Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO adalah berat badan bayi
saat lahir kurang dari 2500 gram (5,5 pound). Dari studi epidemiologi bayi BBLR
diperkirakan 20 kali lebih berisiko mengalami kematian dibandingkan dengan
bayi dengan berat badan lahir cukup.1
Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia yang lahir dengan BBLR dan
95,6% diantaranya terdapat di negara berkembang, seperti Indonesia. Menurut
Riset kesehatan Dasar 2013 angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tegolong
tinggi yaitu sebesar 10,2% dengan sebaran cukup bervariasi pada masing-masing
provinsi. Angka terendah tercatat di Sumatera Utara (7,2%) dan tertinggi di
Sulawesi Tengah (16,9%).1,2
Di Kota Padang, angka kematian bayi pada tahun 2009 tercatat 107 kasus
dari 1.449 kelahiran hidup dan BBLR masih menjadi penyebab nomor satu dari
kematian bayi dengan jumlah 28 kasus (26,2%). Pada tahun 2011, dari 16.584
kelahiran hidup, tercatat 142 bayi lahir dengan BBLR.3
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami proses hidup jangka panjang
yang kurang baik. Bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan bekembang lebih
lambat dibandingkan dengan bayi berat badan lahir cukup. Salin itu, anak dengan
riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi terjadinya hipertesi, penyakit
jantung, dna diabetes setelah mencapai usia 40 tahun.3

1.2 Batasan Masalah


CRS ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari berat badan lahir rendah
(BBLR)

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan CRS ini bertujuan untuk menambah pengetauan penulis dan
pembaca mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, dan komplikasi berat badan lahir rendah (BBLR).
1.4 Metode Penulisan
CRS ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO adalah berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau 5,5 pound. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam kurun 1 jam setelah bayi lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (<37 minggu) ataupun pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction/ IUGR).1,4

2.2 Epidemiologi
Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia yang lahir dengan BBLR dan
95,6% diantaranya terdapat di negara berkembang, seperti Indonesia. Menurut
Riset kesehatan Dasar 2013 angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tegolong
tinggi yaitu sebesar 10,2% dengan sebaran cukup bervariasi pada masing-masing
provinsi. Angka terendah tercatat di Sumatera Utara (7,2%) dan tertinggi di
Sulawesi Tengah (16,9%).1,2
Di Kota Padang, angka kematian bayi pada tahun 2009 tercatat 107 kasus
dari 1.449 kelahiran hidup dan BBLR masih menjadi penyebab nomor satu dari
kematian bayi dengan jumlah 28 kasus (26,2%). Pada tahun 2011, dari 16.584
kelahiran hidup, tercatat 142 bayi lahir dengan BBLR.3

2.3 Etiologi

Prematuritas Murni5
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat
untuk masa gestasinya, kondisi ini disebut neonatus kurang bulan – sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
1. Faktor ibu
a. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik maupun
psikologis dapat mendorong terjadinya prematuritas
b. Usia

3
Angka prematuritas lebih tinggi ditemukan pada ibu usia kurang dari
20 tahun atau pada multigravidarum yang jarak antar kelahiran terlalu
dekat
c. Keadaan sosioekonomi
Keadaan sosioekonomi berpengaruh terhadap kemampuan pemenuhan
gizi janin dan pengawasan antenatal selama kehamilan.

2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda umumya mengakibatkan BBLR


Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauerin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya
(KMK)5
Beberapa faktor risiko bayi KMK meliputi:6
a. Kelainan kromosom dan kelainan kongenital
b. Infeksi
c. Keadaan uterus buruk
d. Defek plasenta dan tali pusat
e. Penyakit vaskular ibu (diabetes atau penyakit jantung)
f. Konsumsi obat-obatan dan merokok

2.4 Manifestasi Klinis


Prematuritas Murni
Ditemukan berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm. Masa
gestasi kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan, lanugo
banyak, lemak subkutan kurang. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan
sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum belum sempurna atau labia
minora belum menutupi minora. Rambut tipis, halus. Tulang rawan dan daun

4
telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan
mamae belum sempurna, puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil,
pergerakan kurang, lebih banyak tidur. Otot masih hipotonik, sehingga sikap
selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki
masih fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan.
Refleks moro dapat positif, “tonic neck reflex” biasanya lemah. Refleks
menghisap, menelan, batuk belum sempurna. Kalau bayi lapar biasnaya akan
menangis, gelisah, ada peningkatan aktifitas. Bila dalam 3 hari tanda kelaparan ini
tidak muncul maka perlu dicurigai bayi menderita infeksi.
Frekuensi napas bervariasi pada hari-hari pertama kehidupannya. Tetapi
apabila ditemukan frekuensi lebih dari 60 x/menit, harus waspada akan
kemunginan terjadinya hyaline membrane disease (respiratory distress syndrome)
atau gangguan napas oleh sebab lainnya.

Dismaturitas
Dismaturitas dapat terjadi pada bayi preterm, term dan posterm. Padai bayi
preterm akan tampak gejala fisik bayi prematur murni ditambah dengan gejala
dismaturitas. Dalam hal ini adalah berat badan kurang dari 2500 gram,
karakteristik fisik sama dengan bayi prematur, dan mungkin disertai retardasi
pertumbuhan, dan “wasting”. Sementara bayi dengan aterm dan posterm disertai
dismaturitas, gejala “wasting” akan lebih menonjol.
Bayi dismaturitas dengan tanda “wasting” terbagi dalam tiga stadium:
1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus, relatif panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen
2. Stadium kedua
Tanda stadium pertama ditambah warna kehiajaun pada kulit, plasenta, dan
umbilikus.akibat dari mekonium yang tercampur dalam amnion
3. Stadium ketiga
Tanda stadium kedua ditambha dengan kulit, kuku, dan tali pusat berwarna
kuning.

5
2.5 Diagnosis5
Anamnesis
- Usia ibu
- Hari pertama haid terakhir
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak dengan kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang diminum selama
kehamilan

Pemeriksaan Fisik
- Berat badan < 2500 gram
- Tanda prematuritas
- Tanda bayi cukup bulan

Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Ballard score
- Tes kocok (shake test) dianjurkan pada bayi kurang bulan
- Pemeriksaan darah rutin, glukosa darah

2.6 Tatalaksana4
Pemberian Vitamin K
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu)

Pertahankan suhu tubuh normal


Dalam mempertahankan suhu tubuh dapat menggunakan berbagai cara
seperti, kontak kulit ke kulit (skin to skin), kangaroo mother care, pemancar
panas, inkubator, atau ruangan hangat.

Pemberian minum

6
- ASI sebagai pilihan utama
- Pemberian minum minimal 8 x dalam sehari. Jika bayi masih
menginginkan dapat diberikan lagi.
- Indikasi pemberian nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan
respirasi yang tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi / terdapat anomali
mayor saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir <1000 gram.

Panduan pemberian minum berdasarkan BB:


Berat lahir < 1000 gram
- Minum melalui pipa lambung
- Pemberian awal : ≤10 mL/kg BB/ hari
- ASI perah/ susu formula/ half strength preterm formula
- Jika toleransi baik dapat ditingkatkan, 0,5 -1 mL, interval 1 jam, setiap 24
jam
- Setelah usia 2 minggu: ASI perah + full strength preterm formula/ human
milk fortifier sampai berat badan mencapai 2000 gram

Berat lahir 1000-1500 gram


- Pemberian minum melalui pipa lambung
- Pemberian awal: ≤ 10 mL/kgBB/hari
- ASI perah/ susu formula/ half strength preterm formula
- Jika toleransi baik dapat ditingkatkan, 1-2 mL, interval 2 jam, setiap 24
jam
- Setelah usia 2 minggu: ASI perah + full strength preterm formula/ human
milk fortifier sampai berat badan mencapai 2000 gram

Berat lahir 1500 – 2000 gram


- Pemberian minum melalui pipa lambung
- Pemberian awal: ≤ 10 mL/kgBB/hari
- ASI perah/ susu formula/ half strength preterm formula
- Jika toleransi baik dapat ditingkatkan, 2-4 mL, interval 2 jam, setiap 24
jam

7
- Setelah usia 2 minggu: ASI perah + full strength preterm formula/ human
milk fortifier sampai berat badan mencapai 2000 gram

Berat badan lahir 2000 -2500 gram


- Berikan minum per oral (jika anak mampu)
- ASI perah / term formula

2.7 Komplikasi5
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR antara lain:
- Hipotermi
- Hipoglikemia
- Hiperbilirubinemia
- Respiratory Distress Syndrome (RDS)
- Infeksi bakteri
- Diabilitas mental dan fisik
- Keterlambatan perkembangan
o Gangguan pendengaran
o Gangguan penglihatan seperti ROP (Retinopathy of prematurity)

8
BAB 3
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : By. Ny. CA
Umur / Tanggal Lahir : 6 hari / 22 September 2018
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Mungo, kec. Luak, Kab. 50 Kota
No MR : 50.75.49

Ayah Ibu
Nama Nofri Syafriandi Ceutria
Umur 25 tahun 24 tahun
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Karyawan Swasta IRT
Penghasilan Rp 2.000.000 -
Perkawinan Pertama Pertama
Penyakit yang pernah di derita Tidak Ada Hipertensi

Keluhan Utama:
NBBLR 1800 gram
Riwayat Penyakit Sekarang:
 NBBLR 1800 gram PBL 45 cm lahir dengan SC atas indikasi eklampsia pada
tanggal 22 September 2018 ditolong oleh dokter di RSUD Achmad Mochtar
dengan A/S 7/8
 Ketuban jernih
 Sesak napas tidak ada, retraksi tidak ada, napas cuping hidung tidak ada
 Sianosis tidak ada
 Merintih tidak ada
 Demam tidak ada
 Kejang tidak ada
 BAB dan BAK belum keluar
 Injeksi vitamin K 1 mg IM telah diberikan
 Gentamisin 1 gtt ODS

9
Riwayat Keluarga:
• Pasien merupakan anak pertama

Riwayat Kehamilan Ibu Sekarang:


G1P0A0H0
Presentasi bayi : kepala
Penyakit selama kehamilan : hipertensi
Pemeriksaan kehamilan : rutin setiap bulan ke dokter spesialis
Tindakan selama kehamilan : tidak ada
Kebiasaan ibu selama hamil : ibu tidak merokok dan tidak meminum alkohol
Lama hamil : 35-36 minggu
HPHT : lupa
Taksiran Partus :-
Kesan : preterm
Pemeriksaan waktu hamil
-
Tekanan darah : 140 / 90 mmHg
-
Suhu : 370C
-
Hb : 14 g/dL
-
Leukosit : 19.500 / mm3
-
Gula Darah :-
-
Gol. Darah :-

Riwayat Persalinan
BB ibu : 95 Kg
Persalinan di : RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi
Jenis Persalinan : Sectio Cesarea
Ketuban : Jernih
Dipimpin oleh : Dokter
Indikasi : eklampsia

Keadaan Bayi Saat Lahir


Lahir tanggal : 22 Septermber 2018

10
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jam : 15.40 WIB
Kondisi saat lahir: Kurang Aktif

Pemeriksaan Fisik:
Kesan Umum
Keadaan umum : Kurang aktif
Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 130 x/menit
Frekuensi napas : 56x/menit
Suhu : 36,3oC
Panjang badan : 45 cm
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Anemis : tidak ada
Kepala : Bentuk bulat simetris
Ubun-ubun besar 1,5 cm x 1,5 cm
Ubun-ubun kecil 0,5 cm x 0,5 cm
Jejas persalinan tidak ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : napas cuping hidung tidak ada
Mulut : mukosa bibir dan mulut basah, sianosis sirkum oral tidak
ada
Leher : JVP sulit dinilai

Toraks :
Paru
Inspeksi : normochest, simetris kanan dan kiri, pergerakan simetris kanan
dengan kiri. Retraksi tidak ada.
Palpasi : fremitus sulit dinilai
Perkusi : tidak dilakukan

11
Auskultasi : SN Bronkovesikuler ,Rh -/-, Wh -/-

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di LMCS RIC 5
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : irama reguler, Bising jantung tidak ada

Abdomen
Permukaan : datar
Kondisi : lemas
Hati : teraba ¼ - ¼
Lien : So, tidak teraba
Tali pusat : segar

Umbilikus : bersih, hiperemis tidak ada


Genitalia : descendendet testis bilateral
Ekstremitas : Atas : akral hangat, CRT < 2”
Bawah: akral hangat, CRT < 2”
Kulit : teraba hangat, kemerahan
Tulang : intak, tidak ditemukan kelainan
Refleks : Moro (+), Rooting (+), Isap (+), Pegang (+)
Ukuran :
Lingkar kepala: 29 cm Panjang Lengan: 13 cm
Lingkar Dada : 27 cm Panjang Kaki : 17 cm
Lingkar perut : 29 cm Kepala-Simfisis: 27 cm
Simfisis-Kaki : 18 cm

Pemeriksaan Laboratorium (24 /9/ 18)


Darah

Hb : 15,5 g/dL

12

Leukosit : 10.830

Ht : 44,6%

Diff Count : 0 / 0 / 1 / 73 / 23 / 3

Retikulsit : 15,7 %

IT Ratio : B 1%, S 99%

Diagnosis Kerja:
 NBBLR 1800 gram + hipotermia ringan + risiko infeksi

Tatalaksana
Menjaga kehangatan bayi, dengan meletakkan di dalam inkubator
Pakai pulse oximetry – pantau saturasi
Perawatan tali pusat
Injeksi Vit. K 1 mg IM
Gentamisin 1 gtt et ODS
Ampicillin 2 x90 mg
Gentamisin 1x9 mg / 36 jam
Minum OGT, naik secara bertahap, diberikan tiap 3 jam

13
Follow up 28 September 2018
Hari rawatan ke-7

S/ - sesak napas tidak ada


- Napas cuping hidung tidak ada
- Demam tidak ada
- Kejang tidak ada
- Muntah tidak ada
- Sianosis tidak ada
- BAK ada
- BAB ada
- Bayi rawat gabung dengan ibu, daya hisap kuat, bayi mau menyusu
O/ - KU : cukup aktif
- Kes : CM
- Nd : 135 kali per menit
- Nf : 46 kali per menit
- T : 37,4° C
- BB: 1838 gram
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+)
Hidung : napas cuping hidung (-)
Mulut : mukosa mulut dan bibir basah, sianosis sirkum oral tidak ada
Paru : retraksi dinding dada tidak ada
Jantung : irama reguler, bising (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”

A/ NBBLR 1800 gram


P/ - Ingatkan ibu untuk rajin menyusui
- Menjaga higenitas ibu dan bayi
- Jaga kehangatan bayi

14
BAB 4
DISKUSI

Telah dirawat seorang bayi laki-laki berusia 6 hari di bagian perinatologi


RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi dengan keluhan utama NBBLR 1800 gram.
Dari riwayat persalinan diketahui panjang badan lahir 48 cm, Apgar score 7/8.
Anak lahir kurang bulan 35-36 minggu.
Berat badan 1800 gram dikategorikan ke dalam berat badan lahir rendah
(BBLR). Dimana definisi BBLR itu sendiri adalah berat bayi saat lahir kurang dari
2500 gram (5,5 pound) tanpa memandang usia gestasinya. 1,6 BBLR itu sendiri
dapat terjadi akibat dari kurang masa kehamilan, gangguan pertumbuhan
intrauterin, ataupun akibat keduanya. Adapun penyebab terbanyak terjadinya
BBLR adalah kelahiran prematur.3,4
Dari riwayat penyakit sekarang didapatkan neonatus berat badan lahir
rendah 1800 gram lahir SC atas indikasi eklampsia, panjang badan lahir 45 cm,
A/S 7/8 dengan usia gestasi bayi ini adalah 35-36 minggu yang didapatkan dari
penghitungan Ballard score. Pada bayi usia <37 minggu dengan berat badan lahir
rendah sesuai dengan masa kehamilan menurut Lubchenco graph maka dapat
digolongkan ke dalam prematuritas murni. Panjang badan lahir sesuai dengan
masa kehamilan 35-36 minggu, dimana untuk bayi laki-laki normalnya berkisar
antara 44 – 50 cm. Apgar score 7/8 dikategorikan normal, menandakan bayi tidak
mengalami asfiksia.
Dari riwayat kehamilan ibu, didapati ketuban jernih, leukosit ibu
meningkat yaitu 19.500 /mm3, demam tidak ada, riwayat demam selama
kehamilan tidak ada, riwayat ibu keputihan berbau atau gatal tidak ada, riwayat
nyeri buang air kecil selama hamil tidak ada. Ibu mengalami eklampsia.
Ketuban yang jernih menandakan tidak adanya kontaminasi cairan amnion
dengan mekonium dimana berisiko menimbulkan distres napas pada bayi.
Leukosit ibu didapati meningkat. Leukositosis maternal merupakan salah satu
kriteria faktor risiko infeksi, oleh karena itu penilaian risiko infeksi tetap perlu
dilakukan. Ibu pasien mengalami eklampsia, eklampsia adalah kondisi
preeklampsia (hipertensi yang timbul setelah usia gestasi 20 minggu dengan

15
proteinuria) yang disertai kejang dan / atau koma. 7 Seperti yang telah disebutkan
bahwa gangguan vaskular, termasuk hipertensi dalam kehamilan, merupakan
faktor risiko bayi kecil dari masa kehamilannya. KMK merupakan salah satu
etiologi bayi berat lahir rendah.6
Pada pemeriksaan fisik bayi ditemukan keadaan umum kurang aktif, berat
badan 1800 gram, panjang badan 45 cm, frekuensi jantung 130x/menit, frekuensi
napas 56x/menit, dan suhu 36,3oC. Menurut sudigdo untuk bayi baru lahir maka
nilai normal frekuensi nadi dan napas adalah 110-180 x/menit dan 30-60 x/menit
sementara menurut PPM dikatakan takipnea untuk usia kurang dari 2 bulan adalah
<160 x/menit dan < 60x/menit. Sementara suhu 36,3oC tergolong pada hipotermia,
dimana dikatakan hipotermia ringan apabila suhu tubuh berada pada 35,5 –
36,4oC, sedang 32 - 35,4oC, dan berat kurang dari 32oC.8,9 Bayi yang mengalami
hipotermia perlu ditatalaksana dengan segera yaitu dengan mengahangatkan bayi
di dalam inkubator atau di bawah infant warmer hal ini guna mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan seperti hipoglikemai, hipoksemia, bahkan apnea.
Pemberian antibiotik berupa ampicilin dan gentamisin merupakan terapi
empiris pada neonatus dengan risiko infeksi. Adapaun kriteria risiko infeksi pada
pasien ini adalah berat badan lahir < 2500 gram. Dosis ampisilin berdasarkan usia
dan berat badan adalah 25-50 mg/Kg BB/12 jam sementara dosis gentamisin
diberikan sebesar 4-5 mg/kg/BB/dosis. Pemberian ini dapat diberikan pada pasien
dengan risiko infeksi sampai dengan hasil laboratorium keluar, dan dapat
diteruskan sampai dengan 10 hari.10,11

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Unicef.org. 2018 (diakses pada tanggal 28 September 2018). Didapat dari:


https://www.unicef.org/publications/files/low_birthweight_from_EY.pdf
2. Badan Peneitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2013: 182-3.
3. Sagung Adi Sresti Mahayana, Eva Cundrayeti, Yulistini. Faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadian berat badan lahir rendah di RSUP Dr. M.
Djamil Padang, Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 2015; 4(3)
4. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia
Idris, Ellen P. Gandaputra, Eva Devita Harmoniati. Pedoman Pelayanan
Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2009: 23-29.
5. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4,
Jakarta: FKUI, 1985; 1051-7.
6. M. Sholeh Kosim, Ari Yunanto, Rizalya Dewi, gatot Irawan Sarosa, Ali
Usman. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. hal
15.
7. Sarwono Prawirohardjo. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Ilmu
Kebidanan; edisi ke-4, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2010; 530-532.
8. Abdul Latief, Alan R Tumbelaka, Corry S Matondang, Imral Chair, Julfina
Bisanto, M. Hardjono Abdoerrachman, et al. Apendiks. Dalam Diagnosis
Fisis pada Anak; Edisi 2, Jakarta: CV Sagung Seto, 2003:205-206
9. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia
Idris, Ellen P. Gandaputra, Eva Devita Harmoniati. Pedoman Pelayanan
Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2009: 273
10. Taralan tambunan, Mulya Rahma Karyanti, Wahyuni Indawati, Lily Rundjan,
Teny Tjitra Sari, Aggraini Alam, et al. Dosis obat perinatologi. Dalam: Buku
Saku Dosis Obat Pediatri. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2016: 27-33

17
11. Muchtar Kusuma Hayatulah, Guslihan Dasa Tjipta, Emil Azlin, Pertin
Sianturi, Bugis Mardina Lubis, Syamsidah, et al. Terai Antibiotika empiris
pada neonatus. Majalah Kedokteran Nusantara 2017; 50 (2): 107-110

18

Anda mungkin juga menyukai