. DS: Ketidakefektifan pola nafas


1.      Klien mengeluh sesak
2.      Klien mengatakan nyeri saat bernafas
DO:
Klien tampak kesulitan bernafas
RR : 24x Permenit
Terdapat cuping hidung
Terdapat retraksi intercostal
5.      Pergerakan dada kanan tertinggal dari
kiri
6.      Gerakan dada tidak simetris
7.      Tampak fraktur iga ke 6-8

2. DS: Nyeri akut


1.      Klien mengatakan nyeri saat bernafas
Klien mengeluh nyeri pada dadanya
DO:
1.      Klien tampak menahan nyeri
2.      Tampak laserasi dan lebam pada dada
3.      Lebam lebih hitam diarea kanan
4.      Tampak fraktur iga ke 6-8 dengan
hematopneumothoraks kanan
5.      Pemasangan Water Seal Drainage,
menggunakan sistem 3 botol

3. DS: Ansietas
Klien mengeluh gelisah dan cemas
DO:
Klien terlihat gelisah
Klien terlihat tegang

3. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan


muskuloskeletal ditandai dengan gerakan dada tidak simetris.
2. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga ditandai dengan tampak
laserasi dan lebam pada dada
3. Ansietas berhubungan dengan cemas ditandai dengan kurang pengetahuan
pasien
4. PERENCANAAN KPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
No. Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
n

1 Diagnosa 1 Setelah dilakukan 1.  Pantau status 1.      Untuk


intervensi selama pernapasan setiap 2 mengindentifikasi
3x24 jam diharapkan jam selama fase akut, indikasi- indikasi kearah
pola nafas klien setiap 8 jam bila stabil kemajuan atau
kembali normal penyimpangan dari hasil
dengan kriteria hasil : yang diharapkan
1. Klien menyatakan 2.  Observasi fungsi 2.      Distress pernapasan
tidak sesak pernapasan, catat dan perubahan pada tanda
. 2. Klienmengatakan frekuensi pernapasan, vital dapat terjadi sebgai
tidar terjadi nyeri dispnea atau akibat stress fifiologi dan
saat bernafas perubahan tanda- nyeri atau dapat
3. RR dalam batas tanda vital. menunjukkan terjadinya
normal syock sehubungan dengan
3.  Posisikan sistem
4. Tidak terdapat hipoksia
drainage slang untuk
cuping hidung
fungsi optimal, 3.      Posisi tak tepat,
5. Tidak terdapat
yakinkan slang tidak terlipat atau pengumpulan
retraksi intercostal
terlipat, atau bekuan/cairan pada selang
menggantung di mengubah tekanan
bawah saluran negative yang diinginkan.
masuknya ke tempat
drainage. Alirkan
akumulasi dranase
bila perlu.
4.  Pertahankan 4.      Membantu klien
perilaku tenang, bantu mengalami efek fisiologi
pasien untuk kontrol hipoksia, yang dapat
diri dnegan dimanifestasikan sebagai
menggunakan ketakutan/ansietas.
pernapasan lebih
lambat dan dalam.
5.      Konsentrasi oksigen
5.  Pemberian oksigen
yang tinggi mempercepat
sesuai petunjuk dokter
penyerapan udara yang
terperangkap dalam
jaringan subkutan
2. Diagnosa 2 Setelah dilakukan 1.      Kaji adanya 1.      Membantu
intervensi selama penyebab nyeri, menentukan pilihan
3x24 jam diharapkan seberapa kuatnya intervensi dan
nyeri klien berkurang nyeri, minta pasien memberikan dasar untuk
dengan kriteria hasil : untuk menetapkan perbandingan dan evaluasi
pada skala nyeri. terhadap therapy.
1. Klien mengatakan
nyeri berkurang 2. Beri posisi yang 2.      Untuk menurunkan
2. Klien tidak tampak nyaman dan ketegangan otot.
menahan nyeri menyenangkan pada
3. Klien tampak pasien
rileks
3. Pertahankan pada 3. Bebaring pada sisi yang
posisi semi fowler sakit membuat tegangan
atau fowler. pada sisi yang cidera

4.      Pertahankan 4.      Pembatasan aktifitas


pembatasan aktifitas fisik menghemat energi
sesuai dan mengurangi rasa tidak
anjuran.Berikan nyaman karena
tindakan untuk ketegangan otot
mencegah komplikasi
dari imobilisasi
5. Untuk meningkatkan
5.      Pemberian
efektifitas pengobatan
analgesik sesuai
indikasi

3. Diagnosa 3 Setelah dilakukan 1.  Kaji ulang proses 1.  Memberikan dasar


intervensi selama penyakit, prognosis pengetahuan dimana
2x24 jam diharapkan dan faktor pencetus pasien dapat membuat
pemahaman klien bila diketahui pilihan informasi
tentang kondisi /
proses penyakit, 2.  Berikan informasi 2.  Mengetahui apa yang
prognosis dan tentang : diharapkan dari tindakan
pengobatan medis dapat
    Sifat kondisi mempermudah
bertambah dengan
( setelah kondisinya penyesuaian pasien dan
kriteria hasil :
stabil) membantu menurunkan
1) Klien menyatakan ansietas yang
paham tentang     Tujuan berhubungan dengan
kondisi / proses pengobatan yang tindakan medis tersebut
penyakit, diprogramkan
prognosis dan     Pemeriksaan
pengobatan diagnostik (tujuan, 3.  Nyeri merupakn
2)  Melakukan
perubahan perilaku gambaran pencetus terjadinya
yang perlu pemeriksaan secara ansietas
3) Berpartisipasi pada singkat, dan persiapan
program yang diperlukan 4.  Mengidentifikasi rasa
pengobatan sebelum pemeriksaan takut yang spesifik
membantu meminimalkan
3.  Berikan kontrol perasaan belebihan
nyari yang efektif terhadap suatu ancaman.
4.  Bantu pasien untuk 5.  Interaksi di antara
mengidentifikasi orang-orang membantu
ketakutannya/ pasien untuk menemukan
kecemasannya. perasaan dari dalam diri
sendiri
5.  Gunakan pendekat.

5. EVALUASI

a.       Klien menyatakan tidak sesak


b.      Klien mengatakan tidar terjadi nyeri saat bernafas
c.       RR dalam batas normal
d.      Tidak terdapat cuping hidung
e.       Tidak terdapat retraksi intercostal
f.       Gerakan dada simetris
g.       Klien mengatakan nyeri berkurang
h.      Klien tidak tampak menahan nyeri
i.        Klien tampak rileks
j.        Pemahaman klien tentang kondisi / proses penyakit, prognosis dan
pengobatan bertambah

Anda mungkin juga menyukai