Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Methia Ariyanti, Ners., M.Kep., Sp.Kep.An
Disusun oleh :
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar Penyakit
1.1 Definisi penyakit
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Hasriyani 2018, Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat < 2500
gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 (satu) jam
pertama setelah lahir. Pengukuran dilakukan di tempat fasilitas (Rumah sakit,
Puskesmas, dan Polindes), sedangkan bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran
berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan/prematur atau disebut BBLR
Sesuai Masa Kehamilan (SMK)/Appropriate for Gestational Age (AGA), bayi
cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan/Intra
Uterine Growth Restriction (IUGR) disebut BBLR Kecil Masa Kehamilan
(KMK)/Small for Gestational Age (SGA) dan Besar Masa kehamilan/Large for
Gestational Age (LGA).
1.2 Epidemiologi/Insiden kasus
Menurut data WHO, prevalensi BBLR diperkirakan sekitar 15-20% dari
seluruh kelahiran di dunia, sebanyak lebih dari 20 juta bayi mengalami BBLR.
Hampir 95% kasus bayi dengan BBLR terjadi di negara dengan pendapatan rendah
hingga menengah atau negara berkembang, dan 6%-nya terdapat di Asia Timur dan
Pasifik, 13% di Afrika Sub-Sahara, dan 28% di Asia Selatan.
Indonesia menduduki peringkat ke-6 dari 7 negara di Asia Tenggara dengan
prevalensi BBLR tertinggi yakni sebesar 7%. Sedangkan menurut data dari
Riskesdas tahun 2013, prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 10,2%, dengan angka
tertinggi yakni di Sulawesi Tengah sebesar 16,9%. Menurut sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Kumalasari, et al. di RSUP Dr. Mohammad Hoesin di Palembang
menyatakan bahwa prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah yakni sebesar
19,6 %. Angka tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata prevalensi secara global,
cukup tinggi atau bahkan hampir melebihi.
Menurut Dirjen Kesmas Kementerian Kesehatan didapatkan data angka
kematian neonatal (AKN) 15 per 1000 KH menurut SDKI tahun 2017. Kematian
neonatal di desa/kelurahan 0-1 per tahun sebanyak 83.447, di Puskesmas kematian
neonatal 7-8 per tahun sebanyak 9.825, dan angka kematian neonatal di rumah sakit
18 per tahun sebanayak 2.868.
1.3 Penyebab/Faktor predisposisi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa factor (dr. Arief ZR, dkk, 2009), yaitu:
1. Prematuritas murni :
a. Faktor Ibu
i. Penyakit
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarah antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
ii. Usia Ibu
1) Usia ibu < 16 tahun
2) Usia> 35 tahun
3) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
iii. Keadaan social
1) Golongan sosial ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
iv. Sebab lain
1) Ibu yang merokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion (cairan ketuban yang berlebihan)
2) Kelainan ganda
3) Kelainan kromosom
4) Cacat bawaan
5) KPD
6) Infeksi
c. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat beracun
2. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat
antara ibu dan janin (Sugeng, 2012).
1.4 Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi yaitu
menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Meningkatnya kebutuhan energi dan
nutrient untuk pertumbuhan dibandingkan BBLR. Belum matangnya fungsi mekanis
dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hidap dan menelan, dengan
penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang
dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.Penundaan pengosongan lambung
atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, paada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amylase
pancreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan
karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar lactose (enzim yang diperlukan untuk
mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara
oral. Potensial untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh disbanding dengan
BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan akan kalori.
Ketidakseimbangan Kadar
Glukosa Darah
Paru
a. Preterm/bayi kurang bulan, yaitu masa kehamilan <37 minggu (≤259 hari)
b. Late preterm, yaitu usia kehamilan 34-36 minggu (239-259 hari)
c. Early preterm, yaitu usia kehamilan 22-34 minggu
d. Term/bayi cukup bulan, yaitu usia kehamilan 37-41 minggu (260-294 hari)
e. Post term/bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau lebih (≥295
hari).
2. Berdasarkan berat lahir/Birthweight
a. Berat lahir amat sangat rendah/Extremely low birthweight (ELBW), yaitu
bayi dengan berat lahir <1000 gram
b. Berat lahir sangat rendah/Very Low birthweigt (VLBW), yaitu bayi dengan
berat lahir <1500 gram
c. Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan berat lahir
<2500 gram
3. Berdasarkan berat lahir dan masa kehamilan
a. Sesuai masa kehamilan/Appropriate for gestational age (AGA) adalah berat
lahir antara 10 persentil dan 90 persentil untuk usia kehamilan.
b. Kecil masa kehamilan/Small for gestational age (SGA)/IUGR adalah berat
lahir 2 standar deviasi dibawah berat badan rata-rata untuk masa kehamilan
atau dibawah 10 persentil untuk masa kehamilan.
c. IUGR (Intrauterine Growth Restriction)/pertumbuhan janin yang
terhambat/terganggu adalah kondisi janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam rahim (intrauterine). Kegagalan dalam pertumbuhan
rahim yang optimal disebabkan oleh suatu in utero.
d. Besar masa kehamilan/Large for Gestational Age (LGA)
LGA di defenisikan sebagai berat lahir 2 standar deviasi diatas rata-rata berat
untuk masa kehamilan atau di atas 90 persentil untuk masa kehamilan. LGA
dapat di lihat pada bayi yang ibunya mengalami diabetes, bayi dengan
sindrom Beckwith-Wiedemandan sindrom lainya, bayi lebih bulan (usia
kehamilan > 42 minggu), dan bayi dengan hydrops fetalis. Bayi LGA juga
berhubungan dengan peningkatan berat badan ibu saat hamil, multiparitas,
jenis kelamin bayi laki-laki, penyakit jantung bawaan, khusunya perubahan
pada arteri besar, displasia sel, dan etnik tertentu (hispanik).
Berat lahir dan masa kehamilan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Kesmas Kemenkes. (2019). Paparan Strategi Penurunan AKI dan Neonatal.
https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021517-di-rakesnas-2019_-
dirjen-kesmas-paparkan-strategi-penurunan-aki-dan-neonatal Diakses pada 18
November 2020
Hasriyani, H., Hadisaputro, S., Budhi, K., Setiawati, M., & Setyawan, H. (2018). Berbagai
Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)(Studi di Beberapa
Puskesmas Kota Makassar). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 3(2), 91-
101.
Novita. Epidemologi BBLR. https://www.alomedika.com/penyakit/pediatrik-dan-
neonatologi/berat-badan-lahir-rendah/epidemiologi. Diakses pada 18 November 2020
Rifa'i, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. L dengan Diagnosa Medis Berat
Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi RSUD Bangil Kab.
Pasuruan. https://repository.kertacendekia.ac.id/media/299552-asuhan-keperawatan-
pada-by-ny-l-dengan-d-284ae1a1.pdf Diakses pada 18 November 2020
Simbolon, D. Kelangsungan Hidup Neonatal Di Indonesia.
https://media.neliti.com/media/publications/39668-ID-berat-lahir-dan-kelangsungan-
hidup-neonatal-di-indonesia.pdf Diakses pada 18 November 2020