Anda di halaman 1dari 11

BBLR

PENGERTIAN

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua
bayi baru lahir yang berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram disebut Low Birth Weight
Infant (Bayi Berat Badan Lahir Rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak
hanya tergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi
tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa berat badan lahir
rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari sama dengan 2500 gram
(Pantiawati, 2010).

BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499). BBLR adalah bayi yang lahir dengan <2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan yang ditimbang 1 jam setelah lahir (Pudiastuti, 2011).

ETIOLOGI

Penyebab terbanyak terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah kelahiran
prematur. Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi
keadaan obstetrik, dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan
prematur. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai seperti distensi yang berlebihan uterus, ketuban
pecah dini, atau trauma. Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang
merupakan mediator 7 biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan
perubahan serviks.

PENYEBAB

Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Pantiawati,
2010)¸ antara lain :

1. Faktor ibu

a. Penyakit, antara lain toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, nefritis akut, dan diabetes militus.

b. Usia ibu : usia 35 tahun, serta multigravidarum yang jarak kelahirannya terlalu dekat.

c. Keadaan sosial : golongan ekonomi yang rendah, perkawainan yang tidak sah.

d. Sebab lain : ibu yang perokok, ibu peminum alkohol, dan ibu pecandu narkotika.

2. Faktor janin : hidromnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom

3. Faktor lingkungan : tempat tinggal daratan tinggi, radiasi dan zat-zat racun.
PATOFISIOLOGI

Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh
mungkin memerlukan darah hingga 30 % lebih banyak dari pada ketika tidak hamil. Ketika
tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi dibandingkan dengan yang telah tersedia, maka dapat
berpotensi terjadinya anemia. Anemia selama kehamilan akibat peningkatan volume darah
merupakan anemia ringan. Anemia yang lebih berat dapat meningkatkan resiko tinggi anemia
pada bayi, selain itu jika secara signifikan terjadi anemia dua trimester pertama, maka berisiko
lebih besar untuk memiliki bayi baru lahir premature 8 atau berat badan lahir rendah
(proverawati, 2011). Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tegantung dari faktor plasenta
apakah menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implantasi plasentanya. Memperhatikan kedua
faktor tersebut mungkin terdapat jantung salah satu janin lebih kuat dari yang lainnya, sehingga
janin yang mempunyai jantung lemah mendapat nutrisi yang kurang menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat sampai kematian janin dalam rahim. Dengan janin (bayi) yang relatif berat
badannya rendah menyebabkan morbiditas dan kematian yang tinggi. Pengaruh infeksi hepatitis
dalam kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan
metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena
itu pengaruh infeksi hati terhadap kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan
premature dan melahirkannya BBLR. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan
persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan
kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya infusiensi plasenta,
hipoksia, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran premature.
Preeklamsi dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR
dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena preeklamsi pada ibu akan menyebabkan
perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksingen dari plasenta,
dengan adanya perkapuran di dalam plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk kejanin
berkurang.

KLASIFIKASI BBLR

Menurut Pudiastuti (2011) ada beberapa klasifikasi dari BBLR yaitu :

1. Berdasarkan umur kehamilan :

a. Bayi premature/kurang bulan (usia kehamilan <37 minggu) sebagian bayi kurang bulan belum
siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap
melawan infeksi dan menjaga tubuhnya tetap hangat.

b. Bayi cukup bulan (usia kehamilan 38-42 minggu).

c. Bayi lebih bulan (usia kehamilan >42 minggu).


2. Berdasarkan berat badan

a. Bayi berat badan lahir amat sangat rendah/ekstrim (bayi lahir berat badan <1000 gram)

b. Bayi berat badan lahir sangat rendah (bayi lahir berat badan <1500 gram)

c. Bayi berat lahir cukup rendah (bayi berat badan 1500-2500 gram)

3. Berdasarkan berat badan dan usia kehamilan

a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) smail for gestasional age (SGA). Bayi yang lahir
dengan keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan BB terletak dibawah presentil ke 10
dalam grafik pertumbuhan intreuterine.

1. Bayi sesuai masa kehamilan (SMK) appopriate for gestasional age (AGA). Bayi yang lahir
sesuai dengan berat badan sesuai untuk masa kehamilan yang terletak diantara presentil 10-90
dalam grafik pertumbuhan intrauterine.

2. Bayi besar masa kehamilan for gestasional age (AGA). Bayi yang lahir sesuai dengan berat
badan lebih besar untuk masa kehamilan yaitu terletak diatas 90 dalam grafik pertumbuhan
intrauterine (Pudiastuti, 2011).

DIAGNOSA
Menurut Pantiawati (2010) menegakan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat
badan bayi dalam jangka 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan penunjang.

a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR.

1. Umur ibu

2. Riwayat hari pertama haid terakhir

3. Riwayat persalinan sebelumnya

4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5. Kenaikan berat badan selama hamil

6. Aktifitas

7. Penyakit yang diderita selama hamil

8. Obat-obatan yang diminum selama hamil


b. Pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

1. Berat badan

2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

 Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram


 Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
 Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
 Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
 Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
 Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
 Rambut lanugo masih banyak
 Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
 Tulang rawan daun telingan belum sempurna
 Tumit mengkilat, telapak kaki halus
 Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang matang
 Fungsi saraf yang belum atau kurang matang
 Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang
 Verniks kasesosa tidak ada atau sedikit
 Tanda bayi cukup bulan atau atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)
 Lemak subkutan berkurang
 Kulit longgar dan kering
 Lingkar dada dan abdomen kurang dari normal
 Abdomen cekung, kurus, lemah umbilicus kering rambut jarang mata terbuka.

c. Pemeriksaan refleks

1. Refleks moro : terkejut

2. Refleks rooting : mencari

3. Refleks sucking : menghisap

4. Refleks swallow : menggenggam

d. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1. Foto dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas.
2. Daerah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.

3. Tes kocok dianjurkan untuk bayi kurang bulan.

PENATALAKSANAAN

Menurut pudiatuti (2011) perawatan BBLR adalah :

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :

 Membungkus bayi dengan selimut bayi yang tebal


 Menidurkan bayi pada incubator
 Menjaga suhu lingkungan

2. Memberikan nutrisi yang adekuat

3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan untuk menjaga mencengah infeksi

4. Observasi KU baik bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan rujuk bayi ke RS.

Menurut Sarwono (2016) penanganan BBLR adalah

1. Puskesmas :

a. Keringkan kecepatannya dengan handuk hangat

b. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain kering dan hangat, pertahankan tetap hangat

c. Berikan lingkungan hangat dengan dengan cara kontak kulit

d. Beri lampu 60 watt, dengan jarak 60 cm pada bayi

e. Kepala bayi ditutup topi

f. Beri oksigen

g. Tali pusat dalam keadaan bersih

h. Tetesi ASI bila dapat menelan

2. Rumah Sakit

a. Beri minum dengan sonde/tetesi ASI

b. Bila tidak mungkin, infuse dektstrose 10 %+bicarbonas Natrcus 1,5 %-4:1

c. Antibiotika
d. Bila tidak dapat menghisap puting susu/tidak dapat menelan langsung/ sesak/ biru/ tanda-tanda
hipotermi berat terangkan kemungkinan akan meninggal.

Sedangkan menurut Ika Pantiawati (2010) perawatan BBLR adalah :

1. Mediakamentosa Pemberian injeksi vit K, injeksi 1mg IM sekali pemberian

2. Diatetik Pemberian Nutrisi yang adekuat

a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit

b. Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet

c. Apabila bayi belum ada refleks menghisap dan menelan harus dipasang sonde fooding
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir rendah dan keadaan
bayi adalah.

1. Berat lahir 1750-2500 gram

a) Bayi sehat

1) Biarkan bayi menyusui pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusi lebih sering (setiap 2 jam bila perlu)

2) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternative cara pemberian minum.

b) Bayi sakit

1) Bayi dengan berat 1750-2000 gram atau lebih dengan gangguan nafas, kejang, dan
gangguan minum segera lakukan rujukan.

2) Apabila bayi minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti
pada bayi sehat.

3) Apabila bayi memerlukan cairan IV.

a. Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama

b. Mulai berikan minum peroral pada hari kedua atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusui.

c. Apabila masalah sakitnya mengalang proses menyusui (misalnya gangguan nafas, kejang)
berikan ASI perah melalui pipa lambung.

d. Berikan cairan IV dan ASI menurut umur.


e. Berikan minuman 8 kali dalam 24 jam (missal 3 jam sekali) apabila bayi telah mendapat
minum 160 ml/kg BB per hari tetapi masih tetap tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum.

f. Berikan bayi menyusui apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan
untuk menyusui dan untuk menyusui tanpa batuk dan tersendak.
DEHIDRASI

PENGERTIAN

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari
natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yangsama (dehidrasi
isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik). Kadar air
dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak) kurang lebih 82%. Apabila bayi
kehilangan cairan 5% atau lebih akan terjadi dehidrasi. Pada masa gestasi akhir sampai minggu
pertama sesudah kelahiran, fungsi ginjal mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga
mempengaruhi keseimbangan air dan garam. Air di dalam tubuh terdapat di dalam sel
(intraseluler) atau di luar sel (ekstraseluler). Pada masa gestasi akhir cairan ekstraseluler
bertambah, tetapi pada waktu lahir terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan berkurangnya
cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur dan beradaptasi dengan kehidupan
ekstrauterin, eksresi urin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler.
Kecepatan filtrasi glomerulus berkurang, sehingga kehilangan Natrium melalui urin berkurang
dan kecepatan reabsorbsi ginjal terhadap natrium melalui tubulus juga berkurang. Pada bayi
prematur karena fungsi ginjal yang imatur, ketidakseimbangan ini lebih berat.Dehidrasi pada
bayi terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cairan yang cukup untuk kebutuhan tubuhnya,
biasanya terjadi jika muntah-muntah, diare, panas tinggi atau mengeluarkan keringat yang
banyak. Dehidrasi bisa ringan dan mudah diatasi, bisa juga parah dan membahayakan jiwa.

TANDA BAYI DEHIDRASI


Berikut beberapa faktor lain yang juga bisa membuat bayi dehidrasi, yaitu:
 Demam
Demam adalah kondisi yang sering membuat bayi dehidrasi. Ketika demam, terjadi
penguapan air berlebih dari kulitnya karena suhu panas. Kemudian Si Kecil akan banyak
berkeringat karena tubuh berusaha menurunkan suhu tubuhnya. Semakin tinggi demam
yang dialami Si Kecil, maka kemungkinan dia mengalami dehidrasi lebih tinggi.
 Diare dan muntah
Dua kondisi ini sering terjadi ketika saluran cerna bermasalah, seperti saat sedang
terkena gastroenteritis. Saat diare menyerang, bayi tidak bisa menyerap cairan dari
ususnya dengan baik, sementara cairan banyak yang terbuang karena terus-menerus
buang air besar.
Muntah juga membuat cairan tubuhnya terkuras. Kedua kondisi ini bisa membuatnya
demam, sehingga cairan yang keluar pun juga lebih banyak.
 Kurang minum
Kurangnya cairan seperti saat tidak mendapat asupan ASI yang cukup, bisa membuat
bayi Anda mengalami dehidrasi. Beberapa kemungkinan yang membuatnya menolak
untuk minum adalah sedang tumbuh gigi, pilek, sariawan, atau penyakit mulut lainnya.
Kondisi tersebut bisa membuat mulut dan tenggorokannya nyeri dan tidak nyaman saat
minum.
 Berkeringat
Udara panas atau memakai baju berlapis-lapis bisa membuat Si Kecil mengeluarkan
banyak keringat dan membuat cairan tubuhnya terkuras.
 Mulut kering dan lengket

Bayi yang tidak terhidrat dengan benar sering menunjukkan gejala mulut kering. Hal ini
dapat disertai dengan air liur putih atau busa di sudut mulut bayi.

 Popok kering

popok bayi kering selama lebih dari beberapa jam dan tentu tidak boleh kering selama
lebih dari 5 atau 6 jam. Hal ini dapat terjadi bila bayi dehidrasi karena tubuhnya
menggunakan sedikit cairan yang diminum dan juga hanya mengeluarkan sedikit cairan.
Sembelit adalah gejala serupa, walaupun ini mungkin hasil dari hal-hal lain seperti nafsu
makan yang buruk atau sistem pencernaan lambat.

 Hilangnya elastisitas kulit

Dehidrasi pada bayi dapat menyebabkan hilangnya elastisitas kulit. Jika kita mencoba
dengan lembut mencubit kulit anak, tidak cepat kembali ke posisi normal, ini bisa
menjadi tanda dehidrasi. Hal ini terjadi karena tidak cukup air mencapai kulit.

 Terlihat lesu dan tidak sehat, bayi yang tampak lesu mungkin menderita dehidrasi serius
serta harus diberikan cairan dan dibawa ke dokter segera. Kelesuan pada bayi meliputi
kurangnya energi, keinginan untuk berbaring sepanjang hari dan kurangnya
memperlihatkan emosi.

JENIS DEHIDRASI
Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu:
 Dehidrasi ringan dan sedang  
Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan), Dehidrasi sedang (jika
penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), Pada keadaan ini, bayi tampak
kehausan dan frekuensi buang air kecil menjadi berkurang. Matanya juga terlihat cekung, bibir
kering, dan kekenyalan kulit menurun. Selain tetap memberikan oralit, ibu juga perlu
membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis seperti pemberian cairan
infus. Ciri-ciri dehidrasi ringan dan sedang :

 Mulut dan bibirnya terlihat kering, bahkan pecah-pecah.


 Tidak ada air mata saat menangis.
 Tampak rewel dan kurang mau bermain.
 Tidak kuat menyusu seperti biasa.
 Warna urine tampak lebih gelap dan baunya lebih menyengat dari biasanya.
 Popoknya kering, padahal sudah dipakai lebih dari 6 jam.

 Dehidrasi berat 

Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan). Dehidrasi
berat ditandai dengan gejala dehidrasi ringan sedang dan ditambah dengan kondisi Si  Kecil yang
tampak sangat lemas, tidak sadar penuh, napas cepat dan dalam, denyut nadi cepat, dan
kekenyalan kulit sangat menurun. Pada kondisi ini, ia perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan cairan infus secepatnya. Ciri-ciri dehidrasi berat ditandai dengan :

 Tangan dan kakinya yang terasa dingin.


 Tubuh terlihat pucat.
 Mata dan ubun-ubun Si Kecil tampak
 Sangat lemas dan mengantuk.
 Sesak napas.
 Tekanan darah rendah.

CARA MENCEGAH DEHIDRASI :

1. Memberikan cairan yang banyak kepada bayi.

2. Jika umur bayi sudah lebih dari empat bulan, berikan juga banyak air putih.

3. Ketika memberikan jus buah pada bayi, campurlah dengan air supaya cairannya lebih
banyak.

PENANGANAN
Jika tidak segera ditangani, dehidrasi bisa membahayakan Si Kecil. Jadi, jika melihat tanda-tanda
bayi mengalami dehidrasi segeralah lakukan hal-hal di bawah ini:

 Jika Si Kecil mengalami diare, demam, atau keringat berlebih, berikan ASI atau susu


formula lebih banyak dari biasanya. Minuman elektrolit, seperti oralit, juga bisa diberikan
jika bayi berusia di atas 3 bulan.
 Apabila cairan tubuhnya berkurang akibat muntah, jangan langsung memberinya cairan
dalam jumlah yang banyak sekaligus. Coba berikan cairan dalam jumlah sedikit namun
sering. Cairan yang bisa Anda berikan yaitu ASI, susu formula, atau minuman elektrolit.
Anda bisa memberinya sesendok cairan tiap 10 menit selama beberapa jam. Setelah
kondisinya terlihat membaik, berikan 2 sendok tiap 5 menit. Jika Si kecil sudah bisa
mengonsumsi makanan padat, Bunda dan ayah bisa memberikan makanan untuk anak
diare.
 Rasa sakit pada mulut bayi yang membuatnya menolak untuk minum bisa diatasi dengan
memberinya obat-obatan, seperti paracetamol. Obat ini juga bisa diberikan untuk
membantu meredakan demam. Obat ini bisa diberikan jika bayi sudah berusia 6 bulan ke
atas.

Hal yang perlu diperhatikan saat penanganan dehidrasi pada kondisi berikut ini:
1. Demam : berikan banyak cairan jika bayi anda demam. Jika ia terlihat kesulitan dalam
menelan, berikan obat anti nyeri atas petunjuk dokter.

2. Kepanasan : terlalu banyak aktivitas di hari yang panas, atau duduk diam dalam waktu
lama di ruang yang panas dan penuh sesak bisa menyebabkan berkeringat deras dan
kehilangan cairan. Berikan cairan lebih banyak dari biasanya dalam kondisi seperti ini.

3. Diare : jika bayi sedang menderita infeksi saluran pencernaan atau flu perut, ia akan
kehilangan cairan melalui diare dan muntah-muntah. Jangan berikan jus buah karena akan
memperparah sakitnya. Jangan juga sembarangan memberikan obat anti diare tanpa petunjuk
dokter. Yang perlu dilakukan adalah memberikan ASI atau susu botol lebih banyak dari
biasanya, juga tambahan air putih untuk bayi di atas empat bulan. Jika bayi sudah terlihat
mulai dehidrasi segera berikan cairan elektrolit.

4. Muntah-muntah : infeksi pencernaan atau virus dapat menyebabkan muntah-muntah.


Berikan cairan elektrolit sedikit-sedikit tapi sering, yaitu dua sendok teh setiap lima menit.
Jika bayi bisa bertahan tidak muntah selama satu jam, mulai berikan cairan elektrolit empat
sendok teh 15 menit sekali.

5. Menolak minum : radang tenggorokan, sakit di tangan, kaki, mulut bisa sangat


menyakitkan dan membuat bayi tidak mau minum. Konsultasi pada dokter untuk
memberikan obat anti nyeri, kemudian tawari ASI atau susu botol dan air putih, sedikit-
sedikit tapi sering.

Anda mungkin juga menyukai