Proses keperawatan
transkultural
Terdiri dari
Belajar memahami budaya klien memerlukan belajar tentang orientasi budaya anda
sendiri dan diri anda sehari-hari. “Seseorang yang akan merubah orang lain dirinya sendiri
harus berubah”(Milio, 1970). Budaya perawat berinteraksi dengan budaya klien. (Leininger
2000).
Proses keperawatan transkultural adalah sistematika pemberian asuhan keperawatan
berdasarkan latar belakang budaya pasien. Proses keperawatan merupakan pedoman seorang
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien. Proses keperawatan melalui
tahap-tahap proses keperawatan pelayanan yang diberikan kepada klien menjadi lebih sistematis
dan berkualitas. Alat ukur kompetensi seorang perawat dalam mengaplikasikan asuhan
Langkah awal dari proses keperawatan adalah mencari informasi tentang pasien,
informasi mencakup bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual. Data yang merupakan hasil dari
pencarian informasi bisa diperoleh melalui pasien sendiri berdasar wawancara, respon verbal
pengalaman, interpretasi, dan harapan yang bebeda dalam budaya. Semua kelompok budaya
memiliki sistem waktu dalam keyakinan dan praktek kesehatan sehingga perawat dapat
untuk mengetahui siapa klien mereka. Keperawatan, untuk memberikan asuhan kongruent
secara kultural, memperhatikan hubungan antara diri sendiri dan orang lain, antara penyakit,
kronis, dan penuaan, antara budaya perawatan dan kejiwaan, dan dari klien, dan antara etika
keperawatan dan ketentuan asuhan yang sesuai. Ketika perawat dan klien berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda, diagnosis akurat, treatment, adan asuhan tergantung pada
pengetahuan dan keterampilan khusus yang memerlukan banyak waktu (Benner, Tanner, &
Chesia, 1996; Lipson & Streiger, 1996; Westermeyer, 1987 dalam Leininger 2000).
Wawancara dalam pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, ada
beberapa macam jenis pengkajian dalam proses keperawatan transkultural, diantaranya dari
Purnell, Giger dan Davidhizar, Leahy dan Kizilay, Andrews dan BoyLe dan sebagainya,
tetapi yang paling komperehensif dan sering digunakan adalah dari Leininger. Sunrise model
merupakan prinsip proses keperawatan mulai tahap pengkajian sampai rencana tindakan
keperawatan.
Ketika perawat akan melakukan pengkajian pada pasien dengan berbagai variasi latar
belakang budaya, perawat harus mengevaluasi kesiapan dirinya dalam hal budaya,
kepercayaan, perilaku, komunikasi dan kesiapan dalam mengkaji pada pasien dengan latar
Menurut Leiniger dan Mc Farland (2002) beberapa tujuan dari pengkajian transkultural
adalah :
1. Mencari budaya pasien, pola kesehatan dihubungkan dengan pandangan,gaya hidup, nilai
3. Mencari pola dan spesifikasi budaya, arti dan nilai yang dapat digunakan
untukmembedakan keputusan tindakan keperawatan bahwa nilai dan gaya hidup pasien
4. Mencari area yang berpotensi menjadi konflik budaya, kelalaian dan perbedaan nilai
5. Mengidentifikasi secara keseluruhan dan spesifik pola keperawatan budaya yang sesuai
untuk pasien.
perawatan.
7. Menggunakan teori pendekatan riset untuk mengartikan dan menjelaskan praktik untuk
penting dilakukan, sebagai contoh perbedaan budaya yang digambarkan dalam hasil survey
tentang pengkajian keperawatan transkultural yang dilakukan oleh Pratiwi, Nety, Tambunan
dan Daryo (2002), kelompok ini mengkaji proses keperawatan kemudian menganalisis
dalam perspektif kultural. Adapun hasil penelitiannya adalah dalam pengkajian yang terdiri
dari identitas pasien dan keluarga, riwayat penyakit, keluhan pasien yang berupa data fokus
dan keluhan utama. Pada identitas pasien didapatkan bahwa ketika pasien dirawat di rumah
sakit ada perbedaan kebiasaan antar suku dalam memanggil nama, misalnya pada masyarakat
Jawa atau Sunda yang menjalani rawat inap di rumah sakit, kelompok masyarakat ini akan
memanggil tidak dengan nama aslinya, misal nama alias atau nama suaminya. Nama alias
yang sering di pakai misalnya thole, ujang dan sebagainya. Sedangkan suku yang mempunyai
marga ada kelompok tertentu yangmemanggil nama marganya. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penting di dalam pengkajian keprawatan adanya nama alias atau nama
Andrews dan Boyle (2003) menjelaskan beberapa faktor yang perlu dan penting
diperhatikan ketika pengkajian terhadap pasien, hubungan perawat dan pasien tersebut bisa
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada “Leininger’s Sunrise models” dalam teori
berupa : persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi sehat-sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan. Alasan klien tidak mau operasi dan
klien memilih pengobatan alternatif. Klien mengikuti tes laboratorium darah dan
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi
yang amat realistik bagi para pemeluknya. Sifat realistis merupakan ciri khusus agama.
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa
mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan, persepsi klien
terhadap kesehatan dan cara beradaptasi terhadap situasinya saat ini, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan penularan kepada orang lain.
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama
lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan
klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang
dianggap baik apa yang dianggap buruk. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma
adalah aturan sosial ataupatokan perilaku yang dianggap pantas. Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait.
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup
adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang digunakan,
bahasa non verbal yang ditunjukkan klien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasan
makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa
dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit
apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke kantor.
5) Faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
(Andrew & Boyle, 1995), seperti peraturan dan kebijakan dapat berkaitan dengan jam
berkunjung, klien harus memakai baju seragam, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, hak dan kewajiban klien yang harus dikontrakkan oleh rumah sakit, cara
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang pada
umumnya dimanfaatkan klien antara lain : asuransi, biayakantor, tabungan dan patungan
antar anggota keluarga. Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, kebiasaan menabung dan jumlah tabungan
dalam sebulan. Faktor ekonomi dapat ikut menentukan pasien atau keluarganya dirawat
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Di dalam menempuh pendidikan formal tersebut
terjadi suatu proses eksperimental. Suatu proses menghadapi dan menyelesaikan masalah
yang dimulai dari keluarga dan selanjutnya dilanjutkan kepada pendidikan di luar kelurga
(Leininger, 1984). Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinannya harus didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
pendidikan klien dan keluarga, jenis pendidikannya serta kemampuan klien belajar secara
data demografi klien meliputi nama lengkap, nama panggilan, nama keluarga, alamat,
lama tinggal di tempat ini, jenis kelamin, tempat lahir, diagnosa medis, no. registrasi.
Data tersebut perlu dikaji untuk mengetahui data umum dari klien.
Cara pengisian pengkajian keperawatan transkultural
(2000) oleh mahasiswa Magister komunitas Universitas Indonesia dan dimodifikasi oleh Arum
1. Data Demografi
Pada suku yang berbeda, masing-masing memiliki nama panggilan yang berbeda pula
Pada suku tertentu apabila sudah menikah wanita dipanggil dengan nama suaminya.
Pada suku di Indonesia maupun luar negeri ada yang mencantumkan nama
keluarga
d. Alamat : ………………………
(Lama tinggal ini perlu dikaji sebab akan mempengaruhi klien dan perilaku
berbudaya. Menurut Andrew dan Boyle (2003) budaya akan berubah dari waktu ke
waktu.
………………………………………………………………………………………………
Dikaji warna kulit, rambut, struktur tubuh, bentuk wajah, penyakit resiko seperti kanker
kulit, sicle sel, penyakit spesifik genetik seperti hipertensi, cardiovaskular, dan sebagainya.
3. Faktor teknologi
a. Alat yang digunakan untuk bepergian (kebiasaan berjalan kaki pada keyakinan tertentu di
…...............................................
d. Alat yang digunakan untuk berinteraksi. Sarana yang digunakan untuk mendatangi
e. Sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga (contoh pada masyarakat suku Jawa
jathilan, di Banjarmasin habsian, pada masyarakat modern pergi supermarket, dll) ……...
Beberapa hal yang perlu di kaji dalam faktor agama dan filosofi meliputi :
b. Keyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan (misalnya menolak
agamanya (misalnya sakit adalah cobaan, sakit adalah hukuman, mati adalah reinkarnasi)
…………………………………….
d. Apa yang dilakukan klien dan keluarga untuk mengatasi sakit berhubungan dengan
agama dan filosofi hidupnya (misalnya dengan ruk’yah, diobati oleh pendeta, diberi
…………………….
Saya ingin mendengar tentang keluarga anda atau teman dekat anda dan apakah mereka
mengerti anda?, bagaimana lingkungan sosial berpengaruh pada kehidupan anda,gaya hidup,
bagaimana perhatian seseorang dalam kehidupan anda, bagaimana cara keluarga anda
membantu anda bila sakit, apakah pandangan keluarga anda tentang kepedulian dalam
keluarga, apakah mereka bertanggung jawab bila ada keluarga yang sakit?.
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor social dan ikatan kekerabatan (kindship)
meliputi :
f. Komunikasi :
1) Kualitas suara :
□ kuat/nyaring □ lembut □ sedang □ merintih
2) Pelafalan dan pengucapan kata :
□ jelas □
serak □
dialek ……………………………..
3) Penggunaan tekhnik diam dalam berbicara :
□ jarang □ kadang-kadang □ sering
4) Waktu yang di gunakan untuk diam :
□ singkat □ sedang □ lama □ tak terobservasi
5) Penggunaan bahasa non verbal saat berkomunikasi :
□ gerakan tangan □ gerakan badan □ gerakan mata
□ kinetik (gesture, ekspresi dan cara berdiri/duduk)
6) Sentuhan :
□ terkejut atau menarik diri ketika disentuh
□ menerima sentuhan tanpa kesulitan
□ menyentuh orang lain tanpa kesulitan
7) Jarak :
a) Tingkat kenyamanan :
□ berpindah ketika jarak terinvasi □ tidak berpindah ketika jarak terinvasi
b) Jarak saat berkomunikasi :
□ setengah meter □ setengah sampai satu meter □ lebih dari satu meter
c) Jarak yang nyaman bagi klien ketika berkomunikasi dengan orang ……………....
d) Apakah objek tertentu (misal tirai, furniture, dll) mempengaruhi sikap klien dalam
berkomunikasi :
□ tidak □ ya, jelaskan …………………………………………………
e) Ketika klien berbicara dengan keluarga, seberapa dekat ia berdiri/duduk ………..
berdiri/duduk ………………………………………………………
g) Jika klien harus disentuh karena situasi, bagaimana klien bereaksi dan bagaimana
h) Jika orang yang klien cintai menyentuh, bagaimana reaksi klien dan bagaimana
i) Apakah jarak antara klien dan perawat saat ini nyaman bagi klien ……………….
11) Bagaimana pendapat klien tentang aktivitas sosial yang di jalaninya ………………..
12) Apakah aktivitas sosial yang dilakukan klien membuat klien senang :
□ ya □ tidak
Alasan :
e) Ketika klien masih kecil, siapa yang paling berpengaruh pada klien
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan
hidup meliputi :
c. Suku/bangsa ………………………………………..
d. Ras ………………………..
g. Waktu
1. Kontrol internal
2. Kontrol eksternal
i. Orientasi nilai
diderita ………………………………………………………….
c) Apakah obat yang diberikan oleh paranormal akan digunakan untuk mengobati
sakit yang dialami klien saat ini :
□ tidak, alasan …………………………………..
□ ya, alasan ……………………………………..
7. Faktor politik dan hukum
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi :
e. Sanksi atau aturan dan kebijakan yang dianut keluarga (misalnya menjaga subak di Bali)
……………………………….
8. Faktor ekonomi
f. Program asuransi kesehatan dan non kesehatan yang diikuti (orang-orang Indonesia
9. Faktor pendidikan
b. Apa arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien sesuai dengan disiplin ilmunya ……….
c. Apa arti sakit atau kesehatan yang buruk menurut klien dengan disiplin ilmunya ………..
d. Jenis penyakit apa yang sering diderita oleh keluarga klien ……………………………….
f. Apa yang dilakukan klien/keluarganya jika mengalami sakit seperti yang sekarang ……
g. Apa yang klien harapkan dari petugas kesehatan yang sedang menolong memulihkan
h. Persepsi klien dan keluarga tentang pendidikan (menganggap pendidikan penting atau
Berikut ini merupakan contoh hasil pengkajian aplikasi kasus dengan menggunakan
1. Identitas klien
Nama : Ny. ‘Sunia’, nama panggilan bu Edi, Usia : 28 tahun, agama : Islam, pendidikan
diploma, pekerjaan guru play group, suku Sunda, tidak mempunyai marga, status anak nomer
3 dari 4 bersaudara, status perkawinan menikah dengan bapak Edi Wahyono suku Jawa
Tengah, bahasa yang digunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, diagnosa medis abortus
2. Data Biokultural
Pasien mempunyai resiko penyakit kencing manis, kulit kuning langsat, wajah bulat,
rambut bergelombang, saat ini Hb pasien 4,8 karena mengalami perdarahan terus menerus.
a. Faktor teknologi.
Mereka percaya bahwa sekecil apapun nyeri atau sakit merupakan cobaan dari
yang maha kuasa, maka tidak boleh melakukan yang dilarang oleh agama.
Pasien dan suaminya jarang bertemu keluarga dari kedua belah pihak karena
berada di kampung halaman, sedangkan pasien dan suaminya hidup di kota tempat
mereka bekerja. Pasien mempunyai peer group kelompok keagamaan yang berkumpul
Pasien pantang memandang ketika berkomunikasi dengan lawan jenis, pasien juga
menolak diperiksa lawan jenis, pasien hanya mengkonsumsi daging tertentu dan tidak
mau menyebutkan, menolak makan daging sapi atau ayam, tidur klien maksimal 5 jam
setiap hari
Sangsi aturan dan kebijakan yang dianut pasien diatur oleh pemuka agama sesuai
f. Faktor ekonomi.
Mata pencaharian klien adalah guru play group dan suaminya adalah berdagang.
keyakinannya.
g. Faktor pendidikan.
Menurut pasien dan suaminya pendidikan adalah penting, orang harus selalu
Tahap kedua dari proses keperawatan adalah membuat kesimpulan dari data yang
dan dianalisa. Proses analisa data dapat disebut diagnosis (Long, 1996). Hasil akhir dari
keperawatan sebagai kesimpulan terhadap respon masalah kesehatan baik aktual maupun
menguraikan respon manusia (status kesehatan atau perubahan pola interaksi aktual atau
potensial) individu atau kelompok dimana perawat dapat membuat pernyataan resmi dan
perawat dapat membuat intervensi yang pasti demi memelihara status kesehatan atau
budayanya yang dapat di cegah, dirubah, atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
Diagnose keperawatan transkultural juga merupakan kesimpulan dari respon klien yang
kesehatan, budaya yang menurut klien pantang untuk dilanggar, dan budaya yang
klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, dirubah, atau dikurangi
melalui intervensi keperawatan (Giger & Davidhizar, 1995 ; Andrew & Boyle, 1995).
Respon klien yang ditegakkan oleh perawat dengan cara mengidentifikasi budaya
yang mendukung kesehatan, budaya yang menurut klien pantang untuk dilanggar dan
antara lain olah raga teratur, membaca atau suka makan sayur. Budaya yang menurut
klien pantang untuk dilanggar seperti hal yang tabu dilakukan atau makanan pantang.
NANDA terdapat tiga diagnosa keperawatan transkultural yang sering ditegakkan yaitu :
bisa berubah dan berkembang melalui hasil riset keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan respon terhadap disfungsi misal cemas, inkontinen, pola nafas tidak efektif
Struktur atau rumusan diagnosa keperawatan terdiri dari tiga komponen yaitu
PES, dimana komponen masalah kesehatan adalah P atau problem, komponen etiologi
dari faktor yang berhubungan adalah E dan serangkaian tanda dan gejala adalah S atau
symptom dan sign. Komponen yang ketiga ini bisa tidak dicantumkan pada rumusan
kunjungan keluarga.
Takut berhubungan dengan ketidakmengertian penggunaan ruang, jarak, waktu terhadap
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penggunaan obat tradisional sebagai pengganti
budaya.
Gangguan nutrisi berhubungan dengan kepercayaan tentang nilai budaya terhadap makanan.
Sindrom stress relokasi (pindah rumah, pindah negara) berhubungan dengan kehilangan
biasa di pakai.
Persepsi nyeri berhubungan dengan tindakan invasif dari tenaga kesehatan (perawat, dokter
dan sebagainya).
Ibu Mumtaza (M) berusia 60 tahun, warga negara Pakistan, datang ke IGD dengan
keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Tekanan darahnya 150/70mmHg, denyut jantung 82x/menit,
hitung pernafasan 22x/menit. Saat ini ibu M berkunjung pertama kali ke Amerika. Beliau
mengunjungi suaminya yang kelahiran Amerika. Ibu M kurang mengerti bahasa Inggris. Ketika
akan diperiksa tekanan darah dan ECG, ibu M tidak bersedia melepas baju dan jilbabnya. Anak
laki-lakinya tidak bisa membantu karena sejak kecil tidak terbiasa membuka jilbab di depan anak
laki-lakinya. Sedangkan menantunya yang bersedia membantu adalah warga negara Amerika
biasa di pakai.
Sindrom stress relokasi (pindah rumah, pindah negara) berhubungan dengan kehilangan
Sebenarnya ada tahapan yang disebut analisa data sebelum menegakkan diagnosa
keperawatan, kita bisa mengembangkan teknik analisa data ini ketika mendapatkan data
transkultural dari pasien. Lefervre (1998), menjelaskan bahwa sebelum kita menegakkan
diagnosa keperawatan harus dilakukan organizing atau clustering data yaitu mengumpulkan data
melalui berfikir kritis untuk mendapatkan masalah pasien. Pengelompokan data bisa berdasarkan
kebutuhan dasar, respon individu atau sistem. Pengelompokan data transkultural bisa
Salah satu contoh dasar analisa data dari Gordon yaitu tentang pola fungsi kesehatan
mencakup persepsi sehat sakit, pola nutrisi, pola dan persepsi eliminasi, pola kognitif, peran dan
relationship, kepercayaan dan nilai. Lingkup pengelompokkan data dalam menganalisa data
adalah model human response dari NANDA yang mencakup nilai, persepsi, pendidikan,
pengetahuan, aktifitas dan kemandirian. Analisa data atau pengorganisasian data keperawatan
Gambaran kasus
Bapak Kartofa berusia 62 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosa medis
stroke non hemoragia, nama panggilan Karto, suku Jawa, bahasa yang digunakan bahasa Jawa
dan Indonesia. Pak Kartofa dirawat karena jatuh di kamar mandi akibat vertigo, ada luka di
pelipis kirinya. Ketika perawat jaga akan menyuntik neurobion 5000 Intramuskuler pasien
menolak dengan alasan hal itu merupakan pantangan, menurut keyakinannya pada hari Jum’at
tidak boleh disuntik. Pasien juga menambahkan ramuan diatas balutan luka. Menurut keluarga
Pembahasan kasus
Data transkultural dari kasus bapak Kartofa bisa dilakukan analisa dengan pengklasteran
human respond. Adapun aplikasi analisa data dalam proses keperawatan dari kasus diatas bisa
preskipsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat (Doengoes, 2000). Ada tiga komponen utama dalam
keperawatan, apa yang ingin diharapkan atau criteria hasil dan rencana tindakan yaitu apa
independen (mandiri) dan kolaboratif (kerjasama dengan profesi lain, seperti : dokter,
ahli akupuntur, dan sebagainya). Rencana tindakan akan diprioritaskan sesuai diagnose
yang sudah diprioritaskan pula. Tahap perencanaan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan prioritas sesuai diagnosa keperawatan
2. Menentukan tujuan atau hasil dari asuhan keperawatan untuk tiap diagnosa
pertukaran gas, resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada
kasus transkultural diagnose ini bisa muncul ketika pasien menolak transfuse
2. Prioritas kedua, ancaman beresiko tinggi terhadap fisiologi dan psikologi seperti
gangguan integritas jaringan, resiko tinggi infeksi dan sebagainya. Pada kasus
3. Prioritas ketiga, ancaman beresiko rendah terhadap integritas fisiologi dan psikologi
………..).
mulai dari nomor satu dan seterusnya menurut keutamaan tetapi setelah ditegakkan
hasilnya adalah hasil yang di harapkan dari pasien yang tertulis dengan kata-kata yang
operasional dan memenuhi syarat yaitu isi dan waktunya harus spesifik, bisa dijangkau,
harus memenuhi syrat SMART yaitu Spesifik, Measurable (dapat diukur), Acceptable
(dapat diterapkan), Realistis dan Time (ada batasan waktu yang akan dicapai).
pembedahan.
2. Pasien akan terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam wktu 4 jam setelah diberi
cairan.
tindakan keperawatan bisa berpedoman dari berbagai standar misalnya dari NIC atau
standar tersebut dikembangkan berdasar data empiris pasien. Ketika perawat akan
dengan kata kerja aktif, misalnya kaji vital sign, lakukan program kolaborasi injeksi
antibiotic 1 gram/8 jam, beri posisi semi fowler, anjurkan mengekspresikan maksud
Negosiasi ketika konflik tidak reda, kompromi tentang pengobatan medis, pandangan
Fasilitasi pasien dengan waktu yang lebih dari biasanya dalam proses informasi dan
Tentukan seberapa jauh derajat kepercayaan pasien antara pandangan dirinya dan
budaya kelompok.
keperawatan
keperawatan transkultural. Rencana tindakan transkultural didasari prinsip rencana tindakan dari
teori Sunrise model yang terdiri dari 3 strategi yaitu : 1. Cultural care preservation or
Ketiga prinsip ini sudah dijelaskan ketika membahas konsep keperawatan transkultural.
Leininger (1985), mengatakan bahwa untuk mengurangi atau menimalisasi konflik yang
berhubungan dengan dengan budaya tersebut maka denga memakai tiga strategi yaitu :
maintenance). Tindakan keperawatan ini merujuk pada keputusan professional yang sifatnya
membantu, mendukung budaya klien untuk merawat atau menjaga keadaan kesehatan untuk
budaya tertentu beradaptasi atau bernegosiasi demi status kesehatan yang menguntungkan
memungkinkan pasien merubah cara hidup mereka untuk pola baru yang secara budaya
Gambar kasus I
(sekolah rakyat), mata pencaharian bertani, diagnose medis gagal ginjal akut (GGA), klien
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dan merupakan kakek dari 15 cucu, anak ada 4 orang
dan merupakan keluarga berpengaruh di kampungnya. Sejak pagi klien jatuh, kesadaran apatis,
GCS 11, pernafasan 32x/menit, T 200/90, S 37c. pasien mengalami oedema anasarca. Klien
mondok di RSUD Dr. Moewardi dengan diagnose hipertensi. Pagi itu keluarga membawa air
dalam botol, salah satu keluarga menjelaskan bahwa air tersebut sudah diberi doa dan akan
keperawatan).
Pembahasan kasus
Kondisi bapak Trengginas saat ini mengalami gangguan keseimbangan cairan, kelebihan
volume cairan, data pendukungnya adalah tanda vital sign diatas dan oedema ansarca. Ketika
perawat mengetahui perilaku keluarga maka sebagai perawat professional dia harus melakukan
analida data dan menentukan prinsip rencana tindakan keperawatan transkultural. Prinsip yang
dipakai adalah negosiasi budaya, sebab pemberian cairan yang berlebihan akan membahayakan
jiwa pasien. Kemudian perawat akan berfikir kritis dan menyusun rencana tindakan keperawatan
Ditandai dengan :
DS : keluarga mengatakan bahwa air tersebut sudah diberi doa oleh dukun.
Tujuan :
o Pasien dan keluarga menerima dan memahami penjelasan dari perawat tentang dampak
5. Jelaskan sesuai kondisi pasien dan keluarga tentang pengaruh cairan dalam tubuh pasien.
6. Modifikasi pengobatan tradisional dengan cara ; ambil satu sendok makan air yangtelah
diberi doa oleh dukun kemudian bersama pasien dan keluarganya diminumkan ke pasien.
7. Dukun keluarga untuk mengikuti anjuran perawat dengan memberikan cairan tersebut satu
8. Observasi kondisi fisiologis dan psikologis pasien dan keluarga setiap hari.
Gambaran kasus II
emergency dengan keluhan sesak nafas. RR 28x/menit. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
klien menderita asma bronchiale dan harus menjalani rawat inap. Sesaat kemudian pamannya
datang membawa sesajen berupa bunga dan perlengkapannya yang mengeluarkan asap dan
meletakkannya di bawah tempat tidur pasien. Kondisi tersebut menjadikan polusi udara,
memperberat penyakit pasien. Pamannya prcaya pada voodoo, harapan pamannya sesajen
Pembahasan kasus
mengambil tindakan, data yang diperoleh lakukan clusterikasi dan tentukan diagnose
keperawatannya. Praktik ritual yang dilakukan paman pasien membahayakan kesehataan pasien
dan lingkungan sehingga prinsip tindakan keperawatan yang harus dilakukan perawat aadalah
Cultural care repatterning or restructuring. Tindakan daan keputusan professional ini bersifat
membantu, mendukung, dan memungkinkan pasien merubah cara hidup mereka untuk pola baru
Ditandai dengan :
Tujuan :
o Klien dan keluarga menerima dan memahami penjelasan dari perawat tentang dampak dari
sesajen.
Kriteria hasil :
Setelah 2x pertemuan klien dapat menerima perubahan yang akan diterapkan perawat.
2. Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji dirumah dan mendoakan dari rumah.
4. Gali pengertian individu tentang masalah-masalah dan pengharapannya pada pengobatan dan
hasil-hasil diharapkan.
6. Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan pengobatan yang
dianjurkan.
Kasus III
Bapak Gatot berusia 51 tahun dirawat dengan post operasi hari keempat fraktur tibia
sepertiga distal, pagi itu pasien mengeluh nyeri sekali pada daerah luka post operasi, ketika
perawat melakukan pemeriksaan terdapat tanda-taanda raadang pada luka bapak Gatot, menurut
penjelasan pasien tadi malam jam 24.00 lika diberikan taburan serbuk oleh keluarga dan seorang
penyembuh tradisional.
kondisi pasien. Oleh karena itu perawat harus menentukan prinsip Cultural care repatterning or
restructuring. Tindakan dan keputusan professional ini bersifat membantu, mendukung, dan
memungkinkan pasien merubah cara hidup mereka untuk pola baru yang secara budaya berarti
dan memuaskan.
tradisional”.
Ditandai dengan :
DS : klien menyatakan luka operasi diberi tambahan ramuan dari penyembuh tradisional yang
Tujuan :
Kriteria hasil : “Setelah 1x pertemuan, klien mengerti dampak dari pengobatan tradisional dan
6. Anjurkan keluarga dan mendoakan sesuai dengan budayanya demi kesembuhan pasien.
Kasus IV
Ibu Srikaton berusia 41 tahun, melahirkan anak keempat, hasil pengkajian keperawatan
bias disimpulkan bahwa pasien mempunyai pantangan bahwa setelah melahirkan sampai hari ke
empat puluh pasien tidak dianjurkan makan daging, telur dan ikan.
Pembahasan kasus
Perawat telah mendapatkan data tentang pantangan pasien terhadap makanan, oleh karena
terhadaap makanan”.
Ditandai dengan :
Tujuan :
o Klien dan keluarga menerima dan memahami penjelasan dari perawat tantang dampak makan
Kriteria hasil : “setelah 3x pertemuan klien dapat menceritakan tentang pentingnya kebutuhan
nutrisi bagi ibu dan bayi serta menerima akomodasi yang dianjurkan perawat”.
Rencana intervensi :
1. Tingkatkan kesadaran klien tentang jenis atau tipe makanan yang dikomsumsi.
2. Beri kesempatan klien untuk mengekspresikan budayanya terkait dengan pantangan dan
4. Negosiasikan dengan klien tujuan masukkan nutrisi untuk setiap kali makan.
5. Lakukan kerjasama dengan bagian diet untuk mengganti protein hewani dengan protein
nabati.
Kasus V transkultural
Ibu Ramona berusia 33 tahun, keturunan batak Jawa, saat ini berada di ruang bersalin
dengan kondisi dengan satu hari postpartum anak pertama, saat ini ibu Ramona ditunggu ibunya
yang berasal dari suku Batak, keluarga ibu Ramona meletakkan abu hangat dibawah
Pembahasan kasus
Perilaku keluarga ibu Ramona tersebut merupakan perilaku budaya yang mendukung
penyembuhan pasien, oleh karena itu dalam menentukan keputusan tindakan keperawatan maka
(cultural care preservation or maintenance). Tindakan keperawatan ini merujuk pada keputusan
professional yang sifatnya membantu, mendukung budaya klien untuk merawat atau menjaga
Rangkuman
klastering kebutuhan dasar atau human respond yang dilanjutkan dengan berfikir kritis oleh
perawat professional.
4. Rencana tindakan keperawatan transkultural dikembangkan dan dimodifikasi dari berbagai
Uji kompetensi
buatlah intervensinya.