Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur
kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan dan gangguan multisistem
pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial, peningkatan tekanan darah
karena vasokonstriksi, proteinuria akibat kegagalan glomerolus, dan udema akibat
peningkatan permeabilitas vaskuler (Fauziyah, 2012).

Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET) adalah
penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre eklamsia dapat timbul pada
masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre eklamsia dapat terjadi dengan tanda-tanda
hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu
pulih di periode postnatal (Robson, 2012).

Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita hamil
atau nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsia yang disertai kejang-kejang, kelainan akut
pada ibu hamil yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain.

Sectio cesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. Pembedahan Cesarea profesional yang pertama dilakukan
di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio cesarea jarang dikerjakan
dan biasanya fatal. Di London dan Edinburg pada tahun 1877, dari 35 pembedahan cesarea
terdapat 33 kematian ibu.

Berdasarkan data Dinkes (2016) diperoleh data penyebab tertinggi kematian ibu
di Indonesia adalah pre eklamsia/eklamsi, sedangkan penyebab paling kecil adalah
infeksi. Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul, maka
diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Laporan Seminar


Berjudul “Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum + PEB Di Ruang
Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi”.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum + PEB

Di Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

C. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum +

PEB Di Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

2 . Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada Ny. L dengan Post Partum + PEB

b. Mengidentifikasi diangnosa keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum + PEB

c. Menyusun intervensi keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum + PEB

d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum +

PEB

e. Mengevaluasi tindakan yang diberikan kepada Ny. L dengan Post Partum +

PEB

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pelayanan


Dapat menjadi bahan masukan dan perbandingan dalam bentuk data bagi institusi

pelayanan untuk menambah pengetahuan tenaga kesehatan dengan penatalaksanaan

pada pasien dengan “post partum”sehingga dapat diberikan tindak lanjut dan

peningkatan mutu keperawatan untuk pasien .

2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan

bagi mahasiswa kesehatan kususnya perawat dalam hal penambah pengetahuan dan

perkembangan tentang post partum.

3. Manfaat Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dalam aplikasi yang lebih nyata dilapangan dibidang

maternitas dengan pasien post partum .

4. Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan perawatan yang tepat setelah post

partum.

5. Manfaat Bagi Pembaca

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang informasi

post partum.
A. Definisi Pre Eklamsi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia
yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta
Kedokteran edisi ke-3).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema pada kehamilan
20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan IV:2010)
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila
satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.(Ilmu Kebidanan : 2005)
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu
kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
- Spasmus arteriola
- Retensi Na dan air
- Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Obstetri Patologi :
1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan
penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan
preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan
mana yang sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).

C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha
untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri,
Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis
ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar
dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya
kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).

Perubahan pada organ :


1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan eklampsia.
Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat
hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis
hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid
intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru
(Cunningham,2003).
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui
penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia dan
eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita
preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini
disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak
berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal
(Trijatmo,2005).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi
ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk
melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang
mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan
oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam
retina (Rustam,1998).

4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
6. Paru-Paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam,
1998).

D. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda preeklamsi berat : tekanan darah sistolik>160mmHg; peningkatan kadar
enzim hati atau /ikterus; trombosit<100.000mm3; oliguria<400 ml/24jam;proteinuria>3gr/liter;
nyeri epigastrium; skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat; pendarahan
berat; pendarahan retina; odem pulmonum.
Penyulit lain juga bias terjadi,yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal jantung,
gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah,sindroma HELLP, bahkan dapat
terjadi kematian janin,ibu, atau preeklamsi tak segera diatasi dengan segera diatasi.
Di tinjau dari umur selama kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat
selama perawatan di bagi menjadi : (1)perawatan aktif yaitu kehamilan segera di akhiri atau di
terminasi ditambah pengobatan medicinal; (2)perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap di
pertahankan di tambah pengobatan medicinal.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt
atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

F. Penatalaksanaan
1. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
d) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
c) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam
pada malam hari)
d) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
g) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
i) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat
jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
j) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
l) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

3. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat


Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi
bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan
bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,
kardiotokografi.
a) Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria
ini.
1) Ada tanda-tanda impending eklampsia
2) Ada hellp syndrome
3) Ada kegagalan penanganan konservatif
4) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
5) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak
500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10
menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam
atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali
permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam
sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi –
atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat
perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10
cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat
yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum
turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu,
dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu
ekstraksi vakum atau cunam.

b) Penanganan Konservatif

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending


eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama
dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-
eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan
terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan
ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi.

Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat
tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,
dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak,
karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.

Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan
diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari
pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).

.C. Definisi Sectio Cesarea


Fase pre operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan berakhir
ketika pasien dipindahkan kemeja operasi (Smeltzer & Bare, 2001 ). Sectio caesarea adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau
vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio
caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram (Sarwono, 2002).
Dalam Operasi Sectio Caesar, ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan
kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim.
Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu per satu, sehingga jahitannya
berlapis-lapis.

Jenis – jenis operasi sectio caesarea menurut Sarwono,2005


1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada
corpus uteri)-Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10
cm.
b. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah- rahim) Dilakukan
dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm
2. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang ( longitudinal )
b. Sayatan melintang ( Transversal )
c. Sayatan huruf T ( T insicion )
3 Prognosis (Sarwono,2005)
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang,
oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah
sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang
dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara sectio caesarea sangat tergantung dari
keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan
pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian
perinatal sekitar 4-7 %.

4. Komplikasi ( Sarwono, 2005)


Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :
1.) Infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai
dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan
kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena karena partus
lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama,
2.) Perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka atau
karena atonia uteria,
3.) Terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep vein
trombosis,
4.) Terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya

5 Persiapan Pre operasi


Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahanSectio
Caesare adalah untuk mempersiapkan pasien agar penyulit pasca operasi dapat dicegah sebanyak
mungkin.
Persiapan Mental menurut Rondhianto,(2008) :
Secara mental seorang pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena selalu
ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anestesi terhadap kemungkinan cacat atau
mati. Dalam hal ini hubungan baik antara penderita, keluarga dan dokter sangat menentukan.
Kecemasan ini adalah reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dokter
dan petugas kesehatan lainnya. Atas dasar pengertian, pasien dan keluarga dapat memberikan
persetujuan dan izin untuk pembedahan.
Persiapan yang baik selama periode pre operasi menurunkan risiko operasi dan meningkatkan
pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan pre operasi menurut Luckman and Sorensen
(2003) dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan keluarganya yang meliputi :
a Menunjukan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik ungkapan secara verbal
maupun ekspresi muka)
b Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan dijalankan setelah operasi (
latihan nafas dan batuk ).
c Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.
d Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh anestesi
e Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah operasi.
f Mendapatkan istirahat yang cukup.
g Menjelaskan pengertian tentang prosadur operasi yang ak`n dijalankan termasuk jadwal operasi
dan menandatangani persetujuan operasi
h Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung.
6. Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea
1 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea
Menurut Poter dan Perry (2006) pasien pre oprasi mengalami kecemasan karena mereka sering
berfikir, seperti:
a. Takut nyeri setelah pembedahan.
b. Takut keganasan.
c. Takut menghadapi ruangan operasi.
d. Takut operasi gagal.
2 Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi,
memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien
selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. Dengan mengetahui berbagai
informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun
demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait
dengan operasi yang akan dialami pasien.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan
tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika
diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan,
dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan
dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang
ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien
di antar ke kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian
yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam
tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS

Tanggal Masuk : 2 Januari 2019 Tanggal Pengkajian : 3 Januari 2019


Jam Masuk : 16:00 WIB Jam Pengkajian : 17:00
Tempat : Ruang Obgyn

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
IBU : Ny PENANGGUNG JAWAB
Nama : L Nama : Tn. Y
Umur : 43 tahun Umur : 46 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : D1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Selopuro Alamat : Selopuro
2. Alasan Utama/Alasan Masuk:
Ibu mengatakan terasa kencang – kencang sejak 1 januari 2019

3. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12th
 Siklus :28 hari / teratur
 Lama menstruasi :7hari
 Banyaknya ganti pembalut :2kali/hari
 Dismenorea/tidak :tidak

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Anak Tanggal U Jenis Tempat Komplika Bayi Nifas
Peno-
Ke- Lahir/Umur K Persalinan Persalinan si
long
Bayi Ibu PB/BB Keadaan Keadaan laktasi
1. 24 tahun 38 Normal Wlingi Bidan - - 48/3500 sehat Baik +
2. 12 tahun 38 Normal Wlingi Bidan - - 46/2800 sehat Baik +
3. Kegugura 8 - - - - - - - - -
n
4. Hamil ini

5. Riwayat Persalinan Sekarang


 Tanggal/Jam Persalinan :2 Januari 2019 / pukul 13.40 WIB
 Tempat Persalinan : Ruang IBS OK central RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
 Penolong Persalinan : dokter
 Jenis Persalinan :Sectio Cesarea
 Komplikasi Persalinan :PEB
 Keadaan Plasenta :lengkap
 Tali Pusat :3 jengkal telapak tangan dewasa
 Lama Persalinan :Kala I 5 jam Kala II 15mnt Kala III 5 mnt Kala IV 2jam
 Jumlah Perdarahan : +- 150cc
 Bayi : normal , BB: 4500 gram PB: 53 cm Apgar Score: 10
Cacat Bawaan: tidak ada
Masa Gestasi: 38-39 minggu

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


 P4003 Ab100
 HPHT : 20 Maret 2018
 Usia Kehamilan : 38-39 minggu
 Kunjungan ANC: teratur/tidak, frekuensi : 1 kali sebulan
 Tempat ANC : dokter
 Obat yang biasa dikonsumsi selama hamil : tablet penambah darah, vitamin
 Gerakan Janin : 10 kali/hari
 Pergerakan janin pertama 4 kali pada usia kehamilan 5 bulan
 Imunisasi Toxoid Tetanus sebanyak 1 kali yaitu:
TT 1 :-
TT I :saat lahir
 Tanda-tanda bahaya :tidak ada

7. Riwayat Kesehatan Sekarang/yang Lalu


 Jantung : tidak ada masalah
 Hipertensi : ada, ibu mengatakan sejak hamil ini tekanan darah sering tinggi
 Diabetes Melitus :tidak ada masalah
 Ginjal :tidak ada masalah
 Asma :tidak ada masalah
 Hepatitis :tidak ada masalah
 Lain-lain :tidak ada masalah

8. Riwayat Operasi Abdomen/SC


 Tempat : RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
 Penolong : dokter
 Tanggal : 2 januari 2019

9. Riwayat Penyakit Keluarga:


 Jantung : tidak ada masalah
 Hipertensi :tidak ada masalah
 Diabetes Melitus :tidak ada masalah
 Hepatitis :tidak ada masalah
 Asma :tidak ada masalah
 Ginjal :tidak ada masalah
 Riwayat bayi kembar :tidak ada masalah

10. Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
11. Riwayat Sosial Ekonomi & Psikologis
 Status Perkawinan : kawin Kawin: 1 kali
 Lama menikah : 25 tahun
 Umur menikah pertama kali; 18 tahun
 Kehamilan ini direncanakan/Tidak direncanakan= direncanakan
 Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan = merasa senang
 Pengambilan keputusan dalam keluarga = suami

12. Riwayat Psikososial


 Taking In : ibu mengatakan sangat ingin bertemu dengan bayinya
 Taking Hold : ibu mampu BAK ke kamar mandi setelah dilepas kateter
 Letting Go : ibu mengatakan jika sudah pulang ingin merawat bayi nya sendiri
13. ACTIVITY DAILY LIVING
a. Pola makan & minum
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : nasi, lauk, buah
Porsi : 1 porsi dewasa
Keluhan/Pantangan : tidak ada pantangan
b. Pola Istirahat
Tidur siang : 2 jam
Tidur malam : 8 jam
Keluhan : tidak ada keluhan
c. Pola eliminasi
BAK 400cc/hari, konsistensi cair, warna kuning pekat
BAB 1 kali/hari, warna kuning kecoklatan, lendir darah: tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : seka 2 kali sehari
Ganti pakaian dan pakaian dalam : 2 kali sehari
e. Mobilisasi
ROM aktif kek.otot 5555
f. Aktifitas
Pekerjaan sehari-hari : ibu rumah tangga
Keluhan : tidak ada
Hubungan seksual : 2 kali/minggu
g. Menyusui
Keluhan : belum menyusui, colostrum +
h. Kebiasaan hidup
Merokok : tidak merokok
Minum-minuman keras : tidak ada
Konsumsi obat terlarang : tidak ada
Minum jamu : tidak ada

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : cukup
Tingkat Kesadaran :compos mentis

2. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 36,4°C
Respirasi : 24 kali/menit
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 71 kg
Kenaikan BB selama hamil : 15 kg
LILA : 27cm

3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : normal
Postur Tubuh : tegap
Kepala : simetris, tidak ada odem, tidak ada lesi
Rambut : hitam merata
Muka: simetris cloasma: - oedeme: -
Mata: simetris conjungtiva: an anemis sklera: putih
Hidung: simetris polip: -
Gigi dan mulut : bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lengkap

4. Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

5. Payudara
Bentuk simetris : simetris
Keadaan putting susu : menonjol
Aerola mamae : hiperpigmentasi (coklat kehitaman)
Colostrum : ada

6. Abdomen
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan/tidak= sesuai
Linea nigra : ada
Bekas luka/operasi : ada

7. Genetalia
Varises : tidak ada
Odema : tidak ada
Pembesaran Kelenjar bartholini
Pengeluaran pervaginam : lochea rubra , produksi +- 150cc
Bekas luka/jahitan perineum : tidak ada
Bau : amis
Anus : normal
Haemoroid/tidak : tidak

8. Tangan dan Kaki


Simetris/tidak : simetris
Odeme pada tungkai bawah : tidak ada
Varises : tidak
Pergerakan : normal, rom aktif

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
3 Januari 2019 hematologi WBC 16,7 103/mL
Lymph 21,7 103/mL
Mid 1,3 103/mL
Gran 13,7 103/mL
Lymph% 10%
Mid% 8,0%
Grand% 82%
HGB 11,8 g/dL
RBC 4,28 106/mL
HCT 36,3 %
MCV 84,9 fL
MCH 27,5 pg
MCHC 32,5 g/dL
RDW-CV 18,5%
RDW-SD 54,4 fL
PLT 174 109/L
MPV 8,7 fL
PDW 16,2
PCT 0,151%
Mengetahui, Wlingi, 3 Januari 2019.
Pembimbing klinik
Mahasiswa

(.......................................................) (.kelompok 8 )
NIM.

ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: ibu mengatakan nyeri pada area Prosedure invasif Nyeri akut
yang telah dijahit
DO: P: section caesarea , Q: tertusuk
R:abdomen S: 5 T: hilang timbul
TD: 160/100 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,4 C
RR: 24x/menit
Wajah menyeringai kesakitan,
Pasien tampak melindungi area
nyeri, tampak focus terhadap nyeri,
tampak gelisah
2 DS: pasien mengatakan sering haus Kehilangan cairan Kekurangan volume
DO : sekunder akibat luka cairan
Intake : 200cc/ 8jam operasi
IWL: 355cc/8 jam
Output:400cc/8 jam
BC= -55cc
Urin berwarna kuning pekat, mukosa
bibir pucat

DS: -
3 DO: perdarahan 150cc post SC hari Hemorrhagic post
ke1, partum Resiko perdarahan
TD: 160/100 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,4 C
RR: 24x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA & TANDA


NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGAN
1 31/12/2018 Resiko perdarahan d.d Hemorrhagic post partum

Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan cairan


2 31/12/2018 sekunder akibat luka operasi d.d pasien
mengatakan sering haus
3 31/12/2018
Nyei akut b.d Prosedure invasive d.d ibu
mengatakan nyeri pada area yang telah dijahit
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA &
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA INTERVENSI TANDA
KEPERAWATAN
TANGAN
1 Resiko  Blood lose severity  Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan  Blood koagulation perdarahan
Setelah dilakukan tindakan  Observasi Hb
keperawatan selama 1x24 jam  Observasi TTV
diharapkan Pasien tidak mengalami  Pertahankan bed rest selama
perdarahan, dengan kriteria hasil: perdarahan aktif
 Monitor status cairan yang
 Tidak ada hematuria dan
meliputi intake dan output
hematemesis
 Kolaborasi dengan dokter
 Kehilangan darah yang terlihat
pemberian terapi
 Tekanan darah dalam batas normal
sistol dan diastole
 Tidak ada perdarahan pervagina
 Tidak ada distensi abdominal
 Hemoglobin dan hematrokrit
dalam batas normal
 Plasma, PT, PTT dalam batas
normal
IMPLEMENTASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA &
NO TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
TANGAN
1 3 januari 18.00  Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan
2019 = perdarahan 150cc post SC hari ke1
 Mengobservasi Hb
= tgl 3 Januari 2019 HGB 11,8 g/dL
 Mengobservasi TTV
= TD: 160/100 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,4 C
RR: 24x/menit

 Mertahankan bed rest selama perdarahan aktif


 Memonitor status cairan yang meliputi intake dan output
= input 200cc
Output 400cc
IWL 355cc
BC= -55cc
 Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
= drip Rd5% drip mgso4 40% 6gram 500cc/6 jam

Proposal Praktik Keperawatan Maternitas Prodi Profesi Ners Semester I TA 2018/2019 24


EVALUASI

DIAGNOSA TANGGAL
NO KEPERA-
3 January 2019
WATAN
1 Resiko S: -
perdarahan O:
d.d perdarahan 150cc,
Hemorrhagic HGB 11,8 g/dL
post partum TD: 160/100 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,4 C
RR: 24x/menit
input 200cc + drip Rd5% drip mgso4 40%
6gram 500/6 jam
Output 400cc
IWL 355cc
BC= -55cc
Cefadroxil 3x500mg PO, asmef 3x500mg PO,
metildopa 3x500mg PO, nifedipin 3x10mg PO

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing
Lahan

(...............................................) (……………………………….)

Proposal Praktik Keperawatan Maternitas Prodi Profesi Ners Semester I TA 2018/2019 25


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Asuhan keperawatan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pasien atas nama Ny. L dengan Post Partum + PEB mengeluh kenceng-kenceng

diserati tensi tinggi pada tanggal 2-1-2019, dengan keluhan sekarang nyeri pada daerah

bekas jahitan post SC.

2. Diagnosa prioritas yang ditegakkan adalah Resiko perdarahan

3. Intervensi yang ditegakkan pada kasus Ny. L antara lain Monitor ketat tanda-tanda

perdarahan, Observasi Hb , Observasi TTV , Pertahankan bed rest selama perdarahan

aktif, Monitor status cairan yang meliputi intake dan output, Kolaborasi dengan dokter

pemberian terapi

4. Implementasi yang diberikan pada Ny. L pada tanggal 3-1-2019 antara lain:

Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan, mengobservasi Hb, mengobservasi TTV,

mempertahankan bed rest selama perdarahan aktif, memonitor status cairan yang

meliputi intake dan output, berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi

5. Evaluasi pada Ny.L tanggal 3-1-2019 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1

hari adalah: pengkajian cairan = perdarahan 150cc, HGB 11,8 g/dL TD: 160/100

mmhg, N: 90 x/menit, S: 36,4 C, RR: 24x/menit, input 200cc + drip Rd5% drip mgso4

40% 6gram 500/6 jam, Output 400cc, IWL 355cc, BC= -55cc, Cefadroxil 3x500mg

PO, asmef 3x500mg PO, metildopa 3x500mg PO, nifedipin 3x10mg PO

Proposal Praktik Keperawatan Maternitas Prodi Profesi Ners Semester I TA 2018/2019 26


1.2 Saran

1. Bagi Pelayanan keperawatan

Agar lebih memberikan perhatian yang ekstra kepada pasien post-partum karena

mengingat bahayanya dari resiko perdarahan, kenaikan tanda-tanda vital diatas normal

yang dapat berakibat fatal terhadap keadaan ibu. Pemberian edukasi terhadap

bagaiman cara merawat vulva hygiene yang benar sesuai SOP agar tidak berakibat ibu

terkena infeksi.

2. Bagi Ibu dan Keluarga

Diharapkan ibu dan keluarga mampu menerapkan apa yang telah dijelaskan ketika

saat dirumah, ibu mengerti tentang tanda-tanda infeksi saluran kemih, dan ibu mampu

menjaga kesehatannya ketika dirumahh

Proposal Praktik Keperawatan Maternitas Prodi Profesi Ners Semester I TA 2018/2019 27


DAFTAR RUJUKAN

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,


Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2002,Philadelphia,USA.

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Perineum Pada Ibu Nifas di
BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban.
https://www.kopertis7.go.id/uploadjurnal/Eva_Silviana_Rahmawati_Stikes_nu_tu
ban.pdf (Online) diakses pada 2 Januari 2019.

Rahmawati, E.S.2013. Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka

Satriyandari,Y.2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum.


https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/JHeS/article/download/185/12
1 (Online) diakses pada 1 Januari 2019

Proposal Praktik Keperawatan Maternitas Prodi Profesi Ners Semester I TA 2018/2019 28

Anda mungkin juga menyukai