Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP SEHAT-SAKIT PADA BUDAYA DAYAK


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Transkultural

Disusun Oleh :

( Kelompok 3 )

Isma Mufida (1810018)

Khofifah (1810019)

Kiki Ananda O. (1810020)

Lafifah Amalia (1810021)

Lailatul Masruro (1810022)

M. Abdur Rohman (1810023

Nadia Silvi F.A (1810024)

Novi Dwi Sylviana (1810025)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang
berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai,
keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi
tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-
Tomey, 1994).
Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan
dalam memahami budaya klien Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai
budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat
mencegah terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi
saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif
dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah
kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam mauoun terang-
terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang
dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka
meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain. dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih
dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview)
tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan
yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh
tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
leininger.oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan
dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan suku?
2. Apa perilaku suku kesehatan?
3. Apa yang dimaksud dengan keperawatan transkultural?
4. Apa konsep utama keperawatan transkultural?
5. Apa konsep sehat sakit menurut suku dayak?
6. Bagaimana asuhan keperawatan transkultural suku dayak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi suku.
2. Untuk mengetahui perilaku suku kesehatan.
3. Untuk mengetahui keperawatan transkultural.
4. Untuk mengetahui konsep utama keperawatan transkultural.
5. Untuk mengetahui konsep sehat sakit menurut suku dayak.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan transkultural suku dayak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Suku
Suku adalah golongan sosial yang ada di kalangan masyarakat yang
digunakan untuk membedakan golongan yang satu dengan golongan lainnya. Untuk
lebih jelasnya, simak pembahasan lengkap tentang pengertian suku berikut ini. suku
adalah golongan sosial yang ada di kalangan masyarakat yang digunakan untuk
membedakan golongan yang satu dengan golongan lainnya. Biasanya setiap suku
memiliki ciri khas tersendiri. Suku juga bisa diartikan sebagai golongan manusia
yang terikat dengan kebudayaan masyarakat tertentu. Berikut ini adalah pengertian
suku menurut para ahli, menurut Frederick Barth adalah himpunan manusia yang
memiliki kesamaan dari segi ras, agama, asal-usul bangsa, atau sama-sama terikat
pada nilai kebudayaan tertentu. Pengertian suku menurut Hasan Shadily MA adalah
sekumpulan orang yang dianggap memiliki hubungan biologis. Dan Menurut
Koentjaraningrat suku menurut Koentjaraningrat adalah sekelompok manusia yang
menyatu dengan budaya setempat secara sadar, dan biasanya berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa yang sama.
B. Perilaku Suku Kesehatan
Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau
sekelompok masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Indonesia merupakan
sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau daerah
tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah
kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi
kesehatan dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku
keluarga dalam menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh
Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada
perbedaan sikap manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam
menghadapi maut. Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system
pengobatan di mana berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir
berdampingan termasuk humoral medicine dan elemen magis. Indonesia merupakan
negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau kelompok
masyarakat tersebut akan mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang berbeda-
beda termasuk dalam mencari penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya.
Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia terdapat kepercayaan tradisional
pada hal-hal gaib.
C. Definisi Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam
cross-cultural atau lintas budaya, intercultural atau antar budaya, dan multikultural
atau banyak budaya (Andrews,1999). Leininger merupakan ahli antropologi
keperawatan sejak pertengahan lima puluhan yang merencanakan bahwa transkultural
nursing merupaer mendefinisikan “transkultural Nursing”kan area formal yang harus
diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Leininger mendefinisikan”transkultural
Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada
komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai
perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku
dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur
yang spesifik dan kultur yang universasl dalam keperawatan (Andrews and
Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002). Tujuan dari transkultural dalam
keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu
juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis
sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal
(leininger,1978).
D. Konsep Utama Keperawatan Transkultural
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural
berasal dari hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai
sebagai pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.
1) Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang
lainnya.
2) Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan
pada manusia sejak lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa
pertahanan sampai dikala meninggal.
3) Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena
transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok
lain.
4) Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional,
kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan
ontology sebagai dasar dari ilmu keperawatan.
5) Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat
terjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan
berbahasa.
6) Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7) Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau
jalan yang diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang
mana biasanya bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8) Perbedaan kulturdalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai
atau simbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi
manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian.
9) Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur
mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10) Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki,
kepercayaan dan prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11) Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

E. Konsep Sehat Sakit Menurut Suku Dayak


Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain
itu hasil berbagai suku juga dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnya bersifat
Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan,
kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh. Masyarakat menggolongkan
penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitu karena pengaruh gejala alam seperti panas
atau dingin terhadap tubuh manusia, makanan yang diklasifikasikan ke dalam
makanan panas dan dingin, supranatural seperti roh, guna-guna, setan.
Berikut adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah,
contohnya konsep sakit menurut suku dayak Salah satunya tradisi ritual Belian, yaitu
prosesi pengobatan yang lebih mengedepankan unsur tradisional masyarakat
setempat. Di masyarakat Dayak, pemelian atau pengusung ritual belian memiliki
peranan layaknya seorang dokter. Namun, secara tradisional pemelian ini memiliki
cara tersendiri utuk menyembuhkan penyakit. Secara teknis, pemelian menggunakan
terapi secara spiritual magis yang sakral untuk menyembuhkan para pasiennya,
seperti yang telah diwariskan para leluhur masyarakat setempat. Seorang pemelian
sudah harus mencapai tahap menguasai danmenjiwai mantra-mantra serta mampu
membuat ramuan. Kepercayaan akan keahlian seorang pemelian memang tidak lepas
dari kondisi pemukiman masyarakat suku Dayak yang masih menjunjung tinggi adat
istiadat yang diberikan dari leluhurnya. Dalam ritual belian yang sebenarnya tidak
hanya sekedar prosesi pengobatan semata, melainkan di dalamnya terkandung sebuah
ikatan sosial yang menjadi perekat nilai kebersamaan diantara masyarakat Dayak.
Dalam ritual belian seorang pembelian tidak sendiri melainkan ia ditemani oleh
pemelian lainnya. Ritual dilakukan dengan cara menari dan membaca mantra diantara
sesajen untuk persembahan kepada para dewa atau roh. Sanak saudara dan keluarga
mempersiapkan kebutuhan ritual belian baik itu kaum perempuan maupun laki-laki.
Ritual Belian dilakukan pada malam hari, para pemelian menari dengan mantra,
bacaan mantra yang mirip dengan nyanyian untuk mengundag para dewa atau roh
leluhur supaya hadir bersama dirumah. Apabila paa dewa atau roh telah datang maka
para pemelian akan kehilangan kesadaran atau kesurupan, maka di saat itulah,
pemelian berbicara dan menghubungkan kehendak dan pesan keluarga yang sakit.
Analisis konsep sehat, sakit dan sistem perawatan kesehatan bagi Masyarakat
Dayak Konsep sehat bagi Masyarakat suku Dayak ialah apabila ia tidak mengalami
penyakit yang tanpa harus dilakukan ritual belian, seperti halnya konsep kesehatan
menurut Foster dan Anderson bahwa kesehatan berhubungan dengan perilaku,
perilaku manusia yang cenderung adaptif yang ada huungannya dengan kebudayaan.
Sedangkan konsep sakit bagi masyarakat suku Dayak yaitu apabila salah satu
seseorang di suku tersebut mengalami kelumpuhan atau menderita sakit yang
membuat seseorang tersebut kehilangan fungsi tubuhnya. Sistem perawatan kesehatan
yang dilakukan oleh masyarakat suku dayak adalah dengan mempercayai akan tradisi
para leluhurnya, yang mana apabila salah satu dari mereka sakit maka mereka akan
melakukan ritual belian untuk pengobatannya. Ritual belian merupakan cara
penyembuhan secara tradisional. Dalam ritual belian tersebut, pemelian memiliki cara
tersendiri utuk menyembuhkan penyakit. Dalam masyarakat suku Dayak pemelian
sama halnya dokter bagi mereka. Secara teknis dalam proses penyembuhan, pemelian
menggunakan terapi secara spiritual magis yang sakral untuk menyembuhkan para
pasiennya, seperti yang telah diwariskan para leluhur masyarakat setempat. Seorang
pemelian sudah harus mencapai tahap menguasai danmenjiwai mantra-mantra serta
mampu membuat ramuan. Dalam ritual belian yang sebenarnya tidak hanya sekedar
prosesi pengobatan semata, melainkan di dalamnya terkandung sebuah ikatan sosial
yang menjadi perekat nilai kebersamaan diantara masyarakat Dayak. Ritual Belian
dilakukan dengan cara menari dan membaca mantra diantara sesajen untuk
persembahan kepada para dewa atau roh. Apabila para dewa atau roh telah datang
maka puncak pengobatan akan dilakukan untuk penyembuhan pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian suku dayak


Dayak merupakan salah satu dari ribuan suku yang terdapat di Indonesia.
Dayak ini dikenal sebagai salah satu suku asli di Kalimantan. Mereka merupakan
salah satu penduduk mayoritas di tempat tersebut. Kata dayak dalam bahasa local
Kalimantan berarti orang yang tinggal di hulu sungai, hal ini mengacu pada tempat
tinggal mereka yang berada di hulu – hulu sungai besar. Agak berbeda dengan
kebudayaan Indonesia lainnya, yang pada umunya bermula didaerah pantai. Suku
dayak menjalani sebagian besar hidupnya disekitar daerah aliaran sungai pedalaman
Kalimantan. Dalam pikiran awam suku dayak ada satu jenis, padahal mereka terbagi
dalam banyak sub – sub suku. Menurut J. U. lontaan terdapat sekitar 405 sub suku
dayak yang memilki kesamaan sosiologi kemasyrakatan, namun berbeda dalam adat –
istiadat, budaya, dan bahasa yang digunakan.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh terpencarnya masyarakat dayak menjadi
kelompok –kelompok kecil dengan masuknya pengaruh budaya dari luar. Suku dayak
terbagi dalam dayak muslim dan non muslim, dayak non muslim lebih banyak
dibanding dengan dayak muslim.Setiap sub suku dayak memiliki budaya yang unik
dan memberi ciri khusus pada komunitasnya missalnya tradisi memanjangkan telinga
yang dilakukan wanita suku dayak kenyah, kayan, dan bahau. Lalu ada juga tradisi
kayau atau perburuan kepala tokoh – tokoh masyarakat yang menjadi musuh suku
dayak kendayan.
B. Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan pada Tn. A usia 21 tahun tinggal di Barito
Raya-kalimantan keturunan suku Bakumpai merupakan Sub suku dayak. Saat ini
berada di ruang perawatan interna dengan diagnosa medis ulkus peptikum. Klien
masuk dirumah sakit dengan keluhan nyeri di ulu hati, demam, hematemesis-melena,
mual, dan kurang nafsu makan. dengan dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik langsung ke Tn. A, selain itu perawat mendapatkan keterangan dari
keluarga Tn. A, diskusi dengan perawat ruangan dan dari catatan medis keperawatan,
Tn. A. menggunakan daun sawang untuk diusapkan dan di urutkan ke sekujur tubuh
Tn. A, mereka percaya daun sawang dapat mengeluarkan benda-benda dan roh jahat
yang bersemayam dalam tubuh Tn. A.
Klien dan keluarga percaya bahwa sakit yang didapat dan tidak bisa sembuh
merupakan hukuman para dewa. Keluarga Tn. A juga membaca mantra tiap pagi
kepada Tn. A dan meletakkan beberapa sesajen di dekat tempat tidur Tn. A seperti
kemenyam, minyak ikan, mayang pinang, beras kuning, kelapa tua, kelapa muda,
banyu gula, serta piduduk (beras, gula merah, telur ayam, dan kelapa). Mereka
percaya sesajen ini di sukai oleh dewa kemudian mempercepat penyembuhan
penyakit.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan
kondisi Tn. A saat dikaji. Pada saat dilakukan pengkajian, Tn. A keluarga Tn. A
cukup terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara pengkaji dengan Tn.
A dan keluarga, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal
ini dibuktikan dengan Tn. A dan keluarga klien mau menjawab pertanyaan dan
menerima saran yang diberikan oleh pengkaji. Dari data yang terkumpul kemudian
dilakukan analisis dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan
data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Kondisi
klinis yang ditunjukkan oleh klien pada kasus Tn. A saat dikaji sesuai dengan teori
yang ada yaitu permasalah utama klien pada ulkus peptikum yang bertentangan
dengan suku klien.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Ketidakpatuhan dalam pengobatan Distres spiritual/gangguan spiritual
3. Kurang pengetahuan
Diagnosa diatas diambil berdasarkan kondisi yang dialami pasien dan di
aplikasikan dari SDKI, 2017 dan teori Sunrise Model. Dimana klien masalah yang
dihadapi klien disebabkan oleh faktor eksternal seperti lingkungan dan orang-orang
disekitarnya. Selain itu faktor kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan juga
berpengaruh dalam hal ini. Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakkan
selanjutnya dilakukan pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil untuk mengatasi
masalah keperawatan yang ada pada klien.
D. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah
masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan.
Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat
diukur dan realistis. Pola diagnosa keperawatan diintervensikan asuhan keperawatan
selama 2×24 jam, pada diagnosa keperawatan Risiko ulkus peptikum diintervensikan
asuhan keperawatan selama 1×24 jam, dan diagnose keperawatan terakhir yaitu
Kurang Pengetahuan diintevensikan selama 1×24 jam. Intervensi yang kami berikan
terhadap klien mengacu pada SIKI-SLKI dan kondisi klien. Dalam intervensi ini
Klien dan keluarga dapat menerima clan memahami penjelasan dari perawat tentang
dampak dari sesajen Klien menerima tindakan dengan prinsip Culture Care
Repatterning on Restructuring dan Setelah 2x pertemuan klien dapat menerima
perubahan yang akan diterapkan perawat. Mengidentifikasi alternatif untuk
membentuk pola koping.
E. Pelaksanaan (Implementasi)
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan Tn. A dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan
klinik yang dimiliki oleh klien berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu
klainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik. Pada kasus diatas semua intervensi kami implementasikan,
kemudian tujuan pada intervensi sudah tertasi sehingga pada evaluasi intervensi
dihentikan atau dipertahankan.
F. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan lebih
dulu.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan suku pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara suku dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai suku dan budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya suku atau keutuhan suku kepada
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Dochter, Joanne Mecloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervention Classification.


Jakarta : Mosby Elevier
Doengoes, Marilyann E Dkk. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta : EGC
Mooehed, Sue dkk.2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta : Mosby
Elevier

Anda mungkin juga menyukai