ANTENATAL CARE
Oleh :
MERLIN HENUK
1490121050
BANDUNG
2021
1. Pengertian
Antenatal Care (ANC) adalah perawatan fisik mental sebelum persalinan atau
masa hamil. ANC bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal yang 9
kurang baik bagi ibu dan anak (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Antenatal Care
adalah perawatan yang dilakukan atau diberikan kepada ibu hamil mulai dari saat
awal kehamilan hingga saat persalinan (Rahmatullah, 2016).
Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat
kepada ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan
kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orang tua (Wagiyo &
Putrono, 2016).
ANC adalah pemeriksaan atau pengawasan antenatal yang merupakan
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga menghadapi persalinan, nifasm persiapan memberikan ASI dan kembalinyan
kesehatan reproduksi secara wajar (Bobak, 2005).
2. Anatomi dan fisiologi organ terkait
Rahim (Uterus)
Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah alpukat atau
buah peer yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis antara raktum dan
kandung kemih. Ukuran uterus adalah panjang 7-7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm.
uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam posisi
anterversio fleksio, membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke arah
depan membentuk sudut 120-130 derajat dengan serviks uteri.
Bagian-bagian dari uterus adalah sebagai berikut:
a. Fundus uteri (dasar rahim)
Ditutupi oleh peritoneum, berhubunga dengan fasies vesikalis dan permukaan
internalis. Pada bagian atas bermuara tuba uteri yang menembus dinding uterus.
Di bawah dan di depan titik pertemuan ini terdapat ligamentum dan di
belakangnya terdapat ovarium.
b. Korpus uteri’
Di dalamnya terdapat rongga (cavum uteri) yang membuka keluar melalui saluran
kanalis servikalis yang terletak pada serviks. Bagian ini merupakan tempat
berkembangnya janin.
c. Serviks uteri
Merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk kerucut dengan apeks yang
menjurus ke bawah dan ke belakang dengan sedikit lebar di pertengahannya.
Sumbu panjang serviks sama dengan sumbu panjang korpus yang berbentuk garis
bengkok ke depan.
Serviks uteri dibagi atas dua bagian:
a. Porso supra vaginalis
Dipisahkan dari kandung kemih oleh parametrium yang memanjang pada sisi
lateral uterus diantara ligamentum latum uretra dan uterus, berjalan ke bawah dan
ke depan di dalam parametrium sepanjang 2 cm dari serviks. Bagian posterior
supra vaginalis ditutupi oleh peritoneum.
b. Porsio vaginalis
Terdapat diantara forniks anterior dan forniks posterior. Pada ujung porsio
vaginalis terterdapat orifisum eksterna uteri dimana serviks eksterna uteri dibatasi
oleh suatu bibir (bibir atas dan bibir bawah). Kedua bibir ini berkontak dengan
dinding posterior vagina.
Bagian dalam Uterus
Kavum uteri: bagunan berupa segitiga dimana basis dibentuk oleh permukaan
dalam dari fundus diantara tuba uterine. Kavum uteri dilapisi oleh selaput lender
yang kaya dengan kelenjar, bagian apeks dibentuk oleh orifisium uteri interna,
terdiri dari:
a. Endometrium: terdiri dari jaringan epitel dan kelenjar yang banyak
mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Bagian korpus uteri
endometrium licin dan bagian serviks berkelok-kelok. Kelenjarnya bermuara
pada kanalis servikalis. Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi
oleh hormone steroid ovarium.
b. Miometrium: lapisan otot yang tersusun sedemikian rupa hingga dapat
mendorong isinya pada waktu persalinan. Bagian ini akan mengecil kembali
setelah plasenta keluar.
c. Perimetrium (lapisan lar): dilapisi oleh peritoneum visceral, ditemukan pada
dinding korpus uteri serosa atau peritoneum. Uterus mendapat darah dari
arteri uterine cabang dari arteri iliaka interna yang menjadi arteri ovarika.
Posisi uterus
a. Pada masa pubertas
Uterus berbentuk firformis dengan berat 14-17 gram dan berada dalam rongga
pelvis. Pada waktu kandung kemih kososng korpus uteri hamper horizontal.
Fundus berada 2 cm di belakang simpisis pubis. Pada keadaan menstruasi, uterus
membesar karena lebih banyak vaskularisasi (berbentuk pembuluh darah dan
jaringan baru) dan permukaan membulat. Orifisium eksternus bentuknya bulat,
labia membengkak, endometrium menebal dan lebih lunak.
b. Selama kehamilan
Uterus membesar pada bulan kedelapan mencapai region epigastrika.
Pertambahan ukuran disebabkan pertumbuhan otot yang telah ada dan sebagian
pertumbuhan otot baru.
c. Sesudah melahirkan
Uterus hamper kembali pada ukuran semula, beratnya 42 gram karena kavum uteri
lebih besar, serta pembuluh darah dan otot bertambah
d. Pada umur tua
Uterus menjadi atropi dan pucat sehingga lebih memisahkan uterus dan serviks
3. FISIOLOGI PERSALINAN
Kebutuhan energi me↑ penekanan pada diafragma penekanan pada vesica uri kehamilan sa- libido me↓
komplain paru tidak mak- naria/ blast ngat diharapkan pada
trimester
Metabolism me↑ simal peregangan pada blast mak- proteksi terlalu I, libido me↑
Cadangan energi banyak ekspansi paru me↑ simal berlebihan pada trimester
yang terpakai me↑ respirasi kapasitas blast menurun informasi tidak II dan III
sesak sering BAK adekuat Butuh komu-
asupan tdk tidak sesuai gangguan elimi nikasi yang
adekuat dengan kalori nasi : BAK stressor bagi ibu adekuat
yang dibutuh- mengaktivasi RAS
nutrisi ku- kan Me↑kan REM Cemas disfungsi
rang dari ke- keletihan mu- Ibu terjaga seksualitas
butuhan dah cape gangguan pola istirahat peningkatan partum- kekebalan tu-
zat-zat besi perubahan dan tidur buhan hipertrropi mamae buh polarea
kurang untuk ADL/keletihan pembentukan jaringan le-
abdomen me↑
metabolism mak tulang belaka-
kadar zat besi me↓ peregangan jaringan sel ng menjadi
anemia mamae lordosis
kurangnya factor pembekuan darah merangsang saraf nyeri peregangan
terjadi perdarahan kompensasi tubuh otot didaerah
gawat janin ↓ TD, HR, RR → pola nafas tidak efektif pinggang
IUFD/abortus Syok hipovolemik
Merangsang thalamus dan cortex
cerebri
nyeri dipersepsikan
perubahan rasa nyaman : nyeri akut
4. Tanda dan gejala kehamilan
a. Tanda mungkin subjektif
a) Amenore sekunder
Klien mengatakan tidak menstruasi lagi
b) Perubahan payudara
Adanya nyeri tekan, berat, pembesaran, pigmentasi, perubahan putting susu,
sekresi colostrums, pembesaran vena
c) Mual dan muntah
Biasanya dikeluhkan klien setiap pagi hari (morning sickness) selama
trimester I. Keluhan mual lebih dari 3 bulan kehamilan harus dicurigai
hiperemesis gravidarum
d) Frekuensi berkemih meningkat
Keadaan ini kemungkinan disebabkan terjadinya penekanan uterus terhadap
kandung kemih.
e) Merasa ada gerakan janin
Quickning atau gerakan janin pertama kali dirasakan oleh ibu hamil
f) Leukorea/ fluor albus/ keputihan
Terjadi karena hipersekresi dari kelenjar-kelenjar pada vagina yang
dipengaruhi oleh hormon-hormon selama kehamilan. Harus perhatikan pada
saat anamnesa pasien apakah keadaan fluor albus ini fisiologis dan patologis.
Tanda dan gejala fluor albus patologis : berbau busuk, menyebabkan gatal
pada daerah genitalia (warna kuning kehijauan)
g) Tanda Chadwick
Pada saat insfeksi pada daerah genitalia vulva vagina nampak berwarna
kebiruan karena hipervaskularisasi.
b. Tanda mungkin objektif
a) Adanya balotemen
Pada saat palpasi teraba pantulan yang mengapung dalam uterus karena janin
masih bergerak bebas pada akhir trimester I dan II
b) Tanda hegar
Diketahui pada saat palpasi teraba istmus uterus lunak, seakan-akan corpus
terpidah dari serviks.
c) Tanda goodells
Teraba saat pemeriksaan dalam yaitu melunaknya serviks, keadaan ini
disebabkan hipervaskularisasi dan pengaruh hormonal selama kehamilan.
d) Uterin soufflé (desiran)
Terdengar desiran nadi diatas uterus wanita hamiol dengan menggunakan
dopton, keadaan ini disebabkan oleh dorongan darah melalui pembuluh darah
besar uterus.
e) Pemeriksaan PP tes positif
Terdapat HCG dalam darah urine, dihasilkan oleh trofoblas ketika ovum yang
dibuahi terbenam dalam endometrium.
f) Tanda piskacek
Pada saat palapasi teraba uterus yang tidak merata
g) Adanya kontraksi Braxton hiks
Adanya kontraksi yang intermitten yang mungkin terjadi selama kehamilan
tidak terasa sakit. Pada akhir kehamilan kotraksi meningkat dan sering
c. Tanda pasti / absolute
a) Terdengar DJJ
DJJ normal = 120-160x/ menit. Harus diperhatikan adanya tanda-tanda
distress janin bila DJJ kurang atau lebih dari normal. DJJ mulai dapat di
dengarkan pada minggu ke-10 dengan menggunakan USG dan dengan
menggunakan Doppler.
b) Pada saat palpasi (leopold) teraba adanya bagian –bagian janin.
c) Adanya gerakan-gerakan janin pada saat inspeksi dan palpasi
d) Adanya hasil konsepsi dari pemeriksaan USG. USG dapat menentukan
embrio paling cepat minggu ke-6
e) Pada pemeriksaan x-ray
Terdapat skeleton janin pada minggu ke-12
f) Pemeriksaan EKG janin tampak hasilnya seperti pada EKG orang dewasa
5. Penatalaksanaan
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal
“10 T” yang terdiri dari :
1. Pengukuran Tinggi Badan dan Timbang Berat Badan
Pengukuran tinggi badan cukup satu kali waktu kunjungan pertama. Bila tinggi
badan < 145 cm, maka factor resiko panggul sempit, kemungkinan sulit
melahirkan secara normal. Sedangkan penimbangan berat Berat Badan setiap kali
periksa. Sejak bulan ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1kg/bulan (Buku
KIA 2016).
2. Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmhg ada factor resiko hipertensi
(Tekanan darah Tinggi) dalam kehamilan (Buku KIA 2016).
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) Bila < kurang dari 23,5 cm menunjukan
ibu hamil menunjukan ibu hamil Kurang Energi Kronis ((ibu hamil KEK) dan
beresiko melahirkan bayi Berat Badan Rendah (BBLR) (Buku KIA 2016).
4. Pengukuran Tinggi Rahim Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat
pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan (Buku KIA 2016).
5. Penentuan Letak Janin (Presentase janin) dan perhitungan Denyut Jantung Janin.
Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk
panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut
jantung kurang dari 120 kali/menit menujukan ada tanda GAWAT JANIN,
SEGERA RUJUK (Buku KIA 2016).
6. Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Penentuan Status Imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) oleh petugas untuk selanjutnya bilamana diperlukan
mendapatkan suntikan Tetanus Toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk
mencegah Tetanus pada Ibu dan Bayi (Buku KIA 2016).
Tabel rentang waktu pemberian imunisasi TT dari lama perlindungannya.
Imunisasi TT Selang waktu Minimal Lama perlindungan
TT 1 Langkah awal pemben
tukan kekebalan tubuh
terhadap penyakit Tetanus
TT 2 1 Bulan setelah TT 1 3 Tahun
TT 3 6 Bulan setelah TT 2 5 Tahun
TT 4 12 Bulan setelah TT 3 1 Tahun
TT T 12 Bulan setelah TT 4 >25 Tahun
7. Pemberian Tablet Tambah Darah Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet
tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum
pada malam hari untuk mengurangi rasa mual (Buku KIA 2016).
8. Tes Laboratorium
a. Tesgolongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan
b. Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia).
c. Tes pemeriksaan urine (air kencing).
d. Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara
pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis (Buku KIA 2016).
9. Konseling atau Penjelasan Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai
perawatan kehamilan, pencegahan kelaianan, persalinan dan inisiasi menyusui
dini (IMD), ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi.
Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan hamil (Buku KIA
2016)
10. Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan. Jika ibu mempunyai masalah
kesehatan pada saat hamil (Buku KIA 2016).
TRIMESTER II
TRIMESTER III
Diagnosa Keperawatan
a. Defisit nutrisi b.d mual muntah
b. Keletihan b.d Asupan tidak adekuat
c. Disfungsi seksual b.d Perubahan fungsi / struktur tubuh
d. Ansietas b.d kurang terpapar informasi tentang reaksi selama kehamilan
e. Gangguan Pola Tidur b.d kurang kontrol tidur
f. Nyeri Akut b.d Tulang belakang menjadi lordosis
g. Ansietas b.d kurang terpapar informasi tentang tanda-tanda persalinan
h. Pola Napas tidak Efektif b.d Penekanan pada diafragma
i. Gangguan eliminasi Urin b.d penekanan penekanan pada vesica urinaria
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
Defisit nutrisi b.d mual muntah Observasi : Observasi :
1 TUPAN : - Identifikasi status nutrisi - Status nutrisi menggambarkan
Status nutrisi pasien membaik - Identifikasi alergi dan kecukupan nutrisi klien
TUPEN : intoleransi makanan
Defisit Nutrisi (D0019) - Dengan mengetahui alergi
Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi makanan disukai
- Ketidamampuan menelan makanan klien, kita dapat
keperawatan selam 8 jam - Identifikasi kebutuhan kalori
makanan menghindari pemberian
Status nutrisi pasien membaik danjenis nutrient
- Ketidakmampuan mencerna makanan tersebut
dengan kriteria hasil : - Monitor asupan makanan
makanan - Makanan yang disukai
- Porsi makanan yang - Monitor berat badan
- Ketidakmampuan diharapkan dapat
dihabiskan meningkat - Monitor hasil pemeriksaan
mengabsorbsi nutrein meningkatkan nafsu makan
- Berat badan membaik laboratorium
- Peningkatan kebutuhan klien
- Indeks massa tubuh Terapeutik:
metabolisme - Kebutuhan kalori tiap orang
membaik - Lakukan oral hygiene sebelum
- Faktor eknomi (mis. berbeda.
- Frekuensi makan makan, jika perlu
Finasial tidak mencukupi) - Mengetahui intake yg masuk
membaik - Fasilitas menentukan
- Faktor psikologis (mis. - BB indikator peningkatan
- Nafsu makan membaik pedoman diet
Stres, keengganan untuk status nutrisi seseorang
- Perasaan cepat kenyang - Sajikan makanan secara
makan) - Pemeriksaan lab membantu
menurun menarik dan suhu yang sesuai melihat kadar elektrolit dan
- Kekuatan otot menelan - Berikan makanan tinggi serat kadar protein seseorang
meningkat untuk mencegah konstipasi Terapeutik:
- Berikan makanan tinggi kalori - Kebersihan mulut diperlukan
dan tinggi protein untuk menjaga indra
- Berikan suplemen makanan, pengecapan.
jika perlu - Pedoman diet RL diperlukan
Edukasi: untuk meningkatkan
- Anjarkan posisi duduk, jika pengetahuan klien.
perlu - Makanan hangat dapat
- Ajarkan diet yang meningkatkan selera makan.
deprogramkan - Serat mudah dicerna sehingga
Kolaborasi: mengurangi resiko konstipasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi - Kecukupan kalori dan protein
untukmenentukan jumlah sebagai bahan utama dari
kalori dan jenis nutrient yang metabolism sel.
dibutuhkan, jika perlu - Suplemen makanan dapat
meningkatkan kebutuhan
vitamin dan mineral yg
dibutuhkan tubuh.
Edukasi:
- Dengan posisi duduk dapat
mengurangi terjaginya
regurgitasi
- Agar pasien dapat menerapkan
diet saat kembali ke rumah
Kolaborasi:
- Dengan mengatur kebutuhan
kalori diharapkan klien dapat
mendapatkan gizi yang
seimbang.
Keletihan b.d Asupan tidak Obsevasi
2 TUPAN : Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan
adekuat Keampuan melakukan - Kesiapan klien menerima
kemampuan menerima
Keletihan (D0057) aktivitas rutin meningkat informasi dapat memudahkan,
informasi
- Gangguan tidur TUPEN : untuk memahami Penkes yang
Terapeutik
- Gaya hidup menonton Setelah dilakukan intervensi di berikan
- Sediakan materi dan media
- Kondisi fisiologi (mis. keperawatan selama 8 jam
pengaturan aktivitas dan Terapeutik :
Penyakit kronis, penyakit diharapkan keampuan
istirahat
terminal, anemia, malnutrisi, melakukan aktivitas rutin - untuk mempermudah
- Jadwalkan pemberian
kehamilan) meningkat menyampaikan Penkes
pendidikan kesehatan sesuai
- Program hidup negatif criteria : - agar kegiatan yang diberikan
kesepakatan
- Stres berlebihan - Tenaga meningkat sesuai dengan jadwal
- Berikan kesempatan kepada
- Depresi - Selera makan membaik - agar perawat pengetahui apa
pasien dan keluarga untuk
- Pola istirahat membaik yang belum di pahami oleh
bertanya
klien dan keluarga
Edukasi Edukasi :
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, aktivitas
- untuk mengalihan keletihan
bermain atau aktivitas lainnya
yang klien rasakan
- Anjurkan menyusun jadwal
- agar klien tidak mudah lelah
aktivitas dan istirahat
- untuk memandirikan klien
- Ajarkan cara mengidentifikasi
dalam pemenuhan istirahat
kebutuhan istirahat (mis.
- agar klien dapat memilih
kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas yang dapat
aktivitas)
memberatkan klien
- Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Kolaborasi:
Observasi :
8 Pola Napas tidak Efektif b.d TUPAN Observasi :
- Monitor pola napas (frekuensi,
Penekanan pada diafragma Pola nafas membaik - Untuk mengetahui upaya klien
kedalaman, usaha napas)
TUPEN untuk bernapas
Terapeutik :
Setelah diberikan intervensi
- Posisikan semifowler atau
Pola napas tidak efektif keperawatan selama 8 jam
fowler
pola nafas tidak terganggu Terputik :
(D.0005) - Berikan minum hangat
atau membaik dengan - Memudahkan klien ventilasi
- Berikan oksigen, jika perlu
- Depresi pUsat pernapasan
- Hambatan upaya napas (mis. kriteria: - Untuk memenuhui kadar
nyeri saat bernapas, - Klien tidak sesak oksigen
kelemahan otot pernapasan) - Frekuensi napas membaik
- Deformitas dinding dada.
- Deformitas tulang dada.
- Gangguan neuromuskular.
- Gangguan neurologis (mis
elektroensefalogram [EEG]
positif, cedera kepala ganguan
kejang).
- Maturitas neurologis.
- Penurunan energi.
- Obesitas.
- Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.
- Sindrom hipoventilasi.
- Kerusakan inervasi diafragma
(kerusakan saraf CS ke atas).
- Cedera pada medula spinalis.
- Efek agen farmakologis.
- Kecemasan.
9 Gangguan eliminasi Urin b.d TUPAN Observasi : Observasi :
penekanan penekanan pada Pola eliminasi tidak - Identifikasi kebiasaan - Untuk mengetahui outpout
vesica urinaria terganggu atau membaik BAK/BAB sesuai usia
Terapeutik :
TUPEN
Setelah dilakukan intervensi Terapeutik : - Unuk mempmudah klien untuk
Gangguan eliminasi pola eliminasi tidak untuk memudahkan eliminasi - Untuk mempermudah klien
- Penurunan kapasitas kandung dengan kriteria : toilet/commode/pispot/urinal - Untuk menjaga privasi klien
kemiH - Urine output 1-2 cc/ secara konsisten - Agar mengurangi resiko jatuh
- Iritasi kandung kemih kgBB/jam - Jaga privasi selama eliminasi pada ibu hamil
Doengoes. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi pedoman untuk perencanaan dan
dokumentasi perawatan klien. Jakarta : EGC
POGI. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.