TEPID SPONGE
1. Pengertian
Tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dan seka. Teknik ini
menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja, melainkan
langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar
(Hijriani, 2019). Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan
memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang.
Sistem efektor mengeluarkan sinyal untuk berkeringat vasodilatasi perifer.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan energi atau panas
melalui keringat karena seluruh tubuh dan kulit dikompres atau dibilas
dengan air. Kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh sehingga dengan membilas seluruh tubuh atau
kulit menyebabkan kulit mengeluarkan panas dengan cara berkeringat dan
dengan berkeringat suhu tubuh yang awalnya meningkat menjadi turun
bahkan sampai mencapai batas normal (Corwin, 2011 cit Zahro dan
Ni’matul, 2017).
Hipotalamus Anterior
Vasodilatasi, berkeringat
Gambar
Mekanisme Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu Tubuh
1
2. Tujuan
Tujuan dilakukan tindakan tepid sponge yaitu untuk menurunkan suhu
tubuh pasien yang mengalami hipertermia (Hidayat et al 2014 didalam
Ayustika, 2017).
2
6) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air
hangat lalu ulangi prosedur yang sama.
7) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera
setelah suhu tubuh klien mendekati normal.
8) Selimuti klien dengan handuk mandi dan keringkan.
9) Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.
10) Rapikan alat dan kemudian cuci tangan.
11) Catat suhu tubuh klien sebelum dilakukan tindakan tepid sponge,
kemudian lakukan pengukuran kembali suhu tubuh klien 15 menit
setelah dilakukan tindakan tepid sponge.
3
B. TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
1. Pengertian
Relaksasi dapat diartikan sebagai teknik yang dilakukan untuk
mengatasi stres dimana akan terjadi peningkatan aliran darah sehingga
perasaan cemas dan khawatir akan berkurang (Abbasi et al, 2018). Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri (Mubarak et al, 2015). Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan bentuk asuhan keperawatan yang didalamnya perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas
lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Pasien
dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman
(Smeltzer et al., 2010 didalam Aini, 2018).
2. Manfaat
Relaksasi memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah mengurangi
tingkat stres pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan (Tsitsi et al,
2017). Manfaat yang sama juga dijelaskan oleh peneliti lain bahwasannya
relaksasi dapat mengurangi tingkat stres, dimana teknik relaksasi berguna
untuk meregulasi emosi dan fisik individu dari kecemasan, ketegangan,
stres dan lainnya, serta secara fisiologis, pelatihan relaksasi memberikan
respons relaks, dimana dapat diidentifikasikan dengan menurunnya
tekanan darah, detak jantung dan meningkatkan resisten kulit (Sari &
Subandi, 2015).
4
2) Validasi kondisi pasien saat ini
3) Menjaga keamanan privasi pasien
4) Menjelaskan tujuan & prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien
& keluarga
c. Tahap Kerja
1) Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu
yang kurang dipahami/jelas.
2) Atur posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik.
3) Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga
rongga paru berisi udara.
4) Intruksikan pasien dengan cara perlahan & menghembuskan udara
membiarkanya ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatiannya pada
sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa nikmatnya rasanya.
5) Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa
saat (1-2 menit).
6) Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskan dengan cara perlahan & merasakan saat ini udara
mulai mengalir dari tangan, kaki, menuju ke paru-paru seterusnya
udara & rasakan udara mengalir keseluruh bagian anggota tubuh.
7) Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki & tangan,
udara yang mengalir & merasakan ke luar dari ujung-ujung jari
tangan dan kaki & rasakan kehangatanya.
8) Instruksikan pasien buat mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa
nyeri kembali lagi.
9) Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri.
Menurut Robert (2016) langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam
adalah sebagai berikut: a) Instruksikan pasien untuk rileks dan tenang. b)
Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3,
kemudian tahan sekitar 5-10 detik. c) Hembuskan nafas melalui mulut
5
secara perlahan-lahan. d) Menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembuskannya lagi melalui mulut secara perlahan-lahan. e) Anjurkan
pasien untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang. f) Ulangi
sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
C. TEKNIK DISTRAKSI
1. Pengertian
Distraksi merupakan metode untuk mengalihkan perhatian pasien pada
hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap yang dialami
6
(Hartati, 2015). Atau dengan kata lain dapat diartikan bahwa Distraksi
adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, sehingga
diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan presepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit
stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak (Andarmoyo, 2017).
7
penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang yang menerima teknik ini
merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada situasi yang lebih
menyenangkan ( Utami, 2016 ).
8
10) Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan
alat musik atau bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat
itu.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
2) Kontrak pertemuan selanjutnya. Akhiri kegiatan dengan cara yang
baik.
3) Bereskan alat-alat
4) Cuci tangan
5) Dokumentasi
D. MOBILISASI
1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lain dengan bebas dan aman. Program mobilisasi lebih
banyak dianjurkan pada klien pasca operasi salah satunya pada pasien post
section caesarea (SC). Menurut Rismawati (2015) Mobilisasi dini post
section caesarea merupakan suatu pergerakan, posisi, atau adanya kegiatan
yang dilakukan oleh ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalinan section caesarea (SC). Kebutuhan mobilisasi sebagai kebutuhan
dasar yang harus dipertahankan. Keterbatasan dalam gerakan fisik secara
9
mandiri dikatagorikan sebagai gangguan mobilisasi fisik yang memerlukan
intervensi keperawatan (Erlina, 2020).
10
e. Emosi
Emosi negatif merupakan respon psikis yang paling umum terjadi
selama perawatan. Respon emosi negatif umumnya ditandai dengan
klien mengalami stress, anxietas, dan depresi.
3. Tujuan
Menurut Rismawati (2015) Tujuan dilakukannya mobilisasi dini post
section caesarea yaitu antara lain:
a. Mempercepat penyembuhan luka
b. Mampu mempenuhi kebutuhan personal hygiene ibu dan bayi
c. Mencegah terjadinya trombosis dan troboemboli
d. Mengurangi lama rawat di Rumah Sakit
4. Persiapan Pasien
Didalam Rismawati (2015) dijelaskan persiapan pasien meliputi:
a. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga
c. Jelaskan tujuan tindakan kepada pasien/keluarga
d. Minta persetujuan pasien
e. Jaga privasi klien
a. Tahap pra-interaksi
1) Menyiapkan SOP mobilisasi yang akan digunakan
2) Melihat data atau riwayat section caesarea pasien
3) Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
4) Mengkaji kesiapan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
5) Mencuci tangan
11
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2) Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan kontrak waktu
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
c. Tahap kerja
1) Pada 6 jam pertama post section caesarea (SC):
a) Menjaga privasi pasien.
b) Mengatur posisi senyaman mungkin dan berikan lingkungan yang
tenang.
c) Anjurkan pasien untuk melatih gerak tangan, lakukan gerakan
abduksi dan adduksi pada jari tangan, lengan, dan siku selama
setengah menit.
d) Pasien tetap dalam posisi berbaring, kemudian kedua lengan
diluruskan ke atas kepala dengan telapak tangan menghadap ke
arah atas.
e) Lakukan gerakan menarik atau perenggangan ke atas sebanyak 5-
10 kali.
f) Latihan gerak kaki yaitu dengan menggerakkan abduksi dan
adduksi, putar atau rotasikan telapak kaki secara bergantian.
2) Pada 6-10 jam berikutnya:
a) Minta pasien untuk rileks dan kemudian dilanjutkan dengan
latihan miring kiri dan miring kanan.
b) Latihan dilakukan dengan posisikan pasien untuk miring ke salah
satu bagian terlebih dahulu, kemudian bagian kedua lutut fleksi
selama setengah menit, kemudian turunkan salah satu kaki pasien,
anjurkan ibu untuk berpegangan pada pelindung tempat tidur
dengan menarik badan kearah berlawanan kaki yang ditekuk.
Tahan selama 1 menit dan lakukan hal yang sama ke sisi yang
lain.
12
3) Pada 24 jam post section caesarea:
a) Posisikan semi fowler dengan sudut 30-40 derajat secara perlahan
selama 1-2 jam sambil mengobservasi nadi, jika pasien mengeluh
pusing, turunkan tempat tidur secara perlahan.
b) Bila tidak ada keluhan selama waktu yang ditentukan, ubah posisi
pasien ke posisi duduk.
4) Pada hari ke 2 Post section caesarea:
a) Lakukan latihan duduk secara mandiri jika pasien tidak merasa
pusing, dengan cara perlahan kaki pasien diturunkan pada hari ke
3 post SC. Pasien duduk dan menurukan kaki kearah lantai.
b) Jika pasien merasa kuat, diperbolehkan untuk berdiri secara
mandiri, atau dengan posisi dipapah dengan kedua tangan
berpegangan pada perawat atau keluarga. Jika pasien tidak merasa
pusing, anjurkan pasien untuk latihan berjalan disekitar tempat
tidur.
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan
pengawasan keluarga
3) Salam teraupetik dengan klien
4) Mencuci tangan
5) Dokumentasi meliputi: nama klien, tanggal dan jam perekaman,
serta respon pasien. Paraf dan nama jelas dicantumkan pada catatan
pasien.
13
DAFTAR PUSTAKA
Husada Surakarta.
Bandung.
Tubuh Pada Anak Demam Usia Toddle (1-3 Tahun). Keperawatan dan
kesehatan, 3.
Jannah, W. (2020). Pengaruh Terapi Tepid Sponge Batd Pada Penurunan Suhu
14
Rismawati. (2015). Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan Mobilisasi Dini
RSUD Kebumen.
15