A. Doktrin Manajemen
Manajemen adalah memperkenalkan dan merencanakan,
mengorganisaskan, memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan.
Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan masa depan dan
menyusun rencana aktivitas. Mengorganisasikan berarti mengembangkan
struktur ganda yaitu materi dan manusia, dari suatu usaha. Memimpin berarti
mengikat menyatukan dan menyelaraskan segala bentuk aktivitas dan usaha.
Mengendalikan berarti memperhatikan bahwa segala sesuatu yang terjadi
sesuai dengan peraturan – peraturan yang telah ditetapkan dan tuntutan yang
ada.
Manajemen adalah proses mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas
kinerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dan melalui orang lain.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang
terkecil. Efektifitas sering digambarkan sebagai melakukan “pekerjaan yang
benar”, yaitu aktivitas – aktivitas kerja yang membantu organisasi mencapai
sasaran. Manajemen mempunyai tujuan – tujuan tertentu dan bersifat tidak
terwujud (intangible). Usahanya ialah mencapai hasil – hasil yang spesifik ;
biasanya dinyatakan dalam bentuk sasaran – sasaran. Upaya dari kelompok
menunjang pencapaian tujuan yang spesifik itu. Manajemen dapat dinyatakan
sebagai tidak berwujud (intangible), karena tidak dapat dilihat, tetapi dapat
dirasakan hasilnya, yakni out put pekerjaan yang cukup, ada kepuasan pribadi,
produk dan servisnya lebih baik.
Keberhasilan dalam proses manajemen memerlukan kemampuan dalam
mengenal permasalahan dan kesempatan, membuat keputusan yang tepat, serta
menentukan tindakan secara tepat. Ini harus dilaksanakan sehubungan dengan
setiap fungsi dasar atau tanggung jawab manajemen seperti pada gambar 4 dan
dilakukan oleh semua manajer, masing – masing : perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian
Perencanaan
Menentukan tujuan serta
cara – cara untuk mencapai
tujuan
Pengorganisasian
Pengendalian
Mengatur tugas sumber
Mengukur hasil kerja serta Proses manajemen daya manusia dan sumber
tindakan supaya sesuai
daya lain untuk mencapai
dengan hasil yang dimiliki
tujuan
Pengarahan
Mendorong karyawan agar
bekerja keras untuk mencapai
kinerja terbaik
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dari hasil atau kualitas serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol juga diperlukan dalam manajemen
keperawatan sebagai upaya meningkatkan kualitas hasil. Kontrol dalam proses
manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai
standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan-balik diperlukan untuk
menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan
balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan suvei kendali
mutu, serta penampilan kerja perawat.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses penempatan orang-orang dan
sumber daya lainnya untuk melalukan tugas – tugas dalam pencapaian tujuan
biasa. Ini menyangkut pembagian pekerjaan untuk diselesaikan dan
mengkoordinasikan hasil – hasilnya. Pengorganisasian adalah fungsi
manajemen kedua dan dilakukan secara langsung dari dasar yang telah dibuat
oleh perencanaan yang baik. Setelah rencana – rencana dibuat, tugas manajer
adalah untuk mengatur sumber – sumber daya sesuai dengan tujuan yang tepat.
Saat semua dapat terlaksana dengan baik, pengorganisasian membagi siapa
yang harus melakukannya, mengidentifikasikan siapa yang harus memerintah
dan mengadakan hubungan – hubungan perkantoran untuk komunikasi
hubungan – hubungan perkantoran untuk komunikasi.
Pengorganisasian dapat pula didefinisikan proses penciptaan struktur
organisasi. Proses itu penting dan digunakan untuk banyak tujuan
pengorganisasian. Tujuan pengorganisasian adalah sebagai berikut :
1. Membagi pekerjaan yang harus dilakukan ke sejumlah departemen dan
pekerjaan tertentu.
2. Membagi - bagi tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan masing
– masing pekerjaan.
3. Mengordinasikan berbagai tugas organisasi.
4. Mengelompokan sejumlah pekerjaan ke sejumlah unit.
5. Membangun hubungan diantara individu, kelompok, dan departemen.
6. Menetapkan sejumlah garis wewenang formal.
7. Mengalokasikan dan menggunakan secara efektif sumber daya organisasi.
Ada empat komponen pengorganisasian yang berwujud dan dapat diingat
yaitu sebagai berikut :
1. Pekerjaan
Fungsi yang harus dilaksanakan berasal dari sasaran – sasaran yang
telah ditetapkan. Fungsi tersebut dipisah – pisahkan ke dalam sub – sub
fungsi. Hal tersebut dilakukan karena :
a. Distribusi pekerjaan kepada kelompok yang kemudian dibagikan
lagi.
b. Spesialisasi pekerjaan ke dalam bagian – bagian tugas yang kecil.
2. Pegawai
Setiap orang ditugaskan untuk melaksanakan bagian tertentu dari
seluruh pekerjaan. Lebih baik lagi apabila penugasan tersebut disertai
perhatian terhadap kepentingan pegawai, setiap pengalaman dan
ketrampilan. Perhatian tersebut sangat diperlukan dalam
pengorganisasian. Penugasan yang diberikan kepada masing – masing
individu biasanya merupakan bagian tugas – tugas organisasi atau dapat
juga berupa seluruh tugas dari suatu unit kerja. Pembagian tugas
tersebut menghasilkan “unit kerja pegawai organisasi”.
3. Hubungan kerja
Merupakan masalah penting didalam organisasi. Hubungan antar
pegawai dengan pekerjaannya, interaksi antar satu pegawai dengan
pegawai lainnya dan unit kerja pegawai dengan unit kerja lainnya
merupakan hal – hal yang peka. Mencari keserasian dan kesatuan usaha
hanyalah mungkin apabila hubungan tersebut cukup terbina dan baik.
Sebagian besar problema di dalam pengorganisasian berkaitan dengan
kesulitan hubungan.
4. Lingkungan
Mencakup sarana – sarana fisik dan sasaran umum di dalam
lingkungan dimana pegawai – pegawai melaksanakan tugas – tugas
mereka, lokasi, mesin perabot kantor, blangko – blangko, penerangan,
dan sikap mental merupakan faktor – faktor yang membentuk
lingkungan. Dari proses pengorganisasian lahir struktur organisasi yang
memperlihatkan arus dari interaksi di dalam organisasi siapa yang
menetapkan apa, siapa yang memerintahkan kerja, siapa yang harus
menanggapi dan siapa yang mengerjakan pekerjaan apa walaupun
demikian segala sesuatu tidak selalu harus terjadi seperti ditetapkan di
dalam struktur, bukan saja karena strukturnya tidak lengkap, akan tetapi
terutama sekali karena berurusan dengan manusia yang memiliki
interaksi yang berbeda sesuai dengan kepribadian masing – masing.
Menurut Muskab PPNI Barsel 2006 Unsur perawatan kesehatan
di rumah terdiri dari 3 unsur yaitu pengelola pelayanan, pelaksana
pelayanan, dan pasien. Ketiga unsur tersebut merupakan syarat minimal
yang harus ada dalam sistem perawatan kesehatan di rumah. Ketiga
unsur tersebut berinteraksi secara proporsional dan saling
mempengaruhi dalam proses perawatan kesehatan di rumah. Bila salah
satu dari komponen tersebut tidak berfungsi secara baik, maka
pelayanan yang diberikan sulit untuk memberikan hasil yang optimal.
Disamping interaksi secara internal, maka tata hubungan kerja
unsur – unsur homecare dengan unit – unit eksternal sangat berpengaruh
terhadap kinerja pelayanan, dapat digambarkan dalam bagan berikut :
Departemen Departemen dalam
kesehatan negeri
Pemda propinsi
Dinkes propinsi
Pemda
kabupaten/koya
Dinkes kabupaten/kota
Klien/keluarga
Gambar 6.3 tata hubungan kerja pengelola pelayanan kesehatan dengan unit-unit
eksternal
1. Pengelola pelayanan
Pengelola pelayanan adalah agensi atau unit yang bertanggung jawab terhadap
seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah, baik penyediaan tenaga,
sarana, dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang
ditetapkan. Pengelola dapat berkedudukan sebagai salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit/klinik/puskesmas ataupun dapat pula
berkedudukan terpisah secara mandiri.
a. Persyaratan pengelola home care
1) Merupakan bagian dari institusi pelayanan kesehatan pemerintah atau
swasta atau unit mandiri yang berbadan hukum.
2) Mendapat izin untuk mengelola perawatan kesehatan di rumah dari
pemerintah daerah setempat atas rekomendasi dari dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat
3) Mempunyai kantor dengan alamat yang jelas
4) Mempunyai sarana komunikasi telepon dan faksimili dan atau sarana
komunikasi melalui internet.
5) Mempunyai pinjaman yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pelayanan.
6) Mempunyai tenaga administrasi
7) Mempunyai tenaga keperawatan profesional (minimal D3 keperawatan)
sebagai tenaga tetap yang mempuyai izin praktek dan akan menjadi
coordinator dalam penanganan kasus.
8) Mampu menyediakan tenaga kesehatan dan non-kesehatan bersertifikat
perawatan kesehatan di rumah sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Penyediaan tenaga ini dapat berupa tenaga paruh waktu yang dikontrak
atau dilakukan dengan system sub-kontrak dengan pengelola pengerah
tenaga.
9) Mampu menyediakan peralatan kesehatan, sesuai dengan standar
minimal yang ditetapkan.
10) Mampu menyediakan transportasi untuk melaksanakan rujukan pasien.
11) Mempunyai kerjasama dengan rumah sakit/puskesmas untuk rujukan.
b. Hak pengelola home care
1) Mengelola perawatan kesehatan di rumah, sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2) Menerima hak atas imbalan jasa sesuai dengan perjanjian kerja yang
disepakati bersama. Biaya pelayanan ditetapkan sesuai dengan standar.
3) Mempunyai akses kepada pemerintah yang mengendalikan perawatan
kesehatan di rumah.
4) Mendapat dukungan dari pelaksana pelayanan dan pasien atas
pengelolaan pelayanan yang terjadi tanggung jawabnya.
5) Menetapkan pelaksana pelayanan yang akan memberikan pelayanan
kepada pasien sesuai dengan masalah yang dihadapi.
6) Menetapkan mantra kerja yang akan mendukung pelayanan terhadap
pasien.
c. Kewajiban home care
1) Menjamin pelayanan profesional dan bermutu bagi pasien
2) Mematuhi kontrak/perjanjian kerja yang telah disepakati bersama
3) Memberikan perlakuan yang baik terhadap pelaksana pelayanan dan
pasien
4) Meningkatkan kemampuan pengetahuan/ketrampilan pelaksana
pelayanan
5) Melaksanakan kewajiban yang harus diberikan kepada pelaksana
pelayanan dan pasien
6) Mematuhi peraturan yang berlaku berkaitan pengelolaan perawatan
kesehatan di rumah
7) Melaksanakan pengawasa, pengendaian dan pembinaan terhadap
kinerja pelaksana pelayanan
8) Menyediakan sarana adiministrasi dan pelayanan (cek list/format
laporan)
9) Menerapkan sistem penghargaan dan sanksi administratif yang layak
terhadap pelaksana pelayanan
2. Pelaksana home care
Pelaksana home care adalah pelaksana pelayanan terdiri dari tenaga
keperawatan profesional dibantu dengan tenaga profesional lain terkait dan
tenaga non-profesional. Pelaksana pelayanan tersebut terdiri dari koordinator
kasus dan pelaksana pelayanan.
a. Koodinator kasus
1) Persyaratan koordinator kasus
a) Berusia minimal 21 tahun
b) Mempunyai ijazah formal pendidikan keperawatan yang diakui oleh
pemerintah (minimal ijazah DIII keperawatan)
c) Mempunyai sertifikat pelatihan perawatan kesehatan di rumah bagi
koordinator kasus
d) Pengalaman bekerja di unit pelayanan kesehatan minimal 3 tahun
e) Mampu melakukan pengkajian awal dan melakukan analisis
terhadap kasus untuk menyusun rencana intervensi
f) Mampu bekerja sama dalam tim dan mampu memimpin
a) Menanti peraturan dan disiplin kerja yang telah ditetapkan oleh pengelola
b. Pelaksana pelayanan
j. Kejelasan status
m. Rasa aman
o. Fasilitas memadai
a. Persiapan
3) Bawa kartu identitas diri atau identitas unit tempat kerja saudara dan
tunjukkna kartu identitas saudara kepada pasien atau keluarga
4) Rencanakan kebutuhan alat untuk mencuci tangan, pengkajian fisik dan
intervensi keperawatan secara langsung, pastikan perlengkapan yang
dimiliki pasien di rumah
b. Pelaksanaan
Monitoring dilakukan oleh tim kesehatan terkait dengan melihat perubahan status
medis, perubahan kemampuan fungsional pasien, kebutuhan pendidikan pasien dan
keluarga. Evaluasi berdasarkan :
D. Pembiayaan
Menurut panduan pelayanan keperawatan kesehatan di Rumah 2006
penentuan tarif pelayanan keperawatan kesehatan di rumah,ditetapkan berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
- Pelayanan Medik
- Pelayanan keperawatan
Jasa pelayanan yang dikenakan tarif mencakup pemberian bantuan, tindakan intervensi
langsung maupun konsultasi.
2. Imbalan atas pemakaian sarana,fasilitas,alat kesehatan,obat dan bahan
habis pakai yang digunakan langsung oleh pasien
( PPNI)
Pemantauan
Pembinaan
Penilaian
Penilaian dilakuakan secara periodik baik di tingkat kabupaten/kota dengan
membandingkan kesesuaian perencanaan ataupun pelaksanaan dengan hasil yang
dicapai dalam periode tertentu. Penilaian ini dilaksanakan untuk
mengkaji,mengembangkan atau mengganti cara/metode pelayanan keperawatan
kesehatan di rumah sesuai dengan hasil yang dicapai. Penilaian dapat dilakukan dengan
observasi dan wawancara. Penilaian meliputi :
- Kelengkapan dokumen
Daftar Pusaka
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka
panjang ( long term care ) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non
profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan di rumah merupakan lanjutn
asuhan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit yang sudah termasuk alam rencana
pemulangan ( discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah
sakit semula, oleh perawat komunitas dimana pasien berada, atau tim kesehatan khusus
yang menangani perawatan di rumah. Perawatan di rumah harus diberikan sesuai
dengan kebutuhan individu dan keluarga,direncanakan, dikoordinasikan dan
disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di
rumah melalui pengaturan berdasarkan perjanjian. Pelayanan yang berkesinambungan
dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka,
yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit
termasuk penyakit terminal.