(COMBUSTIO)
Disusun oleh :
Syifa Khoirunnisa (220110100015)
B. Istilah penting
1. Blister
Blister adalah esikel/benjolan/bula yang berisi cairan bening.
2. Ureum kreatinin
Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam
amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal,
dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang
normal adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini
tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati
dalam pembentukan ureum.
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang
terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada
seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kadar
kreatinin pada pria max 1,6 kalau sudah melebihi 1,7 harus hati-hati.
Jangan-jangan nanti memerlukan cuci darah
Kreatinin: hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah
mg kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg BB. Nilai normal pada
laki-laki adl 20-26 mg/kg BB. Sedang pada wanita adl 14-22 mg/kg BB.
Ekskresi kreatinin meningkat pada penyakit otot.
Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin
(kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 –
1,2 mg/dl. Di atas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya
gangguan fungsi ginjal. Tetapi kami rasa angka 1,3 mg/dl masih tergolong
normal, walaupun Anda sebaiknya mulai waspada.
Batas normal :
Batas normal ureum : 20 – 40 mg/dl
Batas normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl
3. Hematokrit
Perbandingan antara sel-sel darah putih dan sel trombosit dengan
plasma darah.
Pemeriksaan yang dilakukan bersama dengan pemeriksaan Hb dan
eritrosit yang digunakan untuk menentukan keadaan anemia, kehilangan
darah, anemia hemolitik, polisetimia.
Nilai normal : laki-laki : 42-52%
: perempuan : 37-47%.
4. Leukosit
Fungsi leukosit/sel darah putih adalah melindungi tubuh melawan
infeksi bakteri dan virus.
Pemeriksaan leukosit dilakukan untuk mengetahui kelainan sel darah
putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh, evaluasi infeksi
bakteri dan virus, proses metabolic toksik dan diagnosis keadaan leukemia.
Nilai normal : 4,80-10,8 (10³/μl).
5. Trombosit
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah.
Pemeriksaan Trombosit dilakukan untuk mengevaluasi, diagnosis dan
pemantauan perdarahan, leukemia, gangguan pembekuan darah
(Disseminated Intravascular Coagulation/DIC) dan lainnya.
Nilai normal : 150-450 (10³/μl).
6. Hemoglobin
Hb merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang berfungsi
membawa oksigen ke dalam tubuh’
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi Hb pada
komponen darah, evaluasi anemia hemolitik (anemia yang disebabkan
rusaknya eritrosit lebih cepat).
Nilai normal : laki-laki : 14-18 (g/dL)
: perempuan : 12-16 (g/dL)
: anak-anak : 11-16 (g/dL)
7. Albumin
Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50%
protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin
diproduksi di hati, dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid
osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam
pembuluh darah) dapat dipertahankan.
Nilai normal :
Dewasa 3,8 - 5,1 gr/dl
Anak 4,0 - 5,8 gr/dl
Bayi 4,4 - 5,4 gr/dl
Bayi baru lahir 2,9 - 5,4 gr/dl
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan
pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak).
Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh :
1. Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang
menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan
genetik.
2. Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas,
penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal).
8. AGD
AGD adalah Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis
dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status
oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan
analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk
menginterpretasi hasilnya secara tepat.
1. pH
ph atau ion H+ adalah menggambarkan apakah pasien mengalami
asidosis atau alkalosis.
Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
2. paO2/PO2
paO2 adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah
menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan
adekuat. paO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya
pemberian oksigen tambahan.
Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg.
3. paCO2/PCO2
paCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat
metabolisme normal, paCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi.
paCO2 yang tinggi menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula
sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, paCO2 dapat
menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai
normal PCO2 adalah 35-45 mmHg.
4. HCO3¯
HCO3¯ menggambarkan apakah telah terjadi gangguan
metabolisme, seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan
asidosis metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3¯ juga dapat
menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan
agar pH kembali dalam rentang yang normal.
Kadar normal HCO3¯ normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l.
C. Pembahasan Kasus
1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik,
dll). Atau zat-zat yang bersifat membakar (asam, kuat, basa kuat). Luka
bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh tiap
orang, terutama anak-anak, setelah kecelakaan. Derajatnya berbeda-beda,
dari luka bakar yang paling ringan yaitu akibat sengatan matahari, hingga
yang terberat, menyebabkan kematian. Luka bakar yaitu luka yang
disebabkan oleh suhu tinggi, dapat disebabkan banyak faktor, yaitu fisik
seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang terbuka, petir atau
bahan kimiawi seperti asam atau basa kuat.
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
2. Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya
injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.
3. Klasifikasi
1. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar
antara lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar,
kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia
Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di
atas:
a. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang
didasarkan pada elemen kulit yang rusak.
Tabel Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan
Ketebalan partial Jilatan api, sinar ultra violet Kering tidak ada gelembung.
superfisial (terbakar oleh matahari).
Oedem minimal atau tidak ada.
(tingkat I)
Pucat bila ditekan dengan ujung jari,
berisi kembali bila tekanan dilepas.
Lebih dalam dari Kontak dengan bahan air Blister besar dan lembab yang
ketebalan partial atau bahan padat. ukurannya bertambah besar.
(tingkat II) Jilatan api kepada pakaian. Pucat bial ditekan dengan ujung jari,
bila tekanan dilepas berisi kembali.
Superfisial Jilatan langsung kimiawi.
Dalam
Sinar ultra violet.
Ketebalan sepenuhnya Kontak dengan bahan cair Kering disertai kulit mengelupas.
atau padat.
(tingkat III) Pembuluh darah seperti arang terlihat
Nyala api. dibawah kulit yang mengelupas.
4. Manifestasi Klinik
1. Fase Resusitasi :
Defisit volume cairan
Kerusakan pertukaran gas
Nyeri
Resiko terhadap cedera
Resiko terhadap infeksi
Resiko terhadap inefektif koping, individu/ keluarga
2. Fase Akut :
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan luka bakar dan
immobilitas
Resiko terhadap infeksi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Inefektif Termoregulasi
Kurang pengetahuan berhubung dengan perawatan luka bakar
3. Fase Rehabilitasi :
Perubahan status nutrisi
Nyeri dan pruritus
Kerusakan integritas kulit
Gangguan body image
Resiko tinggi inefektif koping individu
11 – 20 Nyeri kepala
41 – 50 Tachypnea, tachicardia
Diambil dari Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment
of inhalation injuries. Critical Care Clinics of North America, 3(2), 195.
6. Komplikasi
4. Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa
dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih
bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan
parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain :
Kedalaman luka bakar
Sifat kulit
Usia pasien
Lamanya waktu penutupan kulit
Penanduran kulit.
5. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka
bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi
komplikasi kontraktur adalah :
Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.
Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin
(perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang
berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll)
perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif).
Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan
tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrosi scar,
dimana penggunaan presure grament ini dapat menghambat
mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.
6. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka
penderita dapat mengalami sepsis.
4. Curling’s ulcer (tukak curling)
Ini merupakan indiksi serius, biasanya muncul pada malam kelima
atau hari kesepuluh terjadi ulkus duadenum atau ulkus lambung,
kadang-kadang di temui hematomesis.
5. Gangguan jalan nafas
Paling dini muncul di bandigkan komplikasi lainnya, muncul pada
hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.
1. Gagal Nafas Akut (ARDS)
2. Syok Hipovolemik
3. Gagal Ginjal Akut (ARF)
4. Sindrom kompartemen
5. Ileus paralitik
6. Ulcus Pepticum
7. Pencegahan
HATI-HATI
8. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a. Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin
iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas.
2) Sirkulasi :
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler
pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok
ATN gagal ginjal.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
F. Obat – obatan:
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam
sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman
dan sesuai hasil kultur.
Analgetik : kuat (morfin, petidine)
Antasida : kalau perlu
2. Non-Farmakologi
Perawatan Luka Bakar
Adapun tujuan perawatan luka bakar adalah menjaga luka tetap
bersih, mencegah infeksi, mengurangi rasa sakit, mempercepat
penyembuhan dan komplikasi.
9. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik/Sistemik
1. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik), takikardia
(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
2. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
3. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat;
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan bising
usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari
20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
4. Makanan/cairan:
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
5. Neurosensori
Gejala : area batas, kesemutan.
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks
tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang
(syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpanik
(syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan
perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
7. Respirasi/Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda : serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera
inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam
(ronkhi).
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium
terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan
kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh
luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap.
Ginjal
Darah ke ginjal ↓
Respon sistemik LB
Paru-paru
Hipertensi arteri pulmonal
Compliance paru ↓
Sesak
RR ↑
Gangguan perfusi
jaringan
DO : Panas Kerusakan integritas
Injury/destruksi jrngn klit
- ditemukan blister yang kulit
Koagulasi, dematurasi, protein
berisi cairan bening dan ionisasi isi sel
- leukosit 13.000 Nekrosis dan kegagalan fungsi
DS : organ
Kerusakan integritas
kulit
Respon sistemik LB
integumen/kulit
trauma fisik
Kerusakan lapisan epidermis
Imun ↓
↓ aktivitas limfosit (Ig)
Gangguan fungsi netrofil dan
makrofag
Leukosit ↑
Gangguan infeksi dan
sepsis
3. Diagnosa
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for
planning and documenting patient care mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan
kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan
pemasukan. Kehilangan perdarahan.
2. Infeksi dan sepsis berhubungan dengan Pertahanan primer
tidak adekuat, kerusakan perlinduingan kulit; jaringan
traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan
Hb, penekanan respons inflamasi.
3. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan
Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi
jaringan cidera contoh debridemen luka.
4. Gangguan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan
Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka
bakar seputar ekstremitas dengan edema.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
(parsial/luka bakar dalam).
4. Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
Keperawatan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Kekurangan Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman untuk
volume cairan mendemostr Perhatikan kapiler dan penggantian cairan dan mengkaji
berhubungan asikan status kekuatan nadi perifer. respon kardiovaskuler.
dengan cairan dan
Kehilangan biokimia Penggantian cairan dititrasi untuk
cairan melalui membaik. Awasi pengeluaran urine meyakinkan rata-2 pengeluaran
rute abnormal. Kriteria dan berat jenisnya. urine 30-50 cc/jam pada orang
Peningkatan evaluasi: tak Observasi warna urine dewasa. Urine berwarna merah
kebutuhan : ada dan hemates sesuai pada kerusakan otot masif karena
status manifestasi indikasi. adanyadarah dan keluarnya
hypermetaboli dehidrasi, mioglobin.
k, ketidak resolusi Peningkatan permeabilitas
cukupan oedema, kapiler, perpindahan protein,
pemasukan. elektrolit proses inflamasi dan kehilangan
Perkirakan drainase luka
Kehilangan serum dalam cairan melalui evaporasi
dan kehilangan yang
perdarahan. batas mempengaruhi volume sirkulasi
tampak
normal, dan pengeluaran urine.
haluaran Penggantian cairan tergantung
urine di atas pada berat badan pertama dan
30 ml/jam. perubahan selanjutnya
Timbang berat badan Memperkirakan luasnya
setiap hari oedema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi
dan pengeluaran urine.
Ukur lingkar ekstremitas Penyimpangan pada tingkat
yang terbakar tiap hari kesadaran dapat mengindikasikan
sesuai indikasi ketidak adequatnya volume
sirkulasi/penurunan perfusi
serebral
Selidiki perubahan Stres (Curling) ulcus terjadi pada
mental setengah dari semua pasien yang
luka bakar berat(dapat terjadi
pada awal minggu pertama).
Observasi distensi
Observasi ketat fungsi ginjal dan
abdomen,hematomesis,fe
mencegah stasis atau refleks
ces hitam.
urine.
Hemates drainase NG Memungkinkan infus cairan
dan feces secara periodik. cepat.
Resusitasi cairan menggantikan
Lakukan program
kehilangan cairan/elektrolit dan
kolaborasi meliputi :
membantu mencegah komplikasi.
Pasang / pertahankan Mengidentifikasi kehilangan
kateter urine darah/kerusakan SDM dan
kebutuhan penggantian cairan
dan elektrolit.
Pasang/ pertahankan
ukuran kateter IV. Meningkatkan pengeluaran urine
dan membersihkan tubulus dari
Berikan penggantian
debris /mencegah nekrosis.
cairan IV yang dihitung,
Penggantian lanjut karena
elektrolit, plasma,
kehilangan urine dalam jumlah
albumin.
besar
Menurunkan keasaman gastrik
- Antasida
Pantau:
- Tanda-tanda vital
setiap jam selama
Inspeksi adekuat dari luka bakar.
periode darurat,
setiap 2 jam selama
periode akut, dan
Penggantian cairan cepat penting
setiap 4 jam selama
untuk mencegah gagal ginjal.
periode rehabilitasi.
Kehilangan cairan bermakna
- Warna urine.
terjadi melalui jarinagn yang
- Masukan dan
terbakar dengan luka bakar luas.
haluaran setiap jam
Pengukuran tekanan vena sentral
selama periode
memberikan data tentang status
darurat, setiap 4 jam
volume cairan intravaskular.
selama periode akut,
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan Temuan-temuan ini mennadakan
laporan elektrolit. hipovolemia dan perlunya
- Berat badan setiap peningkatan cairan. Pada lka
hari. bakar luas, perpindahan cairan
- CVP (tekanan vena dari ruang intravaskular ke ruang
sentral) setiap jam interstitial menimbukan
bial diperlukan. hipovolemi.
- Status umum setiap 8
jam. Pasien rentan pada kelebihan
beban volume intravaskular
selama periode pemulihan bila
Pada penerimaan rumah
perpindahan cairan dari
sakit, lepaskan semua
kompartemen interstitial pada
pakaian dan perhiasan
kompartemen intravaskuler.
dari area luka bakar.
Temuan-temuan guaiak positif
Mulai terapi IV yang ennandakan adanya perdarahan
ditentukan dengan jarum GI. Perdarahan GI menandakan
lubang besar (18G), lebih adaya stres ulkus (Curling’s).
disukai melalui kulit Mencegah perdarahan GI. Luka
yang telah terluka bakar. bakar luas mencetuskan pasien
Bila pasien menaglami pada ulkus stres yang disebabkan
luka bakar luas dan peningkatan sekresi hormon-
menunjukkan gejala- hormon adrenal dan asam HCl
gejala syok hipovolemik, oleh lambung.
bantu dokter dengan
pemasangan kateter vena
sentral untuk pemantauan
CVP.
6. Rehabilitasi
Rehabilitasi berasal dari bahasa Inggris, re- berarti kembali dan
abilitation artinya kemampuan. Jadi rehabilitasi medik merupakan
usaha medis yang dilakukan untuk mengembalikan atau menjaga
kemampuan atau fungsi organ tubuh. Dikatakan rehabilitasi
merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada
penderita luka bakar karena rehabilitasi berguna untuk mencegah
terjadinya skar atau gangguan fungsi alat tubuh setelah penanganan
luka bakar selesai.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan
suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai
fase lanjut. Pada luka bakar terjadi perubahan destruktif pada
jaringan akibat panas yang berlebihan, radiasi ultraviolet, zat kimia
atau lainnya. Hal terpenting dari luka bakar adalah area permukaan
tubuh yang terkena, kedalaman luka bakar, lokasi luka bakar, umur
pasien, keadaan umum, dan penyebab luka bakar sendiri.
Luka bakar merupakan penyebab utama kematian dan
kecacatan di Amerika Serikat. Pasien luka bakar biasanya
memerlukan pengawasan yang lama dalam rehabilitasi,
rekonstruksi dan dukungan psikologis. Kualitas penanganan luka
bakar tidak lagi diukur hanya dari kelangsungan hidup, tetapi juga
penampilan dan fungsi organ kedepannya dan diharapkan
penanganan luka bakar dapat menjadi lebih baik dengan
mengembalikan pasien kedalam lingkungan rumah dan masyarakat
seperti keadaan sebelum sakit. Tujuan ini dapat tercapai dengan
adanya kerjasama tim penanganan luka bakar.
11. Patofisioligi
DAFTAR PUSTAKA
Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC,
Jakarta.
Price & Wilson, 1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC,
Jakarta
Smeltzer. S.C, Bare. B.G, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
dan Suddarth ed.8. vol.3. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.