Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR SANGAT RENDAH


(BBLSR)

Dosen Pembimbing:

LILIS MAGHFUROH, S.Kep.,Ns.M.Kes.

Mahasiswa :

WAHYU SUSILOWATI
2302032325

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2023
LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN TOPIK


BERAT BAYI LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)

Tanggal Saran Pembimbing Tanda tangan

Kediri, ……………………. 2023

Mahasiswa,

(Wahyu Susilowati)

Telah diperiksa dan disetujui,,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

(NETTY UGI R, S. Kep. NS) (LILIS MAGHFUROH, S.Kep.,Ns.M.Kes.)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BBLSR

1. KONSEP BBLSR

A. DEFINISI

BBLSR Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang dari 37
minggu atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction /IUGR). Bayi lahir
dengan presentase berat badan dibawah dari 10% pada kurva intrauterine bayi tersebut
dapat lahir dalam keadaan preterm, aterm atau postterm, (Sudarti & Fauziah, 2013).

Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan
memiliki  berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram (Alimul, 2015).

B. Etiologi
Umumnya BBLR dan BBLSR disebabkan oleh faktor yang sama hanya saja
dibedakan dari berat badan bayi saat lahir. Penyebabnya dapat terjadi karena persalinan
kurang bulan atau bayi lahir kecil masa kehamilan karena adanya hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan atau kombinasi keduanya, (Kemenkes, 2011).

1. Factor Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja, kehamilan
ganda, riwayat kelahiran premature, perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut.
Ibu kekurangan gizi, hipertensi, toksemia, anemia, penyakit kronik dan merokok

2. Factor plasenta: solosio plasenta, plasenta previa

3. Factor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana, 2016).

Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur kehamilan


antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan (KMK) karena adanya
hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine
growth retardation) atau kombinasi keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung
pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang rendah, usia ibu remaja,
kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur, perdarahan antepartum, penyakit sistemik
akut. Penyebab kelahiran bayi kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi,
hipertensi, toksemia, anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok.
Retardasi  pertumbuhan  pertumbuhan intrauterin intrauterin dan efek mereka terhadap
terhadap janin bervariasi bervariasi tergantung tergantung dari cara dan lama terpapar
serta tahap pertumbuhan janin saat gangguan tersebut terjadi

C. Tanda dan Gejala

Gejala berat bayi lahir


rendah yang utama adalah
berat badan kurang dari
2.500
gram. Sementara gejala
lainnya bisa berupa :
1) Bayi tampak lebih kecil
dari bayi dengan berat badan
normal
2) Kepala bayi tampak lebih
besar dari tubuhnya
3) Bayi tampak kurus dengan
lemak tubuh yang sedikit
Gejala berat bayi lahir rendah yang utam adalah berat bayi kurang dari 2500
gram, sementara gejala lainnya bisa berupa:

1. Bayi tampak lebih kecil dibanding dengan berat bayi yang lahir normal

2. Kepala bayi tampak lebih besar dari badannya

3. Bayi tampak kurus dengan lemak bayi yang sedikit

Tanda dan gejala bayi premature menurut surasmi 2003 dalam handriana 2016 :

1. Usia kehamilan 37 minggu atau kurang

2. Berat badan 1500gr atau kurang dari

3. Panjang badan 46cm atau kuran dari

4. Kuku panjang belum melewati ujung jarinya

5. Batas tidak jelas antara dahi dan ujung rambut kepala

6. Lingkar kepala 33cm atau kurang dari.

7. 7.Masih terdapat banyak rambut lanugo

8. Kurangnya jaringan subkutan lemak atau tipis

9. Tulang rawan daun telinga seperti tidak teraba karena pertumbuhannya yang
belum sempurna
10. Tumit tampak mengkilap dan telapak kaki teraba halus

11. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun kedalam skrotum, untuk perempuan klitoris menonjol, libia
minora tertutup oleh libia mayora

12. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

13. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap atau
menelan kurang

14. Jaringan kelenjar mamae masih kurang

15. Verniks tidak ada atau kurang.

D. Patofisiologi Dan Pathway

Bayi BBLR mengalami kekurangan nutrisi in-utero diakibatkan karena


buruknya suplai nutrisi dari plasenta. Beberapa penyebab berhubungan dengan
buruknya kesehatan ibu, sosial ekonomi, faktor ibu, dan beberapa dari faktor janin,
Faktor genetic dan rasial juga diperkirakan memicu terjadinya kecil pada berat dan
mengukur dengan standar percentile charts didesain untuk rata-rata untuk populasi
European Caucasian. Seringkali ini terjadi pada bayi-bayi yang original Asians. Hal ini
juga diakibatkan diet dan kesehatan yang buruk, dimana ibu hidup berbeda budaya,
susah untuk memenuhi makanan yang biasanya dia konsumsi. Keadaan plasenta yang
kurang baik menyebabkan janin tidak mendapat cukup asupan glikogen dan saat lahir,
bayi akan sulit untuk mempertahankan suhu tubuh dan kadar gula darah dan dapat
menyebabkan bayi kecil mungkin organ-organ bisa sudah matur, terutama bila usia
kehamilannya mendekati aterm, Jika bayi ini premature, maka masalah-masalahnya bisa
imaturitas dari resiko komplikasi dan prematuritasnya danmembutuhkan sebagai bayi
premature. (Sudarti & Fauziah, 2013).

Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin, faktor
plasenta,  plasenta, dan faktor lingkungan. lingkungan. Sehingga Sehingga dapat
menyebabkan menyebabkan sindrom sindrom aspirasi aspirasi mekonium yaitu bayi
bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion
bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat
beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi
juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi albumin gangguan
pengambilan bilirubin.

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi
“Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat
gangguan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi
dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea) disertai dengan penurunan
frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha  bernafas (gasping) yang
kemudian  bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pern diikuti oleh pernafasan
teratur. Pada penderita asfiksia  berat,  berat, usaha bernafas bernafas ini tidak tampak
dan bayi selanjutnya selanjutnya berada dalam periode periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping
adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan  pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh terutama pada  jantung  jantung dan hati akan berkurang.asam
berkurang.asam organik organik terjadi terjadi akibat metabolisme metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskuler  perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya keadaan diantaranya hilangnya hilangnya sumber glikogen dalam
jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan
kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa  pada kehidupan
bayi selanjutnya.
Berat lahir bayi didefinisikan
oleh WHO sebagai berat
badan yang pertama
kali ditimbang dalam
waktu satu jam pertama
setelah bayi lahir, sebelum
terjadinya pengurangan berat
badan yang mungkin terjadi
pada masa berikutnya.
Berat lahir rendah
diklasifikasikan menjadi bayi
berat lahir rendah (BBLR)
bila
berat lahir 1500–2499
gram, bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR)
bila berat
lahir 1000-1499 gram, dan
bayi berat lahir amat sangat
rendah (BBLASR) bila
berat lahir < 1000 gram
(WHO, 2004).
Bayi berat lahir rendah harus
dilakukan penilaian usia
kehamilan. Penentuan
usia kehamilan pada BBLR
memiliki implikasi klinis dan
terapi. Penilaian usia
kehamilan dapat dinilai pada
masa prenatal dengan cara
menghitung hari pertama
tanggal menstruasi terakhir,
laporan mengenai gerakan
pertama janin (muncul
pada usia kehamilan 16-18
minggu), menilai detak
jantung janin yang
terdengar
pertama kali (usia
kehamilan 10-12 minggu
dengan ultrasonografi
Doppler).
Pemeriksaan usia
kehamilan postnatal pada
BBLR dilakukan dengan
melakukan
penilaian maturasi dengan
menggunakan New Ballard
Score (NBS), yang terdiri
dari penilaian maturasi
neuromuskular dan
maturasi fisik. Perkiraan
usia
kehamilan yang didapatkan
kemudian digunakan sebagai
acuan penggunaan kurva
Lubchenco. Lubchenco
membagi BBLR menjadi
besar masa kehamilan
(BMK)
apabila berat lahir menurut
usia kehamilan berada di atas
persentil 90; sesuai masa
kehamilan (SMK) apabila
berat lahir menurut usia
kehamilan berada di antara
persentil 10 dan 90, dan kecil
masa kehamilan (KMK)
apabila berat lahir menurut
usia kehamilan berada di
bawah persentil 10 (Gomella
dkk., 2009
E. Klasifikasi

Berat lahir bayi didefinisikan oleh WHO sebagai berat badan yang pertama kali
ditimbang dalam waktu satu jam pertama setelah bayi lahir, sebelum terjadinya
pengurangan berat badan yang mungkin terjadi pada masa berikutnya. Berat lahir
rendah diklasifikasikan menjadi bayi berat lahir rendah (BBLR) bila berat lahir 1500-
2499 gram, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) bila berat lahir 1000-1499 gram,
dan bayi berat lahir amt sangat rendah (BBLASR) bila berat lahir kurang dari 1000
gram (WHO, 2018)

Berat bayi lahir rendah harus dilakukan penilaian usia kehamilan. Pennetuan
usia kehamilan pada BBLR memiliki implikasi klinis dan terapi. Penilaian usia
kehamilan dapat dinilai pada masa prenatal dengan cara menghitung hari pertama
tanggal menstruasi terakhir, laporan mengenai gerakan pertama janin (muncul pada usia
kehamilan 16-18 minggu), menilai detak jantung janin yang terdengar pertama kali (usia
kehamilan 10-12 minggu dengan ultrasonografi doppler). Pemeriksaan kehamilan
postnatal BBLR dilaukan dengan melakukan penilaian maturasi dengan menggunakan
New Ballard Score(NBS), yang terdiri dari penilaian maturasi neuromuskular dan
maturasi fisik. Perkiraan uisa kehamilan yang didapatkan kemudian digunakan sebagai
acuan penggunaan kurva Lubchenco. Lubchenco membagi BBLR menjadi besar masa
kehamilan (BMK) apabila berat lahir menurut usia kehamilan berada di atas persentil
90, sesuai masa kehamilan (SMK) apabila berat lahir menurut usia kehamilan berada
diantara persentil 10 dan 90, dan kecil masa kehamilan (KMK) apabila persentil kurang
dari 10.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterine serta untuk menemukan gangguan
pertumbuhan

2. Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostik atau labopratorium
dan jika hipoglikemi perlu diatasi

3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya

4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori

5. Melakukan tracheal – washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium

6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari
60x/menit dibuat foto thorax, (Rahardjo dan Marmi, 2012).

G. Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat


terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan menghindari
infeksi, (Rahardjo dan Marmi, 2012) :

1. Suhu badan bayi prematuritas/BBLSR akan cepat kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi, hal ini diakibatkan fungsi pusat pengaturan panas badan bayi
belum bekerja dengan baik, rendahnya metabolisme dan luasnya relative
permukaan badan. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badan mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain kemudian di
sampingnya diletakkan botol yang berisi air panas, sehingga panas badan bayi
dapat dipertahankan

2. Makanan bayi prematur/BBLSR Alat pencernaan bayi prematur masih belum


sempurna seperti lambung kecil atau belum sempurna sehingga enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan pada bayi BBLSR yaitu
kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, agar
pertumbuhan dapat meningkat. Bayi sekitar 3 jam setelah lahir diberikan minum
kemudian didahului dengan mengisap cairan lambung bayi. Lemahnya reflek
menghisap bayi sehingga untuk pemberian minum 7 7 diberikan sedikit sedikit
tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI diberikan lebih utama, karena
merupakan makanan yang paling utama. Bila faktor mengisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde arah lambung. Cairan awal yang diberikan sekitar 50 sampai
60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari

3. Menghindari infeksi, bayi prematuritas mudah terkontaminasi infeksi,


disebabkan daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang, dan pembentukan antibodi yang belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik

4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi


bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.

Menurut Hurahap 2017, bayi dengan berat lahir sangat rendah mmepunyai
penatalaksanaan yakni dengam inkubator dan metode kanguru. Metode kontak
langsung diantara kulit bayi dengan kulit ibu dengan metode meletakkan bayi di
dada ibu ataupun biasa disebut dengan metode kanguru. Bayi dengan berat lahir
rendah memerlukan upaya suhu lingkungan yang netral, pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan cairan, pencegahan infeksi, penghematan energi agar bayi dapat
menggunakan energinya untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi tersebut,
perawatan kulit untuk mencegah integritas kulit menjadi rusak karena kondisi
kulit yang belum normal atau matang, dan memberikan obat serta diperlukan
pemantauan serta diperlukan data fisologis ( Nurhidayati, 2017)

Menurut (Rukyat, 2013) penatalaksannan BBLSR adalah:


1. Mencegah terjadinya infeksi, karena BBLSR juga sangat rentan terkena infeksi.
Prinsip untuk mencegah infeksi wajib diperhatikan trmasuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

2. Reflek menelan BBLSR belum sempurna, oleh karen aitu harus dilakukan
pengawasan nutrisi, cermatilah ketika memberikan nutrisi

3. Penimbangan berat badab dilakkukan secara rutin , perubahan berat badan bayi
mencerminkan kondisi bayi terdapat juga kaitannya dengan daya tahan tubuh,
oleh karena itu monititlah tiap perubhan berat badan bayi

4. Pemberian tutup kepala/ topi pada bayi dan berikan oksigen bila perlu

5. Brikan bayi minuman personde atau tetesan

H. Komplikasi

1. Hipotermia

Ciri terjadinya hipotermia pada BBLSR antara lain:

a) Suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 C

b) Kurang aktif dan tangis lemah

c) Malas minum

d) Bayi teraba dingin

e) Frekuensi jantung

2. Hipoglikemia

a) Kadar glukosa darah

b) Kejang,tremor, letargi/kurang aktif

c) Timbul saat lahir hingga hari ke 3

d) Ibu dengan riwayat diabetes


e) Keringat dingin

f) Hipotermia, sianosis, apnea intermitten

3. Ikterus atau Hiperbilirubin

BBLSR denga hiperbilirubin terjadi sebab belum maturnya fungsi hepar pada
bayi prematur, bilamana tidak cepat diatasi dapat mengakibatkan kerusakan otak
pada bayi yang akan menimbulkan tanda- tanda sisa yang konstan.
Hiperbilirubin ditandai pada:

a) Sklra, puncak hidung, sekitar mulut, dad, perut dan ekstremitas berwarna
kuning

b) Konjungtiva berwarna kuning pucat

c) Kejang

d) Pada bayi prematur kadar bilirubin leih dari 10 mg/dl

e) Menurunnya kemampuan menghisap

f) Letargi

4. Kasus pemberian minum ini ditandai dengan:

a) Peningkatan berta badan bayi ˃20gr/hr selama 3 hari

b) Ibu tidak menyusui

5. Infeksi

BBLSR dapat berlangsung bilamana terdapat ibu demam sebelum dan selama
pesalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan, terjadinya asfiksia
saat lahir. Ciri terjadinya infeksi pada BBLSR yaitu:
a) Terdapat lekositosis atau lekositopenia dan trombositopenia

b) Bayi malas minum

c) Suhu tubuh bayi hipertermia ataupun hipotermi

d) Adanya gangguan nafas

e) Letargi

f) Kulit ikterus

g) Kejang

6. Gangguan Pernapasan

a) Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat nafas/ards

b) Akibat aspirasi belum terkoordinasinya reflek batuk, reflek menghisap


dan reflek menelan

c) Lemahnya thoraks yang lunak dan otot respirasi

d) Tidak teraturnya pernafasan

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan BBLSR

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan data awal atau dasar bagi pasien yang komperehensif
yang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostic dan
laboratorium serta informasi dari keluarga pasien dan tim kesehatan, Pada saat kelahiran
bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama untuk menentukan setiap
masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang
cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan
neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly
congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2009). Pengkajian
tersebut meliputi:
1. Biodata Identitas pasien atau bidata yang terdiri dari, Terdiri dari nama,
umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah saudara dan
identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan
diagnosa bayi BBLR

2. Keluhan utama Pada pasien BBLR yang tampak yaitu BBL > dari 2500 gram

3. Riwayat kesehatan sekarang Apa yang dirasakan pasien hingga dirawat di Rumah
Sakit atau perjalanan penyakit pasien

4. Riwayat kehamilan dan persalinan Bagaimana proses persalinan, apakah spontan,


premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang

5. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum, pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah,
bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB <2500 dan tangisan
lemah

b) Tanda- tanda vital umumnya sering terjadi hipotermia

c) Pemeriksaan fisik head to toe

 Kepala, dilakukan inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan


minor masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
 Rambut, npeksi: lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau
bercabang dan halus atau kasar. Palpasi: mudah rontok atau tidak.
 Mata, Inpeksi: biasanya kunjungtiva dan scklera berwana normal, lihat
reflek kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak dan pupil isokor.
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
 Hidung, npeksi: biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat sekret
berlebih dan terpasang O2 Palpasi: adanya nyeri tekan dan benjolan.
 Mulut dan faring, Inspeksi: pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir
kering, dan pucat.
 Telinga, Inpeksi: adanya kotoran atau cairan dan baigaimana bentuk tulang
rawanya. Palpasi: adanya respon nyeri pada daun telinga.
 Thorax, Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke dalam.
Pada lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm Auskultasi : Adanya
stridor atau wreezing menunjukkan tanda bahaya
 Abdomen, Inpeksi: lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen
Palpasi: adanya nyeri tekan dan pembesaran abdomen
 Kulit dan kelamin, Inspeksi : pada kulit terlihat keriput, tipis, penuh
lanugo, pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, terlihat hanya sedikit lemak
jaringan. Pertumbuhan genetalia belum sempurna. Palpasi : pada bayi laki –
laki testis belum turun, sedangkan pada bayi perempuan labia mayora lebih
menonjol (labia mayora belum menutup labia minora)
 Musculoskeletal, inspeksi : tumit terlihat mengkilap, dan telapak kaki
teraba halus, tonus otot masih lemah sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakkannya lemah, tubuhnya kurang berisi ototnya lembek, dan
kulitnyapun terlihat keriput dan tipis Palpasi : adanya nyeri tekan dan
benjolan
d) Neurologi atau reflek, Fungsi saraf yang belum efektif dan tangisannya lemah,
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam). Reflek
menghisap: suckling Reflek menelan swallowing: masih buruk atau kurang.
Reflek batuk yang belum sempurna.
6. Kebutuhan dasar
a) Pola nutrisi Pada neonatus dengan BBLR perlu perawatan kusus, karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna
b) Pola eliminasi Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna
c) Kebersihan diri Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popok kusus
bayi BBLR yang kering dan halus
d) Pola tidur Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih,
meskipun keadaan lapar bayi tetap tidak menangis, bayi cenderung lebih banyak
tidur dan pemalas
B. Diagnosa
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul pada bayi dengan berat badan
lahir sangat rendah menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) 2018:
a) Ketidakefektian Pola Nafas berhubungan dengan Imaturitas paru dan neuromuscular
ditandai dengan dispnea, penggunaan alat bantu napas, tachipnea, ventilasi semenit
menurun, tekanan ekspirasi menurun( D.0005)
b) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kontrol suhu imatur dan
berkurangnya lemak tubuh subkutan ditandai dengan kulit dingin/hangat,menggigil,
suhu tubuh fluktuatif,pengisian kapiler ˃ 3 detik,pucat, kulit kemerahan( D.0149)
c) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan ditandai dengan BB
menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal,otot menelan lemah,membran
mukosa pucat
d) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

C. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Pola napas tidak Setelah dilakukan MANAJEMEN JALAN


efektif (D.0005) tindakan asuhan NAPAS (I.010011)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 Observasi:
maturitas neurologi jam diharapkan pola napas  Monitor pola napas
ditandai dengan membaik (L01004), (frekuensi,
penggunaan alat bantu dengan kriteria hasil: kedalaman, usaha
napas, tachipnea,  Dispnea menurun napas)
 Ventilasi semenit
 Monitor bunyi napas
meningkat
 Penggunaan otot bantu tambahan (mis.
napas menurun gurgling, mengi,
 Frekuensi napas wheezing, ronchi
membaik kering)
 Kedalaman napas  Monitor sputum
membaik (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan headtilt dan
chin-lift (jawthrust
jika curiga trauma
servical)
 Posisikan semi-
fowler atau fowler
 Berikan minum
hangat Lakukan
fisioterapi dada, jika
perlu
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
ekspektoran,
bronkodilator, mukolitik
jika perlu
2 Termoregulasi tubuh Setelah dilakukan REGULASI
tidak efektif (D.0149) tindakan asuhan TEMPERATUR
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 (I.14578)
ketidakefektifan suplai jam diharapkan Observasi:
lemak subkutan termoregulasi membaik,  Monitor suhu bayi
ditandai dengan kulit dengan kriteria hasil: sampai stabil(36,5-
dingin/hangat, (L.14134) 37,5)
menggigil, suhu tubuh  Kulit memrah  Monitor warna dan
fluktuatif, pengisian meningkat suhu kulit
kapiler ˃3 detik,  Pucat menurun  Monitor dan catat
pucat, takikardia  Hipoksia menurun gejala hipotermia atau
 Suhu tubuh membaik hipertermia
 Suhu kulit membaik Terapeutik:
 Pengisian kapiler  Tingkatkan asupan
membaik nutrisi dan cairan yang
adekuat
 Masukkan bayi yng
BBLR kedalam
plastik segera setrelah
lahir
 Gunakna topi bayi
 Atur suhu inkubator
 Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat dan
penghangat untuk
menaikkan suhu tubuh
Edukasi:
 Demonstrasikan
teknik perawatan
metode kanguru
(PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi:
 Gunakan antipiretik
jika perlu
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan MANAJEMEN
(D.0019) berhubungan tindakan asuhan NUTRISI (I.03119)
dengan keperawatan selama 1x 24 Observasi:
ketidakmampuan jam diharapkan status  Identifikasi status
menelan ditandai nutrisi membaik, dengan nutrisi
dengan BB menurun kriteria hasil: (L.03030)  Monitor berat badan
minimal 10 %  Kekuatan otot menelan  Monitor Hasil
dibawah rentang meningkat laboratorium
ideal,otot menelan  Tebal lipatan kulit Kolaborasi:
lemah,membran trisep membaik  Kolaborasi dengan
mukosa pucat  Membran mukosa ahli gizi menentukan
membaik jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan jia perlu

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN


berhubungan dengan tindakan asuhan INFEKSI (I.14539)
efek prosedur invasif kaeperawatan selama 1x Observasi :
(D 0142) . 24 jam diharapkan tingkat  Monitor tanda dan
infeksi menurun, dengan gejala infeksi
kriteria hasil: (L.14137) Terapeutik:
 Demam menurun  Batasi jumlah
 Kadar sel darah putih pengunjung
membaik  Berikan perawatan
kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien xan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi:
 Ajari cuci tangan
engan benar
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan cairan
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat (2015) .Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:


Salemba Medika.

Kegawatan. Yogjakarta: Nuha Medika

Marmi, & Rahardjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sudarti dan Fauziah Arofah. (2013). Asuhan Kebidanan Neonatua Risiko Tinggi Dan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Depkes RI, 2018, Modul (Buku Acuan) Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Untuk Bidan di Desa, Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai