Oleh:
Ika Ayu Rahmawati
(1401470030)
II. Etiologi
Penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah secara umum
bersifat multifaktorial. Penyebab terbanyak terjadinya bayi berat badan lahir
rendah adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin
besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan bayi berat badan lahir rendah adalah:
1. Faktor Ibu
Menurut Maryunani & Puspita (2013) faktor dari ibu yang menjadi
penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah adalah riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, gizi saat hamil kurang, umur kurang
dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat,
penyakt menahun ibu, perdarahan antepartum, kelainan uterus,
hidramnion, faktor pekerja terlalu berat dan primigravida. Hal tersebut
sejalan dengan faktor ibu yang mempengaruhi bayi berat badan lahir
rendah menurut Surasmi (2003) yaitu, toksemia gravidarum, kelainan
bentuk uterus, tumor, ibu yang menderita penyakit, trauma pada masa
kehamilan, usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, plasenta previa dan solusio plasenta.
2. Faktor janin
Faktor janin yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah menurut
Marunani & Puspita (2013) yaitu, gemeli, kelainan krmosom, cacat
bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo
virus, herpez, sifilis). Faktor janin yang menyebabkan berat badan lahir
rendah juga diungkapkan dalam Poverawati & Ismawati (2010) yaitu,
kelainan kromosom (trisomy autosomal), infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), disautonomia familial, radiasi, kehamilan
ganda/kembar (gemeli), aplasia pancreas.
3. Faktor Plasenta
Dalam Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan bahwa faktor plasenta
yang dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah adalah, kelainan
pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal,
uterus bicornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu kembar
yang lain, sebagian plasenta lepas. Hal tersebut sejalan dengan faktor
plasenta yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah menurut
Proverawati & Ismawati (2010) yaitu, berat plasenta berkurang atau
berongga atau keduanya (hidramnion), luas permukaan berkurang,
plasentitis vilus (bakteri, virus, parasite), infark, tumor (korioangioma,
mola hidatidosa), plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas,
sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
disebutkan dalam Proverawati & Ismawati (2010) yaitu, bertempat di
dataran tinggi, terkena radiasi da terpapar zar racun. Namun dalam
Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan ada faktor lain yang
menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor keadaan sosial
ekonomi dan faktor yang tidak diketahui lainnya.
V. Masalah keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
2. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
VII. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator,
bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/
BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat
menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
DAFTAR RUJUKAN
Agyl Primastuti (2015). Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Diakes pada 21 Agustus
2017, https://www.scribd.com/document/264483287/lp-bblr
Proverawati Atikah., Ismawati. (2010). BBLR Berat Badan Lahir Rendah.. Nuha
Medika. Yogyakarta
Sulistian, K. (2014). Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta
Surasmi, A., Handayani, S., Kusuma, H.N. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta. EGC