Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Sehat Dan Sakit
Akut Dosen pengampun : Lisbet Octovia Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep.

Disusun Oleh : Kelompok 2

Nabila Salsa Agustin 1121158

Syahrani Syafitri 1121160

Rizki Gustian 1121235

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Bayi Berat Lahir Rendah". Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Lisbet Octovia
Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep. pada mata kuliah Anak Sehat Dan Sakit Akut. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bayi Berat Lahir Rendah bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Lisbet Octovia Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep.
selaku dosen mata kuliah Anak Sehat Dan Sakit Akut yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Maret 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
2.1 Definisi ................................................................................................................ 6
2.2 Etiologi ............................................................................................................... 7
2.3 Patofisiologi ......................................................................................................... 8
2.4 Tanda dan gejala .................................................................................................. 9
2.5 Komplikasi BBLR ............................................................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan BBLR ....................................................................................... 11
2.8 Terapi Farmakologi .............................................................................................. 13
2.9 Konsep asuhan keperawatan ................................................................................ 16
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 26
3.2 Saran .................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 27

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram. Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan
(dismatur)(Hendayani, 2019).
Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi
(AKB)(Labir et al., 2013).BBLR masih merupakan masalah kesehatan terkait dengan mortalitas
(kematian) dan morbiditas (kesakitan) perinatal. Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia masih
lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Bayi yang mengalami BBLR
setiap tahun sekitar 20 juta bayi, 98,5% diantaranya di negara berkembang. Pengalaman dari negara
maju dan berpenghasilan rendah dan menengah telah dengan jelas menunjukkan bahwa perawatan bayi
BBLR yang tepat, termasuk pemberian makan, pemeliharaan suhu, tali higienis dan perawatan kulit,
serta deteksi dini dan pengobatan infeksi dan komplikasi termasuk sindrom gangguan pernapasan dapat
secara substansial mengurangi kematian(WHO, 2018).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar
15/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Direktorat Kesehatan Keluarga tahun
2019, dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244 kematian)terjadi pada masa neonatus. Penyebab
kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahirrendah (BBLR) yaitu 7.150 kematian
(35,3%)(Kemenkes, 2019).
Angka kematian neonatal di Provinsi Bali tahun 2019 sebesar 3,5/1000 kelahiran hidup, terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 3,1/1000 kelahiran hidup. AKN tertinggi
ada di Kabupaten Bangli sebesar 8,6/1000 kelahiran hidup sedangkan AKN yang terendah ada di Kota
Denpasar sebesar 0,6/1000 kelahiran hidup. Kabupaten Tabanan menduduki urutan keempat dari
sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali yaitu dengan AKN sebesar 5,4/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian neonatal tertinggi di Provinsi Bali tahun 2019 adalah BBLR (42%), kelainan
bawaan (23%), Asfiksia (17%), lain lain(14%) dan sepsis (4%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2019).
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami
pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR
pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini
berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan konsumsi makananpun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak
hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan jarak kelahiran, kadar hemoglobin
dan pemanfaatan pelayanan ante natal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masa depan. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua
sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasimekonium ,asfiksianeonatorum),

4
gangguan pada sistem pencernaan (lambungkecil), gangguan sistem perkemihan
(ginjalbelumsempurna), gangguan sistem persyarafan(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat
lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang
tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa Definisi BBLR?
 Apa saja etiologi BBLR?
 Apakah patofisiologi BBLR?
 Apa saja tanda dan gejala BBLR?
 Apa saja Komplikasi BBLR?
 Apa saja Penatalaksanaan BBLR?
 Apa saja Terapi farmakologi ?
 Bagaimana Konsep asuhan keperawatan ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau
sama dengan 2500 gram, sedangkan bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gr termasuk
bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah persentil
10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan (Lestari, 2016).
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir.
Pengukuran dilakukan di tempat fasilitas (Rumah sakit, Puskesmasn, dan Polindes), sedang bayi
lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam. BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan/ premature atau disebut BBLR Sesuai Masa Kehamilan (SMK)/
Appropriate for Gestational Age (AGA), bayi cukup bulan yang mengalami hambatan
pertumbuhan selama kehamilan/ Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) disebut BBLR kecil
masa kehamilan (KMK)/ Small for Gestational Age (SGA) dan besar masa kehamilan/ Large for
Gestational Age (LGA). Angka kejadian premature pada umumnya adalah sekitar 6-10%, hanya
1,5% persalinan terjadi pada umur kehamilan.

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine
II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:

1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari) 2. Term infant atau bayi cukup bulan bayi dengan masa
kehamilan mulai 37minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari) 3. Post term atau bayi lebih
bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir
yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi
berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut.
6
Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.

 Klasifikasi BBLR:
a. Berdasarkan BB lahir
1.BBLR : BB < 2500gr
2.BBLSR BB 1000-1500gr
3.BBLASR BB <1000 gr

b. Berdasarkan umur kehamilan


1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan
- Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK).

2. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga
Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),Neonatus Cukup
Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan
(NLB- KMK)

2.2 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yang lain adalah
umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler kehamilan kembar/ ganda,
serta faktor janin juga merupakan 8 penyebab terjadinya BBLR (Pantiawati, 2019). BBLR dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor ibu

a. Usia

Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih tinggi terjadi pada
ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal

7
tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 35 tahun pada
saat usia reproduksi, hamil dan melahirkan.

b.Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau lebih) 2,4 kali
lebih berisiko untuk melahirkan anak 9 BBLR, itu dikarenakan setiap proses kehamilan dan
persalinan meyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan
akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.

c. Gizi
Kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan persalinan
sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu
yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir
cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang.

d. Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran <2 tahun berisiko 3,231 kali
lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran >
2 tahun, itu dikarenakan pola hidup, belum menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak
melakukan pemeriksaan dengan rutin.

e. Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol dapat
menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal sehingga
pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.

2. Faktor kehamilan
a. Eklampsia/Pre-eklampsia.
b. Ketuban pecah dini.
c. Perdarahan Antepartum.
d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
c. Faktor janin
f. Cacat bawaan (kelainan kongenital).

8
g. Infeksi dalam rahim.

2.3 Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.

1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit, hamper
semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama
8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap
peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur.
2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit
simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks hisap dan
menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR
kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya a lebih tinggi kar lebih
besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan kalori

2.4 Tanda dan gejala

Bayi BBLR memiliki tanda dan gejala yang dialami sebelum bayi lahir maupun setelah bayi
dilahirkan. Sebelum bayi lahir, memiliki tanda-tanda seperti pada anamnesa sering dijumpai adanya
riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati. Selain itu, terdapat pembesaran uterus tidak
sesuai usia kehamilan, pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat walaupun kehamilannya
sudah sedikit lanjut, pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut standar yang
ditentukan, serta sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan
anterpartum. Setelah bayi lahir, tandatand ayang muncul yaitu bayi dengan retardasi pertumbuhan
intra uterin, bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu, bayi small for date dengan
retardasi pertumbuhan intra uterine serta bayi premature kurang sempurna pertumbuhan organ
tubuhnya. Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah berat kurang dari 2500 gram,
9
panjang kurang dari 45 gram, lingkar dada kurang dari 30 cm dan lingkar kepala kurang dari 33
cm. secara fisiologis bayi BBLR memiliki gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar,
lebih banyak tidur dan malas, suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi (Lestari, 2016).

2.5 Komplikasi BBLR

Berat lahir bayi didefinisikan sebagai berat badan yang pertama kali ditimbang dalam waktu
satu jam pertama setelah bayi lahir, sebelum terjadinya pengurangan berat badan yang mungkin
terjadi pada masa berikutnya. Berat lahir rendah diklasifikasikan menjadi bayi berat lahir rendah
(BBLR) bila berat lahir 1500-2500 gram, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) bila berat lahir
1000-1500 gram, dan bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) bila berat lahir < 1000 gram
(Proverawati & Cahyo Ismawati, 2020).

1. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi
baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri mengalami hipotermi adalah suhu tubuh < 32 0 C,
mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan
tidak teratur.

2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan
glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan otak

3. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G, maupun
gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sangup membentuk anti bodi dan daya fagositisis
serta reaksi terhadap belum bayi belum tek k karena sistem kekebalan bayi belum matang

4. Sindroma Gangguan Pernafasan


Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru Gangguan nafas yang sering
terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin, dimana angka
kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamiln

10
5. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme
dan air belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan fungsinya.

6. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan
makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna
sehingga waktu pengosongan lambung bertambah.

2.7 Penatalaksanaan BBLR

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Bayi premature akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relative luas. Oleh karena itu, bayi premature harus dirawat
di dalam incubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
sehingga bayi kangguru dalam kantung ibunya (Proverawati & Asfuah, 2009).

b. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi


Cara pemberian nutrisi pada bayi premature memperhatikan kematangan fungsi oral yaitu
kemampuan menghisap serta koordinasi menghisap, menelan, dan bernapas. Pada usia
kehamilan < 28 minggu, kematangan fungsi oral seperti reflex mengisap dan gerakan
dorong usus belum ada jadi lebih baik diberikan nutrisi melalui rute parenteral. Usia
kehamilan 28-31 minggu, reflex menghisap sudah mulai ada tetapi koordinasi antara
menghisap, menelan dan bernapas belum ada jadi nutrisi dapat di berikat melalui orogastric
tube atau nasogastric tube dan sesekali dapat di coba menggunakan nipples. Untuk usia
3234 minggu, reflex mengisap hampir matang dan koordinasi antara mengisap, menelan
dan bernapas mulai ada jadi dapat diberikan dengan nipples. Sedangkan pada >34 minggu,
reflex menghisap telah matang dan koordinasi menghisap, menelan dan bernapas telah
terbentuk sempurna maka nutrisi dapat di berikan melalui menyusui. Dianjurkan untuk

11
minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5% yang steril untuk bayi dengan berat
kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10
ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram. Apabila pemberian makanan pertama
bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/ PASI dapat dilanjutkan dalam waktu
1248 jam (Ambarwati & Nasution, 2012; Lestari, 2016).

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena reflex menghisapnya
masih lemah. Pada bayi tersebut sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas
dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan
menekan bawaha dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting.
ASI merupakan pilihan utama dalam memenuhi nutrisi bayi. Apabila bayi mendapat ASI,
pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara
pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali dan
apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari
berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu (Pantiawati, 2019).

c. Pencegahan infeksi
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya
infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan
luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptic alat-alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, megatur
kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan
pemberian antibiotic yang tepat. Bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas/ BBLR (Kusparlina,
2016).
d. Penimbangan berat badan

12
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan etat .

e. Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan
menggunakan heard box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui tudung kepala, dapat menimbulkan kebutaan
pada bayi BBLR. Sebisa mungkin lakukan dengan bahaya yang sangat kecil mungkin dapat
dilakukan dengan pemberian alat CPAP (Continous Positive Airway Pressure) atau dengan
pipa endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang cukup aman dan relative stabil
(Wong et al., 2008).

f. Pengawasan jalan nafas


Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchioles,
bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambantnya jalan nafas
dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian.selain itu bayi BBLR tidak
dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir
dengan asfiksia perinatal. Bayi berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi
surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya
diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas
segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang
pernapaan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan
ventilasi, intubasi endotracheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama
pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus
mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR (Proverawati & Cahyo
Ismawati, 2020).

2.8 Terapi Farmakologi

Pada bayi BBLR dapat diberikan terapi farmakologi yang terdiri dari terapi cairan maupun terapi
pemberian obat-obatan.
 Terapi cairan berupa:
13
1. Pemberian CN 10%
2. Pemberian cairan aminosteril 50 ml
Aminosteril adalah salah satu larutan steril berisi nutrisi parenteral (diberikan bukan melalui
mulut tetapi melalui pembuluh darah) yang mengandung asam amino 5% dan 10%.
Aminosteril digunakan pada pasien yang tidak mampu menyerap nutrisi melalui saluran
pencernaan karena muntah-terus menerus, diare akut, dan penyakit usus, serta pemberian
sebelum atau setelah operasi kemoterapi yang membuat mual dan muntah. Pemberian larutan
nutrisi ini berguna agar kebutuhan nutrisi dan nitrogen tetap seimbang dan optimal (Dokter,
2022).
 Terapi obat-obatan seperti:
1. Ranitidine
Indikasi ranitidin di antaranya untuk dispepsia kronis dengan dosis 150 mg 2 kali sehari, selama
6 minggu, dan gastroesophageal reflux disease/GERD dengan dosis inisial dewasa 150 mg 2
kali sehari dan dosis inisial anak 5-10 mg/kg/hari, selama 8 minggu atau kurang.

 Anak
Pada anak usia mulai dari 1 bulan, ranitidin diindikasikan untuk ulkus peptikum dan
duodenum, GERD, esofagitis erosif, dan stress ulcer. Pada neonatus yang menerima ECMO
(extracorporeal membrane oxygenation), ranitidin memiliki potensi untuk mencegah risiko
perdarahan gastrointestinal.
 Ulkus Peptikum dan Duodenum
Untuk ulkus peptikum dan duodenum pada anak, berikan ranitidin dosis 4-8 mg/kgBB/hari,
dalam 2 dosis terbagi, selama 4-8 minggu, dengan dosis maksimal 300 mg/hari. Lanjutkan
dengan dosis rumatan 2-4 mg/kgBB, satu kali sehari, dosis maksimal 150 mg/hari.
 GERD
GERD pada anak dapat ditangani dengan pemberian ranitidin dosis 5-10 mg/kg/hari, dalam 2
dosis terbagi, maksimal 300 mg/hari. Esofagitis Erosif Anak dengan esofagitis erosif dapat
ditangani dengan pemberian ranitidin dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari, dalam 2 dosis terbagi,
maksimal 600 mg/hari. Stress Ulcer Ranitidin dapat digunakan untuk penanganan stress ulcer
pada anak dengan dosis 1 mg/kg melalui injeksi IV lambat 2 menit, 3-4 kali/hari, maksimal 50
mg/pemberian. Ranitidin juga dapat diberikan menggunakan infus kontinu 0,25-1,125
mg/kgBB/jam.
 Profilaksis Perdarahan Gastrointestinal pada Neonatus yang Menggunakan ECMO

14
Pilot study menunjukkan bahwa ranitidin potensial untuk mencegah perdarahan saluran cerna
pada neonatus yang mendapat ECMO. Walau demikian, masih diperlukan penelitian lanjutan
dengan sampel besar untuk memastikan efektivitas dan keamanannya (Permana, 2021).
2. Metronidazole
Metronidazole adalah obat antibiotic untuk menangani infeksi akibat bakteri atau parasite di
system reproduksi, saluran pencernaan, kulit, jaringan, tulang, sendi, paru-paru, darah, system
saraf dan daerah tubuh lainnya. Obat ini juga berguna untuk mengobati nvaginosis bakterialis
pada wanita. Daoat dikonsusmsi oleh dewasa dan anak-anak.
Metronidazole obat infus
 Infeksi bakteri
Dosis awal untuk pasien dewasa adalah 15 mg/kgBB hingga 4 g/kgBB per hari. Dosis lanjutan
7.5 mg/kgBB, infus diberikan selama lebih dari 1 jam, per 6 jam sekali, selama 7-10 hari atau
2-3 minggu bila kondisinya cukup parah.
 Clostridium Difficile Colitis
Dosis untuk pasien anak-anak adalah 30 mg/kgBB, dosis dibagi setiap 6 jam sekali, selam 7-
10 hari.
 Giardiasis
Dosis untuk pasien anak-anak adalah 15 mg/kgBB, dosis dibagi tiap 8 jam sekali selama 5hari..
 Trikomoniasis
Untuk anak dengan berat badan di bawah 45 kg: 15 mg/kg per hari, dosis dibagi setiap 8 jam
sekali selama 7 hari. Dosis tidak boleh melebihi 2 g per hari (Riawati, 2017)
3. Cefotaxim
Cefotaxim adalah obat antibiotik untuk mengobati berbagai macam penyakit infeksi bakteri.
Beberapa penyakit infeksi yang bisa diatasi oleh obat ini adalah pneumonia, infeksi saluran
kemih, kencing nanah, meningitis, peritonitis, atau osteomielitis (infeksi pada tulang).
Cefotaxim termasuk dalam golongan antibiotik sefalosporin yang bekerja dengan cara
membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhannya. Selain mengobati infeksi bakteri,
cefotaxime juga bisa mencegah infeksi pada luka operasi. Perlu diketahui, obat ini tidak dapat
digunakan untuk mengobati infeksi karena virus, seperti flu.
Kondisi: Infeksi tulang dan otot, sistem saraf pusat, area kelamin, panggul, perut, saluran
pernapasan, atau infeksi kulit

15
• Dewasa: 1–2 gram tiap 8–12 jam, tergantung dari tingkat keparahan infeksi. Suntikan dapat
diberikan IM, atau IV dengan suntikan perlahan selama 3–5, atau melalui infus selama 20–60
menit. Dosis maksimal adalah 12 gram per hari.
• Anak-anak usia 0–1 minggu: 50 mg/kgBB, tiap 12 jam, dengan suntikan IV.
• Anak-anak usia ˃1–4 minggu: 50 mg/kgBB, tiap 8 jam, dengan suntikan IV. Anak-anak usia
1 bulan hingga 12 tahun dengan berat badan
4. Aminofilin
Aminofilin adalah obat yang digunakan untuk meredakan beberapa keluhan, seperti sesak
napas, mengi, atau sulit bernapas, yang disebabkan oleh asma, penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), bronkitis, atau emfisema. Obat ini juga 39 terkadang digunakan untuk menangani
gagal jantung atau gangguan pernapasan pada bayi prematur. Aminofilin bekerja dengan cara
melebarkan saluran pernapasan yang sebelumnya menyempit, sehingga udara dapat mengalir
dari dan menuju paruparu tanpa hambatan. Obat ini tersedia dalam dua sediaan, yaitu tablet
dan suntik.
Dosis dan Aturan Pakai Aminofilin
Dosis aminofilin berbeda-beda pada tiap pasien. Berikut adalah dosis aminofilin berdasarkan
usia dan kondisi kesehatan pasien:
Kondisi: Sesak napas akut
• Dewasa: Untuk pasien yang tidak minum obat teofilin, dosis awal adalah 5 mg/kgBB atau
250–500 mg, selama lebih dari 20–30 menit diberikan melalui infus. Dosis perawatan 0,5
mg/kgBB per jam.
• Dewasa: Untuk pasien yang minum obat teofilin, pemberian dosis dapat ditunda hingga kadar
teofilin dalam darah diketahui. Jika sangat diperlukan, dosis dapat diberikan sebesar 3,1
mg/kgBB.
• Anak-anak: Dosis awal sama dengan dosis dewasa. Dosis perawatan 1 mg/kgBB per jam
untuk anak usia 6 bulan–9 tahun dan 0,8 mg/kgBB per jam untuk anak usia 10–16 tahun.
Kondisi: Sesak napas kronis
• Dewasa: 225–450 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan jika diperlukan.
• Anak-anak dengan berat badan >40 kg: 225 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga
450 mg setelah 1 minggu penggunaan (Pane, 2020).

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan

 Pengkajian Keperawatan

16
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama untuk
menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang
cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis.
Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau
adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2011). Berikut adalah penjelasan pengkajian menurut
Proverawati & Ismawati (2015):
a. Biodata Pasien
Biodata atau identitas pasien meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin. Sedangkan
pada biodata penanggung jawab meliputi nama (ayah dan ibu), umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama didaptkan setelah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37
minggu, rendanya berat badan pada saat kelahiran, berat biasanya dari 2500 gram, kurus,
lapisan lemak subkutansedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar dibandingkan
badan, 3 cm lebih besar dibandingkan lebar dada, kelainan fisik mungkin terlihat, nilai
APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai
6 kegawatan yang sedang, dan 7 sampai 10 normal.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai kemungkinan
untuk melahirkan anak berikutnya dengan BBLR.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Riwayat prenatal

Pada umumnya ibu hamil dengan pemeriksaan ANC < 4 kali berisiko bayi lahir dengan
BBLR

2. Riwayat natal

Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, berat biasnya kurang dari 2500
gram, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang
parah, 4 sampai 6 kegawatan yang sedang, dan 7 sampai 10 normal.

17
3. Riwayat post natal

Pada bayi BBLR, biasanya bayi pergerakannya lemah dan kurang, tangisan lemah,
pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, reflek tonus leher lemah,
reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna, dan tali pusat berwarna
kuning kehijauan.

e. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, dan bayi BBLR mudah
mengalami hipotermia.

Penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR:

APGAR 0 1 2
Warna kulit Pucat Badan merah , Seluruh tubuh kemerahan
ekstremitas biru
Frekuensi nadi Tidak ada <100 >100
Reaksi rangsang Tidak ada Sedikit gerakan mimic Batuk atau bersin
Tonus otot Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
sedikit fleksi
Pernafasan Tidak ada Lemah atau tidak Baik atau menangis
teratur

Nilai 7-10 : kondisi baik

Nilai 4-6 : depresi pernapasan sedang

Nilai 0-3 : depresi pernapasan berat

2. Kepala dan leher

18
Inspeksi: kepala lebih besar daripada badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur,
batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, serta
pelebaran tampilan mata.

Palpasi: ubun ubun dan sutura lebar. Adanya penonjolan tulang karena ketidak adekuatan
pertumbuhan tulang, dan dahi menonjol, serta lingkar kepala kurang dari 33 cm.

3. Abdomen

Inspeksi: penonjolan abdomen, tali pusat berwarna kuning kehijauan Auskultasi: peristaltic
usus dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran

4. Anus

Inspeksi: pengeluaran meconium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, terdapat anus

5. Ekstremitas

Inspeksi: tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta
keterbatasan gerak, penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong dan paha. Palpasi:
tulang tengkorang lunak

6. Integumen

Inspeksi: kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan, sedikit venik
kaseosa dengan lanugo disekujur tubuh, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap,
kuku pendek belum melewati ujung jari.

 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada

NO Data Subjektif Data Objektif Diagnosa


1 Dispnea a. Penggunaan otot bantu pernapsan Pola napas tidak efektif
b. Fase ekspirasi memanjang berhubungan dengan
c. Pola napas abnormal imaturitas neurologis
(D.0005)

19
2 - Berat badan menurun minimal 10% di Deficit nutrisi
bawah rentang ideal berhubunngan dengan
ketidakmampuan
mencerna makanan
karena imaturitas
(D.0032)
3 - - Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 Diare berhubungan
jam dengan malabsorpsi
- Feses lembek atau cair (D.0020)
4 - a. kulit teraba dingin Hipotermi berhubungan
b. menggigil dengan kekurangan lemak
c. suhu tubuh di bawah nilai normal subkutan (D.0131)
5 - - Profil darah abnormal (hemolysis, Ikterik neonatus
bilirubin serum total > 2 mg/dL) berhubungan dengan
- Membrane mukosa kuning penurunan berat badan
- Kulit kuning abnormal (> 78% pada
- Sclera kuning bayi baru lahir yang
menyusu, >15% pada bayi
cukup bulan) (D.0024)
6 Faktor resiko : Resiko infeksi
1. Malnutrisi berhubungan dengan
2. Peningkatan paparan organisme pathogen ketidakadekuatan
lingkungan pertahanan tubuh
3. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: sekunder: imunosupresi
kerusakan integritas kulit dan status cairan tubuh (D.0142)
4. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
penurunan hemoglobin

20
 Luaran dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SIKI Rasional


1. Pola napas tidak Dukungan ventilasi Observasi
efektif berhubungan Observasi -mendeteksi adanya tanda
dengan imaturitas - Identifikasi adanya distress pernapasan berat
neurologis (D.0005) kelemahan otot bantu napas - untuk mendeteksi kecukupan
- Monitor status respirasi dan saturasi oksigen serta status
oksigenasi respirasi seperti frekuensi,
Terapeutik irama, kedalaman dan upaya
- Pertahankan kepatenan nafas
jalan napas - Berikan oksigen Terapeutik
sesuai kebutuhan - memantau adanya secret,
Kolaborasi cairan yang dapat menutupi
- Kolaborasi pemberian jalan napas
bronkodilator, jika perlu - jika berlebih dapat
meningkatkan stress oksidatif
yang dapat berisiko munculnya
dysplasia bronkopulmonal
Kolaborasi
- pemberian bronkodilator
dapat digunakan untuk
meredakan gejala akibat
penyempitan saluran
pernapasan, seperti batuk,
mengi, atau sesak napas
2 Deficit nutrisi Manajemen nutrisi (I.03119) Observasi
berhubunngan Observasi - untuk menyeimbangkan
dengan - Monitor asupan makanan asupan kalori
ketidakmampuan - Monitor berat badan - untuk mengetahui kenaikan
mencerna makanan Terapeutik berat badan

21
karena imaturitas Sajikan makanan yang Terapeuti
(D.0032) menarik dan suhu yang - menyajikan ASI dalam botol
sesuai bayi tidak terlalu panas
- Hentikan pemberian makan maupun tidak terlalu dingin
melalui selang nasogastric, - jika bayi dapat menghisap
jika asupan oral dapat dengan kuat, daya menelan
ditoleransi baik maka hentikan pemberian
makanan melalui selang
OGT/NGT
3 Diare berhubungan Manajemen diare (I.03101) Observasi
dengan malabsorpsi Observasi - untuk mengetahui apakah
(D.0020) - monitor warna, volume, adanya infeksi atau
frekuensi, dan konsisten tinja perdarahan pada pencernaan
- monitor tanda dan gejala - hypovolemia menyebabkan
hypovolemia kekeringan mukosa dan
Terapeutik permasalahn urine. Tandan
- berikan asupan cairan oral dan gejala hypovolemia seperti
- pasang jalur intravena takikardia, nadi teraba lemah,
- berikan cairan intravena turgor kulit turun, mukosa
- ambil sampel darah mulut kering, crt melambat, BB
- ambil sampel feses untuk menurun.
kultur - Mengganti cairan yang hilang
Terapeutik
- Mempermudah dalam
pemberian cairan infus
maupun dalam memasukkan
obat.
- Mengganti cairan yang dalam
dengan skala cepat

22
- Untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan dan
eletroli
- Untuk mengetahui secara
pasti penyebab diare tersebut
agar dapat segera di tangani
dengan tepat
4 Resiko infeksi Pencegahan Infeksi(I. 14539) Observasi
dibuktikan dengan Observasi - Inspeksi kulit bayi terhadap
ketidakadekuatan - Monitor tanda dan gejala ruam atau kerusakan integritas
pertahanan tubuh infeksi lokal dan sistemik kulit
sekunder: Terapeutik Terapeutik
imunosupresi - Berikan perawatan kulit - Mengurangi resiko terjadinya
(D.0142) pada area luka infeksi pada area tali pusat
- Cuci tangan sebelum dan - Mengurangi resiko
setelah kontak dengan terpaparnya bakteri atau virus
pasien dan lingkungan pasien - Mengurangi resiko bakteri
- Pertahankan tehnik aspetik atau virus masuk ke luka tali
Edukasi pusat
- Jelaskan tanda dan gelaja Edukasi
infeksi - Mengedukasi keluarga tanda
- Anjurkan meningkatkan dan gejala yang terjadi jika
asupan nutrisi. terinfeksi seperti ruam atau
- Anjurkan meningkatkan adanya kerusakan integritas
asupan cairan kulit
Kolaborasi - Mengedukasi agar keluarga
- Kolaborasi pemberian tetap memberikan ASI
imunisasi Kolaborasi
- Pemberian imunisasi sesuai
usia bayi dan imunisasi yang
belum diberikan

23
5. Ikterik neonatus Fototerapi nenonatus Observasi
berhubungan dengan (I.03091) - Untuk mngetahui kadar
penurunan berat Observasi bilirubin masih tinggi atau
badan abnormal (> 7- - Monitor ikterik pada sclera sudah berkurang
8% pada bayi baru dan kulit bayi - Untuk mengetahui
lahir yang menyusu, - Monitor suhu dan vital perkembangan bayi dan
>15% pada bayi setiap 4 jam sekali menentukan intervensi
cukup bulan) - Monitor efek samping selanjutnya
(D.0024) fototerapi - Memastikan keadaan bayi
Terapeutik lebih stabil seperti kulit bayi
- Siapkan lampu fototerapi terlalu kering, suhu bayi yang
dan incubator atau kotak bayi tidak tinggi
- Lepaskan pakaian bayi Terapeutik
kecuali popok - Mempersiapkan alat yang
- Berikan penutup mata akan digunakan fototrapi agar
- Biarkan tubuh terpapar dapat mempermudah dalam
sinar fototerapi melakukan tindakan
- Ganti segera alas dan - Sinar lampu dapat masuk
popok bayi jika BAB/BAK dalam tubuh jika pakaian
- Gunakan linen berwarna dilepas kecuali popok agar
putih agar memantulkan tidak terjadi injury pada
cahaya sebanyak mungkin genitalia
Kolaborasi - Untuk mencegah injury pada
– Kolaborasi pemeriksaan mata
darah vena bilirubin direk - Ganti popok segera agar
dan indirek terhindar dari iritasi
- Jika linen berwarna gelap,
cahaya tidak dapat
dipantulkan sebaliknya cahaya
di resap dalam kain.

24
Kolaborasi
- Untuk mengetahui kadar
bilirubin sebelum dan setelah
dilakukan fototerapi
6 Hipotermi Manajemen Hipotermia Observasi
berhubungan dengan (I.14507) - Mengetahui perubahan suhu
kekurangan lemak Observasi tubuh
subkutan (D.0131) Monitor suhu tubuh - Mengetahui suhu lingkugan
- Identifikasi penyebab sekitar bayi, pakaian / linen
hipotermia yang basah
- Monitor tanda dan gejala - Mengetahui adanya tanda
akibat hipotermia dan gejala akibat hipotermia
Terapeutik seperti warna bibir, nadi, dan
- Sediakan lingkungan yang warna kulit
hangat Terapeutik
- Ganti pakaian dan/ atau - Untuk mencegah terjadinya
linen yang basah hipotermia
- Lakukan penghangatan aktif - Untuk menjaga agar tubuh
eksternal bayi tetap kering dan agar bayi
merasa nyaman
- Karena sistem syaraf bayi
belum sempurna untuk
menghantarkan panas secara
efisien sehingga dapat
dilakukan dengan metode
kangguru

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
BBLR dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, karena dapat memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan. Bayi
dengan berat lahir rendah cenderung mengalami perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan
saraf dan mempunyai performa yang buruk pada proses pendidikannya.

3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat mengimplikasi antara ilmu pengetahuan logika dan ilmu dalam
melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Lahan Praktek
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuhan keperawatan pada bayi baru
lahir dengan BBLR, Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR, dapat
meningkatkan layanan terutama dalam pencegah kematian neonatal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan keperawatan dan dapat memperbanyak dan
menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan

26
DAFTAR PUSTAKA

https://online-journal.unja.ac.id/jkmj/article/view/14352/11782
https://journals.stikim.ac.id/index.php/jikm/article/view/1058/859
Proverati Atikah, SKM, MPH dan Cahyo Ismawati Sulistyorini, S.Kep., Ns. 2010. BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nusa Medika.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

27

Anda mungkin juga menyukai