Anda di halaman 1dari 69

BAB I

ABORTUS

1.1. Definisi Abortus

Abortus adalah fetus dengan berat kurang dari 500 gram atau umur kehamilannya
kurang dari 20 minggu pada saat dikeluarkan dari uterus, yang tidak mempunyai
kemungkinan hidup. (Dorland, 2002)

Menurut Norman F. Gant (2010), abortus didefinisikan sebagai penghentian


kehamilan oleh sebab apapun. Jika abortus terjadi secara spontan, istilah awam
keguguran (miscarriage) sering digunakan. aborsi menandakan terhentinya
kehamilan sebelum usia gestasi lengkap 20 minggu, atau 139 hari, dihitung dari hari
pertama haid normal terakhir. Kriteria yang sering digunakan untuk abortus adalah
pegeluaran janin atau neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah terhentinya


kehamilan sebelum usia gestasi 20 minggu atau 139 hari dihitung dari hari pertama
haid normal yang disertai dengan pengeluaran janin atau fetus yang beratnya kurang
dari 500 gram dikeluarkan melalui uterus yang tidak mempunyai kemugkinan hidup.

1.2. Jenis-Jenis Abortus

Menurut Norman F. Gant abortus dibedakan menjadi dua yaitu abortus yang
terjadi secara spontan dan abortus karena di induksi, kedunya akan di bahas satu
persatu dibawah ini.

a. Abortus Spontan
Kehilangan janin yang tidak disadari secara dini. Kehilangan janin yang secara
klinis diketahui kemungkinan besar juga meliputi sejumlah abortus dengan janin yang
telah meninggal beberapa minggu sebelum janin tersebut keluar.

1
Berdasarkan aspek klinis, abortus spontan biasanya dikelompokan kedalam
lima subgroup : abortus iminem, insipien, inkompletus, missed, dan rekuran. Berikut
uraiannya .

1. Abortus iminem (mengancam) adalah perdarahan pervaginam atau setiap duk


vagina yang berdarah selama paruh pertama kehamilan. Perdarahan umumnya
sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari atau minggu. Nyeri pada
abortus iminem mungkin terasa dibagian anterior dan jelas ritmik, mirip nyeri
bersalin; nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan seperti tekanan
dipanggul; atau rasa tidak nyaman yang terkumpul di garis tengah
suprasimfisisdisertai nyeri tekan diatas uterus. Jika uterus yang diukur secara
akurat dalam periode waktu tertentu tidak membesar malah mengecil, dapat
disimpulkan bahwa janin telah meninggal.
2. Abortus insipien adalah abortus yang ditandai oleh robekan selaput ketuban
yang nyata disertai dilatasi serviks.
3. Abortus inkompletus adalah abortus yang terjadi pada minggu kesepuluh, janin
dan plasenta kemungkinan besar dikeluarkan bersama-sama, tetapi sesudah
minggu kesepuluh, pengeluaran terjadi secara terpisah. Perdarahan yang
menyertai abortus pada kehamilan yang lebih lanjut seringkali banyak dan
kadang-kadang massif sehingga menimbulkan hypovolemia berat.

4. Missed abortion adalah retensi produk konsepsi in utero yang sudah meninggal
selama 4-8 minggu atau lebih. Saat ovum mati, mungkin mungkin timbul
perdarahan vagina atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminem. Pada
palpasi dan pengukuran uterus akan menunjukan bahwa uterus tidak berhenti
membesar, tetapi malah mengecil akibat absorbpsi cairan amnion dan maserasi
janin.
5. Abortus spontan rekuren adalah abortus spontan yang terjadi setelah tiga kali
atau lebih abortus spontan yang beruntun . abortus spontan rekuren umumnya
terjadi secara kebetulan.

2
b. Abortus yang Diinduksi (Abortus Buatan) yaitu tindakan abortus yang sengaja
dilakukan. Dua bentuk abortus yaitu abortus terapeutikus (abortus provokatus
medisinalis) dan abortus elektif (abortus provokatus kriminalis), berikut
uraiannya.
1. Abortus Terapeutik (Abortus Provokatus Medisinalis)
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup demi
keselamatan atau kesehatan ibunya. Indikasi dilakukannya abortus
terapeutikus menurut kebijakan yang dibuat oleh American College of
Obstetrician and Gynecologists
a. Jika diteruskan, kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau
menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Dalam menentukan
apakah ada resiko kesehatan semacam itu, dapat diper5timbangkan
lingkungan pasien keseluruhan, saat ini atau pada masa mendatang yang
relevan.
b. Jika kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Pada kasus seperti ini
digunakan kriteria medis yang sama dalam evaluasi pasien.
c. Jika kehamilan diteruskan, kemungkinan besar anak dilahirkan dengan
deformitas fisik atau retardasi mental yang parah.
2. Abortus Elektif (Sukarela) / Abortus Provokatus Kriminalis
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable (mampu hidup) atas
permintaan pasien, teapi bukan disebabkan risiko ibu atau penyakit janin.
Atau aburtus pada kehamilan yang tidak diinginkan.

3
1.3. Patofisiologi

Etiologi abortus menurut Norman F. Gant diantaranya:

a. Kelainan perkembangan zigot


Temuan morfologik yang paling sering ditemukan pada abortus spontan dini
adalah kelainan perkembangan sigot, mudigah, janin dini, atau, kadang,
plasenta. Perkembangan janin yang abnormal terutama pada trimester pertama-
dapat diklasifikasikan sebagai perkembangan abnormal (aneploidi) dan normal
(euploidi).
1. Abortus aneploidi-50 sampai 60% abortus spontan dini disebabkan oleh
anomaly kromosom bayi.
2. Abortus euploidi-abortus pada janin dengan kromosom normal biasanya
terjadi pada usia gestasi lebih lanjut. (Norman F. Gant, 2010)
b. Faktor maternal
Berbagai penyakit dan kelainan perkembangan diperkirakan berperan dalam
abortus euploid.
1. Infeksi kronik
Listeria monocytogenes dan toxoplasma gondii dapat menyebabkan abortus.
Isolasi mycoplasma hominis dan ureaplasma urealyticum dari traktus
genitalia.
2. Efek Endokrin
Insiden abortus dilaporkan meningkat akibat hipertiroidisme, diabetes
mellitus, dan defisiensi progesteron.
3. Obat reaksional dan toksin lingungan
a) Tembakau dihubungkan dengan peningkatan insiden abortus euploidi.
b) Alcohol, dengan konsumsi sedang dapat menyebabkan abortus euploidi.
Radiasi dalam dosis yang cukup terbukti merupakan abortifasien.
c) Lingkungan misalnya arsen, timah hitam, formaldehid, benzene, dan
etilen oksida dapat meningkatkan angka abortus.

4
4. Faktor imunologik
a) Adanya mekanisme autoimun, yaitu mekanisme repon selular atau
humoral yang ditujukan ke bagian tertentu pejamu itu sendiri contohnya
SLE.
b) Alogeneitas, yaitu ketidakcocokan genetic pada berbagai hewan dalam
satu spesies. Janin manusia merupakan transplan alogenik yang yang
ditoleransi oleh ibunya atas alas an-alasan yang belum sepenuhnya
dipahami walaupun terdapat beberapa mekanisme imunologik yang yang
dilaporkan dapat mencegah penolakan janin.
5. Gamet yang menua
Usia sperma dan sel telur dapat mempengaruhi angka abortus spontan.
6. Laparatomi- trauma laparatomi kadang dapat memicu abortus. Semangkin
dekat letak pembedahan dengan organ-organ panggul, maka resikonya
semakin besar.
c. Faktor Paternal
Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan terbentuknya zigot
yang memiliki bahan romosom terlalu sedikit atau banyak sehingga
menyebabkan abortus.

5
6
Manifestasi Klinis ((Ida Ayu, 2010)

Jenis Abortus Manifestasi KLinik Terapi


Abortus 1. Nyeri/kramp abdomen Istirahat total
imminem ringan Terapi medikamentosa:
2. Perdarahan ringan, encer - Sedative ringan
3. Pemeriksaan dalam: - Plasentogenik hormonal
- Serviks tertutup Duphaston
- Hegar positif Gestanon
- Piskacek positif Premaston
- Chadwieck positif - Relaksana
Tes kehamilan positif Duphadilan
Kegagalan, menjadi abortus
insipient
Abortus Terasa nyeri, kramp Abortus tidak mungkin
insipient lebih berat dihindari, sebaiknya diikuti
Perdarahan disertai terminasi.
gumpalan Perdarahan dapat
Pemeriksaan dalam: dihentikan.
Servik sudah ada
Ketuban menonjol
Kontraksi uterus
Tes kehamilan
mungkin masih poitif
Abortus Mengeluarkan jarngan Perdarahan mengancam sisa
inkompletus sebagian masih intra hasil konsepsi dengan
uterine kuretase
Ancaman perdarah, Kepastian diperiksakan PA
keganasan, dan infeksi Terapi tambahan:

7
Pemeriksaan dalam: - Infus caian pengganti
Servik ada, teraba - Transfuse darah
jaringan sisa - Antibiotika IV / IM dan
Perdarahan dapat uteritonika, perdarahan
bertambah dapat diatasi.
Tidak dapat
dipertahankan
Abortus Perdarahan sudah Sebagian ahli berpendapat,
kompletus minimal oleh karena sudah lengkap
Jaringan sudah ekspulsi ekspulsi, tidak perlu
total dibersihkan dengan kuretase
Besarnya uterus Sisa hasil konsepsi
mendekati normal menimbulakan bahaya:

Pemeriksaan dalam: - Perdarahan

Serviks masih ada, - Infeksi

jaringan kosong - Degenerasi ganas-khorio

Perdarahan minimal Ca

Cara Mendiagnosis
Hasil pemeriksaan USG tidak normal (Ida Ayu, 2010)
Bentuk
Keterangan
abnormal
Blighted Ovum Terbentuknya plasenta tetapi fetal plate tidak terbentuk.
Gestation sac, bentuknya tidak teratur, tertekan oleh
dinding uterus
Ter kehamilan positif, sebaiknya terminasi oleh karena
tidak akan terjadi kehamilan

8
Mola hidatidosa Tampak gambaran seperti TV mati, akibat terdapat
gelembung mola dengan hidropik degenerasi.
Tes hamil positif kuat.
Pos terminasi diikuti dengan khemoterapi.
Kelainan Kemungkinan kelainan kongenital:\
kongenital Anasefalus.
Hidrosefalus.
Spina bifida.
Kelainan lainnya.
Untuk kepastiannya dilakukan evaluasi dan konsultasi

1.4. Standar Penanganan/Pengobatan


a. Abortus imminen: terapi bedrest, tokolitik, plasentogenik hormonal, ANC-
hamil aterm
b. Abortus insipient, inkompletur, kompletus :
Pasang infus cairan pengganti.
Transfuse darah
Persiapan untuk kuretase:
Mempercepat pengambilan jaringan-hasil konsepsi
Mempercepat berhentinya pendarahan
Mengurangi infeksi dan degenerasi gasan.
Tambahan terapi:
Antibiotika
Uterotonika
Terapi suportif
c. Missed abortion
Persiapan terminasi
Pemeriksaan fisik umum

9
Pemeriksaan laboratorium. Faal hemostatis darah : trombosit,
bleeding/clothing time, jumlah fibrinogen darah.
Bila besar uterus diatas 14 minggu:
Persiapan: estradiol 240 mg selama 3-5 hari, laminaria 24-48 jam
Profilaksis antibiotika.
Besar uterus kurang dari 14 minggu:
Langsung D&C
Dilindungi oksitosin drip
Induksi terminasi:
Oksitosin drip
Prostaglandine
Ekspulsi spontan:
Ikuti dengan kuretase untuk menjamin bersih (Ida Ayu, 2010)

10
BAB II

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Pengkajian

Data yang dikaji menurut Virginia Handerson :

1) Pola Bernapas
Pada pasien abortus pola napas normal, tidak ada suara napas tambahan,
bunyi padu jelas dan vesikuler.
2) Pola Makan dan Minum
Kurang nutrisi pada saat sebelum dan sesudah abortus.
3) Pola Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak
ada.
4) Pola Mobilisasi
Pada pasien pasca abortus diharuskan untuk bedrest total untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum abortus pola tidur pasien biasanya normal 7-8 jam, setelah abortus
pola tidur pasien kurang dari 7 jam.
6) Pola Berpakaian
Pada penderita abortus tidak ada masalah dalam berpakaian, namun pada
saat terjadi perdarahan berulang basanya memakai baju longgar.
7) Pola Suhu Tubuh
Biasanya pada pasien abortus suhu dalam batas normal (36-37 C).
8) Pola kebersihan Tubuh
Pada pasien abortus kebersihan pasien tidak ada masalah.

11
9) Pola Menghindari Bahaya
Kemanan dan pencegahan pada pasien sebelum terjadi abortus kurang
diperhatikan, sehingga mudah terjadi abortus pada kehamilan dini.
10) Pola Komunikasi
Pada penderita aborsi dalam berkomunikasi tidak ada masalah, namun dalam
berkomunikasi perawat harus mengutamakan privasi klien.
11) Pola Bekerja
Pada pasien abortus biasanya sebelum terjadi abortus beban kerja pasien
berat, terlalu banyak aktivitas.
12) Pola Bermain
Biasanya pada pasien dengan abortus sering terpapar toksoplasma dari
peliharaanannya yang menyebabkan abortus.
13) Pola Belajar
Biasanya pasien dalam mengambil keputusan dibantu oleh suami dan
keluarga. Pasien dalam menghadapi masalah meminta bantuan kepada
keluarga serta teman terdekat pasien.
14) Pola Spiritual
Pasien sebelum mengalami abortus jarang beribadah.

2.2. Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaborasi

No.
Diagnosa Keterangan
DX
1. Diagnosa Koping/Toleransi Stress: Respon Koping: Ansietas
Keperawatan
Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonomy (sumber sering kali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman.

12
Batasan Perilaku:
Karakteristik Penurunan produktivitas
Gerakan yang irelevan
Gelisah
Melihat sepintas
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Mengekspresikan kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa hidup
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada.
Afektif:
Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Distress
Ketakutan
Perasaan yang tidak adekuat
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup
Senang berlebihan
Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan
Peningkatan rasa ketidakberdayaan persisten
Bingung
Menyesal
Ragu/tidak percaya diri
Khawatir

Fisiologis :
Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan ketegangan
Gemetar
Tremor
Suara bergetar
Simpatik :
Anoreksia
Eksitasi kardiovaskuler
Diare

13
Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Peninkatan reflex
Peningkatan frekuesi pernapasan
Pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokontriksi superfisial
Kedutan pada otot
Lemah

Parasimpatik :
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare
Vertigo
Letih
Mual
Gangguan tidur
Kesemutan pada ekstremitas
Sering berkemih
Anyang-anyang
Dorongan segera berkemih
Kognitif
Menyadari gejala fisiologis
Bloking pikiran
Konffusi
Penurunan lapang persepsi
Kesulitan berkonsentrasi
Penurunan kemampuan untuk belajar
Penurunan kemampuan untuk memecahkan
masalah
Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak
spesifik.
Lupa
Gangguan perhatian
Khawatir
Melamun
Cenderung menyalahkan orang lain

14
Faktor yang Perubahan dalam:
berhubungan Status ekonomi
Lingkungan
Status kesehatan
Pola interaksi
Fungsi peran
Status peran
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan interpersonal
Penularan penyakit interpersonal
Krisi maturasi
Krisis situasional
Stress
Penyalahgunaan zat
Ancaman kematian
Ancaman pada:
Status ekonomi
Lingkungan
Status kesehatan
Pola interaksi
Fungsi peran
Status peran
Konsep diri
Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan
penting hidup
Konflik yang tidak disadari mengenai nilai
yang esensial/penting
Kebutuhan yang tidak dipenuhi.
2. Diagnosa Keamanan/perlindungan : Risiko Infeksi
Keperawatan
Definisi Mengalami peningkatan risiko terserang organisme
patogenik

Batasan -
Karakteristik
Faktor yang -
berhubungan
Faktor risiko Penyakit kronis
DM
Obesitas

15
Pengetahuan yang tidqak cukup untuk
menghindari pemajanan pathogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Gangguan peristaltis
Kerusakan integritas kulit (pemasangan
kateter intravena, prosedur invasif)
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Pecah ketuban dini
Pecah ketuban lama
Merokok
Statis cairan tubuh
Trauma jaringan (mis.,trauma, destruksi
jaringan)
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder:
Penurunan hemodlobin
Imunosupresi (mis., imunitas didapat tidak
adekuat; agens farmaseutikal termasuk
imunosupresan , steroid, antibody
monoclonal, imunomodulator)
Leukopenia
Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap pathogen lingkungan
meningkat
Wabah
Malnutrisi.

2.3. Perencanaan

Perencanaan
No. Outcome ( NOC ) Rencana Tindakan ( NIC )
1. Koping/Toleransi Stress: Respon Sub kegiatan :
Koping: Ansietas
Kriteria (NOC) : control Support Group (5430)
kecemasan (1402) menentukan tujuan kelompok
Pantau intensitas kecemasan dan sifat dari proses
Mengeliminasi penyebab kelompok
kecemasan menciptakan suasana santai,
Mengurangi ransangan menerima suasana
lingkungan ketika cemas. menjelaskan tujuan awal
Mencari informasi untuk kelompok dan anggota dan

16
mengurangi kecemasan tanggung jawab pemimpin
Perencanaan strategi coping memilih anggota yang dapat
dalam situasi stress. memberikan kontribusi dan
Menggunakan strategi coping manfaat dari interaksi
yang efektif. kelompok
Menggunakan teknik relaksasi membentuk kelompok
untuk mengurangi kecemasan. dengan jumalah 5 hingga 12
Mempertahankan kinerja peran anggota,
Mempertahankan hubungan menentukan waktu dan
social tempat untuk pertemuan
Menpertahankan konsentrasi kelompok.
Melaporkan tidur yang cukup, Pertemuan dilakukan satu
Melaporkan adanya sampai dua jam, disesuaikan.
manifestasi fisik dari mempublikasikan kebijakan
kecemasan keanggotaan untuk
Manifestasi perilaku pada saat menghindari masalah yang
kecemasan tidak ada. mungkin timbul saat
Control respon kecemasan. kelompok berlangsung.
memantau dan mengarahkan
keterlibatan aktif anggota
kelompok
mendorong ekspresi dan
berbagi pengetahuan
pengalaman
mendorong rasa gotong
royong
menekankan pentingnya
mengatasi coping yang aktif.
mengidentifikasi tema topik
yang terjadi dalam diskusi
kelompok
membantu kemajuan
kelompok melalui tahap
perkembangan kelompok:
dari orientasi melalui
kekompakan pemutusan

Teaching: Individual (5606)


menilai tingkat saat pasien
pengetahuan dan pemahaman
tentang konten
menentukan kemampuan

17
pasien untuk mempelajari
informasi khusus (misalnya,
tingkat perkembangan,
tingkat fisiologis, orientasi,
nyeri, kelelahan, kebutuhan
dasar terpenuhi, keadaan
emosional, dan adaptasi
terhadap penyakit)
menentukan motivasi pasien
untuk mempelajari informasi
tertentu (yaitu, keyakinan
kesehatan, ketidakpatuhan
masa lalu, pengalaman buruk
dengan perawatan kesehatan
/ pembelajaran, dan tujuan
yang saling bertentangan)
menyesuaikan konten
kognitif pasien, psikomotor,
dan / atau afektif kemampuan
/ cacat

2. Keamanan/perlindungan : Risiko Sub kegiatan :


Infeksi
Kriteria Hasil : deteksi resiko Vital Sign Monitoring (6680)
(1908) dan monitor tekanan darah, nadi,
mengenali tanda-tanda dan suhu, dan pernapasan pasien.
gejala yang mengindikasikan memulai dan
risiko mempertahankan perangkat
mengidentifikasi risiko pemantauan suhu terus
kesehatan yang potensial menerus, yang sesuai.
mencari validasi dari risiko Pantau adanya sianosis
yang dirasakan sentral dan perifer.
melakukan pemeriksaan diri Periksa secara periodic alat
pada interval yang bantu yang dipergunakan
direkomendasikan pasien.
memakai sumber daya yang
ada untuk menginformasikan Shock Management (4250)
potensial resiko. Pantau tanda-tanda vital,
menggunakan layanan tekanan ortostatik darah,
kesehatan kongruen sesuai status mental, dan output urin
kebutuhan Posisikan posisi pasien
untuk perfusi yang optimal.

18
Menjaga kepatenan infusan.
Pantau tanda-tanda
hemodinamik (contoh
tekanan vena sentral, CRT)

2.4 Evaluasi

1. Kebutuhan cairan tercukupi


2. Dapat melakukan aktivitas
3. Nyeri dapat terkontrol
4. Infeksi tidak terjadi
5. Tidak terjadi cemas

19
BAB III
ABRUPSIO PLASENTA
1.1 Definisi
Abrupsio Plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai
lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding uterus baik lengkap maupun
parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Ben Zion Tabe, 1994).
Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat tertanamnya,
sebelum waktunya (Helen, 2006).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal
sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer,
2001).
1.2 Etiologi
Faktor penyebabnya belum diketahui, tetapi kondisi abrupsio plasenta dapat dikaitkan
dengan hal-hal berikut :

1. Tekanan darah tinggi pada ibu


Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia (15,16). Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita
yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta
cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain:
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin
yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

20
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi
pada wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman diRSUPNCM
menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan
paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin
kurang baik keadaan endometrium.
4. Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya
peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu.
Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi
hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma.
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah
dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya
plasenta . Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian
solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokaindilaporkan berkisar antara 13-
35%.7.
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu)
bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta
menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikro
sirkulasinya. Sering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya

21
solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai
terjadinya kehamilan.
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang
tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan, dan lain-lain.
1.3 Prognosis
1. Terhadap ibu, Mortalitas ibu 5 10 % hal ini karena adanya perdarahan
sebelum dan sesudah partus.
2. Terhadap anak, Mortalitas anak tinggi mencapai 70 80 % hal ini tergantung
derajat pelepasan dari plasenta.
3. Terhadap kehamilan berikutnya, Biasanya bila telah menderita penyakit
vaskuler dengan solusio plasenta, maka kehamilan berikutnya sering terjadi
solusio plasenta yang lebih hebat.
1.4 Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri diperut yang terus-menerus, warna
darah merah kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta hingga rahim teregang
(uterus embosis, Wooden uterus).
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras.
4. Fundus uteri makin lama makin naik.
5. Auskultasi DJJ sering negatif.
6. KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar.
7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)

22
8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan.
1.5 Klasifikasi Stage
Solutio plasenta dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Solutio Plasenta ringan
Tanpa rasa sakit
Pendarahan kurang dari 500 cc warna akan kehitam-hitaman
Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
Fibrinogen diatas 250 mg %
2. Solutio Plasenta sedang
Bagian janin masih teraba
Perdarahan antara 500-100 cc
Terjadi fetal distress
Plasenta lepas kurang 1/3 bagian
3. Solutio Plasenta berat
Abdomen nyeri, palpasi janin sukar
Janin telah meninggal

1.6 Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua
basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh
darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik
terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala
dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang
pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya
dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan
berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh
kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan

23
perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah
besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh
plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan
masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat
menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara
otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu
kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada
kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat
bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus
Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu
kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat
setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang
hebat.
Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan
tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibat
pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia. Pada
keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya
di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.

1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok hemoragik
2. Gangguan faal ginjal. merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita solusio plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan
hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli
ginjal yang mendadak yang umumnya masih dapat ditolong dengan
penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis

24
tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin
dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta
biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan
di bawah perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus
berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi
apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya
dalam membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
a. Fetal distress
b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
c. Hipoksia dan anemia
d. Kematian

1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder
dan leukosit.
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit,
waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar
fibrinogen, dan elektrolit plasma.
2. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin
3. USG menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin secara
keseluruhan.

25
1.9 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Hanya untuk Solutio Plsenta derjat ringan dan janin masih belum cukup
bulan, apalagi jika janin telah meninggal.
Transfusi darah (1 x 24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%). Apabila
ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10IU dalam larutan saline 500
cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam.
Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu
sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus dapat
diselesaikan dengan baik (90%) sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan
SC emergency.
2. Pengobatan
a) Umum
Pemberian darah yang cukup.
Pemberian O2
Pemberian antibiotik
Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.
b) Khusus
Terhadap hypofibrinogenaemi
Substansi dengan human fibrinogen 10 g atau darah
segar.Menghentikna fibrinolyse dengan trsylol (proteinase
inhibitor) 200.000 S. IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam
dalam infus.
Untuk meransang diurese : mannit monnitol diurese yang baik lebih
dari 30 40 cc/jam.
Pada Solutio Plsenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan pada akhirnya

26
keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau pendarahan
tampak.
Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul dibelakang plasenta
membentuk hematom retroplsentair. Pendarahan ini disebut
pendarahan kedalam atau pendarahan tersembunyi.
Pendarahan juga dapat terjadi keluar tetapi sebagian masuk kedalam
ruang amnion, terjadilah perdarahan keluar dan tersembunyi.
Perbedaan Solutio Plasenta dengan pendarahan tersembunyi dan
pendarahan keluar :
Pendarahan tersembunyi
Pelepasan biasanya komplit
Sering disertai toksemia
Hanya merupakan 20% dari Solutio Plsenta
Pendarahan keluar
Biasanya inkomplit
Jarang disertai toksemia
Merupakan 80% dari Solutio Plsenta

27
BAB IV
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Anemnesis
a) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa
melokalisir tempat mana yang paling sakit,dimana plasenta terlepas.
b) Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong
(Non-recurrent) terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah.
c) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(anak tidak bergerak lagi).
d) Kepala terasa pusing,lemas,muntah,pucat,pandangan berkunang-
kunang,ibu kelihatan anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar.
e) Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.
2. Inspeksi
a) Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan
b) Pucat,sianosis,keringat dingin
c) Kelihatan darah pervaginam
3. Palpasi
a) Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retroplasenter
hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
b) Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in
bois(woonden uterus)baik waktu his maupun di luar his
c) Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas
d) Bagian-bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang
4. Auskultasi
Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas
140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang
terlepas lebih dari sepertiga.

28
5. Pemeriksaan dalam
a) Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b) Apabila sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau
tegang,baik sewaktu his atau di luar his.
c) Apabila ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas
seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada
pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan
plasenta previa.
6. Pemeriksaan Umum
a) Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
b) Nadi cepat,kecil,filiformis
7. Pemeriksaan laboratorium
a) Urin
Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit
b) Darah
Hb menurun (anemi), pemeriksaan golongan darah, jika perlu cross match
test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan
darah a/hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot
Observation test) tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes
kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %).
8. Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis
dan cekung di bagian plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum
atau darah beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3. Ansietas

29
4. Resiko gangguan hubungan ibu-janin
5. Resiko perdarahan
2.3 Web Of Caution

30
2.4 Rencana Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
1. Nyeri akut NOC: Manajemen
Definisi: 1. Tingkat nyeri Nyeri:
Pengalaman sensori dan 2. Kontrol nyeri Kaji secara
emosi yang tidak Kriteria Hasil: komphrehensif
menyenagkan akibat Setelah dilakukan tentang nyeri,
adanya kerusakan jaringan tindakan keperawatan meliputi: lokasi,
yang actual atau potensial, selama 3x24 jam karakteristik dan
atau dgambarkan dengan pasien mampu untuk: onset, durasi,
istilah seperti 1. Menunjukkan frekuensi,
(international association tingkat nyeri, yang kualitas,
for the study of pain ); dibuktikan oleh intensitas/beratn
awitan yang tiba-tiba atau indikator sebagai ya nyeri, dan
perlahan dengan intesitas berikut (sebutkan faktor-faktor
ingan sampai berat dengan 1-5 :sangat berat, presipitasi.
akhir yang dapat di berat, sedang, Kaji tingkat
antisipasi atau dapat ringan atau tidak ketidaknyamana
diramalkan dan ursinya ada) n pasien dan
kurang dari enam bulan. Melaporkan nyeri catat perubahan
Batasan Karakteristik: Memperlihatkan dalam catatan
Mengungkapkan wajah meringis medik dan
secara verbal atau Perubahan pada informasikan
melaporkan nyeri frekuensi nadi kepada seluruh
dengan isyarat 2. Mengontrol nyeri tenaga yang
Posisi untuk dengan indikator: menangani
menghindari nyeri Mengetahui pasien
Respon autonomic penyebab nyeri Gunakan
(misalnya, Mengetahui tanda komunikasi
diaphoresis; dan gejala nyeri. terapeutik agar

31
perubahan tekanan pasien dapat
darah, pernapasan, mengekspresika
atau nadi; dilatasi n nyeri
pupil Tentukan
Perubahan selera dampak dari
makan ekspresi nyeri
Perilaku eksprensif terhadap
(misalnya, gelisah, kualitas hidup:
merintih, menagis, pola tidur, nafsu
kewaspadaan makan, aktifitas
berlebihan, peka kognisi, mood,
terhadap rangsang, relationship,
dan menghela napas pekerjaan,
panjang. tanggungjawab
Wajah topeng (nyeri) peran.
Bukti nyeri yang Kontrol faktor-
dapat dipahami faktor
Gangguan tidur (mata lingkungan yang
terlihat kuyu, dapat
gerakkan tidak teratur mempengaruhi
atau tidak menentu, respon pasien
an menyeringai) terhadap
Faktor yang ketidaknyamana
Berhubungan: n (ex:
Agens-agens temperatur
penyebab cedera ruangan,
(misalnya biologis, penyinaran, dll).
kimia, fisik dan Modifikasi
psikologis) tindakan
mengontrol
nyeri

32
berdasarkan
respon pasien.
Tingkatkan
tidur/istirahat
yang cukup.
Lakukan teknik
variasi untuk
mengurangi
nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi,
dan
interpersonal).
Kolaborasikan
dengan pasien,
orang terdekat
dan tenaga
profesional lain
untuk memilh
tenik non
farmakologi
Health
education:
Berikan
informasi
tentang nyeri,
seperti:
penyebab,
berapa lama
terjadi, dan
tindakan

33
pencegahan.
Anjurkan pasien
untuk
memonitor
sendiri nyeri.

2. Kekurangan volume cairan NOC: Mengurangi


Definisi: 1. Keseimbangan perdarahan :
Keadaan individu yang cairan Antepartum
mengalami penurunan 2. Hidrasi uterus
cairan intravaskuler, 3. Status nutrisi Identifikasi
interstisial, dan / atau Kriteria Hasil: etiologi
cairan intrasel. Diagnosis Setelah dilakukan perdarahan
ini merujuk ke dehidrasi tindakan keperawatan Monitor pasien
yang merupakan selama 2x24 jam secara ketat akan
kehilangan cairan saja pasien mampu untuk: perdarahan
tanpa perubahan dalam 1. Mempertahankan Monitor jumlah
natrium. keseimbangan dan karakter
cairan dengan (nature)
Batasan Karakteristik: indikator: kehilangan darah
Penurunan status TTV dalam pasien
mental rentang normal Catat kadar
Penurunan tekanan Hb dan Hematokrit Hb/Ht sebelum
arah dalam batas dan setelah
Penurunan tekanan normal. kehilangan darah
nadi Hidrasi yang sebagai indikasi
Penurunan turgor adekuat Monitor TD dan
kulit 2. Mempertahankan parameter
Penurunan pengisian hidrasi dengan hemodinamik,
vena indikator: jika tersedia

34
Kulit kering Tidak ada tanda- (contoh: tekanan
Membrane mukosa tanda dehidrasi vena sentral dan
kering Membran mukosa kapiler
Hematokrit lembab paru/tekanan
meningkat 3. Memperbaiki arteri
Suhu tubuh status nutrisi temporalis)
meningkat dengan indikator: Monitor
Frekuensi nadi Keseimbangan status/keadaan
meningkat asupan dan cairan termasuk
Penurunan berat haluaran yang intake dan
badan yang tiba-tiba ( seimbang. output
kecuali pada lapisan Memiliki asupan Kaji koagulasi,
yang ketiga ) cairan oral termasuk
Kelemahan dan/atau intravena prothrombin
Faktor yang yang adekuat. time (PT),
Berhubungan: partial
Kehilangan volume cairan thomboplastin
aktif. time (PTT),
fibrinogen,
degradasi
fibrin/split
products, dan
jumlah platelet
jika diperlukan
Kaji
kecendrungan
transport
oksigen di
tingkat jaringan
misalnya melalui
(PaO2, SaO2,

35
dan tingkat Hb
dan cardiac
output)
Pelihara
kepatenan IV
Berikan
tambahan darah
(misalnya
berupa platelet,
dan plasma
darah) yang
sesuai.
Manajemen
Hipovolemia
monitor status
cairan, meliputi
intake dan
output dengan
tepat
hitung
kebutuhan cairan
berdasarkan luas
permukaan
tubuh
monitor respon
pasien terhadap
perubahan
volume cairan
berikan larutan
hypotonik
(D5W, D5, NS)

36
untuk rehydrasi
intraseluler
berikan larutan
isotonik (normal
salin dan ranger
laktat) untuk
rehydasi
ekstraseluler
kombinasikan
larutan
crystaloid
(normal salin
dan ranger laktat
) dan larutan
koloid (hespan
dan plasmanate)
untuk mengganti
volume
intravaskuler
mulai
penggantian
cairan yang
sudah ditentukan
dengan tepat
monitor tempat
IV untuk tanda
infiltrasi atau
infeksi
monitor adanya
kehilangan
cairan yang tidak

37
disadari
(diaphoresis dan
infeksi respirasi)
instruksikan
pasien untuk
menghindari
perubahan posisi
yang cepat,
khususnya dari
supine ke duduk
atau berdiri
monitor berat
badan
observasi
indikasi
dehydrasi
(turgor kulit
yang jelek,
capiler refil
terlambat,
lemah, haus,
membran
mukosa kering,
penurunan
output urin, dan
hipotensi)
berikan produk
darah (platelet
dan plasma)
monitor
reaksi darah

38
dengan tepat
Health
Education:
instruksikan
pasien dan atau
keluarga dalam
menangani
hipovolemia
Instruksika
n pasien
dan/atau
keluarga
terhadap tanda-
tanda perdarahan
dan tindakan
pertama yang
dibutuhkan
segera selama
terjadi
perdarahan
(misalnya
mencari
perawat)
Instruksika
n pasien pada
aktivitas yang
dibatasi jika
diperlukan
Instruksika
n pasien dan
keluarga

39
terhadap
keparahan
kehilangan darah
dan tindakan
yang tepat untuk
dilakukan.
3. Ansietas NOC: Penurunan
Definisi: 1. Tingkat ansietas ansietas
Perasaan tidak nyaman
2. Pengendalian-Diri Kaji dan
atau kekhawatiran yang terhadap ansietas dokumentasikan
samar disertai respons Kriteria Hasil: tingkat kecemasan
autonom (sumber sering Setelah dilakukan pasien
kali tidak spesifik atau tindakan keperawatan Kaji untuk factor
tidak dikethui oleh selama 2x24 jam budaya (misalnya,
individu); perasaan takut pasien mampu untuk: konflik nilai) yang
yang disebabkan oleh1. Ansietas berkurang, menjadi penyebab
antisipasi terhadap bahaya. dibuktikan oleh bukti ansietas
Perasaan ini merupakan tingkat ansietas hanya Menentukan
isyarat kewaspadaan yang ringan sampai sedang, kemampuan
memperingatkan bahaya dan selalu pengambilan
yang akan terjadi dan menunjukan keputusan pasien
memampukan individu pengendalian-diri Gunakan
melakukan tindakan ntuk terhadap ansietas, pendekatan yang
menghadapi ancaman. kosentrasi dan koping tenag dan
Batasan Karakteristik: 2. Menunjukan meyakinkan
Mengekspresikan pengendalian-diri Nyatakan dengan
kekhawatiran akibat terhadap ansietas, jelas tentang
perubahan dalam peristiwa yang dibuktikan oleh harapan terhadap
hidup indikator sebagai perilaku pasien
Gerakan tidak relevan berikut (sebutakan 1- Dampingi pasien
(misalnya, mengeret kaki, 5: tidak pernah, (misalnya Selama

40
gerakan lengan) jarang, kadang- prosedur) ntuk
Gelisah kadang, sering atau meningkatkan
Memandang sekilas selalu) : keamanan dan
Insomnia Merencanakan mangurangi rasa
Resah strategi koping untuk takut
Ketakutan situasi penuh tekanan Berikan pijatan
Perasaan tidak adekuat Mempertahankan punggung/pijatan
Fokus pada diri sendiri performa peran leher, jika perlu
Gugup Memantau distorsi Jaga peralatan
Nyeri dan peningktan persepsi sensori perawatan jauh dari
ketidakberdayaan yang Memantau pandangan
persisten manifestasi perilaku Bantu pasien untuk
Marah ansietas mengidentifikasika
Menyesal Menggunakan tehnik n situasi yang
Wajah tegang relaksasi untuk mencetuskan
Peningkatan keringat meredakan ansietas ansietas
Terguncang Health education:
Tremor di tangan Sediakan
Suara bergetar informasi factual
Kesadaran terhadap menyangkut
gejala-gejala fisiologis diagnosis, terapi,
Konfusi dan prognosis
Penurunan lapang Instruksikan
pandang kesulitan untuk pasien tentang
berkonsentrasi penggunaan tehnik
Melamun relaksasi
Kecenderungan untuk Jelaskan semua
menyalahkan orang lain prosedur, termasuk
Faktor yang sensasi yg biasanya
Berhubungan: dialami selama
ancaman kematian prosedur.

41
Ancaman atau perubahan
pada status peran, fungsi
peran, lingkungan, status
kesehatan, status ekonomi,
atau pola interaksi.
4. Resiko gangguan NOC:
hubungan ibu-janin
Definisi:
Beresiko terhadap
diskontinuitas hubungan
simbolik ibu-janin sebagai
akibat kondisi komorbid
atau kondisi terkait
kehamilan.
Faktor Resiko:
Penyulit kehamilan
(misalnya ketuban pecah
dini, plasenta previa atau
solusio plasenta, asuhan
pranatal lambat, kehamilan
kembar)
Gangguan transpor
oksigen (misalnya anemia,
penyakit jantung, asma,
hipertensi, kejang,
persalinan prematur,
hemoragi)
Gangguan metabolisme
glukosa (misalnya
diabetes, penggunaan
steroid)

42
Penganiayaan fisik
Penyalahgunaan zat
(misalnya tembakau,
alkohol, obat)
Efek samping terkait
terapi (misalnya medikasi,
pembedahan)

2.5 Evalausi

Abrupsio plasenta adalah pemisahan premature plasenta dari dinding uterus.


Penyebab pasti tidak diketahui. Abrupsio plasenta dapat menimbukan komplikasi
seperti yang serius seperti hemoragi, syok, gagal ginjal, KID, kematian ibu, dan
kematian janin. Penatalaksanaan pada kasus abrupsio plasenta berupa elavuasi dan
atasi perdarahan, pencegahan ganguan koagulasi, pelahiran per vagina jika
pemisahan plasenta berat dan disertai tanda-tanda kehidupan janin, tidak makan
atau minum sampai pelahiran selesesai, tirah baring, infus cairan iv, dan pelahiran
sesar bila bayi mengalami distress.

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan abrupsio


plasenta adalah kekurangan volume cairan, nyeri akut, ansietas, risiko gangguan
hubungan ibu-janin, dan dukacita.
Masalah lain pada plasenta yang mirip dengan abrupsio plasenta adalah
plasenta previa. Plasenta previa adalah suatu keadaan di mana plasenta terletak
pada segmen bawah uterus.
Pada abrupsio plasenta, terdapat pendarahan dengan nyeri dan segera disusul
partus sedangkan pada plasenta previa perdarahan terjadi tanpa disertai nyeri dan
perdarahan terjadi berulang-ulang sebelum partus. Pada abrupsio plasenta bunyi
jantung bayi biasanya tidak ada sedangkan pada plasenta previa biasanya ada
bunyi jantung.

43
BAB V

KEHAMILAN EKTOPIK

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu

Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)


terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.

Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat.

Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita


terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

44
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektropik terganggu.


2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya kehamilan etropik terganggu
3. Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya
kehamilan ektropik.

45
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen.
Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi(Murria,2002).
Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi berimplatasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan
kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis
servikalis masih termaksud dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Kehamilan ektopik adalah implantasi dari pertumbuhan hasil konsepsi
diluar endometrium kavum uteri(kapita selekta,2001)

2.2 Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti. Namun demikian,
penyebab kehamilan ektopik yang paling sering adalah faktor tuba (95%).
Di bawah ini merupakan penyebab kehamilan ektopik :
a. Faktor tuba, meliputi: penyempitan lumen tuba, gangguan silia tuba,
perasi dan sterilisasituba yang tidak sempurna, endometriosis tuba, tumor;
b. Faktor ovum, meliputi: rapid cell devision, migrasi eksternal dan
internal ovum, perlekatan membran granulosa
c. Penyakit radang panggul
d. Kegagalan kontrasepsi
e. Efek hormonal, meliputi : penggunaan kontrasepsi mini pil, dan
f. Riwayat terminasi kehamilan sebelumnya.
2.3 Prognosis
Sekitar 12% wanita akan kembali mengalami kehamilan ektopik, ketika
sebelumnya juga pernah mengalami ektopik. Wanita akan kembali menjadi subur
setelah mengalami kehamilan ektopik (60%), trauma berat setelah mengalami

46
kehamilan kembali 30% serta sekitar 10% wanita akan memilki masalah
kesuburan setelah mengalami kehamilan ektopik.

2.4 Manfestasi Klinik


Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti
kehamilan pada umumnya, yaitu :
Terlambat haid
Mual dan muntah
Mudah lelah
Perabaan keras pada payudara.
Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah :
Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam
awalnya kemudian perlahanlahan menyebar ke seluruh perut.
Nyeri bertambah hebat bila bergerak.
Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti
menstruasi)

2.5 Klasifikasi Stage

Beberapa klasifikasi kehamilan ektopik adalah:


a) Kehamilan interstisial (kornual)
Kehamilan intertestisial adalah kehamilan yang implantasi embrionya di tuba
falopi. Angka kematian ibu akibat kehamilan interstisial adalah 2
%. Penanganan pada kasus ini dengan laparatomi

47
b) Kehamilan ovarium
Kehamilan di ovarium lebih sering dikaitkan dengan perdarahan dalam jumlah
banyak dan pasien sering mengalami ruptur kista korpus luteum secara klinis,
pecahnya kehamilan ovarium, torsi, endometriosis.
c) Kehamilan servik
Kehamilan servik merupakan kehamilan dengan nidasi di kanalis servikalis,
dinding servik menjadi tipis dan membesar. Kehamilan di servikalis ini jarang
dijumpai. Tanda dari kehamilan ini adalah : kehamilan terganggu, perdarahan,
tanpa nyeri, abortus spontan. Terapinya adalah histerektomi.
d) kehamilan abdominal
Kehamilan abdominal terbagi menjadi : primer (implantasi sesudah dibuahi,
langsung pada peritonium/ kavum abdominal) dan sekunder (embrio masih
hidup dari tempat primer). Kehamilandapat aterm dan anak hidup, namun
didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan maserasi, infiltrasi lemak jadi
lithopedion/ fetus papyraceus. Terapi kehamilan abdominal adalah:
laparotomi, plasenta dibiarkan (teresorbsi).
2.6 Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama,
zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative
sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot
yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

48
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-
tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan.
Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel
epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular
dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi
Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal
untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.

2.7 Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan
perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

2.8 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan :
a. Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran rahim dalam masa
kehamilan dan merasakan perut yang keras
b. Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon -hCG. Pemeriksaan ini
diulangi 2 hari kemudian.
c. Pada kehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak 2 kali setiap
2 hari. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah
seperti kehamilan ektopik
d. Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.

49
e. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik
di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
2.9 Penatalaksanaan
1. Medis
a) Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat
yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker)
b) Operasi
Tubektomi
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi
yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong
dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter).
Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan
mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal
ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma.
Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap
keluar tuba.
Tanfusi darah
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika
terjadi pendarahan yang berlebihan.
c) Pemeriksaan laboratorium
Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.
d) Dilatasi kuretase
Kuldosintesi yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di
dalam kavum douglasi terdapat darah. Tehnik kuldosintesi :
Baringkan pasien dalam posisi litotomi.
Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik.
Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam
serviks, lakukan traksi ke depan sehinggah forniks posterior tampak.

50
Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan
penghisapan dengan semprit 10 ml.
Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa
bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
e) Ultrasonografi : Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong
gestasi di luar uterus .
2. Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan
pelaksanaan kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan
nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan.
Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.

51
BAB VII
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Biodata
a) Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik
atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
b) Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi
dantindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa
penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada
usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
c) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien
apakahdekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya
dalam pemeriksaan kehamilan.
d) Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentanggejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
e) Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali
klien mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
f) Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
2. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain
itu klien ammeorrhoe.
3. Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian
disusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya
nyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya
perdarahan pervagina :
a) Kadang disertai muntah

52
b) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
c) Terkumpulnya darah di rongga perut :
Menegakkan dinding perut nyeri
Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok
hipovolemik
4. Riwayat penyakit masa lalu
a) Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat
endomatritis, addresitis menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba
menyempit / membantu.
b) Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi
5. Status obstetri ginekologi
a) Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 45
tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih
mengharapkan anak.
b) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses
persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
c) Grade multi
d) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
e) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.
6. Riwayat kesehatan keluarga
a) Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
b) Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri
dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
7. Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami
gangguankonsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan
8. Pola aktivitas sehari hari
a) Pola nutrisi

53
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri
adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul
dirongga abdomen.
b) Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri,
adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada
rangsangan dalam pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami
output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan
cairan yang kurang.
c) Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut
untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul
nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
d) Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat
hematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.

B. Pemeriksaan Fisik
a) TTV
Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi
akan mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan
darah diukur pada posisi duduk dengan posisi sejajar posisi jantung.
Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang
didapatkan.
Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia bisa terjadi
pada keadaan cemas, hipertiroid dan infeksi.Nadi diperiksa selama
satu menit penuh untuk dapat menentukan keteraturan detak jantung.

54
Nadi diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi
seharusnya sama kuat dan teratur.
Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per
menit.Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau
penyakit jantung. Suara napas harus sama bilateral, ekspansi paru
simetris dan lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.
Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C. Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawat medis.
b) Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umum ialah
kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat dan anemia
(Prawiroharjo, 1999 ; 255)
c) Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)

d) Pemeriksaan leher dan thorak


Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan
melalui leher dan thorax,Payudara pada KET, biasanya mengalami
perubahan.
e) Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus,
dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor
yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata
disamping uterus.
f) Pemeriksaan genetalia
Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia
eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan
dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.

55
Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat
ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.
g) Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin
akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut
2. Resiko Kekurangan volume cairan
3. Ansietas
4. Defisit pengetahuan

56
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut NOC : Pain Management
Pain Level, Lakukan
Definisi : Pain control, pengkajian nyeri
Sensori yang tidak Comfort level secara
menyenangkan dan komprehensif
pengalaman Tujuan : termasuk lokasi,
emosional yang muncul Setelah dilakukan karakteristik,
secara aktual atau pemberian asuhan durasi, frekuensi,
potensial keperawatan dalam kualitas dan faktor
kerusakan jaringan atau waktu 2x24 jam presipitasi
menggambarkan klien melaporkan Observasi reaksi
adanya nyeri berkurang. nonverbal dari
kerusakan (Asosiasi Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
Studi Nyeri Mampu Gunakan teknik
Internasional): mengontrol nyeri komunikasi
serangan mendadak (tahu penyebab terapeutik untuk
atau pelan intensitasnya nyeri, mampu mengetahui
dari menggunakan pengalaman nyeri
ringan sampai berat tehnik pasien
yang dapat diantisipasi nonfarmakologi Kaji kultur yang
dengan untuk mengurangi mempengaruhi
akhir yang dapat nyeri, mencari respon nyeri
diprediksi dan dengan bantuan) Kaji tipe dan
durasi Melaporkan bahwa sumber nyeri
kurang dari 6 bulan. nyeri berkurang untuk menentukan

57
Batasan karakteristik : dengan intervensi
Laporan secara menggunakan Evaluasi
verbal atau non manajemen nyeri pengalaman nyeri
verbal Mampu mengenali masa lampau
Fakta dari observasi nyeri (skala, Evaluasi bersama
Posisi antalgic untuk intensitas, pasien dan tim
menghindari nyeri frekuensi dan tanda kesehatan lain
Gerakan melindungi nyeri) tentang
Tingkah laku Menyatakan rasa ketidakefektifan
berhati-hat nyaman setelah kontrol nyeri masa

Gangguan tidur nyeri berkurang lampau

(mata sayu, tampak Tanda vital dalam Kontrol


capek, sulit atau rentang normal lingkungan yang
gerakan kacau, dapat
menyeringai) mempengaruhi

Terfokus pada diri nyeri seperti suhu

sendiri ruangan,

Fokus menyempit pencahayaan dan

(penurunan persepsi kebisingan

waktu, kerusakan Bantu pasien dan

proses berpikir, keluarga untuk

penurunan interaksi mencari dan

dengan orang dan menemukan

lingkungan) dukungan

Tingkah laku Ajarkan tentang

distraksi, contoh : teknik non

jalan-jalan, farmakologi

menemui orang lain Tingkatkan

58
dan/atau aktivitas, istirahat
aktivitas Kurangi faktor
berulang-ulang) presipitasi nyeri
Respon autonom Pilih dan lakukan
(seperti diaphoresis, penanganan nyeri
perubahan tekanan (farmakologi, non
darah, perubahan farmakologi dan
nafas,nadi dan inter personal)
dilatasi pupil) Berikan analgetik
Perubahan untuk mengurangi
autonomic dalam nyeri
tonus otot (mungkin Kolaborasikan
dalam rentang dari dengan dokter jika
lemah ke kaku) ada keluhan dan
Tingkah laku tindakan nyeri
ekspresif (contoh : tidak berhasil
gelisah, merintih, Monitor
menangis, waspada, penerimaan pasien
iritabel, nafas tentang
panjang/berkeluh manajemen nyeri
kesah)
Perubahan dalam Analgesic
nafsu makan dan Administration
minum. Tentukan lokasi,
Faktor yang karakteristik,
berhubungan : kualitas, dan derajat
Agen injuri (biologi, nyeri sebelum
kimia, fisik, pemberian obat

59
psikologis) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan
beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
Berikan analgesik

60
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek
samping)
2 Resiko defisit volume NOC: Fluid management
cairan Fluid balance Monitor status nutrisi
Hydration Monitor status hidrasi
Definisi : Penurunan Nutritional Status : ( kelembaban
cairan intravaskuler, Food and Fluid membran mukosa,nadi
interstisial,dan/atau Intake adekuat, tekanan
intrasellular. Ini Tujuan : darah ortostatik ), jika
mengarah ke dehidrasi, Setelah dilakukan diperlukan
kehilangan cairan
pemberian asuhan Monitor vital sign
dengan pengeluaran keperawatan Monitor masukan
sodium. dalam waktu 2x24 makanan / cairan dan
jam klien tidak hitung intake kalori
Batasan Karakteristik : mengalami harian
Kelemahan kekurangan Timbang
Penurunan turgor volume cairan popok/pembalut jika
kulit/lidah yang berarti. diperlukan
Peningkatan denyut Pertahankan catatan
nadi, penurunan Kriteria Hasil : intake dan output yang
tekanan darah, Jumlah HB dalam akurat
penurunan keadaan normal Lakukan terapi IV
volume/tekanan nadi Tekanan darah, Berikan cairan
Pengisian vena nadi, suhu tubuh

61
menurun dalam batas Berikan cairan IV
Perubahan status normal pada suhu ruangan
mental Tidak ada tanda Dorong masukan oral
Konsentrasi urine tanda dehidrasi, Berikan penggantian
meningkat Elastisitas turgor nesogatrik sesuai
Temperatur tubuh kulit baik, output
meningkat membran mukosa Dorong keluarga
lembab, tidak ada untuk membantu
rasa haus yang pasien makan
berlebihan Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk.
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
3 Ansietas NOC : NIC :
Anxiety control Anxiety Reduction
Definisi : Coping (penurunan
Perasaan gelisah yang kecemasan)
tak jelas dari Tujuan : Gunakan pendekatan
ketidaknyamanan atau Setelah dilakukan yang menenangkan
ketakutan yang disertai Nyatakan dengan jelas
pemberian asuhan
respon autonom keperawatan harapan terhadap
(sumner tidak spesifik dalam waktu 2x24 pelaku pasien

62
atau tidak Jelaskan semua
jam klien tidak
diketahui oleh merasa cemas prosedur dan apa yang
individu); perasaan akan kondisi dirasakan selama
keprihatinan kesehatannya. prosedur
disebabkan dari Temani pasien untuk
antisipasi terhadap Kriteria Hasil : memberikan
bahaya. Sinyal Klien mampu keamanan dan
ini merupakan mengidentifikasi mengurangi takut
peringatan adanya dan Berikan informasi
ancaman yang mengungkapkan faktual mengenai
akan datang dan gejala cemas diagnosis, tindakan
memungkinkan Mengidentifikasi, prognosis 32 tindakan
individu untuk mengungkapkan Dorong keluarga untuk
mengambil langkah dan menunjukkan menemani anak
untuk menyetujui tehnik Lakukan back / neck
terhadap untukmengontol rub
Batasan Karakteristik: cemas Dengarkan dengan
Gelisah Vital sign dalam penuh perhatian
Nyeri dan batas normal Identifikasi tingkat
peningkatan Postur tubuh, kecemasan
ketidakberdayaan ekspresi wajah, Bantu pasien mengenal
yang persisten situasi yang
Ketakutan menimbulkan

Khawatir kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi

63
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Beri obat untuk
mengurangi
kecemasan

4 Defisit pengetahuan NOC : NIC :


Kowlwdge : Teaching : disease
Definisi : disease process Process
Tidak adanya atau Kowledge : health Berikan penilaian
kurangnya informasi Behavior tentang tingkat
kognitif sehubungan pengetahuan
dengan topic spesifik. pasien tentang
Batasan karakteristik : Tujuan : proses penyakit
memverbalisasikan Setelah dilakukan yang spesifik
adanya masalah, pemberian asuhan Sediakan informasi
ketidakakuratan keperawatan dalam pada pasien tentang
mengikuti instruksi, waktu 2x24 jam klien kondisi, dengan
perilaku tidak sesuai. dapat memahami cara yang tepat
Faktor yang status kesehatannya. Jelaskan
berhubungan : Kriteria Hasil : patofisiologi dari
keterbatasan kognitif, Pasien dan penyakit dan
interpretasi terhadap keluarga bagaimana hal ini
informasi yang salah, menyatakan berhubungan
kurangnya keinginan pemahaman dengan anatomi dan
untuk mencari tentang penyakit, fisiologi, dengan
informasi, tidak kondisi, prognosis cara yang tepat.

64
mengetahui sumber- dan program Gambarkan tanda
sumber informasi pengobatan dan gejala yang
Pasien dan biasa muncul pada
keluarga mampu penyakit, dengan
melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang Gambarkan proses
dijelaskan secara penyakit, dengan
benar cara yang tepat
Pasien dan Hindari harapan
keluarga mampu yang kosong
menjelaskan Sediakan bagi
kembali apa yang keluarga atau SO
dijelaskan informasi tentang
perawat/ti kemajuan pasien
kesehatan lainnya. dengan cara yang
tepat 145
Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau

65
penanganan
Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat.

66
3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan


kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil


keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.

3.5 Evaluasi keperawatan

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai.

67
BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang


mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
2. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya
menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan
ektopik terganggu, yaitu:
Faktor mekanis
Faktor fungsional
Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang
dibuahi.
Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
3. Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah
antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
B. Saran

Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat
keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan
pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun
dimasyarakat luas.

68
DAFTAR ISI

Manjoer,Ariff dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi II.Jakarta: Media


Aesculapius FKUI.
Sastra, Sulaiman Winata dkk. 2003. Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi, edisi 2.
Jakarta:EGC.
Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Williams Lippincott. 2012. Kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan.
Jakarta : EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-
2014 . Jakarta: EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh, S.Si.T dan Yulianti, Lia, Am.Keb, MKM. 2010. Asuhan
Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: CV. Trans Info Media

Helen, Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. dan Ahern, Nancy R.. 2013. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9.
Jakarta: EGC

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


RSCM. Solusio Plasenta. http://www.obgyn-rscmfkui.com/berita.php?id=402
(diakses pada hari Senin, 6 Maret 2015, 14:50 WITA)

Akademi Kebidanan Cipto Medan (Administrator). 2012. Pentingnya Plasenta (Ari-


Ari). http://akbidcipto.com/berita-124-pentingnya-plasenta-ariari.html (diakses
pada hari Senin, 16 Maret 2015, 15:40 WITA)

69

Anda mungkin juga menyukai