DI SUSUN OLEH:
Ihyanil Fitri (PK115021022)
Derllyanda Tangkambu (PK115021010)
Dewi (PK115021011)
Allhamdulilah, segalah puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “ASKEP
BBLR” selawat beserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan yang
kita rasakan sekarang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami
harapkan untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka
kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes
RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di
bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta
bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara
yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia
masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada
masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di
Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes
RI,2015). BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan
IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini
dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan.
Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin
selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya
mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak
meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat
badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR
mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan
diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014) .
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi
BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan
melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi
BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan
malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena
itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka
Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu
menurunkan angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu
dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya
dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian BBLR. Berdasarkan data diatas, maka perlu diteliti
faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR di RSU
Sukoharjo.
B .Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara IMT, umur ibu hamil dan paritas ibu dengan
kejadian berat badan lahir rendah ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Mengetahui apakah terdapat hubungan antara IMT, usia ibu
dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah.
2. Tujuan khusus
Mengetahui prevalensi kejadian berat badan lahir rendah di rumah sakit
Sukoharjo.
Mengetahui hubungan IMT, paritas dan umur ibu dengan kejadian berat
badan lahir rendah pada bayi post partum.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan IMT umur ibu
dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).
Untuk masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi untuk
mencegah berat badan lahir rendah.
Untuk isntitusi Dapat memberikan informasi pada institusi tentang
hubungan IMT umur ibu dan paritas dengan kejadian BBRL
Untuk orang tua Dapat memberikan informasi pada orang tua mengenai
pencegahan BBRL
Untuk peneliti lain Dapat digunakan sebagai acuan dan informasi
penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki berat
badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan berdampak buruk untuk
tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Ada 2 keadaan
BBLR yaitu :
BBLR karena prematuritas atau Bayi Kurang Bulan Murni adalah bayi yang dilahirkan
kurang bulang (preterm) mempunyai organ yang belum berfungsi seperti bayi aterm
sehingga bayi tersebut mengalami kesulitan untuk hidup di luar rahim. Makin
pendek masa kehamilan makin kurang sempurna fungsi alat-alat tubuhnya, akibatnya
2. BBLR (KMK) :
Bayi Berat Badan Lahir Rendah karena Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
adalah bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan bayi preterm dengan berat badan yang sama.
2.1.2 Klasifikasi BBLR
Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají, Chandrasekaran,
Lahariya, Nisar, Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz (2017) dalam
mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu:
a. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat
b. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat
2500 gram.
masalah BBLRyaitu:
1. Faktor ibu
a. Usia
dan melahirkan.
b. Parietas
empat atau lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak
c. Gizi
Kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil
e. Pola hidup
2. Faktor kehamilan
a. Eklampsia / Pre-
eklampsia. b. Ketuban
pecah dini.
c. Perdarahan Antepartum.
rahim.
7. menangis lemah
8. Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu tegak,
subkutan sedikit.
kali/menit
terjadi oedem, garis telapak kaki sedikit, telapak kaki halus, tumit
mengkilat
13. Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak teraba
dengan sempurna
minora
belum turun
terbentuk
minora
1. Hipotermi
2. Hipoglikemia
otak
3. Gangguan Imunologik
matang
kehamilan.
5. Masalah Eliminasi
6. Gangguan Pencernaan
badan relative luas. Oleh karena itu bayi premature harus dirawat di
kain dan di sampingnya di taruh botol yang berisi air panas atau
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu )
3. Pencegahan Infeksi
bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu bayi BBLR tidak
2012).
dengan ketat.
5. Pemberian Oksigen
menimbulkan kebutaan.
kehilangan berat badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir
Kenaikan berat badan bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram
(Sudarti, 2012).
2.1.7 Patofisiologi
bayi aterm.
BBRLR
Peningkatan RESIKO
Kurangnya Peningkatan kebutuhan kalori INFEKSI
kemampuan untuk kerja nafas I
mencerna makan
Tidak efektifnya Sistem
pola pernafasan termoregulesi
Reflek menghisap Yang imatur
dan menelan belum
berkembang
dengan baik
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
2.2.1 Pengkajian
yang meliputi:
1. Identitas : Usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan dengan
penyakit penyerta
2. Riwayat kesehatan
Kesadaran apatis, daya hisap lemah atau bayi tak mau minum,
ekstravaskuler
subkutan tipis, daya hisap lemah atau bayi tak mau minum,
didalamnya.
e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat nutrisi
dari 35 minggu dan berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya
3. Kebutuhan dasar
terganggu
BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi BBLR yang
normal berkisar antara 1-2 ml/kg berat badan per jam, jadi bila
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
140x/menit
40x/menit
b. Pemeriksaan ABCD
cm (Proverawati,2010)
standar yakni 2500 gram dan pada kasus ini biasanya juga
dokter.
1) Kepala
menutup
2) Mata
liter/menit
4) Mulut
5) Telinga
imatur
6) Wajah
7) Leher
ringan
(Ridha, 2014).
9) Jantung
10) Abdomen
2014, p. 112).
11) Punggung
13) Ekstremitas
14) Anus
1) Reflek Morrow
4 bulan.
3) Reflek Menghisap ( Sucking )
4) Reflek Menggenggam
bulan.
6) Reflek Gallant
8) Swallowing Reflek
akan segera dia hisap, lalu dia telan. Reflek ini tidak akan
menelan.
imaturitas.
kurang.
Faktor Risiko :
3. Malnutrisi
a. Gangguan peristaltik
c. Perubahan sekresi pH
g. Merokok
h. Status cairan tubuh
a. Penurunan hemoglobin
b. Imunonosupresi
c. Leukopenia
2.2.4 Implementasi
suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang
2.2.5 Evaluasi
data.
menurun, bengkak menurun, vesikel menurun dan kadar sel darah putih
keperawatan. Menurut pandangan islam Syekh Abdul Azis bin Fathi as-