Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Pada “Bayi Berat Lahir Rendah” di Ruang 11 Perinatologi

RSUD Saiful Anwar Malang

Oleh:
Ika Ayu Rahmawati
(1401470030)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
I. Definisi
Menurut Ilmu Kesehatan Anak, (1985) dalam Agyl Primastuti (2015),
neonatus adalah organisme yang sedang tumbuh yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke dalam
kehidupan ekstra uterin.
Menurut Manuaba (2010) dalam Sulistiani (2014) istilah prematuritas telah
diganti dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena terdapat dua
bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan lahir <2.500gr, yaitu karena
umur kehamilan <37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun
umur cukup atau karena kombinasi keduanya. Hal tersebut didukung oleh WHO
(1961) dalam Surasmi (2003), semua bayi baru lahir yang berat bdannya kurang
atau sama dengan 2500 gram disebut low brith weight infant (bayi berat badan
lahir rendah, BBLR). Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2014, bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Untari, 2013). Bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah salah satu kegawatan pada bayi baru lahir yang apabila tidak
ditangani akan menyebabkan kematian karena berbagai permasalahan yang
timbul. (Maryunani & Nurhayati, 2009).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat lahir normal (<2500
gram atau ±2500 gram) yang tidak memandang usia gestasi yang artinya bayi
berat lahir rendah dapat terjadi pada cukup bulan maupun lebih bulan yang
memerlukan tindakan keperawatan kegawatdaruratan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bayi.

II. Etiologi
Penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah secara umum
bersifat multifaktorial. Penyebab terbanyak terjadinya bayi berat badan lahir
rendah adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin
besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan bayi berat badan lahir rendah adalah:
1. Faktor Ibu
Menurut Maryunani & Puspita (2013) faktor dari ibu yang menjadi
penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah adalah riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, gizi saat hamil kurang, umur kurang
dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat,
penyakt menahun ibu, perdarahan antepartum, kelainan uterus,
hidramnion, faktor pekerja terlalu berat dan primigravida. Hal tersebut
sejalan dengan faktor ibu yang mempengaruhi bayi berat badan lahir
rendah menurut Surasmi (2003) yaitu, toksemia gravidarum, kelainan
bentuk uterus, tumor, ibu yang menderita penyakit, trauma pada masa
kehamilan, usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, plasenta previa dan solusio plasenta.
2. Faktor janin
Faktor janin yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah menurut
Marunani & Puspita (2013) yaitu, gemeli, kelainan krmosom, cacat
bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo
virus, herpez, sifilis). Faktor janin yang menyebabkan berat badan lahir
rendah juga diungkapkan dalam Poverawati & Ismawati (2010) yaitu,
kelainan kromosom (trisomy autosomal), infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), disautonomia familial, radiasi, kehamilan
ganda/kembar (gemeli), aplasia pancreas.
3. Faktor Plasenta
Dalam Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan bahwa faktor plasenta
yang dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah adalah, kelainan
pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal,
uterus bicornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu kembar
yang lain, sebagian plasenta lepas. Hal tersebut sejalan dengan faktor
plasenta yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah menurut
Proverawati & Ismawati (2010) yaitu, berat plasenta berkurang atau
berongga atau keduanya (hidramnion), luas permukaan berkurang,
plasentitis vilus (bakteri, virus, parasite), infark, tumor (korioangioma,
mola hidatidosa), plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas,
sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
disebutkan dalam Proverawati & Ismawati (2010) yaitu, bertempat di
dataran tinggi, terkena radiasi da terpapar zar racun. Namun dalam
Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan ada faktor lain yang
menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor keadaan sosial
ekonomi dan faktor yang tidak diketahui lainnya.

III. Tanda gejala


Menurut Proverawati & Ismawati (2010), secara umum gambaran
klinis bayi BBLR adalah, berat kurang dari 2500 gram, panjang kurang dari
45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah,
pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea, ekstremitas paha abduksi, sendi
lutut/ kai fleksi lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50 kali/menit,
nadi 100-140 kali/menit. Menurt Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan
bahwa tanda dan gejala pada bayi berat badan lahir rendah adalah, berat badan
kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, ligkar dada kurang dari 30 cm, gerakan kurang aktif otot
masih hipotonis, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar
dari badan rambut tipis dan halus, tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan
sutura besar, telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana,
jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil, pernapasan belum teratur
dan sering mengalami serangan apnu, kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu
halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan. Lemak
subkutan kurang, genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk
masih lemah.
IV. Patofisiologi

V. Masalah keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
2. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

VI. Pemeriksaan penunjang


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

VII. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator,
bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/
BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat
menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul
dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

VIII. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
c. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar pada 1 sampai 5
menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6
kegawatan sedang,dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru,Tumor kandungan,Kista,Hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium,produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung
rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop),
warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary
refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi
dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi
pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,
konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm,
lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada
sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar
perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki
skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum
turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
DAFTAR RUJUKAN

Agyl Primastuti (2015). Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Diakes pada 21 Agustus
2017, https://www.scribd.com/document/264483287/lp-bblr

Kusmaningtyas, A. 2013. ASKEP BBLR NICU.


(https://www.academia.edu/5557872/Askep_BBLR_NICU)

Maryunani Anik. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.


CV. Transmedia Info Media . Jakarta.

Pambayun, A. 2014. Asuhan Keperawatan Anak BBLR.


(https://www.academia.edu/11800237/Asuhan_Keperawatan_Anak_-_BBLR)

Proverawati Atikah., Ismawati. (2010). BBLR Berat Badan Lahir Rendah.. Nuha
Medika. Yogyakarta

Sulistian, K. (2014). Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012- 2014. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta

Surasmi, A., Handayani, S., Kusuma, H.N. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai