Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

NEONATUS DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Tugas Pada Mata Kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal


Program Studi Kebidanan Reg-A 1 Semester 4

Dosen Pengampu :
Lina Contesa, SST., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Chris Chindy Sayona : (20.15401.10.01)


2. Syiva Azkiyah : (20.15401.10.03)
3. Merlyn Trisdayanti : (20.15401.10.04)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA HUSADA PALEMBANG
PALEMBANG 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt


karena atas berkat dan rahmat-nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul ‘’ Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah ‘’ makalah ini
disusun atas tugas dari Dosen Lina Contesa ,SST.,M.Kes. untuk penambahan nilai
pada mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal makalah ini berisi materi
tentang semua yang berhubungan dengan Neonatus dengan Berat Badan Lahir
Rendah ,Namun kami menyadari betul bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam makalah ini mengingat kami masih dalam proses pembelajaraan, untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak yang bersifat membangun
bagi kesempurnaan makalah ini , Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih bagi semua
pihak yang telah berperan dalam membuat makalah ini.

Palembang, 1 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian BBLR........................................................................................3
2.2 Klasifikasi BBLR........................................................................................4
2.3 Etiologi BBLR............................................................................................5
2.4 Ciri – Ciri BBLR.........................................................................................8
2.5 Masalah Kesehatan BBLR..........................................................................9
2.6 Penyulit Pada BBLR.................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan BBLR.............................................................................10
2.8 Pencegahan BBLR....................................................................................19
2.9 Perawatan BBLR.......................................................................................20
2.10 Komplikasi..............................................................................................20
2.11 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................22
2.12 Pemantauan.............................................................................................22

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT


3.1 Tujuan.......................................................................................................23
3.1.1 Tujuan Umum.................................................................................23
3.2 Tujuan Khusus..........................................................................................23
3.2 Manfaat Penelitian....................................................................................23
3.2.1 Teoritis............................................................................................23
3.2.2 Praktis.............................................................................................24

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian.......................................................................................25
4.2 Populasi, Sampel Dan Sampling.............................................................266
4.3 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Penelitian.............................................26
4.4 Etika Penelitian.........................................................................................27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1.Hasil Penelitian.........................................................................................28
5.2 Tinjauan Kasus..........................................................................................32

BAB VI PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................37
3.2 Saran..........................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan
prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan
pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko
kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang
lahirdengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia
lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih
tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada
masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan
tertinggi diPapua (27%), sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7%
(Kemenkes RI,2015).
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek
(prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam
bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau
keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti
faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi padajanin selama masa
kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami
proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal
pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang
lebih lambat dibandingkan denganbayi yang lahir dengan berat badan
normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat
BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi,
penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan

1
Henry, 2014)
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal
terhadap bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi
adekuat dan melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih
didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau
bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan
perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR
lebih diutamakan dalam usahamenekan Angka Kematian
Bayi(Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu
menurunkan angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu
dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah
satunya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko
yang mempengaruhi kejadian BBLR.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengetahui tentang neonatus dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) dan Bagaimana asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
NCB-SMK dan BBLR di Ruang Perinatologi di RSUD Prof. DR.W.Z.
JOHANNES KUPANG”?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian BBLR


Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2.499 gram)
(Sarwono, 2016).
BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan
kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang
beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (Vidia
Atika, 2016).
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah
persentil 10 dinamakan ringan untuk usia kehamilan. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram disebut premature
(Proverawati, 2010)
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan
memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan
berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Penyebab BBLR adalah keadaan ibu hamil yang
memiliki masalah dalam kehamilan. Permasalahan dalam kehamilan inilah
yang paling berbahaya karena menjadi penyebab kematian ibu dan bayi
terbesar (Barua, Hazarika & Duta, 2014).
Menurut Jamil (2017), sejak tahun 1961 WHO telah mengganti
istilah premature baby dengan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini

3
karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir bayi prematur.Berdasarkan umur kehamilan dibagi dlm 3 kelompok:
a. Pre term/bayi prematur = kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari
259 hari)
b. Term/bayi cukup bulan = Mulai dari 37 minggu sampaikurang dari
42 minggu lengkap (259-293 hari)
c. Post term/bayi lebih bulan = 42 lengkap atau lebih (294hari atau lebih)
2.2 Klasifikasi BBLR
Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají, Chandrasekaran,
Lahariya, Nisar, Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz (2017) dalam
mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu:
1. Berdasarkan harapan hidupnya :
a. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR).
b. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR).
c. Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim
rendah (BBLR).
2. Berdasarkan masa gestasinya :
1) Prematuritas Murni
Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu atau biasa disebut
neonatus dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut BBLR jika
berat lahirnya antara 1500 – 2500 gram.
2) Dismaturitas
Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau kecil ketika dalam masa
kehamilan.
Menurut Jamil (2017), BBLR dapat dikelompokkan prematuritas murni
dan dismaturitas. Bayi berat lahir rendah dapat atau mungkin prematur
(kurang bulan) mungkin juga cukup bulan (dismatur).
 Bayi prematur
Menurut Who, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia

4
kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama,haid terakhir).
The american academy ofpediatric mengambil batasan 38 minggu
untuk menyebut prematur. Bayi prematur atau bayi pre-term adalah
bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat
badan.

 Bayi dismatur
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan yang seharusnya untuk masa kehamilannya. Dismatur
atau bisa dibilang juga bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)

2.3 Etiologi BBLR


Menurut Vidia Tika (2016), penyebab terjadinya bayi BBLR secara
umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk
melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi
BBLR adalah kelahiran premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar
resiko jangka pendek dan jangka pendek dapat terjadi.
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu
(2016) ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan masalah BBLR
yaitu:
1. Faktor ibu
 Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih
tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan
dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia
reproduksi, hamil dan melahirkan.
 Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau
lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR, itu

5
dikarenakan setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma
fisik dan psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan akan
menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan berikutnya
 Gizi kurang saat hamil
Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan persalinan
sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan
setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih
berisiko mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan
berat badan yang kurang.
 Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun
berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan
dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola
hidup, belum menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan
pemeriksaan dengan rutin.
 Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi
alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran
darah umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan mengalami gangguan
dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
2. Faktor kehamilan
 Eklampsia / Pre-eklampsia.
 Ketuban pecah dini.
 Perdarahan Antepartum.
3. Faktor janin
 Cacat bawaan (kelainan kongenital).
 Infeksi dalam rahim.
Menurut Jamil (2017), faktor-faktor penyebab kelainan Prematur :
1) Faktor Ibu
 Toksemia gravidarum yaitu preeklampsi dan eklampsi

6
 Kelainan bentuk uterus
 Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 thn atau lebih dari 35thn.
 Plasenta antara lain plasenta praevia, solusio plasenta.
2) Faktor Kehamilan
 Hamil dengan hidramnion
 Hamil Ganda
 Perdarahan antepartum
 Komplikasi hamil: pre-eklampsi/eklampsi, ketuban pecah dini.
3) Faktor Janin
 Cacat Bawaan
 Infeksi (mis. Rubeola,sifilis, toksoplasmosis)
 Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor Rhessus, golongan darah
ABO)
4) Faktor Plasenta
 Plasenta previa
 solusio plasenta
Berikut adalah faktor – faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR
secara umum yaitu sebagai berikut :
a. Persalinan kurang bulan / premature (Usia Kehamilan 28 – 36 minggu) pada
umumnya disebabkan tidak mempunyai uterus menahan janin, gangguan
selama hamil lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya, semakin muda
umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan
prorositnya semakin kurang baik, kelompok BBLR ini sering mendapatkan
penyulit / komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi
kurang.
b. Bayi baru lahir untuk masa kehamilan ini disebabkan karena adanya
hambatan pertumbuhan saat dalam kehamilan (janin tumbuh lambat)
sitardasi pertumbuhan intra uteri berhubungan dengan keadaan yang
mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan
perkembangan janin, kematangan fungsi organ tergantung pada usia

7
kehamilan walaupun berat lahirnya kecil.
a) Faktor ibu :
(1) Paritas
(2) Usia < 20 tahun atau lebih dari > 35 tahun.
(3) Infertilitas
(4) Abortus spontan sebelumnya
(5) Bahan teratogenik (alkohol, radiasi, obat)
(6) Penyakit kronis
(7) Keadaan penyebab infusifiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal,
paru, hipertensi dan lain – lain).
(8) Riwayat BBLR sebelumnya.
(9) Tablet Fe
b) Faktor plasenta :
(1) Penyakit vaskuler
(2) Berat plasenta berkurang atau berongga atau hidramnion.
(3) Kehamilan ganda
(4) Malformasi
(5) Tumor
(6) Plasenta previa
(7) Plasenta yang lepas.
c) Faktor janin :
(1) Kelainan kromosom
(2) Malformasi
(3) Infeksi congenital
(4) Kehamilan ganda
(5) Ketuban pecah dini.

2.4 Ciri – Ciri BBLR


Menurut penelitian dari Tripthy (2014) ada beberapa ciri BBLR yaitu:
1. Rambut tipis halus.
2. Tulang tengkorak lunak.

8
3. Kulit tipis dan transparan.
4. Berat badan
Menurut Jamil (2017), tanda dan gejala bayi prematur :
1. Umur kehamilan 37 minggu ataupun kurang
2. Berat badan 2500 gram atau kurang
3. Panjang badan 46cm atau kurang
4. Lingkar kepala 33cm atau kurang
5. Lingkar dada 30cm atau kurang
6. Kulit: tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemakkulit kurang
7. Tonus otot lemah
8. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

2.5 Masalah Kesehatan BBLR


Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014) serta Kirk, Uwamungu,
Wilson, Hedt-Gauthier, Tapela, Niyigena, Rusangwa, Nyishime, Nahimana,
Nkikabahizi, Mutaganzwa, Ngabireyimana, Mutabazi & Magge (2017) ada
beberapa masalah kesehatan pada BBLR yaitu:
1. Ketidakstabilan suhu tubuh.
2. Gangguan pernapasan.
3. Imaturitas neurologis.
4. Gastrointestinal dan nutrisi.
5. Imaturitas.
6. Hipoglikemi.
Problematik Prematur
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayimatur oleh sebab
itu mengalami lebuh banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya.
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya maka akan
mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut:
1. Suhu tubuh yang tidak stabil
2. Gangguan pernapasan
3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi

9
4. Gangguan imunologik
5. Perdarahan intraventrikuler
6. Retrolental fibroplasia
7. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (Jamil,
2017)

2.6 Penyulit Pada BBLR


1. Umur hamil saat persalinan
2. Asfiksia/iskemia otak
3. Gangguan metabolisme
4. Mudah terjadi infeksi
5. Hipotermia
6. Sindrom gawat napas
7. Hipoglikemia
8. Perdarahan intrakranial
9. Hiperbilirubinemia
10. Kerusakan integritas kulit (Jamil, 2017)

2.7 Penatalaksanaan BBLR


Menurut Fermandez, Redondo, Castellanos, Munuzuri, Gracia, Campillo,
Lopez & Luna (2017) serta Nurmalasari (2014) ada beberapa penatalaksanaan
yang bisa dilakukan untuk masalah BBLR yaitu :
1. Dukungan respirasi.
2. Termoregulasi.
3. Perlindungan terhadap infeksi.
4. Pemberian nutrisi.
Menurut Jamil (2017), dengan memperhatikan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi prematur maka perawatan dan pengawasan bayi
prematur untuk mengatur panas badan, pemberian makanan bayi dan

10
menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematur
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati dalam rahim. Bila tidak ada inkubator, bayi dapat
dibungkusdengan kain dan disampingnya ditaruh botol yg berisi air panas
sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
2. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna.Refleks
menghisap masih lemah sehingga pemberianminum sebaiknya sedikit demi
sedikit tetapi denganfrekuensi yang lebih sering.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi karena dayatahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukositmasih kurang dan pembentukan
antibodi belumsempurna oleh karena itu upaya preventif sudahdilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidakterjadi persalinan prematur.
Penatalaksanaan :
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet

11
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang
siang penduga/ sonde fooding
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
reflex menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa
lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu,
bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan
yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet
atau selang kecil yang menempel pada putting.
ASI merupakan pilihan utama :
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750-2500 gram
1)   Bayi sehat
a) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil
lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative
cara pemberian minum.
2)  Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan
IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
• Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

12
• Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
• Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
• Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
1) Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok
atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak),
berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-
2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan IV secara perlahan.

13
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

c. Berat lahir 1250-1499 gram


1) Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2) Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

14
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
i. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan
tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol
inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk
atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan
air panas kembali.
j. Suhu lingkungan bayi harus dijaga

15
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi
k. Badan bayi harus dalam keadaan kering
1) Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
l. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
m. Ukur suhu tubuh dengan berkala
n. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
p. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
q. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
4. Pemantauan (Monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu
2) Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15%
untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:

16
• Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/hari
• Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
• Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
• Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.

b. Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan
bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi
setelah pulang sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a) Membersihkan jalan napas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
d) Perawatan bayi sehari-hari:
1) Memandikan
2) Perawatan tali pusat
3) Pemberian ASI
4) Dll
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu

17
c) Mengikuti program KB segera mungkin
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk
ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke rumah sakit.
Penatalaksanaan Menurut Vidia Tika (2016)
Penatalaksanaan yang dilakukan pada bayi BBLR yaitu :
Penanganan Bayi Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator.
a. Pelestarian Suhu Tubuh
Bayi dengan berat bayi lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 oC s/d 37oC.
Bayi berat lahir rendah harus diasuh dalam suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat lahir rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25oC, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 30oC untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
b. Incubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan malalui “jendela” atau “lengan
baju”. Sebelum memasukkan bayi ke dalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4oC, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,2oC untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini kemungkinan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
c. Pemberian Oksigen

18
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30 – 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
d. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat lahir rendah, mempunyai sistem imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi.
e. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.

2.8 Pencegahan BBLR


Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung
dengan baik.

19
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil.

2.9 Perawatan BBLR


1. Diadakan pemisahan antara bayi yg terkena infeksi dengan yg tidak kena.
2. Mencuci tangan setelah memegang bayi ataupun sesudahnya.
3. Membersihkan tempat tidur bayi segera bila sesudahnyadipakai.
4. Membersihkan ruangan dan menggunakan antiseptik.
5. Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri.
6. Kulit dan talipusat harus dibersihkan dengan
sebaikbaiknya. (Jamil, 2017)

2.10 Komplikasi
Menurut Vidia Tika (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada bayi
dengan berat badan lahir rendah, terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi
pada bayi baru lahir diantaranya :
a) Sistem Pernafasan : Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
sindrom distress respirasi, penyakit membran hialin.
b) Sistem Kardiovaskuler : patent ductus arteriosus.
c) Termoregulasi : hipotermia.
d) Hipoglikemia simtomatik
Masalah yang mungkin terjadi pada bayi premature dan dismature
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah :
a) Pada premature yaitu :
Sindrom gangguan pernafasan idiopatik disebut juga penyakit

20
membrane hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membrane
hialin yang melapisi alveolus paru.
(1) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering
ditemukan pada bayi prematur.
(2) Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebebkan oleh karena
anoreksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan
membrane hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada otopsi.
(3) Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar
sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum
sempurna.
(4) Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna.
Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi
masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan.
Kemampuan metabolism panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan suhunya.
b) Pada bayi Dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa
gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan – gangguan pertumbuhan
di dalam uterus. Dengan kata lain, alat – alat dalam tubuhnya sudah
berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan berat
yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah hidup
diluar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan terjadinya
beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah adalah,
sebagai berikut :

21
1) Suhu tubuh yang tidak stabil.
2) Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
3) Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
4) Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
5) Gangguan immunologic.

2.11 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Vidia Tika (2016) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
periksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
b. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat / diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
c. USG

2.12 Pemantauan
Vidia Tika (2016) pemantauan yang dilakukan pada BBLR yaitu :
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetassp diberikan.
2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu.
3) Tumbuh kembang
b. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan
bayi dan mencegah / mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi
setelah pulang sebagai berikut :
1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dianjutkan setiap bulan.
2) Hitung umur koreksi.
3) Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar dada.

22
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan.

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada kasus bayi baru lahir dengan
NCB-SMK dan BBLR melalui pendekatan manajemen kebidanan Varney di
Ruang Perinatologi RSUD Prof. DR.W.Z. JOHANNES KUPANG.
3.1.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap pada
Bayi Baru Lahir dengan NCB-SMK dan BBLR.
2. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan
interpretasi data dasar pada Bayi Baru Lahir dengan NCK-SMK dan
BBLR
3. Mengantisipasi masalah potensial yang timbul pada Bayi Baru
Lahirdengan NCB-SMK dan BBLR.
4. Melaksanakan antisipasi atau tindakan segera pada Bayi Baru Lahir
dengan NCB-SMK dan BBLR.
5. Menyusun perencananaan berdasarkan rasionalisme pada Bayi Baru
Lahir dengan NCB-SMK dan BBLR.
6. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana yang telah di
buat pada Bayi Baru Lahir dengan NCB-SMK dan BBLR.

23
7. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada
Bayi Baru Lahir dengan NCB-SMK dan BBLR.

3.2 Manfaat Penelitian


3.2.1 Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan disiplin ilmu kebidanan
dan tidak menutup kemungkinan bagi disiplin ilmu lainnya.
3.2.2 Praktis
a. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan study banding
dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Neonatus Cukup
Bulan Sesuai Masa Kehamilan dan Bayi Berat Lahir Rendah.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan referensi perpustakaan Sekolah Ilmu Kesehatan
Citra Husada Mandiri Kupang dalam mata kuliah pathologi kebidanan.
c. Bagi Profesi Bidan
Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman secara
langsung sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama di akademik, serta menambah wawasan dalam
penerapan proses manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan Bayi Berat
Lahir Rendah.

24
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah rancangan bagaimana peneliti tersebut
dilaksanakan. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang
dapat diamati (Sastroasmoro, 2011).
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan kerangka acuan bagi peneliti untuk
mengkaji hubungan antara variabel dalam suatu penelitian. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah rancangan peneliti studi kasus. Studi kasus merupakan
penelitian yang mendalam tentang induvidu, serta kelompok, suatu organisasi,
suatu program kegiatan dan sebagainya dalam waktu tertentu. Studi kasus
dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui studi kasus yang
terdiri dari unit tunggal. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam di
analisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-
faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan
dengan kasus, maupun tindakkan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau
pemaparan tertentu (Notoatmodjo, 2002).
Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian yang berbentuk kerangka atau alur peneliti, mulai dari desain hingga
25
analisis datanya (Hidayat, 2010). Penelitian ini adalah deskritif studi kasus
dimana pasien yang diambil berjumlah 1 orang dengan diagnosa BBLR dengan
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan. Selama perawatan pasien diikuti
perkembangan penyakitnya dan hal tersebut dijadikan dasar menganalisa adanya
kesenjangan dalam proses perawatan dan menentukan the best practice
berdasarkan evidence-based dalam pelayanan kebidanan.

Adapun kerangka kerja dalam studi kasus ini mengambil tujuh langkah
varney sebagai tahap-tahap dalam aktivitas ilmiah penelitian ini.
Tujuh langkah varney (varney, 1997)
1. Pengkajian
2. Interpretasi data dasar
3. Mengedentifikasi daignosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4. Evaluasi kebutuhan terhadap tindakan segera bagi bidan atau tenanga medis
untuk melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi pasien.
5. Menyusun asuhan kebidanan komprenhensif yang didukung dengan
penjelasan dari rasionalisasi keputusan tindakan yang diambil berdasarkan
langkah-langkah yang tepat.
6. Melaksanakan atau menginplementasikan perencanaan asuhan secara efesien
dan aman.
7. Evaluasi keefektifitas dan asuhan yang diberikan, serta mengkaji ulang aspek
asuhan yang tidak efektif dalam manajemen kebidanan.

4.2 Populasi, Sampel Dan Sampling


Dalam penelitian ini yang tidak dilakukan pengambilan sampel dan
penentuan populasi karena penelitian ini mengambil studi kasus sebagai metode
penelitian.

26
4.3 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus tersebut
dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi penelitian dilaksanakan diruang
NICU/NHCU RSUD. Prof. DR. W.Z JOHANNES KUPANG. Waktu penelitian
tanggal 29 Mei- 17 Juni 2017.

4.4 Etika Penelitian


Masalah penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungn langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain :
Informed Consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia,
maka mereka harus mendatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan
dilakukannya tindakkan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidaya 2010)
Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
Kerahasiaan (Confidentiality)

27
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil risct (Hidayat
2010).

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1 Tinjauan Kasus
Pengkajian
Hasil pengkajian data subyektif dilakukan pada hari kamis, 01 Juni 2017
pada pukul 09.35 WITA, di ruang Perinatologi. Pengkajian dilakukan jam 09.40
WITA pada By Ny S.T Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan
BBLR, jenis kelamin perempuan, anak pertama, nama orang tua Ibu : Ny S.F
umur 17 tahun, agama kristen protestan, suku Timor/Indonesia, pendidikan SMP,
pekerjaan IRT. Suami : Tn. G.L umur 21 tahun, agama kristen protestan, suku
rote, pendidikan SMP, pekerjaan petani, alamat rumah Semau.
Ibu mengatakan selama hamil sering memeriksa kehamilannya di pustu
Bakunusan HPHT : 15-09-2016, Riwayat Natal: umur kehamilan 37 minggu,
Riwayat Persalinan tanggal 01 Juni 2017 lahir dengan SC (Secio Caesarea),
langsung menangis, bernapas spontan, tonus otot baik, warna kulit merah mudah,
dan TTV suhu 36,4oc, RR: 51x/menit, HR:140x/menit. Pemeriksaan Antopometri
Berat Badan : 1600 gram, panjang badan : 43 cm, lingkar kepala : 25 cm, lingkar
dada : 25 cm, lingkar perut : 23 cm. Pemeriksaan fisik inspeksi dan palpasi :
Kepala dan ubun-ubun tidak ada cephalhematoma, tidak ada caput succedeum,
wajah tidak ada ikterik, tidak sianosis dan tidak berkerut, Mata : konjungtiva
merah muda, sclera putih, mata bisa berbuka dengan baik, Telinga : simetris
28
ujung daun telingan sejajar dengan mata bentuk dan kekerasan daun telinga sudah
baik, Mulut : tidak ada labioskisis, dan labiaopalastokisis dan mukosa bibir
lembab. Hidung : tidak ada pengeluaran lender, tidan ada pernapasan cuping
hidung. Dada : tidak ada retraksi dinding dada, pada payudara aerola agak
menonjol3-4 mm. Perut : tidak ada penonjolan sekitar tali pusat dan tidak ada
perdarahan tali pusat, tidak kembung dan ad bising usus. Punggung : tidak ada
fraktur, tidak ada massa atau benjolan di punggung. Kulit : merah halus, tampak
gambaran vena, lanugo tidak ada. Ektremitas atas : polidaktil tidak ada, simetris,
bergerak aktif dan garis kaki seluruh telapak kaki, kuku jari pendek warna kuku
merah. Genetalia : labia mayor dan minor, Anus : atresia ani tidak ada, mekonium
ada. Hasil pemeriksaan Maturitas Neuromuscular.

Perkiraan Usia Kehamilan Menurut Maturitas Dan Neuromuscular

29
30

Interpetasi data dasar Dan Diagnosa


Diagnosa BBLR dengan NCB-SMK dan data subyektif ibu mengatakan
telah melahirkan anak pertama pada tanggal 01 Juni 2017 pukul 08.00 WITA.
Dengan SC atas indikasi condiloma, berjenis kelamin perempuan dengan
keadaan umum baik, kesadaran composmentis TTV : HR : 142x/menit, RR :
50x/menit S: 36,9oC. Pada pemeriksaan Antropometri didapat BB : 1600 gram,
PB : 43 cm, LK : 25 cm, LD : 25 cm, LP : 23 cm, dan dari hasil pemeriksaan
dimulai dengan inspeksi dan palpasi dengan menggunakan Ballard Score.

Antisipasi Masalah Potensial


Diagnosa potensial yang sering muncul pada bayi dengan BBLR adalah
hipotermi dan hipoglikemia. Pada kasus Bayi Ny S.T antisipasi masalah potensial
adalah resiko terjadinya hipotermi.

Tindakan Segera
Menurut Ika Pantiawati (2010) tindakan segera yang diberikan (Hangatkan
bayi dengan cara masukan dalam incubator dengan suhu 34oc).

Rencana Asuhan
Tanggal 01 Juni 2017 pukul 09.35 WITA, Diagnosa : BBLR dengan NCB
SMK. Perencanaan asuhan pada By Ny S.T, yaitu informasikan pada ibu dan
keluarga tentang hasil pemeriksaaan pada bayi rasionalnya informasi yang
disampaikan merupakan hak klien dan agar ibu lebih kooperatif dalam pemberian
asuhan, ciptakan lingkungan yang nyaman dan sopan, rasionalnya lingkungan
yang nyaman dan sopan menjaga privasi klien merupakan asuhan sayang ibu.
Observasi TTV bayi rasionalnya untuk mengidentifikasi tanda patologinya
yang mungkin terjadi pada bayi. Jelaskan kepada ibu untuk menyusui bayinya tiap
2 jam rasionalnya saat bayi baru lahir hingga usianya kurang lebih 2 minggu,
perut bayi yang kecil memang akan kosong dalam periode 2-3 jam di hari-hari
pertama kehidupannya ajarkan pada ibu teknik menyusui yang baik dan benar
rasionalnya mencengah terjadinya masalah menyusui seperti putting susu lecet,

30
31

dan bendungan ASI.


Observasi BAB dan BAK rasionalnya BAB dan BAK diharapkan dapat
mengetahui kelancaran proses metabolisme BBL, ajarkan pada ibu untuk tetap
menjaga kehangatan tubuh bayi dengan metode kangguru rasionalnya metode
kangguru untuk menghangatkan tubuh bayi, ganti popok bayi yang basah
rasionalnya mencengah perpindahan suhu tubuh bayi secara konduksi, lakukan
pencengahan hipotermi dengan tidak meletakkan bayi didekat jendela rasionalnya
bayi yang didekat jendela biasanya menyebabkan kehilangan suhu bayi melalului
konveksi, dokumentasikan tindakan yang dilakukan rasionalnya, sebagai bukti
asuhan yang telah diberikan.

Implementasi Asuhan
Tanggal : 01 Juni 2017, pukul 10.00 WITA, Diangnosa : NCB-SMK
dengan BBLR. Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan sesuai rencana asuhan
By Ny S. T dengan BBLR (NCB-SMK) pada tanggal 01 Juni 2017 pukul 10.05,
pada pukul 10.08WITA, menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan yaitu menjelaskan pada ibu bahwa kondisi bayi baik dan sehat.
Menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman. Mengobservasi kondisi dan
TTV Bayi S : 36,7oC, HR : 140x/menit RR : 52x/menit, warna kulit
kemerahan, tali pusat masih basah, tidak berbau, bayi tidak dapat menyusui,
gerakan bayi aktif, BAB 1x, BAK:- .
Bayi dalam keadaan baik, suhu dalam batas normal, respirasinya dalam
batas normal, denyut jantung bayi dalam batas normal, menjaga suhu ruangan dan
suhu dalam incubator, pada pukul 14.00 WITA mengganti popok bayi yang
basah, popok bayi sudah diganti.
Pada pukul 14.10 WITA melakukan pencengahan hipotermi dengan
memeriksa suhu incubator. Pada pukul 14.15 WITA mendokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.

31
32

Evaluasi
Tanggal : 01 Juni 2017, pukul 14.20 WITA, Diagnosa : BBLR dengan
NCB-SMK Hasil evaluasi asuhan. Observasi tanda-tanda vital pada bayi sudah
dilakukan, keadaan umum bayi baik, dan hasil pemeriksaan sudah diinformasikan
pada keluarga dan keluarga merasa senang dengan hasil pemeriksaan yang
diberikan. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman, yaitu ruangan dalam
keadaan hangat, pintu dan jendela sudah ditutup, suhu incubator baik,
menggantikan popok bila basah. Telah didokumentasikan di buku register.

5.2 Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian dari studi kasus kesenjangan antara teori
dengan praktek yang didapat dilapangan selama melaksanakan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir dengan Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan di
Ruang Perinatologi.
Setelah penulis melakukan asuhan tidak ditemukan perbedaan nyata antara
tinjauan pustaka dan kasus. Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan
menggunakan manajemen kebidanan dengan 7 langkah varney merumuskan sbb :
Pengkajian
A. Data Subyektif
Pada kasus ini dari pengkajian data subyektif yaitu nama By Ny S.T,
neonatus cukup bulan, jenis kelamin perempuan, anak ke pertama, nama ibu Ny
S.T, umur 17 tahun, suku timor, pekerjaan ibu rumah tangga. Nama ayah Tn
G.L, umur 21 tahun, suku rote, pekerjaan sopir, penghasilan 300/bulan, ibu tidak
mempunyai riwayat hipertensidan preeklamsi, ibu tidak memiliki riwayat
kehamilan kembar, dan tidak memiliki riwayat anemia, namun ibu memiliki
penyakit infeksi (Condiloma).
Menurut Hani (2010) pada langkah pertama (Data Subyektif) ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Data subyektif yang dikaji pada BBLR adalah
Biodata bayi, umur, jenis kelamin, anak ke, dan biodata orang tua, nama ibu,
nama ayah, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, apakah selama hamil ibu

32
33

mengalami hipertensi, preeklamsi, kehamilan kembar, anemia, dan adanya


penyakit infeksi, umur kehamilan cukup bulan atau tidak.
Hal ini juga sama dengan yang dikatakan oleh varney (2007) bahwa data
subyektif yang dikaji pada kasus BBLR, yaitu Biodata, Riwayat ANC, Riwayat
Natal, Faktor ibu.
Sesuai data yang saya dapat dari pengkajian terdapat faktor terjadinya
BBLR yaitu : Dimana usia ibu < 20 tahun sehingga menyebabkan terjadinya
BBLR.
B. Data Obyektif
Pada kasus ini data obyektif yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik
dan antropometri yaitu : BB bayi 1600gram, PB: 43 cm, LK: 25cm, LD : 25cm,
LP: 23cm. Sedangkan pemeriksaan fisik yaitu : kepala tidak ada molase, wajah
tidak ikterik, konjungtiva merah muda, telinga simetris, mulut tidak ada
labioskisis, hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, dada tidak ada retraksi
dinding dada, perut tidak ada penonjolan sekitar tali pusat, punggung tidak ada
fraktur, kulit tidak ada keriput, verniks kadeosa tidak ada, ekstremitas polidaktili
tidak ada, bergerak aktif, genetalia pada wanita klitoris menonjol, labia minor
membesar. Pada pengkajian data obyektif tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus.
Data obyektif menurut Pantiawati (2010) merupakan data yang
dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan fisik. Bayi
BBLR dengan Neonatus Cukup Bulan memiliki karakteristik Berat Badan <2500
gram,PB<45 cm,LK<33 cm, LD<30 cm, kulit merah halus, tampak gambaran
vena, permukaan plantar garis kaki berada di seluruh telapak kaki, payudara
aerola menonjol 3-4 mata dan telinga sedikit melengkung, lunak, genetalia pada
wanita klitoris menonjol, labia minor membesar.

Interpestasi Data Dasar Dan Diagnosa


Analisa masalah dan diagnosadilihat dari data subyektif dan obyektif yang
menunjang sehingga dapat diambil diagnosa pada kasus ini yaitu Neonatus Cukup
Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan BBLR.

33
34

Menurut (Varney, 2007). Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang
benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan diagnosa dan masalah
yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
diidentifikasikan oleh bidan. Diagnosa yang sering disertai masalah yang tidak
termasuk dalam “nomenklatur standar diagnosa” tetapi akan tentu menciptakan
suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit (Depkes RI, 2005).

Antisipasi Masalah Potensial


Berdasarkan teori pada langkah ini bidan mampu mengatasi masalah
potensial tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar tidak tejadi hipotermi
dan hipoglikemia. Oleh karena itu, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus.
Menurut Pantiawati (2008) Masalah potensial yang sering muncul pada
bayi dengan BBLR adalah hipotermi dan hipoglikemia. Pada kasus bayi Ny S.T
antisipasi masalah potensialnya adalah resiko terjadi hipotermi dan hipoglikemia.

Tindakan Segera
Tindakan segera pada kasus by Ny S.T dengan NCB-SMK dan BBLR
adalah jaga kehangatan bayi. Pada langkah ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dengan kasus.
Menurut Ika Pantiawati (2010) tindakan segera yang diberikan adalah jaga
kehangatan bayi, memberikan ASI atau minum lebih sering untuk mencengah
terjadinya hipotermi dan hipoglikemia

Perencanaan
Menurut Hidayat (2008), langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh
yang ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

34
35

diidentifikasi.Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya Ibu dan
keluarga berhak mengetahui kondisi bayinya agar lebih kooperatif dengan asuhan
yang diberikan. Observasi TTV untuk mengidentifikasi tanda bahaya patologi
yang mungkin terjadi pada bayi, Observasi BAK dan BAB dapat mengetahui
kelancaran proses metabolisme BBL.
Hal ini juga sesuai dengan perencanaan yang dilakukan pada kasus By Ny
S.T yaitu,jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya, Observasi TTV
Obsevasi BAK dan BAB.
Menurut Ika Pantiawati (2010) perencanaan yang dilakukan pada BBLR
untuk mencengah terjadinya Hipotermi dan Hipoglikemia adalah Kontrol suhu
incubator Untuk menghangatkan tubuh bayi untuk mencengah hipotermi, Ganti
popok bayi yang basah Mencengah perpindahan suhu tubuh bayi secara konduksi.
Dokumentasi tindakan yang dilakukan Sebagai bukti asuhan yang telah
diberikan. Hal ini juga sesuai dengan perencanaan yang dilakukan pada kasus By
Ny S.T yaitu Control suhu incubator, Ganti popok bayi yang basah.
Dokumentasi tindakan yang dilakukan Perencanaan pada kasus By Ny
S.Tadalah sebagian berdasarkan tinjauan langkah penanganan kasus tinjauan
manajemen kebidanan pada tahap perencanaan sesuai dengan tinjauan teori.

Pelaksanaan
Menurut Varney (2007) pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi BBLR
bila dilakukan oleh keluarga klien atau orang tenaga kesehatan lainnya.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi BBLR di lakukan di Ruang Perinatologi
RSUD. Prof. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya. BB 1600
gram, Bernapas spontan dan teratus keadaan umum sudah baik. Mengoservasi
kondisi dan TTV bayi S: 36,20C, HR : 149x/menit, RR: 51x/menit, warna kulit
muda, tali pusat masih basah, tidak berbau, isapan asi kuat, gerakan bayi aktif,
BAB :-, BAK : 1kali.
Hal ini juga sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan pada kasus By Ny
S.T yaitu Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya, Mengobservasi kondisi

35
36

TTV bayi.
Menurut Ika Pantiawati (2010) perencanaan segera pada BBLR untuk
mencengah terjadinya Hipotermi dan Hipoglikemia.Menghangatkan bayi dengan
masukkan bayi ke dalam incubator dengan suhu 34oc, membungkus bayi dengan
selimut bayi, memakaikan topi, sarung tangan dan kaki, Menggantikan popok
bayi yang basah, popok bayi sudah di ganti. Mendokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.
Hal ini juga sesuai dengan perencanaan yang dilakukan pada kasus By Ny
S.T yaitu Menghangatkan bayi dengan masukkan bayi kedalam incubator,
Menggantikan popok bayi yang basah. Mendokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan.
Pelaksanaan pada kasu By Ny S.T adalah sebagian berdasarkan tinjauan
langkah penaganan kasus dan tinjauan manajemen kebidanan pada tahap
pelaksanaan sesuai dengan tinjauan teori.

Evaluasi
Menurut Varney (2007) evaluasi yang diharapkan adalah keadaan bayi
baik, tidak terjadi hipotermi dan hipoglikemia dan BB bayi meningkat. Pada kasus
bayi Ny S.T telah dilakukan asuhan kebidanan selama 11 hari, KU baik, hipotermi
teratasi dan hipoglikemia tidak terjadi serta BB naik menjadi 1800gram, refleks
isap kuat, gerakan aktif. Asuhan yang diberikan telah dilaksanakan secara efektif,
efesien, dan aman. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus.

36
37

BAB VI
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2.499 gram).
BBLR dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang,
karena dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga
berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan. Bayi dengan berat lahir rendah
cenderung mengalami perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan saraf dan
mempunyai performa yang buruk pada proses pendidikannya

3.2 Saran
Meningkatkan penyuluhan kesehatan, edukasi maupun konseling kepada
para ibu hamil agar dapat memperbaiki karakteristik ibu hamil dari segi umur,
paritas, jarak kelahiran, antenatal care, dan riwayat penyakit sebelumnya sehingga
angka kejadian BBLR bisa lebih ditekan dan dikurangi.

37
38

DAFTAR PUSTAKA

Didien, Suprapti (2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal. Jakarta

Jamil, Siti Nurhasiyah. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah . Jakarta

Vivian Nanny Lia Dewi, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Salemba
Medika, Jakarta, 2010

Pantiawati. 2010 Asuhan Neonates Bayi Dan Balita. Jakarta. Erlangga

Juliana Br Sembiring. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,


Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah.Yogyakarta

Ikatan Dokter Anak Indonesia, Buku Ajar Neonatolog, edisi pertama, cetakan
keempat , 2014

Ika Pantiawati. Bayi dengan BBLR, Yogyakarta : Nuha Medika, 2017

WHO & Pusdiklatnakes, Panduan Asuhan Intranatal untuk Preseptor/Mentor,


2011

Anik Maryunani. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah,
Trans Info Media, 2013

Helen Varney, dkk, Buku Saku Bidan (Varney’Pocket Midwife), Editor bahasa
Alfrina Hany, EGC Jakarta, 200

38

Anda mungkin juga menyukai