Disusun Oleh
FEBRIYANTI YESTELDA REBOKH
NIM : SN231069
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Berat bayi lahir rendah atau yang biasa disebut dengan BBLR
adalah keadaan dimana bayi lahir dengan berat badan < 2500 gram
tanpa memandang gestasi, berat lahir adalah berat yang ditimbang 1
jam setelah lahir.(Suryani, 2020).
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) diartikan sebagai bayi dengan
berat lahir < 2500 gram. Kelahiran premature, gangguan pertumbuhan
janin, atau kombinasi dari keduanya menjadi penyebab utama
kelahiran BBLR. Selain itu mungkin dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, seperti faktor janin, faktor ibu, faktor plasenta atau kombinasi
dari berbagai faktor tersebut yang dapat mengakibatkan gangguan pada
proses transportasi nutrisi pada plasenta (Lestari et al., 2021).
2. Etiologi
1) Usia Ibu
Usia ibu hamil termasuk faktor BBLR terutama bagi ibu
hamil yang berusia kurang atau lebih dari usia reproduksi optimal
yakni 20-35 tahun. Ibu dengan usia kurang dari 20 tahun belum
memiliki peredaran darah menuju serviks dan uterus yang
sempurna sehingga menyebabkan gangguan pada proses
penyaluran nutrisi dari ibu ke janin (Suryani, 2020).
Peningkatan risiko BBLR yang dimiliki oleh ibu pada
kelompok usia tertentu berkaitan dengan kondisi biologis sistem
reproduksi. Pada kelompok usia ibu < 20 tahun, kematangan sistem
reproduksi dinilai belum/ kurang memadai untuk menerima
kehamilan sementara pada kelompok usia ibu >34 tahun,
penurunan kondisi kesehatan ibu dan kualitas sel telur dapat
meningkatkan kerentanan ibu terhadap preeklamsia dan hipertensi
terkait kehamilan yang dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin sehingga komplikasi atau kelahiran prematur yang
mengakibatkan BBLR (Sadarang, 2021).
2) Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko BBLR.Saat
kebutuhan oksigen lebih tinggi pada masa kehamilan maka terjadi
peningkatan produksi eritropoietin.Volume plasma dan eritrosit
juga ikut meningkat. Tetapi peningkatan volume plasma terjadi
lebih besar dibandingkan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi Hb (Hemoglobin). Ibu hamil yang mengalami anemia
mengalami gangguan dalam pengangkutan oksigen sehingga
nutrisi ke janin berkurang (Suryani, 2020).
3) Gangguan pertumbuhan di dalam uterus
Pertumbuhan intra uteri dan berat lahir dipengaruhi oleh potensi
pertumbuhan herediter dan efektivitas dukungan dari lingkungan
uteroplasenta yang bergantung dari kesehatan ibu dan dan penyakit
pada ibu. Munculnya hipertensi saat kehamilan dapat mengganggu
tumbuh kembang janin intrauteri akibat pertumbuhan plasenta
yang terlalu kecil atau terjadi infark yang luas. Demikian kasus
preeklampsia dan eklampsia pada ibu hamil berkaitan dengan
kejadian BBLR (Suryani, 2020).
4) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Kunjungan ANC sebanyak ≥4 kali memiliki makna penting bagi
ibu hamil supaya petugas kesehatan dapat memantau dan
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental,
mengenali secara dini adanya komplikasi dan kecacatan, dan
mempersiapkan persalinan cukup bulan. Dampak dari kurangnya
jumlah kunjungan ANC dapat menyebabkan kurang pengetahuan
pada ibu hamil dalam menjaga kesehatan selama kehamilan dan
tumbuh kembang janin (Suryani, 2020).
3. Manifestasi Klinik
Menurut (Okay, 2010) mengatakan bahwa tanda dan gejala dari BBLR
adalah :
1) Berat kurang atau sama dengan 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Lingkar kepala kutrang dari 33 cm
5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6) Kepala lebih besar
7) Kulit tipis, transparan, lambut lanugo banyak, lemak kurang
8) Otot hipotonik lemah
9) Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea
10) Kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40 – 50x/menit
11) Nadi 100-140x/menit
12) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
13) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
14) Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labio
mayora, klitoris menonjol (Bayi perempuan) dan testis belum turun
ke dalam skrotum, pigmentasi pada skrotum kurang (bayi laki-laki)
15) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah
16) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
17) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak masih kurang.
4. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak
ditangani secepatnya yaitu :
1) Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada
bayi).
2) Hipoglikemia simtomatik.
3) Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4) Asfiksia neonetorom.
5) Hiperbulirubinemia
6. Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 dengan cara injeksi IM 1 mg atau
peroral 2 mg sekali pemberian, atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir 3-10 hari dan umur 4-6 minggu).
2) Pemberian, Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini
adalah menentukan pilihan asupan nutrisi, cara pemberian dan
jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.
Asupan nutrisi misalnya air susu ibu (ASI) merupakan pilihan
pertama jika bayi mampu menghisap. ASI merupakan makanan
paling utama sehingga ASI didahulukan untuk diberikan. ASI juga
dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak bisa untuk
menghisap. Bila faktor menghisapnya kurang, ASI dapat diperas
dan diminumkan dengan sendok dengan perlahan atau dengan
memasang sonde ke lambung.
Pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khususnya untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus. Pada bayi BBLR yang lebih kecil,
kurang giat untuk menghisap dan sianosis ketika minum dapat
melalui botol atau menete pada ibunya dengan melalui nasogastrik
tube (NGT). Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan
interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan yang
lebih rendah. Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang.
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas
dan menjadi hipotermia, karena pengaturan pusat panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur haris
dirawat di dalam inkubator, sehingga pnas badannya mendekati
dalam rahim.
BBLR dirawat dalam inkubator yang modern dilengkapi
dengan alat pengatur suhu dan kelembabannya agar bayi dapat
mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang
dapat diatur.
Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan
sirkulasi yang tidak memuaskan harus berhati-hati agar tidak
terjadi hiperoksia yang dapat menyebabkan hiperoplasia retrorental
dan fibroplasis paru. bila mungkin pemberian oksigen dilakukan
melalui tudung kepala dengan alat CPAP (continues positif airway
preasurre) atau dengan endotrakeal untuk pemberian konsentrasi
oksigen yang aman dan stabil.
4) Pencegahan infeksi
Bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi
dalam bentuk apapun. digunakan masker dan baju khusus dalam
penanganan bayi, perawatan luka tali pusst, perawatan mata,
hidung, kulit, tindakan aseptik dan aseptik alat-alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien, mengatur kunjungan
menghindari perawatan yang terlalu lama dan pemberian antibiotik
yang tepat. bayi prematur mudah sekali terinfeksi, karena daya
tahan tubuhnya masih lemah, kemampuan leokosit masih kurang,
dan pembentukan antibody belum sempurna. oleh karena itu upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi BBLR.
5) Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi nutrisi bayi
dan eratnya kaitannya dengan daya tahan tubuh oleh karena itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
6) Pemberian oksigen e
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi BBLR akibatnya tidak adanya alveoli dan surfaktan.
konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30 – 35%. konsentrasi O2
yang tinggi dalam masa panjang akan menyebabkan kerussakan
pada jaringan retina bayi dan dapat menimbulkan kebutaan.
7) Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring,
trakhea, alveoli, bronkhiolus, bronkheolus respiratorius dan duktus
alveolus ke alveoli. terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan
asfiksia, hipoksia, dan kematian.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Pada pasien BBLR, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia 35 tahun, selain
itu jarak kehamilan yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) juga
mempengaruhi terjadinya BBLR
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama / alasan MRS : Umur kehamilan biasanya
antara 24-37 minggu, rendahnya berat badan pada saat
kelahiran, atau terlalu besar dibanding umur kehamilan. Berat
biasanya kurang dari 2500 gram, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, kepala relative besar dibanding badan,
3cm lebih besar dibanding lebar dada. Kelainan fisik yang
mungkin terlihat, nilai APGAR pada 1-5 menit 0-3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4-6 kegawatan sedang,
dan 7-10 normal.
2) Riwayat penyakit saat ini : Ibu bayi datang ke RS
dengan keluhan
- Sebelum lahir :
(1) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan,
(2) Pergerakan janin lambat
(3) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai
yang seharusnya.
- Setelah lahir :
(1) Berat badan < 2500 gram
(2) Panjang kurang dari 45 cm.
(3) LD < 30 cm.
(4) LK < 33 cm.
(5) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
3) Riwayat penyakit yang pernah di derita ibu
- Toksemia gravidarum
- Perdarahan antepartum
- Trauma fisik dan psikologis
- Nefritis akut
- Diabetes Mellitus
4) Riwayat penggunaan obat selama kehamilan Riwayat
penggunaan obat selama ibu hamil seperti pengguna narkotika.
5) Riwayat Persalinan
(1) Pre natal
- Komplikasi kehamilan (ibu menderita Toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, nefritis akut, Diabetes Mellitus)
- Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil seperti
pengguna narkotika.
- Manifestasi klinis ibu :
a. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan,
b. Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat
abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
c. Pergerakan janin lebih lambat
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai
yang seharusnya.
(2) Riwayat Natal : Setelah bayi lahir kelainan fisik yang
mungkin terlihat, nilai APGAR pada 1-5 menit, 0-3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4-6 kegawatan
sedang, dan 7-10 normal, dan tanda-tanda lain seperti :
- Berat badan < 2500 gram
- Panjang kurang dari 45 cm.
- LD < 30 cm.
- LK < 33 cm.
- Umur kehamilan < 37 minggu.
- Kulit tipis, transparan, rambut lanungo banyak, lemak
kurang.
- Otot hipotonik lemah.
- Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
- Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-
lurus.
- Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang
rawan.
- Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
- Alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum.
Pada bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum
tertutup oleh labia mayora.
- Fungsi syaraf belum matang menyebabkan reflek
menghisap, menelan dan batuk masih lemah.
- Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan
otot dan jaringan lemat masih kurang.
c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien : Biasanya neonatus terlihat lemah.
2) Tanda-tanda vital : Suhu normal 36,5±37,5ºC,
frekuensi nadi normal 120 ± 160 x/menit, frekuensi pernafasan
sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40 ± 60 x/menit.
3) Antropometri
Berat badan < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, LD < 30
cm, LK < 33 cm, Circumferentia suboccipitalis brengmantika
31 cm, Circumferential fronto occipitalis 34 cm,
Circumferential mento occipital 35 cm.
- B1 (breathing)
Inspeksi : pernafasan belum teratur dan sering terjadi
apnea, bentuk dada normal atau tidak, RR 40-60 x/menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, merasakan getaran
vocal fremitus ada atau tidak
Auskultasi : adanya suara tambahan, dengkuran,
wheezing atau tidak, rhonchi atau tidak, normalnya
vesikuler.
Perkusi : sonor atau pekak.
- B2 (blood)
Inspeksi : Pembuluh darah kulit banyak terlihat,
sianosis atau tidak.
Palpasi : nadi rata-rata 120-160 per menit pada
bagian apical dengan ritme teratur.
Perkusi : normal redup, ukuran dan bentuk jantung
normal atau tidak.
Auskultasi : pada saat kelahiran, kebisingan jantung
terdengar pada seperempat bagian intercosta, yang
menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena
hipertensi atau atelektasis paru. Adanya suara tambahan
gallop atau tidak, mur-mur atau tidak.
- B3 (brain)
Inspeksi : Reflex dan gerakan pada tes
neurologis tampak tidak resisten gerak reflek hanya
berkembang sebagian, menelan, menghisap dan batuk
sangat lemah atau tidak efektif. Otot hipotonik, tungkai
abduksi, sendi lulut dan kaki fleksi, lebih banyak tidur dari
pada terbangun.
Refleks moro : timbulnya pergerakan tangan yang
simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan.
Refleks rooting : bayi menoleh ke arah benda yang
menyentuh pipi
Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan
dapat dilihat dengan meletakkan pensil atau jari di telapak
tangan bayi.
Reflek suckling : terjadi ketika bayi yang baru lahir
secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di
mulut mereka. Refleks menghisap pada bayi ikterus kurang.
Reflek tonicneck : pada posisi terlentang, ekstremitas
di sisi tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi,
sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi
- B4 (bladder)
Inspeksi : genetalia imatur biasanya testis belum
sempurna, labia minor belum tertutup labia mayor.
- B5 (bowel)
Inspeksi : cavum oris, lidah untuk melihat ada
tidaknya kelainan, ada tidaknya penegangan abdomen, ada
atau tidak anus. Pengeluaran meconium biasanya terjadi
pada waktu 12 jam
Palpasi : ada nyeri atau tidak, di kuadran mana
Auskultasi : imatur peristaltic.
Perkusi : jika dilambung, , kandung kemih berbunyi
timpani. Jika pada hati, pancreas ginjal berbunyi pekak.
- B6 (bone)
Inspeksi : tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak, tulang tengkorak dan
tulang rusuk lunak, gerakan lemah dan aktif atau letargik
Perkusi : reflek patella
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak, kaji kekuatan
otot dengan penentuan tingkat kekuatan otot dengan nilai
kekuatan otot.
- B7 Sistem Pengindraan Pada BBLR akan di jumpai lebih
banyak tidur
- B8 Sistem Endocrin Pada BBLR akan mengalami
hipoglikemia, karena cadangan glukosa rendah.
- Pemeriksaan Antropometri : Panjang badan kurang dari 45
cm, berat badan kurang dari 2500 gram, lingkar dada
kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas kurang dari 9 cm,
lingkar kepala fronto occipitalis kurang dari 12 cm, lingkar
kepala submetobregmatika kurang dari 9,5 cm.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu dimulai pada umur 2 hari
c. Laboratorium
- Darah rutin
- Gula darah (8-12 jam post natal)
- Analisa gas darah.
- Elektrolit darah (k/p)
- Tes kocok/shake test Interpretasi :
(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang
membentuk cincin. Artinya surfaktan terdapat dalam
paru dengan jumlah cukup.
(-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada
surfaktan.
Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada
cincin.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBLR adalah:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2) Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3) Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi
karena imaturitas.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis
yang kurang.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
1) Tujuan : pola napas menjadi efektif
2) Kriteria hasil:
- RR 30-60 x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:
1. Observasi pola Nafas.
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis.
4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
6. Beri O2 sesuai program dokter
7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi
O2.
8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
1) Tujuan : suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C.
- Kulit hangat.
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator
sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan
suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi
karena imaturitas.
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil :
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi intake dan output.
- Observasi reflek hisap dan menelan.
- Beri minum sesuai program
- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan
tidak ada.
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi
parenteral.
- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
- Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis
yang kurang.
1) Tujuan: tidak terjadi infeksi
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
bayi.
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan
bayi dalam keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, J. F., Etika, R., & Lestari, P. (2021). Maternal Risk Factors of Low Birth
Weight (Lbw): Systematic Review. Indonesian Midwifery and Health
Sciences Journal, 4(1), 73–81. https://doi.org/10.20473/imhsj.v4i1.2020.73-
81
A. DATA ADMINISTASI
Tanggal MRS : 16 Januari 2024
Diantar Oleh : Perawat
Dikirim Oleh : OK
Diagnosa Medis : BBLR
No.RM : 523147
B. DATA IBU
Nama (Inisial) : Ny. I
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Gravida : G2P1A0
Diagnosa Obstetri : Preeklamsia
Alamat : Ungaran
Umur : 21 Tahun
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Lama Perkawinan : 3 tahun
C. KELUHAN UTAMA
Berat bayi lahir sangat rendah yaitu 1650 gram
G. PENGKAJIAN FISIK
BB : 1650 gram PB : 43 cm LK : 27 cm LD : 26 cm
1. Kepala
a) Ubun-ubun : Teraba datar dan lunak dengan LK 27 cm
b) Rambut : Warna rambut hitam dan tebal, sutura belum
menutup, tidak ada lesi dan tidak ada hematom.
c) Mata : Mata kanan dan kiri simetris, sklera ikterik,
konjungtiva anemis, reflex pupil ada, refleks berkedip ada namun
lambat (bayi dalam keadaan lemah), kornea bersih
d) Telinga : Telinga simetris antara kanan dan kiri,tulang
telinga masih lunak, tidak ada lesi, dan tidak ada cairan yang keluar
dari lubang telinga.
e) Hidung : Bentuk hidung simestris, septum berada ditengah,
terpasang O2 nasal kanul 2 lpm
f) Mulut : Terpasang OGT terbuka, tidak ada sianosis pada
ekstremitas membrane mukosa tidak kering, reflek menghisap dan
menelan lemah.
2. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan tyroid.
3. Dada
Pengembangan dada kanan dan kiri simetris, frekuensi nafas 40
x/menit, terdapat retraksi dada, tidak terdapat krepitasi, terdengar suara
nafas tambahan ronchi diseluruh lapang paru. Irama jantung reguler,
HR 150 x/menit.
4. Abdomen
Bentuk abdomen simetris kiri dan kanan, tali pusat tampak basah,
terpasang infus melalui umbilical. Terdapat distensi pada abdomen.
5. Genetalia/anus
Jenis kelamin laki-laki, terdapat anus, tidak ada kelainan pada penis
maupun skrotum. Saat pengkajian BAB (-) BAK (+).
6. Ekstremitas atas/bawah
Tidak ada kelainan pada kaki maupun tangan, akral teraba hangat.
Bayi dapat mengepalkan tangannya dan bergerak saat disentuh dan
dilakukan tindakan, dan juga dapat memegang jari-jari tangan perawat
saat dipegang. Klien juga dapat menggerakkan ekstremitas atas
maupun bawah.
7. Tulang, Syaraf dan Kulit
Tidak ada oedema dan tidak ada gangguan pada ekstremitas maupun
rentang gerak normal dan sedikit lemah dalam menggenggam. Tingkat
kesadaran tidur nyenyak namun menangis saat dilakukan tindakan,
tonus otot lemah, mudah terangsang, aktivitas sedikit tidak banyak
gerak. Pada kulit bayi Ny. I berwarna kuning dengan suhu kulit
37,2◦C, terdapat lanugo disekujur tubuh, tidak terdapat luka atau
trauma, lemak subcutan tipis. Reflek moro : sudah ada reflek terkejut,
Reflek tonic neck : adanya reflek berlawanan arah antara kepala
dengan tubuh, Reflek polmar group : sudah ada reflek menggenggam,
Reflek walking : belum ada reflek seolah ingin berjalan saat diangkat,
Reflek rooting : reflek menghisap sudah ada, Reflek swallow : sudah
ada reflek menelan pada bayi tetapi pelan-pelan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratorium tanggal 17 Januari 2024
I. TERAPI/TINDAKAN
J. ANALISA DATA
Perencanaan
No Tanggal/Jam No.DX
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 Selasa, 16 Januari 1 Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 Dukungan Ventilasi
2024, 20.15 WIB jam diharapkan masalah pola nafas tidak (I.01002)
efektif teratasi dengan kriteria hasil : Observasi
- Frekuensi nafas membaik (5) - Monitor status
- Kedalam nafas membaik (5) respirasi dan
oksigenasi
(frekuensi,
kedalaman, bunyi
nafas tambahan,
saturasi oksigen)
Teraupetik
- Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
- Berikan posisi
semi fowler atau
fowler
- Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronchodilator,
jika perlu
2 Selasa, 16 Januari 2 Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 Fototerapi Neonatus
2024, 20.20 WIB jam diharapkan masalah ikterik neonatus (I.03091)
teratasi dengan kriteria hasil : Observasi
- Kulit kuning menurun (5) - Monitor ikterik
- Prematuritas menurun (5) pada sklera dan
kulit bayi
- Monitor suhu dan
tanda vital setiap 4
jam sekali
Teraupetik
- Siapkan lampu
fototerapi dan
incubator atau
kotak bayi
- Lepaskan pakaian
bayi kecuali popok
- Berikan penutup
mata pada bayi
- Ukur jarak antar
lampu dan
permukaan kulit
bayi
- Berikan tubuh bayi
terpapar sinar
fototerapi secara
berkelanjutan
- Ganti segera alas
dan popok bayi
jika BAB/BAK
Edukasi
- Anjurkan ibu
menyusui sekitar
20-30 menit
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemeriksaan darah
vena bilirubin
direk dan indirek
M. IMPLEMENTASI
- Memonitor tanda-tanda
02.05 WIB vital setiap 3 jam sekali S:-
O:
- SPO2 : 90%
- Nadi : 164 x/menit
- Suhu : 36,4 C
- Residu 1 cc
- PASI 1 cc (Via
OGT)
- Memonitor BAB/BAK S:-
02.15 WIB O:
- BAB (-)
- BAK (+)
Rabu, 17 Januari 1 - Memonitor respirasi dan S : -
2024 SPO2 O:
14.00 WIB - RR : 45 x/menit
- SPO2 :97%