Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANGAN NICU RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG

OLEH:

Kelompok 4

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2024
A) KONSEP TEORI

A. Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500gram tanpa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat yang
ditimbang 1 (satu) jam setelah lahir (Noorbaya, dkk 2018).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Dahulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 Gram disebut
premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal
Medicine” II dilondon (1970) telah disusun definisi sebagai berikut:

a. Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37minggu
(259 hari)
b. Bayi cukup bulan: bayi dengan masalah kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259-293hari)
c. Bayi lebih bulan: bayi dengan masalah kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih)

B. Klasifikasi

Ada beberapa metode klasifikasi BBLR, yaitu: (Suryani E,


2020)
1. Berdasarkan harapan hidupnya:
a. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang beratnya antara
1500ndan 2500 gram saat lahir
b. Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBSLR), 100-1500 gram saat lahir.
c. Bayi lahir dengan berat lahir ekstrim rendah (BBLER) kurang dari 1000 gram
2. Berdasarkan tahap kehamilan
a. Prematuritas murni disebut juga dengan kondisi neonatus kurang bulan sesuai
usia kehamilan (NKB-SMK), terjadi bila masa gestasi kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan masa gestasi.
b. Dismaturitas, yang merujuk pada bayi baru lahir yang memiliki berat badan
kurang dibandingkan dengan masa kehamilannya. Bayi itu berukuran terlalu
kecil saat hamil dan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin (KMK).

C. Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan masalah BBLR menurut (Nur, Arifuddin, and
Novilia 2016), yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Usia.
Kejadian BBLR lebih tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%)
dibandingkan dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia
reproduksi, hamil dan melahirkan.
b. Parietas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan.
Berdasarkan jumlahnya, paritas seorang perempuan dapat dibedakan menjadi
empat yaitu nullipara, primipara, multipara, dan grandemultipara. Paritas adalah
factor penting yang dapat mempengaruhi kesejahteraan janin selama kehamilan.
Status paritas tinggi dapat meningkatkan faktor kejadian BBLR. Hal tersebut
terjadi karena kemampuan rahim dalam menyediakan nutrisi bagi kehamilan
semakin menurun sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin terhambat.
Paritas tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang banyak yang dapat
menyebabkan risiko kehamilan, dan kelahiran prematu Semakin banyak jumlah
kelahiran yang dialami oleh ibu semakin tinggi risiko untuk mengalami
komplikasi, hal ini dapat diterangkan bahwa setiap kehamilan yang disusul
dengan persalinan akan menyebabkan kelainan uterus dalam hal ini kehamilan
yang berulang- ulang menyebabkan sirkulasi nutrisi ke janin terganggu. Ibu
grandemultipara beresiko melahirkan bayi dengan berat rendah, hal ini
disebabkan karena paritas yang tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus
terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.
c. Gizi
Status gizi pada hakikatnya merupakan hasil keseimbangan antara konsumsi zat-
zat makanan dengan kebutuhan dari tubuh. Apabila terjadi malnutrisi pada ibu
hamil, volume darah akan menurun, ukuran plasenta akan berkurang dan transfer
nutrient melalu plasenta ke janin berkurang sehingga pertumbuhan janin
terganggu dan akan lahir dengan berat badan rendah. Penilaian status gizi yang
digunakan salah satunya menggunakan pemeriksaan biokimia yaitu dengan
melakukan pemeriksaan kadar Hb. Hemoglobin adalah zat warna dalam sel darah
merah yng berfungsi untuk mengangkut oksigen. Apabila kadar hemoglobin
dalam darah berkurang maka kemampuan darah untuk mengikat dan membawa
oksigen akan berkurang, demikian pula zat-zat nutrisi yang dibawa oleh sel darah
merah akan berkurang.
d. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan adalah selisih waktu antara kehamilan sebelumnya dengan
kehamilan selanjutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat perlu diwaspadai
karena fungsi alat reproduksi tidak berfungsi secara optimal sehingga
memungkinkan pertumbuhan janin kurang baik. Jarak kelahiran kurang dari 2
tahun lebih berisiko karena kondisi rahim yang belum pulih menimbulkan
pertumbuhan janin yang kurang baik sehingga bayi dengan BBLR, persalinan
lama karena gangguan kekuatan kontraksi, dan pendarahan saat persalinan. Jarak
kelahiran yang optimal dianjurkan adalah 36 bulan akan memberikan kesempatan
kepada ibu untuk memperbiki gizi dan kesehatannya
e. Pola Hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alcohol dapat
menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal
sehingga pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak
lahir dengan BBLR.
2. Faktor Kehamilan
a. Eklampsia / Pre-eklampsia.
Preeklampsi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu dan disertai dengan proteinuria atau
konsentrasi protein dalam urin sebesar 300 mg/24 jam. Pada preeklampsi terjadi
vasokontriksi pembuluh darah dalam uterus yang menyebabkan peningkatan
resistensi perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
b. Ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum tanda persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. KPD merupakan komplikasi
langsung dalam kehamilan yang menggangu kesehatan ibu dan juga pertumbuhan
janin dalam kandungan sehingga meningkatkan kelahiran BBLR. KPD juga
menyebabkan oligohidramnnion yang akan menekan tali pusat sehingga terjadi
asfiksia dan hipoksia pada janin dan membuat nutrisi ke janin berkurang serta
pertumbuhan janin terganggu.
c. Perdarahan Antepartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
d. Faktor janin
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak
saat pembuahan. Bayi dengan kelainan kongenital yang berat mengalami retardasi
pertumbuhan sehingga berat lahirnya rendah.
e. Cacat bawaan atau kelainan kongenital
f. Infeksi dalam Rahim.
Infark Plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta, nodular dan keras, sehingga
tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi. Infark plasenta disebabkan oleh infeksi
pada pembuluh darah arteri dalam bentuk pariartritis atau enartritis yang
menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai bekuan darah. Pada gangguan yang
besar dapat menimbulkan kurangnya pertukaran nutrisi, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, keguguran, lahir prematur, lahir
dengan berat badan rendah, dan kematian dalam Rahim.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Poverawati, Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.
a. Berat Badan kurang dari 2500 Gram
b. Panjang Badan kurang dari 45cm
c. Lingkar dada kurang 30 cm dan lingkar kepala kurang dari 33cm
d. Kepala lebih besar dari tubuh
e. Rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit
f. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum sempurna
g. Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
h. Genetalia belum sempurna, pada bayi perempuan labia minora belum tertutup
oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum turun kedalam skrutom,
pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang
i. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapatkan apneu.
j. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, sehingga refleks menghisap dan
menelan belum sempurna
k. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi

E. Patofisiologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada
ibu. Ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan
lahir rendah. Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu
hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari
satu, maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama dengan
janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu
harus terbagi sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga
mengalami BBLR. Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya
yaitu infeksi dalam rahim yang mana dapat menggangu atau menghambat
pertumbuhan janin dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
(Manggiasih dan Jaya.2016).
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1) Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia,
anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada
bayi BBLR Prematur.
2) Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
3) Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4) Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan
tubuh tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah
kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori (Agustina and
Barokah 2018)
F. Pathway
G. Komplikasi
1. Permasalahan jangka pendek
a. Asfiksia
BBLR berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga
mengalami asfiksia lahir. Umumnya gangguan telah dimulai sejak di dalam
kandungan, misalnya gawa janin atau stress janin saat proses kelahirannya yang
membuat bayi mengalami kegagalan napas secara spontan.
b. Sindrom gangguan pernapasan
Sindrom gangguan pernapasan pada BBLR adalah perkembangan imatur pada sistem
pernapasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru. Gangguan nafas yang
sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin,
dimana angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan.
c. Hipotermi
Hipotermi terjadi karena sedikitnya lemak di dalam tubuh dan sistem pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun ciri-ciri bayi yang mengalami
hipotermi sedang/stress dingin adalah suhu badan 32oC-36oC, kaki teraba dingin,
kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah, letargi, kulit berwarna tidak merata
(cutis marmorata). Jika hipotermi berlanjut, akan timbul cedera dingin/hipotermi berat.
Tanda-tanda hipotermi berat adalah suhu badan <32oC, bibir, kuku kebiruan,
pernapasan lambat dan tidak teratur, detak jantung melambat, timbul hipoglikemi,
asidosis metabolik. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi antara lain muka, ujung kaki,
tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah dan
timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema). Untuk penanganan
hipotermi yaitu dengan metode kanguru dengan “kontak kulit dengan kulit” dapat
membantu BBLR tetap hangat atau bila ada inkubator bayi dimasukan ke dalam
inkubator.
d. Hipoglikemi
Gula darah berfungsi sebagai makanan untuk otak dan membawa oksigen ke otak.
Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikit simpanan energi/asupan glukosa yang kurang
pada bayi-bayi baru lahir terutama pada kasus BBLR akibatnya sel-sel syaraf otak mati
dan mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. Bayi BBLR membutuhkan ASI sesegera
mungkin setelah lahir dan minum sesering mungkin (setiap dua jam) pada minggu
pertama.
e. Gangguan imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G maupun
gamma globulin. Bayi premature relatif belum sanggup membentuk anti bodi dan daya
fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi
belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat di jalan lahir atau tertular infeksi
ibu melalui plasenta. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat bayi BBLR harus
melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan
baik.
f. Masalah Eliminasi
Pada bayi BBLR kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan
sisa metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan
fungsinya menyebabkan produksi urine yang sedikit, urea clearence yang rendah, tidak
sanggup mengurangi kelebihan air dan elektrolit dari tubuh akan berakibat mudah
terjadi edema dan asidosis metabolik.
g. Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan
makanan lemah dan kurang baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna
sehingga waktu pengosongan lambung bertambah
2. Permasalahan jangka panjang
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Bayi yang lahir dengan BBLR akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan maupun dalam perkembangan, hal ini
disebabkan karena kondisi bayi selama dalam rahim tidak mendapatkan nutrisi yang
adekuat karena adanya gangguan metabolisme dan nutrisi, baik dari faktor ibu maupun
faktor janin sendiri. Keadaan saat dilahirkan juga mengalami banyak masalah seperti
asfiksia, hipotermi, hipoglikemi dan lain-lain, sehingga komplikasi tersebut
mempengaruhi saat usia pertumbuhan dan perkembangan (Nindita 2020).
H. Pemeriksaan penunjang BBLR
Pemeriksaan penunjang bayi BLLR menurut (Nurarif and Kusuma 2015) antara lain:
1. Periksa jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit (Ht) :43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebih).
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata – rata
40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
6. Pemeriksaan analisa gas darah.

I. Penatalaksanaan BBLR
Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif & Hardi
(2016):
a. Pengaturan suhu

Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat
kosumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi
dengan BB 2kg adalah 35ºC dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34 ºC. Bila
tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hanyat yang dibungkus dengan handuk atau lampu petromak
didekat tidur bayi. bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya
sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
b. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit
secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI
atau PASI mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang
daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya
bayi dengan berat kurang dari 1500 Gram memerlukan minum pertama dengan pipa
lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan steril untuk bayi dengan
berat kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram
dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan pemberian
makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat
dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
c. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tahan bayi
terhadap infeksi kurang, antibody relative belum terbentuk dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai
berikut:
1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
sebelum masuk keruangan rawat bayi.
2) Mencuci tangan dengan zat anti septik atau sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi
3) Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang
berhubungan dengan bayi
4) Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan
5) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.
d. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi diberikan sekitar 30%-35% dengan
mengunakan head box. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
Kenaikan berat badan pada bayi BBLR dengan berat badan <1500gram akan
mengalami kehilangan berat badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir
biasanya tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan. Kenaikan berat
badan bayi BBLR dengan berat badan <1500gram adalah 150-200gram seminggu
(misalnya 20 -30 gram/hari).
f. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea, bronkeolus,
bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas
dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR
tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga
dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR beresiko mengalami serangan apneu
dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjetik tumit. Bila tindakan ini gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan
selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dicegah
sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR

B) Konsep Asuhan Keperawatan


a) Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan adalah proses dinamis yang terorganisasi,
meliputi elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan data secara sistematis,
memvalidasi data, mengatur dan memilah data, kemudian didokumendasi dalam
format (Wilkinson 2016) Pengkajian pada rosess keperawatan pada BBLSR meliputi:
1) Biodata: Terdiri nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Umur bayi lebih ditekankan karena akan
berkaitan dengan diagnosa BBLR.
2) Keluhan Utama: Berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
3) Riwayat kesehatan sekarang: Perjalanan penyakit atau hal yang dirasakan klien sampai
ke rumah sakit.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan: Bagaimana proses persalinan, apakah premature,
aterm, spontan, sungsang atau tidak.
5) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Biasanya pasien BBLR keadaanya lemah, bayi tampak kecil, pergerakan bayi masih
kurang dan lemah, berat badan >1500gr, tangisan yang masih lemah.
 Tanda-tanda vital
Suhu tubuh pasien BBLSR rentang dalam normal
 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
 Kepala
Inspeksi: bentuk kepala, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura belum
menutup dan keliatan masih bergerak, lingkar kepala umumnya 33 cm.
 Rambut
Inspeksi: lihat rambut merata atau tidak, bersih, bercabang, halus atau kasar.
 Mata
Inspeksi: umumnya sclera dan konjungtiva berwarna normal, lihat reflek kedip atau
tidak, pupil isokor, pada pupil bila diberikan cahaya akan terjadi miosis atau tidak.
 Hidung
Inspeksi: umumnya terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang O2 dan terdapat
secret.
Palpasi: pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang rawan belum
sempurna.
 Telinga
Inspeksi: terdapat kotoran atau cairan atau tidak dan bagaimana bentuk tulang
rawannya.
Palpasi: daun telinga pada BBLR lunak
 Mulut
Apakah sudah ada reflek menelan, menghisap, labiapalltosiasis atau tidak.\
 Leher
Inspeksi: pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan akibat dari inadekuat
jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya didapatkan retraksi suprasternal.
 Jantung
I: biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
P: ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
P: area jantung redup (Ridha, 2014).
A: S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160 kali/menit
 Paru-paru
I: biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot bantu pernafasan, lingkar dada
<30 cm, retraksi dada ringan
P: dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk.
P: terdapat suara sonor
A: jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi mendengkur, jika
terjadi aspirasi meconium maka terdapat suara ronchi
 Abdomen
Inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi
 Punggung
Inspeksi: bentuk tulang punggungnya, terdapat spina grafidanya atau tidak.
 Genetalia
Inspeksi: jenis kelamin, labia minora sudah menutupi labia mayoranya atau belum,
apakah testis sudah turun atau belum, warna skrotum, lubang berada pada bagian
mana.
 Ekstremitas
Atas: lengkap, terdapat kelainan atau tidak
Bawah: lengkap, terdapat kelainan atau tidak.
 Kulit
Inspeksi: warna kulit, turgor kulit cukup atau tidak, terdapat brown fat, tipis atau
tidaknya, apakah terdapat lanugo
 Reflek
 Reflek morrow
Timbul oleh rangsangan mendadak/mengejutkan. Bayi akan mengembangkan
tangannya ke samping dan melebarkan jari- jari kemudian tangannya ditarik
kembali dengan cepat. Reflek ini akan mereda 1 atau 2 minggu dan hilang
setelah 6 bulan.
 Reflek Rooting (reflek mencari)
Kepala bayi akan berpaling memutar kearah asupan dan mencari puting susu
dengan bibirnya. Reflek ini berlanjut sementara bayi masih menyusu dan
menghilang setelah 3-4 bulan.
 Reflek Menghisap (Sucking)
Ditimbulkan oleh rangsangan pada daerah mulut atau pipi bayi dengan
puting/jari tangan. Bibir bayi akan maju kedepan dan lidah melingkar kedalam
untuk menyedot. Menghilang saat bayi berusia 2-3 bulan.
 Reflek Menggenggam
Timbul bila kita menggoreskan jari melalui bagian dalam atau meletakkan jari
kita pada telapak tangan bayi. Jari-jari bayi akan melingkar ke dalam seolah
memegangi suatu benda dengan kuat. Reflek ini menghilang umur 3-4 bulan.
 Tonic Neck Reflek
Tonic neck reflek merupakan reflek mempertahankan posisi leher/kepala.
Timbul bila kita membaringkan bayi secara terlentang. Kepala bayi akan
berpaling ke salah satu sisi sementara ia berbaring terlentang. Lengan pada sisi
kemana kepalanya berpaling akan terlentang lurus keluar, sedangkan tangan
lainnya dilipat. Reflek ini sangat nyata pada 2-3 bulan dan hilang sekitar 4 bulan.
 Reflek Gallant
Reflek gallant ditimbulkan dengan menggosok satu sisi punggung sepanjang
garis paravertebratal 2-3 cm dari garis tengah mulai dari bahu hingga bokong.
Reflek ini secara normal akan hilang setelah 2-3 bulan.
 Stepping Reflek
Stepping reflek akan timbul ketika kita memegangi bayi pada posisi berdiri dan
sedikit menekan. Bayi akan mengangkat kakinya secara bergantian seakan-akan
berjalan. Reflek ini terlihat setelah 1 minggu dan akan menghilang setelah 2
bulan.
 Swallowing Reflek
Swallowing reflek adalah reflek gerakan menelan benda- benda yang didekatkan
ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara permainan tapi
berubah sesuai pengalaman. Terjadi mulai: usia 0- 3 bulan, penyebab: ada benda
yang masuk ke mulutnya, maka akan segera dia hisap, lalu dia telan. Reflek ini
tidak akan hilang, namun leat usia 3 bulan bayi sudah menghisap secara sadar.
Waspada jika tidak ada reflek, kemungkinan ada kelainan pada
susunan ketika kita memasukkan putting susu atau dot dan bayi mulai
menghisap kemudian menelan.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan (SDKI 2017) yaitu:
a. Resiko infeksi
b. Hipotermia
c. Ikterik neonatus
d. Defisit nutrisi
e. Pola nafas tidak efektif
f. Risiko hipovolemia
c) Intervensi
Intervensi (SIKI 2018), yaitu:
N Diagnosa ( SDKI ) Tujuan Dan Kh ( Slki ) Intervensi ( Siki )

o
1 D.0142 Risiko L.14128 Tingkat Infeksi I.14539 Pencegahan Infeksi
Infeksi Ekspetasi : Menurun Observasi :
Kriteria hasil : a. Monitor tanda dan gejala
a. Kebersihan tangan infeksi local ( dolor/sakit,
perawat dan keluarga kalor/panas,tumor/bengkak,
klien meningkat. rubor/kemerahan, dan
b. Kebersihan badan fungtio laesa/perubahan
klien meningkat fungsi dari jaringan) dan
c. Nafsu klien makan sistemik.
Meningkat Terapeutik :
d. Demam menurun a. Batasi jumlah
e. Kemerahan menurun pengunjung
f. Nyeri menurun b. Cuci tangan sebelum dan
g. Bengkak menurun sesudah kontak dengan
h. Vesikel menurun pasien dan lingkungan
i. Kadar sel darah putih pasien
membaik c. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
c. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
2 D.0131 L.14134 : Termoregulasi I.14507 : manajemen Hipotermia
Hipotermia Ekspektasi : membaik Observasi :
KH : a) Monitor suhu tubuh

a. Luaran Utama: b) Identifikasi penyebab

Termoregulasi : hipotermia (misalnya,

1) Menggigil terpapar suhu lingkungan

menurun yang rendah dan pakaian


yang tipis, kerusakan
2) Kulit
hipotalamus, penurunan
memerah
lajumetabolisme,kekurangan
menurun
lemak subkutan)
3) Kejang
c) Monitor tanda dan gejala
menurun akibat hipotermia
4) Akrosianosis Terapeutik :
menurun a) Sediakan lingkungan yang
5) Konsumsi hangat(misalnya, atur suhu
oksigen ruangan dan inkubator)
menurun b) Ganti pakaian atau linen yang
Vasokontriksi basah
perifer c) Lakukan penghangatan pasif
menurun d) Lakukan penghangatan aktif

B. Luaran Tambahan : eksternal( kompres hangat,

Termoregulasi neonatus botol hangat, selimut hangat,


metode kanguru )
1) Menggigil menurun
e) Lakukan penghangatan aktif
2) Akrosianosis menurun
internal
3) Piloereksi menurun
Edukasi :
4) Konsumsi oksigen
a) Anjurkan makan/minum
menurun hangat
3 D.0024 : L.1425 : Integritas Kulit Dan I.03091 : Fisioterapi neonatus
Ikterik Jaringan Observasi :

neonatus Ekspektasi : Meningkat a) Monitor ikterik pada skelera


KH : dan kulit bayi
a) Elastisitas meningkat b) Identifikasi kebutuhan cairan
b) Hidrasi meningkat sesuai dengan usia gestasi dan
c) Perfusi jaringan meningkat berat badan
c) Monitor efek samping
fisioterapi
Terapeutik :
a) Siapkan lampu fototerapi dan
incubator atau kontak bayi
b) Lepaskan pakaian bayi
kecuali popok
c) Berikan penutup mata
d) Ukur jarak antara lampu
danpermukaan kulit bayi
Edukasi :
a) Anjurkan ibu menyusui 20-30
menit
b) Anjurkan ibu menyusui
sesering mungkin

d) Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Intervensi
unggulan yang akan dilakukan adalah mempertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi yaitu dengan cara menjaga kebersihan tubuh pasien untuk mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang bisa mengakibatkan infeksi.
e) Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Dalam
perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni S (subjective) merupakan data informasi berupa ungkapan keluhan
dari pasien. O (objective) merupakan data berupa hasil pengamatan, penilaian, dan
pemeriksaan. A (Analisis/assesment) merupakan interpretasi makna data subjektif dan
objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan P (planning) merupakan
rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa data.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Silvia Ari, and Liberty Barokah. 2018. “Determinan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).” Jurnal Kebidanan 8 (2): 143–48.

Cutland, Clare L, Eve M Lackritz, Tamala Mallett-Moore, Azucena Bardají, Ravichandran


Chandrasekaran, Chandrakant Lahariya, Muhammed Imran Nisar, Milagritos D Tapia,
Jayani Pathirana, and Sonali Kochhar. 2017. “Low Birth Weight: Case Definition &
Guidelines for Data Collection, Analysis, andPresentation of Maternal Immunization
Safety Data.” Vaccine 35 (48Part A): 6492.

Nindita, D R. 2020. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Di Kabupaten Bantul.” Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 11–39.

Noorbaya, Siti, Dian Puspita Reni, and Besse Lidia. 2018. “PENGARUH BABY SPA (SOLUS
PER AQUA) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN
BERAT BADAN RENDAH USIA 4-6 BULAN Effect of Baby Spa (Solus Per Aqua) To
Increased Weight Gain In Infants With Low Weight Age 4-6 Months.”

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

Proverawati A, Sulistyorini CI (2010). Berat badan lahir rendah. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai