RENDAH (BBLR)
KEPERAWATAN ANAK
oleh :
Kelompok 1/ Kelas D 2017
Muhammad Rofiqi NIM 172310101174
Ayu Dwi Afriliyanti NIM 172310101182
Jasmine Praditha Sari NIM 172310101191
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR
RENDAH (BBLR)
KEPERAWATAN ANAK
Oleh :
Kelompok 1/ Kelas D 2017
Muhammad Rofiqi NIM 172310101174
Ayu Dwi Afriliyanti NIM 172310101182
Jasmine Praditha Sari NIM 172310101191
ii
untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak Fakultas
Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Ira Rahmawati, M. Kep., Sp.Kep.An, selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah Keperawatan Anak,
2. Ns.Peni Perdani Juliningrum, M.Kep, selaku dosen yang telah membimbing
dalam penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik,
3. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidakdapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................4
BAB 1. Pendahuluan...........................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................5
1.2 Tujuan........................................................................................6
1.3 Manfaat......................................................................................6
BAB 2. Studi Literatur........................................................................8
2.1 Definisi......................................................................................8
2.2 Klasifikasi..................................................................................8
2.3 Patofisiologi...............................................................................9
2.4 Penatalaksanaan.......................................................................10
BAB 3. Asuhan Keperawatan...........................................................14
3.1 Pengkajian...............................................................................14
3.2 Analisis Data...........................................................................19
3.3 Diagnosa..................................................................................20
3.4 Intervensi.................................................................................21
3.5 Pendidikan Kesehatan Satu Intervensi Terpilih.......................30
BAB 4. Web of Causation (WOC)....................................................39
BAB 5. Penutup.................................................................................40
5.1 Simpulan..................................................................................40
5.2 Rekomendasi Isu Menarik.......................................................40
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................42
4
BAB I. PENDAHULUAN
5
masa pertumbuhan jika di bandingkan dengan bayi berat badan lahir normal.
Angka kematian bayi meningkat seiring dengan peningkatan insiden BBLR di
suatu negara.
Faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain karakteristik sosial
demografi ibu, resiko medis ibu sebelum hamil, status kesehatan reproduksi dan
status pelayanan antenatal. Karateristik sosial demografi meliputi umur ibu kurang
dari 20 tahun dan umur lebi dari 34 tahun, ras kulit hitam, status ekonomi yang
kurang, status perkawinan yang tidak sah, status pendidikan yang rendah. Resiko
medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR meliputi paritas,
berat badan dan tinggi badan pernah melahirkan BBLR, jarak kelahiran. Statsus
kesehatan reproduksi terhadap BBLR meliputi setatus gizi ibu,infeksi dan kualitas
pelayanan antenatal, tenaga kesehatan, tampa pemeriksaan kehamilan, usia
kehamilan saat pertama kali memeriksakan kehamilan juga beresiko untuk
melahirkan BBLR.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada masalah bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR)
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari bayi berat lahir rendah (BBLR)
2. Mengetahui klasifikasi bayi berat lahir rendah (BBLR)
3. Mengetahui patofisiologi bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Mengetahui penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
5. Mengidentifikasi asuhan keperawatan bayi berat lahir rendah (BBLR)
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada
masalah keperawatan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
6
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada tindakan keperawatan
pada masalah keperawatan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
1.3.3 BagiMasyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
kepada masyarakat sehingga dapat mengetahui tindakan keperawatan pada
masalah keperawatan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
7
2.1 Definisi
Bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah yang kuramg
dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah
persentil 10 dinyatakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu, neonatus dengan
barat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut
prematur. Pembagian berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan,
sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat
maturitas bayi sendiri
BBLR didefinikan srebagai bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2.500
gram baik preterm maupun eterm. BBLR dapat diklasifikasikan menurut Centers
for Disease Control (CDC) yaitu BBLR dengan berat lahir kurang dari 2.500
gram, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir kurang dari
1.500 gram, serta bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) yaitu berat lahir
kurang dari 1.000 gram (Gill et al, 2013).
Morbiditas dan mortalitas pada BBLR berkaitan dengan imaturitas organ
tubuh seperti imaturitas perkembangan otak, paru-paru, saluran gastrointestinal,
ginjal, dan hati. Imaturitas tersebut berakibat meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi seperti asfiksia, sepsis, necrotizing enterocolitis, dan hipoternia.
Dampak jangka panjang yang mungkin timbul pada kelahiran BBLR adalah
peningkatan resiko gangguan perkembangan seperti perkembangan bahasa,
kognitif, dan memori. BBLR jugaberdampak pada keluarga selama peraweatan di
ruang intensif (Gill et al, 2013).
2.2 Klasifikasi
Menurut (Proverawati, 2010) pengelompokan pada BBLR yaitu :
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram.
2. Menurut masa gestasinya:
8
a. Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa celamilan (NKB-
SMK).
b. Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil
untukmasakehamilannya (KMK).
2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) di samping itu juga di sebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38minggu) , tapi berat badan
(bb lahirnya lebih kecil lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2500 gram). Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplay makanan ke bayi jadi berkurang (Nelson,
2010).
Gizi yang baik di perlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalamihambatan, dan selanjutkan akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak mendrita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaiknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibumendrita
anemia (Nelson, 2010).
Ibu hamil umunya mengalami depresi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang di butuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
9
otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, dan BBLR (Nelson, 2010).
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Penatalaksanaan Non Farmakologi Pada BBLR
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayidenganberatbadan lahir rendah (BBLR) akan cepat mengalami
kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan
panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan
permukaan badan yang relatif luas. Bayi dengan berat badan lahir rendah
harus dirawat di dalam inkubator. Bila belum memiliki inkubator, bayi
dengan dengan berat badan lahir rendah dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kangguru dalam
kantung ibunya (Proverawati, 2010).
10
secara langsung oleh ibu apabila bayi mampu menghisap. Bila bayi belum
mampu menghisap maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde ke lambung. Jika ASI
tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat
digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula
khusus bayi BBLR. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/
kgBB/hari. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap pada bayi masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering (Proverawati, 2010).
c. Pemberian Makanan Bayi BBLR
Pemberian makanan pada bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya
udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal,
tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi
kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi
dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat menghisap, dan
sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan
diberikan melalui Naso Gastric Tube (NGT). Jadwal pemberian makanan
disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian
makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan
lebihrendah (Proverawati, 2010).
d. Pencegahan Infeksi
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sangat mudah
mendapat infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomnial.
Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan memberi perlindungan terhadap
bayi BBLR dari bahaya infeksi dan tidak boleh kontak dengan penderita
infeksi dalam bentuk apapun. Upaya pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan menggunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis
dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien
dibatasi, rasio perawat pasien idea, mengatur kunjungan, menghindari
perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian
antibiotik yang tepat (Proverawati, 2010).
11
e. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan denganketat (Proverawati, 2010).
f. PemberianOksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Pemberian
oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan sirkulasi yang tidak
memuaskan harus berhati-hati agar tidak terjadi hiperoksia yang dapat
menyebabkan fibroplasia retrolental dan fibroplasias paru. Pemberian
oksigen dilakukan melalui tudung kepala, dengan alat CPAP (Continous
Positive Airway Pressure) atau pipa endrotakela untuk pemberian oksigen
yang aman dan stabil. Pemantauan tekanan oksigen (pO 2) arteri pada bayi
juga harus dilakukan terus-menerus agar porsi oksigen dapat diatur dan
sesuai sehingga bayi terhindar dari bahaya hipoksia atau hiperoksia.
Konsentrasi oksigen yang diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan
head box dengan dan menghindari penggunaan konsentrasi oksigen yang
tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Proverawati, 2010).
g. Pengawasan Jalan Nafas
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi dalam proses kelahiran sehingga
dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami
serangan apneu dan difesiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh
oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir
(aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan
dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan tersebut gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakeal, pijatan jantung, dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Melalui
semua tindakan diatas dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia
sehingga memperkecil kematian bayi BBLR (Proverawati, 2010).
12
a. Pemberian terapi antibiotik ceftazidime sebanyak 85 mg/12 jam. Pemberian
ceftazidime karena pada BBLR memiliki resiko tinggi terhadap infeksi
akibat bayi kurang bulan tidak mengalami transfer transplasental igG
maternal selama trimester tiga, fagositosis terganggu, dan tingginya infeksi
nosokomnial yang berasal dari alat-alat resusitasi, humidifier, inkubator,
susu formula, pompa payudara, rentang waktu perawatan bayi yang lama,
dan tangan petugas kesehatan pada unit perawatan intensif pada BBLR
(Ayu, 2014).
b. Pemberian Amino filin 10,2 mg loading dose dan 5 mg/12 jam untuk
merangsang pusat napas dengan meningkatkan kepekaan terhadap CO 2,
meningkatkan frekuensi nafas, menyebabkan relaksasi otot termasuk otot
polos bronkus, menurunkan hipoksia akibat depresi napas,
danmeningkatkanaktivitasdiafragma.JangkawaktupemberianAminofilin
diberikan berdasarkan usiagestasi (Ayu, 2014).
c. Pemberian trofik feeding menggunakan selang OGT karena bayi memiliki
refleks rooting dan isap yang lemah. Trofik feeding dimulai dengan dosis
0,5 – 1 cc/kgBB/jam dengan pemberian dosis dilakukan secara bertahap
(Ayu, 2014).
d. Pemberian cairan dan elektrolit tambahan yang disesuaikan dengan BB bayi
dan umur bayi (Ayu, 2014).
Kasus
Tgl 30 agustus 2019 ibu hamil dengan usia kandungan 34 minggu mengalami
perdarahan pervagina dan dirujuk ke RSD dr. Soebandi dan MRS tanggal 4
september 2019 jam 10.00 wib ibu mengalami kenceng-kenceng kemudian Jam
22.00 ibu melahirkan seorang bayi di ruang bersalin RSD dr. soebandi jember
13
secara spontan dan ditolong oleh bidan. Saat dilahirkan bayi tidak menangis
spontan, kemudian dilakukan HAIKAP kemudian menangis pelan, kemudian
bayi di bawa ke ruang perinatologi untuk dilakukan tindakan selanjutnya. Bayi
dilahirkan dengan jenis kelamin perempuan, berat badan lahir1545 gram,
PB:43cm, Apgar score 6-7, Anus (+), cacat (-). Saat diruang perinatologi, bayi
mengalami sesak, sianosis, dan suhu:34.7oC. RR:64X/menit, N : 130 x/mnt
retraksi dada berat, sianosis menghilang dengan oksigen 2 lpm nasal canul, air
entry blateral, merintih dapat di dengar tanpa stetoskop (nilai score downes 5).
Reflek isap dan menelan lemah, reflek rooting tidak ada, talipusat terpotong dan
masih ada pada umbilicus bayi dengan panjang sekitar 4 cm dan bayi ditempatkan
di infant warmer
3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama/ umur : Ny. A / 24 Tahun
Tanggal/ Jam MRS : 4 September 2019/ 10.00 WIB
Alamat : Jl. Letjen Panjaitan no. 165 Sumbersari - Jember
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Tanggal/ Jam pengkajian : 4 September 2019/ 10.00 WIB
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ibu mengalami kenceng-kenceng dan melahirkan bayi perempuan secara
normal dalam usia kandungan 34 minggu dengan berat badan bayi < 2500
gram, bayi mengalami sesak, sianosis, merintih, reflek isap dan menelan
lemah, reflek rooting tidak ada.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
14
Bayi masih terdengar merintih, reflek isap dan menelan lemah, reflek
rooting tidak ada
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Ibu mengatakan kelahiran anak sebelumnya tidak mengalami berat badan
lahir rendah (BBLR)
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat dari anggota keluarga yang pernah melahirkan bayi berat
badan lahir rendah (BBLR)
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepi dan tata laksana hidup sehat
Klien jarang berolahraga dan hanya bedrest ketika hamil
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengatakan sering mual dan muntah saat makan dan jarang
mengonsumsi sayur dan buah saat hamil
3) Pola aktivitas
Klien mengatakan saat hamil kondisi tubuhnya sering lemastetapi masih
mampu beraktivitas sehari-hari tanpa bantuan
4) Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan pola istirahatnya dan tidurnya normal. Klien tidur 7-8
jam / hari
5) Pola eliminasi
Klien tidak mengalami gangguan dalam pola eliminasi. Klien BAK
4x/hari dan BAB 2 hari sekali
15
Palpasi : Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak
4) Wajah
Inspeksi : Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut di
garis tengah wajah dan simetris
Palpasi : Tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan
5) Mata
Inspeksi : Kelopak mata tanpa petosis. Sklera tidak ikterik, konjungtiva
merah muda, iris berwarna merata, pupil bereaksi bila ada
cahaya, dan reflek mengedip ada
Palpasi : Kedua bola mata teraba lunak
6) Hidung
Inspeksi : Posisi hidung di garis tengah wajah, nares utuh dan bilateral,
bernafas melalui hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung
7) Mulut
Inspeksi : Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk
penuh dengan berwarna biru dan pucat, palatum utuh, lidah dan
uvula berada di garis tengah
8) Leher
Inspeksi : Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simetris dan pendek
Palpasi : Tiroid di garis tengah, dan tidak ada massa
9) Thorax/Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, frekuensi nafas : 64x/menit, bayi
terlihat sesak
Palpasi : Teraba retraksi dada berat
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru , tidak terdengar adanya
penimbunan cairan
Auskultasi : Terdengar bayi merintih tanpa stetoskop (nilai score
downes 5)
10) Jantung
Palpasi : Ictus cordis di ICS IV teraba
1. Batas kiri jantung : ICS II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang
jantung), ICS IV kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri.
2. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan,
dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan
linea parasternalis kanan.
Perkusi : suara jantung pekak
Aukskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
11) Payudara
Inspeksi : Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting
tambahan
16
12) Abdomen
Inspeksi :Abdomen bundar dan simetris, talipusat terpotong dan
masih ada pada umbilicus bayi dengan panjang sekitar 4
cm
Palpasi : Abdomen lunak, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani kecuali redup pada hati, limfa, dan ginjal
Auskultasi : Terdengar bising usus
13) Genetalia
Inspeksi : Labia minora dan klitoris ada
14) Anus
Inspeksi : Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking) dan terdapat lubang anus
15) Punggung
Inspeksi : Kolumna spinalis lurus tidak ada penyimpang yang terlihat
16) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal. Pada
tangan reflek genggam ada,dan kuat, terdapat 10 jari tanpa
berselaput, jarak antar jari sama, karpal dan metakarpal ada dan
sama pada kedua sisi, dan kuku terlihat panjang melebihi
bantalan kuku
Ekstremitas bawah
Inspeksi : Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput,
jarak antar jari sama, bantalan kuku berwarna merah muda,
panjang kuku melewati bantalan kuku. Pergerakan sendi penuh :
tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit, dan jari kaki tarsal dan
metatarsal ada dan sama kedua sisi serta simetris.
17) Integumen
Inspeksi : Warna kulit sianosis
Palpasi : Kulit teraba dingin, tidak ada pengelupasan
e. Pemeriksaan Reflek
- Rooting : Reflek rooting tidak ada
- Menghisap: Reflek isap dan menelan lemah
f. Penatalaksanaan Medis
Pemberian oksigen 2 lpm nasal canul, dan air entry blateral,
17
sianosis, dan terdengar paru pola nafas
merintih.
Pembentukan
DO :
RR : 64 x/menit cairan surfaktan
N : 130 x/menit, retraksi
pada paru-paru
dada berat
tidak optimal
Klien terpasang nasal canul
dengan oksigen 2 lpm, dan Tekanan untuk
score downes 5. membuka alveolus
meningkat
Sesak napas
Ketidakefektifan
Pola Nafas
2 DS : Saat dilahirkan bayi Permukaan tubuh Hipotermia
tidak menangis spontan, relatif lebih luas
sianosis, dan jaringan lemak
Berat badan bayi
pada bayi terlihat tipis
kurang dari 2500
DO :
Suhu : 34.7oC gram
RR:64 x/menit
BB : 1545 gram Jaringan lemak
PB : 43 cm
subkutan lebih
Apgar score : 6-7
tipis
Kehilangan panas
melalui kulit lebih
cepat
Hipotermia
18
3 DS : Bayi klien memiliki Imaturitas Ketidakefektifan
reflek isap dan menelan neurologis pola makan bayi
lemah, dan tidak ada reflek
Imaturitas pusat
rooting
reflek medula
DO :
BB : 1545 gram spinalis
PB : 43 cm
Reflek fisiologis
terganggu
Ketidakefektifan
pola makan bayi
3.3 Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola napas abnormal dan takipnea d.d bayi
mengalami sesak, retraksi dada berat, sianosis, dan terdengar merintih
2. Hipotermia b.d sianosis dan hipoksia d.d berat badan lahir bayi rendah
3. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d ketidakmampuan memulai mengisap
yang efektif d.d reflek isap dan menelan lemah, reflek rooting tidak ada,
dan berat badan lahir rendah
19
3.3 Intervensi
20
ditingkatkan menjadi dan sekresi trakhea pernafasan
2. Menjaga kestabilan
skala 5 dengan tepat
3. Warna kulit 2. Pertahankan kepatenan dalam bernapas
3. Memastikan peralatan
dipertahankan dari jalan napas
3. Siapkan peralatan oksigen oksigen yang dibutuhkan
skala 3 dan
dan berikan melalui sistem lengkap
ditingkatkan menjadi
4. Membantu pola napas
humidifier
skala 5
4. Berikan oksigen tambahan menjadi stabil dan teratur
5. Memastikan aliran
seperti yang diperintahkan
5. Monitor aliran oksigen oksigen yang diberikan
6. Monitor efektifitas terapi
telah sesuai dengan
oksigen (misalnya tekanan
kebutuhan pasien
oksimetri, ABG’s dengan 6. Memantau adanya
tepat) perubahan pola napas
pasien menjadi stabil
dari sebelumnya
21
2. Tempatkan pasien dalam bagian tubuh yang
posisi terapeutik yang terkilir akibat posisi yang
telah dirancang tidak tepat
3. Posisikan pasien sesuai 4. Membantu kestabilan
dengan kesejajaran tubuh pola napas dengan posisi
yang tepat yang tepat
4. Posisikan pasien untuk
memfasilitasi
ventilasi/perfusi
2 Hipotermia b.d Setelah dilakukan Perawatan Bayi: Baru Lahir 1. Memantau kondisi Թ
Ns. Y
sianosis dan hipoksia tindakan keperawatan (6824) pasien berada dalam
d.d berat badan lahir dalam 2 x 24 jam 1. Lakukan evaluasi Apgar kondisi gawat darurat
bayi rendah diharapkan masalah pada menit pertama dan atau stabil
2. Mencegah mekanisme
hipotermia teratasi kelima setelah kelahiran
Kriteria hasil : 2. Jaga suhu tubuh yang kehilangan panas yang
Termoregulasi: Baru adekuat dari bayi baru cepat
3. Dapat memberikan
Lahir (0801) lahir (misalnya,
bantuan oksigen dengan
1. Berat badan dapat membedong bayi dalam
cepat jika pola napas
dipertahankan dari selimut, pakaikan topi
tidak teratur
skala 3 dan rajut bayi, dan letakkan
4. Membantu
ditingkatkan menjadi bayi baru lahir di bawah
menghangatkan suhu
skala 5 pemanas sesuai
22
2. Hipotermia dapat kebutuhan) tubuh bayi
3. Respon pada tanda-tanda 5. Membantu bayi pada
dipertahankan dari
distress pernafasan posisi yang nyaman
skala 3 dan
6. Mempertahankan
(misalnya takipnea,
ditingkatkan menjadi
kenyamanan pada bayi
retraksi)
skala 5
4. Letakkan bayi baru lahir
3. Takipnea dapat
dengan kontak kulit ke
dipertahankan dari
kulit dengan orang tua
skala 3 dan
secara tepat
ditingkatkan menjadi
5. Letakkan bayi baru lahir
skala 5
di dada segera setelah
4. Perubahan warna
persalinan
kulit dapat
6. Peluk dan sentuh bayi
dipertahankan dari
yang ada di ruang isolasi
skala 3 dan
bayi secara teratur
ditingkatkan menjadi
Pengaturan Suhu (3900)
skala 5
1. Monitor dan laporkan 1. Mampu mengembalikan
adanya tanda dan gejala suhu bayi dengan cepat
dari hipotermia dan jika terjadi hipotermi
hipertermia 2. Membantu memenuhi
2. Tingkatkan intake cairan asupan nutrisi pada bayi
dan nutrisi adekuat 3. Mempertahankan suhu
23
3. Selimuti bayi berat badan bayi agar tetap hangat
4. Menjaga kondisi
lahir rendah dengan
lingkungan sekitar bayi
selimut berbahan dalam
agar tetap hangat
plastik segera setelah
5. Memastikan bayi berada
lahir ketika masih
dalam lingkungan yang
tertutup cairan amnion,
hangat
sesuai kebutuhan dan
protokol instruksi
4. Pertahankan kelembapan
pada 50% atau lebih
besar dalam inkubator
untuk mencegah
hilangnyapanas
5. Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan hangatkan
lingkungan sekitar untuk
meningkatkan suhu tubuh
sesuai kebutuhan
3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Pemberian Makan dengan 1. Memberikan pemenuhan Թ
Ns. Y
makan bayi b.d tindakan keperawatan Tabung Enteral (1056) nutrisi melalui jenis
24
ketidakmampuan dalam 3 x 24 jam 1. Sisipkan selang tabung enteral yang
memulai mengisap diharapkan kebutuhan nasogastrik, sesuai dengan kondisi
yang efektif d.d reflek nutrisi pasien terpenuhi. nasoduodenal, atau bayi
Kriteria hasil : 2. Memastikan ketepatan
isap dan menelan nasojejunal, sesuai
Adaptasi Bayi Baru
posisi pada selang
lemah, reflek rooting peraturan lembaga
Lahir (0118)
2. Konfirmasi penempatan sebelum diberikan
tidak ada, dan berat 1. Berat badan dapat
selang dengan bantuan nutrisi enteral
badan lahir rendah dipertahankan dari
3. Menentukan jenis dan
pemeriksaan x-ray
skala 2 dan
jumlah nutrisi yang tepat
sebelum pemberian
ditingkatkan menjadi 4. Menghindari bayi
makanan atau obat
skala 5 tersedak saat dilakukan
2. Refleks mengisap melalui tabung
pemberian nutrisi secara
3. Konsultasikan dengan
dapat dipertahankan
enteral
anggota tim perawatan
dari skala 3 dan 5. Mempertahankan kontak
kesehatan lainnya dalam
ditingkatkan menjadi secara fisik dengan bayi
memilih jenis dan 6. Memberikan waktu jeda
skala 5
persentase makanan sebelum bayi
4. Tinggikan kepala tempat
disendawakan
tidur 30 sampai 45 derajat 7. Menjaga kebersihan
selama pemberian makan selang selama pemberian
5. Peluk dan bicara dengan
nutrisi masih diberikan
bayi selama diberikan
secara enteral
makan untuk mensimulasi 8. Menghentikan
25
kegiatan makan biasa pemberian asupan
6. Hentikan pemberian
makanan jika bayi
makanan 30 sampai
merasa kenyang
dengan 60 menit sebelum
meletakkan kepala pasien
dengan posisi kepala di
bawah
7. Irigasi selang setiap 4
sampai 6 jam saat
memberikan makan dan
setelah setiap pemberian
makan intermiten
8. Monitor pasien jika
merasa kenyang, mual,
dan muntah
Manajemen Berat Badan
(1260) 1. Mengetahui apakah
1. Hitung berat badan ideal pasien sudah mencapai
pasien berat badan ideal atau
2. Bantu pasien membuat belum
perencanaan makan yang 2. Menentukan jumlah
seimbang dan konsisten asupan nutrisi yang harus
26
dengan jumlah energi dipenuhi untuk mencapai
yang dibutuhkan setiap berat badan ideal
harinya
Pengajaran: Nutrisi Bayi 0-3
1. Memberikan edukasi
bulan (5640)
kepada orangtua
1. Instruksikan
mengenai makanan yang
orangtua/pengasuh untuk
tepat untuk bayi baru
memberi makan hanya
lahir
ASI atau susu formula 2. Menambah pengetahuan
untuk tahun pertama orangtua untuk
(tidak ada makanan padat memberikan intake
sebelum 4 bulan) cairan yang sesuai
2. Instruksikan
dengan kebutuhan bayi
orangtua/pengasuh untuk
membatasi intake air ½
sampai 1 ons pada satu
waktu, 4 ons tiap hari
27
3.4 Pendidikan Kesehatan Satu Intervensi Keperawatan Terpilih
(BBLR)
Oleh :
Kelompok 1/ Kelas D 2017
Muhammad Rofiqi NIM 172310101174
Ayu Dwi Afriliyanti NIM 172310101182
Jasmine Praditha Sari NIM 172310101191
28
Pokok Bahasan : Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
Sub Pokok Bahasan :Pengertian dari Metode Alternatif pemberian asi, Tujuan
Alternatif pemberian asi, Cara Perawatan Alternatif
pemberian asi, dan Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Alternatif pemberian asi.
I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Pada survei yang telah di lakukan ibu ibu hamil san menyusui pada desa
sumbersari tidak mengetahui bagaimana alternatif pemberian Asi pada bayi
baru lahir dengan berat badan rendah, mereka biasanya tidak bertanya atau
konsultasi kepada bidan dan tenaga kesehatan lainnya. karena kurangnya
informasi tersebut kita kelomlok 1 ingin mengedukasi bagaimana alternatif
pemberian asi terhadap bayi dengan berat badan rendah.
B. Karakteristik Peserta Didik
Masyarakat desa sumbersari rata rata lulusan sekolah dasar atau tidak
sekolah.
29
c. Menjelaskan kembali tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberiam asi selaim dengan menyusui
Materi Terlampir
a. Definisi Pemberian Asi selain menyusui
b. Tujuan Pemberian Asi selain menyusui
c. Cara perawatan metode tersebut
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan metode tersebut.
V. Media
Leaflet
Power Point
30
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan - Memberikan salam
5 menit
- Memperkenalkan diri
- Menyelesaikan tujuan
penyuluhan
- Menyebutkan
materi/pokok bahasan
yang akan diberikan
2. Inti 20 menit - Menanyakan
kabar/keadaan audience
- Menyelesaikan materi
penyuluhan secara
berurutan materi
- Menyelesaikan definisi
dari pemberian asi
alternatif
- Menyelesaikan tujuan
perawatan pemberian
asi alternatif
- Menyelesaikan cara
perawatan pemberian
asi alternatif
- Menyelesaikan hal-hal
yang perlu di perhatikan
dalam pemberian asi
alternative
3 Penutup - Menutup pertemuan
5 menit
dengan memberikan
kesimpulan yang
disampaikan,
- Mengajukan
pertanyaan, menutup
pertemuan dan memberi
salam
31
VII. Evaluasi
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Peserta dapat mengerti dan memahami tentang alternatif pemberian asi
selain menyusui
3. Peserta dapat memahami cara alternatif pemberian asi selain menyusui
A. DEFINISI
World Health Organization (WHO) menyatakan Preterm atau Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) merupakan neonatus yang terlahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram.
Permasalahan nutrisi khusus pada BBLR
a. Rendahnya cadangan nutrisi
b. Imaturitas fungsi organ dan fungsi saluran cerna
c. Kemampuan pengosongan lambung lebih lambat daripada bayi cukup
bulan
32
d. Fungsi mengisap dan menelan masih belum sempurna
1. ENTERAL
a) Cangkir atau Sendok
1. Dianjurkan pada bayi hanya membutuhkan sedikit ASI
2. Digunakan pada bayi sering tersedak atau muntah
b) Sonde Lambung (Nasogastrik/Orogastrik)
1. Dianjurkan pada bayi dengan masa gestasi < 32 minggu
2. Frekuensi nafas < 80x/ menit
3. Digunakan pada bayi dengan intubasi atau gangguan neurologik
c) Transpilorik
1. Tidak dapat mentoleransi cara oro-/nasogastrik
2. Terdapat risiko terjadinya aspirasi
3. Bayi diintubasi
4. Motilitas usus menurun
5. Harus menunggu pasase pipa sebelum mulai pemberian nutrisi
6. Memerlukan pemeriksaan radiologi
7. Dapat terjadi komplikasi dumping syndrome, perubahan mikroflora usus,
malabsorpsi nutrien, dan perforasi usus
d) Gastrostomi
1. Malformasi gastrointestinal
2. Gangguan neurologik
3. Dalam intubasi
4. Motilitas usus menurun
33
5. Harus menunggu terjadinya pasase pada pipa sebelum pemberian makan
6. Perlu pemeriksaan radiologik
7. Dapat terjadi komplikasi sindrom dumping, perubahan rnikroflora usus,
malabsorbsi, perforasi
3. PARENTERAL
Nutrisi Parenteral (NP) merupakan cara pemberian nutrisi tambahan dan energi
secara intravenaterutama pada Bayi Baru Lahir Amat Sangat Rendah
(BBLASR) di mana belum/tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi
enteral.
Pemberian Nutrisi Parenteral Total (NPT)
a) NPT Perifer
Nutrien diberikan melalui vena perifer yang biasanya vena pada kaki atau
tangan. Osmolaritas cairan yang diberikan antara 300-900 mosm/L.
Maksimum konsentrasi dekstrose yang digunakan adalah 12,5%, asam
amino 2% dan 400 mg/dl kalsium glukonas.
b) NPT Sentral
Osmolaritas cairan yang digunakan dapat diatas 900 mosm/L, konsentrasi
dekstrose 15-25%.
34
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang) , berikan ASI peras melalui pipa lambung:
35
3.5 Leaflet
36
37
BAB 4. Web of Caution Etiologi
Pathway
BBLR
Permukaan tubuh relatif Jaringan lemak Prematuritas Fungsi organ-organ belum baik
lebih luas subkutan lebih tipis
Penurunan Mata
Hati Usus Ginjal
Penguapan Pemaparan dengan Kehilangan Kekurangan daya tahan
berlebih suhu luar panas cadangan
Imaturitas
melalui kulit energi Konjugasi Dinding Peristaltik Imaturitas
lambung blm ginjal Lensa
Dk Resiko bilirubin
Kehilangan Kehilangan lunak sempurna mata
Infeksi blm baik
cairan panas Malnutrisi Sekunder
Mudah Pengosongan Retrolentral
Hiperbilirubin terapi
kembung lambung blm Fibroplasia
Dehidrasi Dk Hipotermia Hipoglikemi baik
Ikterus Retinopaty
Reflek menelan
-Pertumbuhan dinding Imaturitas sentrum2 vital Halus & mudah lecet
blm sempurna
dada blm sempurna
-Vaskuler paru imatur
Regulasi pernafasan Resiko infeksi
Dk Ketidakseimbangan pioderma
Insufiensi pernafasan Nutrisi Kurang dari
Dk Pernafasan periodic Kebutuhan Tubuh
Ketidakefektifan 38 Sepsis
Peny. membran hialin Pola Nafas
Pernafasan biot
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah yang
kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada
dibawah persentil 10 dinyatakan ringan untuk umur kehamilan. Adapun
tanda-tanda bayi BBLR adalah umur kehamilan sama dengan atau kurang
dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram,
rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
Faktor penyebab terjadinya bayi bblr secara umum bersifat multifaktoril,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
pencegahan. Namun penyebab terbanyak terjadinya bayi bblr adalah
kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko
jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Kita sebagai tenaga kesehata
perawat harus dapat membantu mengurangi pencegahan kejadian bblr dengan
cara memberikan promosi kesehatan contohnya mendorong perawatan
kesehatan remaja putri, mengusahakan semua ibu hamil mendapatkan
perawatan antenatal yang komperhensif, memperbaiki status gizi ibu hamil
dengan mengkonsumsi makanan yang lebih sering atau lebih banyak dan di
utamakan makanan yang mengandung utriient yang memadai, meningkatkan
pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4kali.
39
Perawatan bayi berat badan lahir rendah yang dilakukan masyarakat
menggunakan cara tradisional dengan membuat suasana sekitar bayi menjadi
hangat dengan meletakkan lampu yang menyorot langsung pada bayi. Hal
tersebut sangat efektif dan dapat digunakan sebagai alternatif
inkubator(Rosha, 2018).
Selain itu pemerintah kesehatan juga mengembangkan perawatan
untuk menjaga suhu tubuh bayi dan perawatan bayi BBLR dengan perawatan
metode kanguru (PMK) yang digunakan sebagai alternatif pengganti
inkubator dalam perawatan BBLR. Perawatan metode kanguru (PMK) ini
merupakan menjaga suhu bayi dengan menghangatkan bayi dengan cara
kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact)
dalam waktu tertentu dan juga dapat melakukan IMD (inisiasi menyusu dini)
secara bersamaan ketika melakukan metode kanguru(Rosha, 2018).
Manfaat perawatan metode kanguru (PMK) diantaranya memudahkan
pemberian ASI meningkatkan berat badan bayimenghindari terjadinya
hipotermia pada bayi menurunkan kejadian infeksi nosokomnial(Rosha,
2018).
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini D.I.dan S Septira. 2016. Nutrisi Bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Mojorty. 5(3):151
40
Astina D.D. 2016. Optimalisasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Enteral Pada Bayi
Berat Lahir Rendah(BBLR) Melalui PEngaturan Posisi Dengan Pendekatan
Teori Konservasi Levine. Skripsi. Depok:Universitas Indonisia.
Ayu, A. dan M. Rahmanoe. 2014. Drug Therapy of Infant With Low Birth Weight
(BLW). Jurnal Medula. 2(3): 1-7.
Sholiha H. dan S. sumarmi. 2015. Analisi Resiko Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) Pada PrimigravidaI. Media Gizi Indonisia, 10(1):57-63
Sujianti. 2017. Literature Reviiew Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kesehatan
41