Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH PENERAPAN PERAWATAN METODE KANGURU

TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DAN SUHU TUBUH


PADA BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RSUD SEKARWANGI
KABUPATEN SUKABUMI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Mata Kuliah Skripsi Pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

SRI ISMAYA
C1AB20026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2022
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BBLR

1. Definisi BBLR

BBLR atau Bayi Berat Lahir Rendah merupakan bayi yang terlahir

dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram tanpa melihat lama

kehamilan dan menjadi salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan

kematian bayi khususnya pada masa perinatal (Hafid, 2018).

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) merupakan bayi yang lahir

dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR sendiri menjadi salah

satu prediktor penyebab tingginya angka kematian bayi, terutama pada

bulan pertama setelah kelahirannya (Agusthia, 2019).

2. Etiologi BBLR

Adapun etiologi BBLR menurut Bansal, Agrawal, dan Sukumaran

(2013) dalam Anggraeni (2017) yaitu dapat dilihat dari faktor maternal

dan faktor fetus.

Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan

IUGR (Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari

faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan

obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta

previa, solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin.

13
14

Sedangkan yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari

faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit

kronis, atau pecandu alkohol atau narkortika.

Selain etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari faktor

fetus. Yang termasuk prematur dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel

atau malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth

Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan kromosom, infeksi

intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi multiple.

3. Klasifikasi BBLR

Menurut Saputra (2014) dalam Anggraeni (2017) diketahui bahwa

BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan gestasinya, diantaranya adalah:

a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas murni

BBLR prematuritas murni merupakan BBLR yang mengalami

masa gestasi kurang dari 37 minggu. Berat badan pada masa gestasi

itu pada umumnya biasa disebut neonatus kurang bulan untuk masa

kehamilan.

b. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur

BBLR dismatur merupakan BBLR yang memiliki berat badan

yang kurang dari seharusnya pada masa kehamilan. BBLR dismatur

dapat lahir pada masa kehamilan preterm atau kurang bulan-kecil

masa kehamilan, masa kehamilan term atau cukup bulan-kecil masa

kehamilan, dan masa kehamilan post-term atau lebih bulan-kecil

masa kehamilan.
15

4. Manifestasi Klinis BBLR

Anggraeni (2017) menjelaskan menurut Saputra (2014),

manifestasi klinis dari BBLR dapat dibedakan berdasarkan prematuritas

dan dismaturitas. Manifestasi klinis dari BBLR prematuritas diantaranya:

a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm,

lingkaran dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.

d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.

e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.

f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.

g. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.

h. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis

kelamin perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki

belum turunnya testis.

i. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami

hipotonik.

j. Menangis dan lemah.

k. Pernapasan kurang teratur.

l. Sering terjadi serangan apnea.

m. Refleks tonik leher masih lemah.

n. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna.


16

Kemudian, manifestasi klinis untuk BBLR dismaturitas,

diantaranya:

a. Kulit pucat ada seperti noda

b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis

c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada

d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis

e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat

f. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan

5. Faktor-Faktor Risiko BBLR

Afifah (2020) menjelaskan terdapat beberapa faktor risiko yang

dapat menyebabkan BBLR, diantaranya:

a. Faktor Ibu

a. Gizi saat hamil kurang

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila

status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil

kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup

bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi

yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu

sebelum dan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat

menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian

neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum


17

(mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR).

b. Usia ibu

Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

merupakan risiko tinggi kehamilan. Organ reproduksi pada

wanita usia <20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk

hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun

perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan

semakin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stres)

psikologis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya

kegugran, persalinan prematur, berat badan lahir rendah

(BBLR), kelainan bawaan, infeksi, anemia kehamilan,

keracunan kehamilan,dan kematian ibu yang tinggi. Usia wanita

>35 tahun termasuk ke dalam usia yang berisiko. Hal tersebut

dikarenakan dengan semakin bertambahnya umur, maka tubuh

akan mengalami kemunduran fungsi organ- organ. Salah satu

efek dari proses degeneratif terutama pada ibu hamil dengan

usia tua adalah sklerosis (penyempitan) pembuluh darah arteri

kecil dan arteriola miometrium. Penyempitan tersebut

menyebabkan aliran darah ke endometrium menjadi tidak

maksimal sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan

mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin yang

mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan


18

janin. Fungsi hormon yang mengatur siklus reproduksi

(endometrium) juga ikut menurun. Salah satu contoh hormon

estrogen. Estrogen merupakan hormon yang disekresikan oleh

ovarium akibat respon 2 hormon dari kelenjar hipofisis anterior.

Penurunan produksi hormon juga diikuti oleh penurunan fungsi

hormon estrogen yang berfungsi meningkatkan aliran darah

uterus. Fungsi lainnya adalah proliferasi endometrium dan

perkembangan kelenjar endometrium yang kemudian digunakan

untuk membantu penyaluran nutrisi dari ibu ke janin.

Kadar estrogen yang rendah dan perkembangan

endometrium tidak sempurna menyebabkan aliran darah ke

uterus akan ikut menurun sehingga dapat mempengaruhi

penyaluran nutrisi dari ibu ke janin. Selain itu, pada usia ini

uterus melemah sehingga tempat insersi plasenta kurang baik.

Akibatnya fungsi plasenta yang menghubungkan dan

mengalirkan darah dari ibu yang mengandung makanan,

oksigen, dan zat-zat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin terganggu, sehingga menyebabkan asupan

makanan pada janin menjadi kurang dan bayi lahir dengan berat

badan lahir rendah.

c. Jarak kehamilan

Jarak kehamilan yang pendek mengurangi cadangan nutrisi

ibu sehingga akan menurunkan berat badan janin.23 Jarak


19

kehamilan dan persalinan yang terlalu dekat dapat menyebabkan

BBLR. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun berisiko karena

secara fisik alat-alat reproduksinya belum kembali normal,

rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Keadaan

tersebut perlu diwaspadain dikarenakan kemungkinan janin

dapat mengalami pertumbuhan kurang baik, persalinan dan

perdarahan. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun menyebabkan

kelemahan dan kelelahan otot rahim, sehingga rahim belum siap

menerima implantasi. Oleh karena itu, janin tumbuh kurang

sempurna. Rahim yang lemah tidak mampu mempertahankan

hasil konsepsi sampai aterm sehingga terjadi kelahiran sebelum

waktunya yang menyebabkan janin lahir dengan berat badan

lahir rendah. Ibu hamil yang jarak kehamilan dengan anak

terkecil kurang dari 2 tahun, kesehatan fisik dan rahim ibu masih

butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui,

selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang

tuanya. Bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi berat lahir rendah

<2500 gram.

d. Paritas

Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya

berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu yang mempunyai bayi

yang dilahirkan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan,

elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak


20

berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan perdarahan

pasca kehamilan dan kelahiran prematur atau BBLR. Selain itu,

ibu yang pernah melahirkan anak >4 lebih sering terjadi BBLR

karena terdapatnya jarigan parut akibat kehamilan dan

persalinan terdahulu yang mengakibatkan persediaan darah ke

plasenta tidak adekuat sehingga perlekatan plasenta tidak

sempurna, plasenta menjadi lebih tipis, mencakup uterus lebih

luas dan terganggunya penyaluran nutrisi yang berasal dari ibu

ke janin sehingga penyaluran nutrisi dari ibu ke janin menjadi

terhambat atau kurang mencukupi kebutuhan janin yang dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan selanjutnya yang akhirnya

akan melahirkan bayi dengan BBLR. Pada paritas yang rendah

(paritas satu atau primipara) terkait belum mempunyai

pengalaman sebelumnya dalam kehamilan dan persalinan

sehingga bisa terjadi status gizi yang kurang yang menyebabkan

anemia serta mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan,

kunjungan ANC yang kurang serta pengetahuan perawatan

selama kehamilan yang belum memadai dan kesiapan mental

dalam menerima kehamilan berkurang. Ketidaksiapan ibu dalam

menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor

penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani

komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

e. Hipertensi
21

Hipertensi dalam kehamilan menyebabkan arteri spirais

relatif vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri

spriralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan

terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Aliran darah

uteroplasenta yang menurun dsapat mengakibatkan transfer zat-

zat makanan dari ibu ke janin terganggu, sehingga menyebabkan

BBLR.

f. Riwayat kehamilan premature

Penyebab utama dari BBLR adalah kelahiran prematur

(lahir sebelum 37 minggu kehamilan). Bayi yang lahir prematur

tidak memiliki cukup waktu dalam rahim ibu untuk tumbuh dan

menambah berat badan. Padahal, sebagian besar dari berat badan

bayi diperoleh selama masa akhir kehamilan.

g. Kelainan uterus

Ibu yang memiliki kelainan uteus seperti kelainan uterus

bikornis akan menyebabkan pertumbuhan janin yang tidak

maksimal di rahim. Hal tersebut dikarenakan uterus yang

berukuran kecil, sehingga pertumbuhan janin terganggu dan

menyebabkan BBLR.

b. Faktor Kehamilan

a. Kehamilan dengan hidramnion

Hidramnion yaitu kelebihan cairan amniotik sebanyak

2000ml. Kejadian hidramnion dalam kehamilan sering berkaitan


22

dengan malformasi janin, terutama pada kelainan susunan saraf

pusat dan saluran pencernaan. Selain itu, tekanan pada organ-

organ di dalam dan disekitar usus sangat merenggang.

Perenggangan berlebihan tersebut dapat menyebabkan dispnea

berat, dan pada kasus yang ekstrem ibu dengan hamil

hidramnion hanya dapat bernafas sewaktu dalam posisi duduk.

Oleh karena itu, ibu hamil dengan hidramnion dapat

menyebabkan bayi lahir dengan BBLR.

b. Kehamilan ganda

Kehamilan ganda lebih besar kemungkinan menyebabkan

berat badan lahir rendah dari pada kehamilan tunggal, akibat

retriksi pertumbuhan janin dan persalinan kurang. Pada

kehamilan ganda suplai darah ke janin harus terbagi dua atau

lebih untuk masing-masing janin sehingga suplai nutrisi

berkurang.

Pertumbuhan janin kehamilan kembar bergantung pada

faktor plasenta apakah menjadi satu (sebagian besar hamil

monozigotik) atau bagaimana lokalisasi implantasi plasentanya.

Dari kedua faktor tersebut mungkin jantung salah satu janin

lebih kuat dari yang lainnya, sehingga janin yang mempunyai

jantung lemah mendapat nutrisi yang kurang yang menyebabkan

pertumbuhan terhambat sampai kematian janin dalam lahir.

Pada kehamilan kembar dengan distensi usus yang berlebihan


23

dapat terjadi persalinan prematur. Kebutuhan ibu untuk

pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi

defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan yang dapat

mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim.

c. Pendarahan antepartum

Kurangnya suplai darah dari ibu ke janin menyebabkan

kebutuhan oksigen dan nutrisi janin tidak terpenuhi. Oleh sebab

itu, janin yang dilahirkan akan mengalami berat badan rendah.

d. Pre-eklamsia/eklamsia

Preeklamsia adalah penyebab utama mortalitas dan

morbiditas ibu dan janin. Preeklamsia ditandai dengan hipertensi

dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan.

Terdapat beragam komplikasi preeklamsia diantaranya yaitu

keterbatasan pertumbuhan intrauterin, kelahiran prematur,

abrupsio plasenta, sindrom HELLP (Haemolysis, Elevated Liver

Enzymes, Low Platelet Count), koagulasi intravascular

diseminata, gagal ginjal dan kematian janin. Eklamsia adalah

gangguan yang ditandai dengan terjadinya kejang sebanyak satu

kali atau lebih saat preeklamsia.Preeklamsia berat ditandai dengan

tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg

dengan proteinuria >1 g/l adalah definisi yang dapat diterima.

Eklamsia juga menyebabkan keterbatasan pertumbuhan

intrauterin.29 Berdasarkan penelitian Siza (2008) hasil


24

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komplikasi

kehamilan (hipertensi, preeklamsi, eklamsi) dengan kejadian

BBLR, ibu hamil dengan beberapa komplikasi selama kehamilan

memiliki risiko 1,92 kali melahirkan bayi dengan BBLR

dibandingkan ibu hamil tanpa komplikasi selama kehamilannya.

e. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada

pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir

kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD

pretem adalah KPD sebelum usia kehamilan kurang dari 37

minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih

dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. KPD merupakan

komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan,

dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian

perinatal dan BBLR bada bayi kurang bulan.

c. Faktor Janin

a. Kelainan kongenital

Bayi dengan kelainan kongenital yang berat mengalami

retardasi pertumbuhan sehingga berat lahirnya rendah.30

Kelainan kongenital menyebabkan sindrom terdiri atas BBLR,

mikrosefal, klasifikasi intracranial, korioretinitis, retardasi metal

dan motorik, kekurang pekaan saraf sensoris, hepatos-


25

plenomegaly, ikterus, anemia hemolitik, dan purpura

trombositopenik.

b. Infeksi

Infeksi dalam kehamilan yang dapat terjadi pada ibu hamil

diantaranya taksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, dan herpes

simplek. Segala infeksi tersebut dapat berdampak buruk pada

janin. Secara tidak langsung infeksi di dalam kehamilan dapat

mengurangi oksigenasi darah plasenta dan mengganggu

pertukaran nutrisi di dalam plasenta. Selain itu, infeksi – infeksi

tersebut dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel dan juga

kelainan kongenital pada janin. Oleh karena itu, janin dari ibu

yang mengalami infeksi dalam kehamilannya dapat lahir dengan

berat badan rendah.

d. Faktor Kebiasaan

a. Pekerjaan

Ibu hamil yang bekerja terlalu berat akan menghabiskan

banyak tenaga. Jika tidak diseimbangkan dengan konsumsi

makanan yang seimbang dan istirahat yang cukup, maka

kebutuhan gizi untuk janin tidak tercukupi dengan baik,

sehingga berat badan bayi yang akan dilahirkan kecil. Menurut

penelitian Raj Sharma, sebagian besar bayi BBLR lahir dari ibu
26

yang selama kehamilannya melakukan pekerjaan fisik yang

berat berisiko 1,48 kali melahirkan bayi dengan BBLR.

b. Merokok

Ibu hamil yang ketergantungan merokok dapat

menimbulkan gangguan sirkulasi retroplasenter sehingga

menyebabkan bayi BBLR. Selain terjadinya retroplasenter, pada

ibu hamil yang merokok proses penyerapan zat gizi pun

terhambat.

c. Faktor sosial dan ekonomi yang rendah

Angka kejadian BBLR di negara berkembang lebih tinggi

dari pada di negara maju. Hal tersebut dikarenakan kondisi

sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi diet ibu.

6. Dampak BBLR

Adapun beberapa dampak yang dapat disebabkan karena BBLR

(Afifah, 2020), diantaranya:

a. Gangguan tumbuh kembang

Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring

dengan hidup risiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR

dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi.

Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akan

tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat

ASI eksklusif yang kurang dan pendamping ASI yang tidak cukup.

Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan
27

status gizi yang rendah. Balita kurang gizi cenderung tumbuh

menjadi remaja yang mengalami gangguan pertumbuhan dan

mempunyai produktivitas yang rendah. Jika remaja ini tumbuh

dewasa maka remaja tersebut akan menjadi dewasa pendek, dan

apabila itu wanita maka jelas wanita tersebut akan mempunyai risiko

melahirkan bayi BBLR lagi dan terus berlangsung hingga hari ini.

b. Hipotermi

Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya

jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas

dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.

Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu belum

berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena

lemak coklat (brown fat) yang belum cukup.

c. Asfiksia

Asfiksia atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau

beberapa menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat

pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio

lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan

pengembangan yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih

lemah dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable thorax.

d. Kematian

Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan

berat badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah


28

lebih besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya

normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup

di luar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka

semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam

tubuhnya, sehingga mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan

angka kematian pada bayi.

B. Perawatan Metode Kanguru

1. Pengertian Perawatan Metode Kanguru

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan metode perawatan

dengan konsep skin to skin, yaitu dilakukan dengan melakukan kontak

langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi. Posisi bayi dalam PMK ini

yaitu bayi diletakkan dalam posisi vertikal pada dada ibu serta bayi hanya

memakai popok dan topi. Metode ini diketahui dapat mecegah bayi

kehilangan panas di tubuhnya serta dapat membantu kenaikan berat badan

(Dewi, 2016; Siagian, 2021).

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan kontak antara kulit

dan kulit secara dini, terus menerus dan berkepanjangan antara ibu dan

bayi yang dapat membantu meningkatkan detak jantung, laju pernafasan,

mencegah terjadinya infeksi, memperbaiki kualitas tidur, meningkatkan

berat badan, pertumbuhan fisik serta produksi susu, mecegah depresi ibu

dan mengurangi rawat inap serta biaya pengobatan (Shah &

Singaraveralan, Marnita, 2021).

2. Jenis Perawatan Metode Kanguru


29

Menurut Maryunani (2013) dalam Vina (2019) diketahui terdapat dua

jenis perawatan metode kanguru, diantaranya:

a. Perawatan metode kanguru intermitten

Metode ini biasanya dilakukan pada fasilitas unit perawatan

khusus dan intensif. Metode ini tidak diberikan secara terus menerus

sepanjang waktu, hanya diberikan ketika ibu mengunjungi bayi yang

masih berada dalam inkubator dengan durasi minimal satu jam

secara terus menerus dalam satu hari.

Metode ini dapat dimulai pada bayi yang yang sakit, yang

berada

dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan

medis (seperti infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah).

b. Perawatan metode kanguru kontinyu

Metode kontinyu ini bisa dilakukan di unit rawat gabung atau

ruangan yang diperuntukan untuk perawatan kangguru ataupun

dilakukan di rumah. Pada metode kontinyu ini dapat dilakukan

sepanjang waktu. Perawatan kontinyu dapat diterapkan apabila

kondisi bayi dalam kondisi stabil yakni bayi dapat bernafas secara

alami atau spontan tanpa oksigen bantuan.

3. Manfaat Perawatan Metode Kanguru

Adapun beberapa manfaat dilakukkannya perawatan metode kanguru

yang saat baru lahir di rumah sakit (Susanti, 2018), diantaranya:


30

a. Turn over meningkat, karena bayi tidak diletakan didalam inkubator,

sehingga ikubator bisa digunakan untuk bayi lain yang lebih

memerlukan, serta hari rawatan juga akan lebih singkat di rumah sakit.

b. Efesiensi anggaran berkurang hal ini dikarenakan bayi tidak dirawat di

inkubator sehingga penggunan fasilitas seperti listrik, inkubator, dapat

dihemat

c. Dapat meningkatkan inkame atau pendapatan rumah sakit karena telah

dilakukan turn ovber dan efisiensi anggaran tidak terjadi

d. Perawat akan bisa memberikan asuhan keperawtan kepada yang lebih

membutuhkan karena dengan perawtan metode kangguru ini karena

ibu percaya diri dalam merawat bayinya.

4. Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru

Vina (2019) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan perawatan

metode kanguru, diantaranya:

a. Semua pakaian bayi dilepas

b. Ibu atau keluarga yang akan menggendong diminta melepas BH atau

baju dalam (hanya memakai baju/atau kaos yang longgar)

c. Gendong bayi, letakkan bayi didalam baju sehingga terjadi sentuhan

kulit ibu dan kulit bayi tanpa perantara

d. Bebat/ikat pinggang ibu dibawah badan bayi sehingga badan badan

bayi terhatan tidak turun (ikatan di luar baju)

e. Gendong bayi seperti biasa menggunakan kain, ikatan kain

penggendong diluar baju ibu


31

f. Pakaikan topi penutup kepala bayi

C. Berat Badan

1. Definisi Berat Badan

Berat badan merupakan merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui status gizi serta pertumbuhan, dimana hal ini diperoleh dari

hasil peningkatan maupun penurunan semua jaringan di dalam tubuh

manusia, meliputi tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain- lain

(Yunianti, 2018).

Berat badan merupakan pengukuran yang perlu dilakukan pada

setiap kesempatan ketika melakukan pemeriksaan pada anak di semua

kelompok umur (Ulfa, 2020). Berat badan merupakan suatu ukuran

antropometri yang digunakan bagi tubuh yaitu hasil peningkatan maupun

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh seseorang (Lestari,

2018).

2. Peningkatan Berat Badan Bayi

Latif (2017) mengungkapkan bayi-bayi yang lahir dengan berat

badan rendah, biasanya akan lebih cepat bertambah berat badannya

seakan mengejar ketinggalannya, dan pada saat usianya mencapai 5

bulan maka beratnya mencapai 6 kg. Sebagai catatan, bila berat badan

bayi kurang dari kisaran standar, makanan yang diberikan harus

ditambah, baik jumlah maupun kandungan gizinya (untuk anak berumur

4 atau 6 bulan ke atas). Selain itu, orang tua harus waspada terhadap
32

kondisi kesehatan buah hatinya. Dengan memantau perkembangan berat

badan, diharapkan orang tua dapat mendeteksi sedini mungkin gangguan-

gangguan yang mungkin diderita anak.

Adapun standar berat badan bayi ketika berusia 0-12 bulan

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Panduan Perkembangan Anak Usia 0-1 Tahun

Untuk usia 0-6 bulan, berat badan bayi akan mengalami

penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya

akan menjadi 2 kali berat badan lahir pada akhir bulan keenam.

Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu

sekitar 240-400 gram dan pada akhir bulan keduabelas akan terjadi

penambahan 3 kali lipat berat badan lahir.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan


33

Dewi (2019) dalam Latif (2017) menjelaskan beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi berat badan, diantaranya:

a. Faktor Heredo-Konstitusionil

Faktor Heredo-Konstitusionil, yaitu hereditas atau genetik

(keturunan), yang merupakan gen yang terdapat dalam nukleus dari

telur yang dibuahi pada masa embrio dan mempunyai sifat tersendiri

pada setiap individu, seperti : jenis kelamin, ras atau bangsa,

keluarga dan umur. Jenis kelamin pria dan wanita sangat berbeda

dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-

lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri.

Faktor keluarga dapat dilihat sebagian besar anggota keluarga

yang badannya rata-rata pendek maka akan cenderung badannya ikut

pendek dan sebaliknya, terdapatnya anggota keluarga lain yang

badannya tinggi maka akan cenderung badannya ikut tinggi. Umur

berhubungan dengan kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan

pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.

b. Faktor Lingkungan (Prenatal dan Pascanatal)

Faktor lingkungan (prenatal dan pascanatal), yaitu: gizi,

penyakit, lingkungan, psikologi, hormon, sosial ekonomi, pemberian

ASI eksklusif dan obat-obatan. Gizi mencakup gizi yang diperlukan

untuk bayi saat bayi masih di dalam kandungan maupun bayi sudah

lahir, gizi yang baik akan menentukan pertumbuhan bayi. Penyakit

(kronis atau kelainan congenital) adalah penyakit yang diderita ibu


34

saat hamil akan menentukan pertumbuhan janin seperti ibu hamil

dengan diabetes melitus sering menunjukan kelainan berupa

makrosomia, kardiomegali dan hyperplasia adrenal sedangkan pada

bayi dengan tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

Lingkungan mencakup fisik dan kimia. Pada sanitasi

lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari paparan

sinar radio aktif, zat kimia (Pb, merkuri, rokok dan lain-lain)

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan bayi/anak.

Faktor psikologis merupakan hubungan anak dengan orang di

sekitarnya, seorang anak yang tidak dikehendaki orang tuanya atau

anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan didalam

perkembangan maupun pertumbuhan. Pada hormon seperti hormon

pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary.

Selain itu ada kelenjar tiroid yang juga menghasilkan kelenjar

tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi

dan otak.

Faktor sosial ekonomi yang cukup atau baik akan

memudahkan dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan erat

dengan konsumsi makanan atau dalam penyajian makanan, karena

keadaan kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan.

Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja pada bayi usia

nol sampai enam bulan dapat membantu pertambahan berat badan


35

bayi karena komponen ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Pengaruh

obat-obatan contohnya adalah pemakaian obat kortikosteroid dalam

jangka lama akan menghambat pertumbuhan. Demikian halnya

dengan pemakaian obat perangsang terhadap rangsangan susunan

saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon

perkembangan

4. Pengukuran Berat Badan pada Bayi

Pengukuran berat badan bayi perlu dilakukan untuk menilai hasil

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh

misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh dan cairan tubuh sehingga

dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang bayi. Salah

satu prosedur yang dapat menggambarkan berat badan seseorang yaitu

dengan cara penimbangan berat badan. Penimbangan merupakan salah

satu kegiatan utama program perbaikkan gizi yang menitik beratkan pada

pencegahan dan peningkatan keadaan gizi. Penimbangan berat badan

bayi sangat penting karena banyak fakta menunjukan pertumbuhan bayi

yang tidak normal. Menimbang berat badan bayi merupakan salah satu

upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan bayi

sehingga diketahui normal atau tidaknya pertumbuhannya (Yunianti,

2018).

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan

penimbangan berat badan bayi (Anggun, 2016; Yunianti, 2018),

diantaranya:
36

a. Cuci tangan

b. Jelaskan pada keluarga tentang tindakan yang akan dilaksanakan,

sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan keluarga dalam

komunikasi.

c. Setel timbangan dengan penunjuk pada angka nol.

d. Buka selimut bayi atau pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu,

baju/pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan.

e. Lalu baringkan bayi di atas timbangan atau tidurkan bayi di dalam

timbangan bayi. Lihat ujung jarum yang menunjukkan besar berat

badan bayi, baca berat badan.

f. Rapikan bayi ke tempat semula.

g. Catat berat badan pada lembar observasi.

h. Bereskan alat.

i. Cuci tangan.

D. Suhu Tubuh

1. Definisi Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan salah satu elemen penting yang berada pada

manusia yang dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui

kondisi kesehatan pada tubuh manusia sehingga diketahui apakah dalam

kondisi sakit atau dalam kondisi sehat (Yaboisembut, 2021).

Suhu tubuh merupakan perbandingan antara jumlah panas yang

diproduksi tubuh oleh proses yang dilakukan tubuh dan jumlah panas
37

yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh pada individu diatur oleh

hipotalamus yang terdiri dari hipotalamus anterior yang mengatur

pelepasan panas dan hipotalamus posterior yang mengatur produksi

panas (Darwis, 2018).

2. Penggolongan Suhu Tubuh

Al-As’ady (2018) menjelaskan bahwa suhu dapat digolongkan

menjadi 4 kelompok, diantaranya:

a. Suhu tubuh tinggi (Hipertermia)

Hipertermia merupakan peningkatan suhu tubuh yang

disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengurangi produksi

panas ataupun menghilangkan panas. Suhu tubuh dikatakan dalam

keadaan hipertermia apabila diatas 40C.

b. Febris/Pireksia

Demam merupakan kenaikan suhu tubuh diatas normal, yang

mana ini masih merupakan reaksi biologis kompleks. Suhu tubuh

pada keadaan demam diukur pada suhu rektal yaitu ≥ 38C.

c. Suhu tubuh normal (Normotemia)

Suhu tubuh normal manusia bervariasi antar individu dan

bervariasi sepanjang hari, berkisar dari 35,5C pada pagi hari hingga

37,7C pada malam hari, dengan rata-rata keseluruhan 36,7C.

d. Suhu tubuh rendah (Hipotermia)

Hipotermi merupakan kegagalan kompensasi fisiologis untuk

memelihara panas. Hipotermi dapat terjadi saat turunnya suhu tubuh


38

tiba- tiba di bawah 36C. Jika seseorang tidak segera ditangani

akibat terpapar dengan air es selama 20 sampai 30 menit dapat

meninggal karena fibrilasi jantung atau jantung berhenti sama sekali.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan nilai

suhu (Al-As’ady, 2019), diantaranya:

1) Usia

Pada saat lahir bayi meninggalkan lingkungan hangat yang

relative konstan, masuk ke dalam lingkungan yang suhu berfluktuasi

dengan cepat. Mekanisme tubuh masih imatur sehingga suhu tubuh

bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu.

Regulasi suhu tubuh tidak stabil sampai pada anak-anak mencapai

pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai

seseorang mendekati masa lansia.

2) Stress

Stres fisik dan emosi dapat menyebabkan peningkatan suhu

tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan

fisiologi tersebut meningkatkan panas. Sebagai contoh apabila

seseorang yang cemas saat masuk rumah sakit atau sedang

melakukan pemeriksaan kesehatan suhu tubuhnya akan lebih tinggi

dari normal.

3) Perubahan suhu
39

Perubahan suhu tubuh diluar rentang normal mempengaruhi set

point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan

produksi panas yang berlebihan, produksi panas minimal,

pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan

tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis

yang di alami seseorang.

4) Irama sirkardian

Suhu tubuh berubah secara normal 0,50 sampai 10C selama

periode 24 jam. Suhu merupakan irama paling stabil pada manusia.

Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00 dan 04.00

dini hari. Sepanjag hari suhu tubuh akan naik sampai sekitar pukul

18.00 dan kemudian turn seperti pada dini hari.

5) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh, sebagai contoh apabila

seseorang dalam ruangan yang sangat hangat, seseorang tersebut

mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh sehingga akan naik,

lalu apabila seseorang berada pada lingkungan luar tanpa baju

hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif

dan pengeluaran panas yang kondusif.

6) Obat-obatan

Obat-obatan dapat mempengaruhi suhu tubuh. Salah satunya

yaitu obat yang memiliki efek antipiretik untuk penurun panas, obat

kejang, beberapa antibodi, dan antihistamin.


40

7) Rokok dan kafein

Merokok dapat mempengaruhi suhu tubuh. Seorang perokok

berat akan mengalami perubahan terbesar dalam aliran darah perifer

akibat pengaruh nitrous oxide terus menerus sehingga akan

mempengaruhi suhu permukaan. Merokok menyebabkan volume

oksigen yang masuk ke dalam tubuh menjadi sedikit sehingga laju

metabolik basal cenderung rendah. Maka dari itu, perokok

cenderung memiliki suhu tubuh yang lebih rendah.

8) Aktivitas

Selama aktivitas, proses produksi panas yang berasal dari proses

metabolisme dapat meningkat 10 sampai 20 kali lipat, 70% panas

yang berasal dari metabolisme tersebut akan dilepaskan ke

lingkungan dan kurang dari 30% dari panas yang dihasilkan akan

diubah menjadi energi mekanik. Ketika mekanisme kehilangan

panas tidak mampu mengatasi banyaknya produksi panas yang

berasal dari proses metabolisme maka panas mulai menumpuk di

dalam tubuh, yang selanjutnya akan menyebabkan peningkatan suhu

tubuh.

9) Jenis kelamin

Suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita karena pengaruh

hormon testosteron pada pria yang lebih tinggi sehingga

meningkatkan laju metabolisme. Suhu tubuh wanita meningkat saat

menstruasi atau haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi
41

hari meningkat 0,3-0,5C. Hal ini disebabkan karena produksi

hormon progesterone.

10) Kesehatan individu

Kesehatan individu akan mempengaruhi perubahan suhu tubuh.

Pada pasien penderita infeksi biasanya akan mengalami peningkatan

suhu tubuh sebagai respon terhadap adanya benda asing seperti

bakteri, sel-sel darah putih membuat hormon interleukin menuju ke

otak untuk memerintahkan hipotalamus agar menaikkan suhu tubuh

11) Makanan

Asupan makanan sangat berpengaruh terhadap laju

metabolisme basal. pembentukan panas yang terinduksi oleh

makanan akan meningkat selama 12 jam. Hal ini disebabkan oleh

adanya peningkatan aktivitas metabolik yang berkaitan dengan

pemrosesan dan penyimpanan nutrisi.

12) Hormon

Beberapa hormon dapat mempengaruhi fluktuasi dari suhu

tubuh. Hormon tiroid adalah salah satu hormon yang dapat

mempengaruhi naik turunnya suhu tubuh karena fungsinya dalam

mengatur metabolisme basal tubuh. Bila seseorang mengalami

hipotiroidisme maka metabolisme basal akan menurun dan produksi

panas juga akan menurun sehingga menyebabkan suhu tubuh

menurun. Bila seseorang mengalami hipertiroidisme, maka


42

metabolisme basal akan meningkat dan produksi panas juga akan

meningkat sehingga suhu tubuh juga akan meningkat.

13) Indeks masa tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh normal pada area Asia Pasifik adalah 18,5-

22,9. Indeks massa tubuh yang berlebih atau Obesitas merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh. Obesitas

adalah kelebihan kandungan lemak di jaringan adiposa, batas untuk

obesitas pada umumnya adalah kelebihan berat lebih daripada 20%

standar normal. Hal ini dapat terjadi jika dalam satu periode waktu,

lebih banyak kilorkalori yang masuk melalui makanan daripada yang

digunakan untuk kebutuhan energi tubuh. Semakin sedikit energi

yang diproduksi, maka pengeluaran panas tubuh juga semakin

sedikit sehingga pada obesitas cenderung suhunya lebih rendah

14) Kecukupan waktu tidur

Kurangnya waktu tidur turut mempengaruhi naik turunnya suhu

tubuh. Ketika seseorang tidur maka laju metabolik basal cenderung

rendah sehingga suhu tubuh cenderung menurun, sedangkan apabila

seseorang kurang tidur, maka laju metaboliknya sama seperti saat

tidak tidur sehingga suhu tubuh lebih tinggi dibanding orang yang

tidur.

15) Konsumsi alcohol

Alkohol diketahui dapat mempengaruhi naik turunnya dari suhu

tubuh, mengonsumsi alkohol dapat menurunkan suhu tubuh dengan


43

jangka waktu 50-120 menit, penurunan suhu tubuh disebabkan oleh

vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan banyak aliran darah

yang mengalir ke perifer, dengan adanya vasodilatasi tersebut, maka

panas tubuh cepat dibuang, sehinga ada sensasi merasa hangat yang

bersifat sementara, setelah panas sudah terbuang, suhu didalam

tubuh pada akhirnya menjadi hipotermia.

4. Pemeriksaan Suhu Tubuh

Darwis (2019) menjelaskan bahwa pemeriksaan suhu tubuh dapat

dilakukan pada beberapa tempat, diantaranya:

a. Pengukuran suhu aksila

Dalam sejarahnya pengukuran suhu di ketiak telah digunakan

untuk memperkirakan suhu inti, meskipun suhu lingkungan, aliran

darah lokal, keringat ketiak, penempatan bagian probe termometer,

penutupan kavitas aksila (menjepit termometer di ketiak), dan waktu

yang dibutuhkan untuk membaca sangat mempengaruhi akurasi.

Selain itu, telah dilaporkan bahwa terdapat perbedaan suhu antara

ketiak kanan dan ketiak kiri hingga 1,4°C dalam kondisi stabil.

b. Pengukuran suhu oral

Suhu oral yang diukur dibagian posterior sublingual

mendapatkan perfusi dari cabang arteri karotis eksterna, oleh karena

itu disebut bahwa perubahan suhu oral sangat erat dengan perubahan

suhu inti. Aktivitas vasomotor di daerah sublingual mempengaruhi

suhu, misalnya penurunan suhu oral selama terjadi demam dapat


44

terjadi karena berkurangnya aliran darah. Faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pembacaan suhu oral antara lain air liur, asupan

sebelumnya seperti makanan atau minuman yang panas atau dingin,

permen karet, merokok dan bernafas cepat.

c. Pengukuran suhu telinga

Membran timpani dan hipotalamus berbagi suplai darah mereka

dari arteri karotis internal dan eksternal dan daerah ini relatif tanpa

aktivitas metabolik. Suhu telinga tidak terpengaruh oleh perubahan

suhu kulit akibat pendinginan wajah ataupun mengipasi wajah, dan

juga beberapa penelitian menyatakan bahwa serumen tidak

berpengaruh terhadap pengukuran suhu telinga.

d. Pengukuran suhu rektal

Suhu rektal lebih tinggi daripada suhu yang diukur di tempat

lain, hal ini mungkin disebabkan oleh aliran darah yang rendah dan

isolasi tinggi dari rektal, sehingga proses kehilangan panas relatif

rendah. Pengukuran suhu rektal dapat dipengaruhi oleh tinja yang

keras, adanya inflamasi sekitar rektal, dan aktivitas produksi panas

oleh mikroorganisme yang ada di dalam feses. Selain itu, ada risiko

terjadi ruptur dinding rektum. Setiap insersi termometer sebanyak

2,54 cm kedalam rektum terjadi peningkatan suhu sebesar 0,8°C,

standar insersi termometer ke rektum pada orang adalah 4 cm.


45

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model berupa gambaran konseptual

yang membahas suaatu teori yang memiliki hubungan, dimana banyak

faktor yang diteliti teridentifikasi sebagai suatu masalah yang penting

(Sugiyono, 2017).

Tahun pertama setelah bayi dilahirkan merupakan waktu terpenting

dan sangat berharga yang perlu diperhatikan karena bayi cukup rentan

menghadapi perubahan dalam menyesuaikan diri dari dalam rahim ke

kehidupan di luar rahim. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena

ketika bayi tidak mendapatkan penanganan dengan baik dapat berisiko

terjadinya kematian pada bayi baru lahir.

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) menjadi salah satu prediktor

penyebab tingginya angka kematian bayi, terutama pada bulan pertama

setelah kelahirannya. Kejadian BBLR perlu diwaspadai karena dapat

menimbulkan banyak dampak serius.

Berat badan menjadi faktor utama yang sebaiknya diperhatikan pada

bayi, terutama bayi dengan BBLR. Hal ini disebabkan karena berat badan

merupakan salah satu manifestasi penting untuk masa pertumbuhan bayi.

Berat badan yang kurang cenderung akan menggambarkan status gizi yang

kurang pula, dimana hal tersebut akan berisiko bagi bayi terkena berbagai

penyakit.
46

Selain itu, hal yang perlu diperhatikan pada BBLR adalah suhu tubuh.

BBLR sangat rentan mengalami hipotermi, hal ini disebabkan karena BBLR

memiliki cadangan lemak yang tipis yang berada pada bawah kulitnya.

Penurunan suhu tubuh dari batas normal akan mempengaruhi metabolisme

tubuh serta dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipoglikemia,

asidosis metabolik, distress pernafasan serta infeksi.

Permasalahan-permasalahan pada BBLR terutama pada awal-awal

kelahirannya perlu mendapatakan penanganan dengan tepat dan segera.

Biasanya BBLR akan mendapatkan perawatan dalam inkubator. Namun,

perawatan tersebut cenderung membutuhkan biaya perawatan lebih tinggi

serta jumlah inkubator yang terbatas dapat menjadi suatu hambatan.

Perawatan Metode Kanguru (PMK) dapat digunakan sebagai salah

satu alternatif pengganti inkubator untuk mengatasi masalah-masalah BBLR

pada masa neonatal. Metode ini diketahui dapat mecegah bayi kehilangan

panas di tubuhnya serta dapat membantu kenaikan berat badan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat bagan kerangka pemikiran

tentang pengaruh penerapan perawatan metode kanguru terhadap

peningkatan berat badan dan suhu tubuh pada BBLR di Ruang Perinatologi

RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi sebagai berikut:

Bagan 2.1 Pengaruh Penerapan Perawatan Metode Kanguru


Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh
Pada BBLR Di Ruang Perinatologi RSUD Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi

Perawatan Metode
Kanguru (PMK)
47

Berat Badan dan Suhu Tubuh Berat Badan dan Suhu Tubuh
BBLR Sebelum Diberikan BBLR Sesudah Diberikan
Intervensi PMK Intervensi PMK

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Intervensi

: Adanya Pengaruh

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesa merupakan rumusan jawaban sementara yang terdapat dalam

penelitian yang akan dibuktikan. Hipotesa dapat diterima maupun ditolak

serta dapat benar maupun salah (Sugiyono, 2017). Adapun hipotesis dalam

penelitian ini yaitu:

1. Ada pengaruh penerapan perawatan metode kanguru terhadap

peningkatan berat badan dan suhu tubuh pada BBLR di Ruang

Perinatologi RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Bentuk hipotesis

sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh penerapan perawatan metode kanguru terhadap

peningkatan berat badan dan suhu tubuh pada BBLR di Ruang

Perinatologi RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

H1 : Ada pengaruh penerapan perawatan metode kanguru terhadap

peningkatan berat badan dan suhu tubuh pada BBLR di Ruang

Perinatologi RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.


48

Anda mungkin juga menyukai