PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur
kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan dan gangguan multisistem
pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial, peningkatan tekanan darah
karena vasokonstriksi, proteinuria akibat kegagalan glomerolus, dan udema akibat
peningkatan permeabilitas vaskuler (Fauziyah, 2012).
Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET) adalah
penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre eklamsia dapat timbul pada
masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre eklamsia dapat terjadi dengan tanda-tanda
hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu
pulih di periode postnatal (Robson, 2012).
Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita hamil
atau nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsia yang disertai kejang-kejang, kelainan akut
pada ibu hamil yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain.
Sectio cesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. Pembedahan Cesarea profesional yang pertama dilakukan
di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio cesarea jarang dikerjakan
dan biasanya fatal. Di London dan Edinburg pada tahun 1877, dari 35 pembedahan cesarea
terdapat 33 kematian ibu.
Berdasarkan data Dinkes (2016) diperoleh data penyebab tertinggi kematian ibu
di Indonesia adalah pre eklamsia/eklamsi, sedangkan penyebab paling kecil adalah
infeksi. Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul, maka
diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.
Bagaimana gambaran Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum + PEB
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum +
2 . Tujuan Khusus
PEB
PEB
D. Manfaat Penulisan
pada pasien dengan “post partum”sehingga dapat diberikan tindak lanjut dan
Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan
bagi mahasiswa kesehatan kususnya perawat dalam hal penambah pengetahuan dan
Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan perawatan yang tepat setelah post
partum.
post partum.
A. Definisi Pre Eklamsi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia
yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta
Kedokteran edisi ke-3).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema pada kehamilan
20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan IV:2010)
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila
satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.(Ilmu Kebidanan : 2005)
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu
kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
- Spasmus arteriola
- Retensi Na dan air
- Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Obstetri Patologi :
1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan
penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan
preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan
mana yang sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).
C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha
untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri,
Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis
ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar
dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya
kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
6. Paru-Paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam,
1998).
D. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda preeklamsi berat : tekanan darah sistolik>160mmHg; peningkatan kadar
enzim hati atau /ikterus; trombosit<100.000mm3; oliguria<400 ml/24jam;proteinuria>3gr/liter;
nyeri epigastrium; skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat; pendarahan
berat; pendarahan retina; odem pulmonum.
Penyulit lain juga bias terjadi,yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal jantung,
gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah,sindroma HELLP, bahkan dapat
terjadi kematian janin,ibu, atau preeklamsi tak segera diatasi dengan segera diatasi.
Di tinjau dari umur selama kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat
selama perawatan di bagi menjadi : (1)perawatan aktif yaitu kehamilan segera di akhiri atau di
terminasi ditambah pengobatan medicinal; (2)perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap di
pertahankan di tambah pengobatan medicinal.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt
atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
F. Penatalaksanaan
1. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
d) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
c) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam
pada malam hari)
d) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
g) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
i) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat
jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
j) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
l) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak
500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10
menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam
atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali
permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam
sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi –
atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat
perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10
cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat
yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum
turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu,
dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu
ekstraksi vakum atau cunam.
b) Penanganan Konservatif
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat
tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,
dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak,
karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan
diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari
pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
IBU : Ny PENANGGUNG JAWAB
Nama : L Nama : Tn. Y
Umur : 43 tahun Umur : 46 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : D1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Selopuro Alamat : Selopuro
2. Alasan Utama/Alasan Masuk:
Ibu mengatakan terasa kencang – kencang sejak 1 januari 2019
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12th
Siklus :28 hari / teratur
Lama menstruasi :7hari
Banyaknya ganti pembalut :2kali/hari
Dismenorea/tidak :tidak
10. Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
11. Riwayat Sosial Ekonomi & Psikologis
Status Perkawinan : kawin Kawin: 1 kali
Lama menikah : 25 tahun
Umur menikah pertama kali; 18 tahun
Kehamilan ini direncanakan/Tidak direncanakan= direncanakan
Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan = merasa senang
Pengambilan keputusan dalam keluarga = suami
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : cukup
Tingkat Kesadaran :compos mentis
2. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 36,4°C
Respirasi : 24 kali/menit
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 71 kg
Kenaikan BB selama hamil : 15 kg
LILA : 27cm
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : normal
Postur Tubuh : tegap
Kepala : simetris, tidak ada odem, tidak ada lesi
Rambut : hitam merata
Muka: simetris cloasma: - oedeme: -
Mata: simetris conjungtiva: an anemis sklera: putih
Hidung: simetris polip: -
Gigi dan mulut : bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lengkap
4. Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
5. Payudara
Bentuk simetris : simetris
Keadaan putting susu : menonjol
Aerola mamae : hiperpigmentasi (coklat kehitaman)
Colostrum : ada
6. Abdomen
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan/tidak= sesuai
Linea nigra : ada
Bekas luka/operasi : ada
7. Genetalia
Varises : tidak ada
Odema : tidak ada
Pembesaran Kelenjar bartholini
Pengeluaran pervaginam : lochea rubra , produksi +- 150cc
Bekas luka/jahitan perineum : tidak ada
Bau : amis
Anus : normal
Haemoroid/tidak : tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
3 Januari 2019 hematologi WBC 16,7 103/mL
Lymph 21,7 103/mL
Mid 1,3 103/mL
Gran 13,7 103/mL
Lymph% 10%
Mid% 8,0%
Grand% 82%
HGB 11,8 g/dL
RBC 4,28 106/mL
HCT 36,3 %
MCV 84,9 fL
MCH 27,5 pg
MCHC 32,5 g/dL
RDW-CV 18,5%
RDW-SD 54,4 fL
PLT 174 109/L
MPV 8,7 fL
PDW 16,2
PCT 0,151%
Mengetahui, Wlingi, 3 Januari 2019.
Pembimbing klinik
Mahasiswa
(.......................................................) (.kelompok 8 )
NIM.
ANALISIS DATA
DS: -
3 DO: perdarahan 150cc post SC hari Hemorrhagic post
ke1, partum Resiko perdarahan
TD: 160/100 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,4 C
RR: 24x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA &
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA INTERVENSI TANDA
KEPERAWATAN
TANGAN
1 Resiko Blood lose severity Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan Blood koagulation perdarahan
Setelah dilakukan tindakan Observasi Hb
keperawatan selama 1x24 jam Observasi TTV
diharapkan Pasien tidak mengalami Pertahankan bed rest selama
perdarahan, dengan kriteria hasil: perdarahan aktif
Monitor status cairan yang
Tidak ada hematuria dan
meliputi intake dan output
hematemesis
Kolaborasi dengan dokter
Kehilangan darah yang terlihat
pemberian terapi
Tekanan darah dalam batas normal
sistol dan diastole
Tidak ada perdarahan pervagina
Tidak ada distensi abdominal
Hemoglobin dan hematrokrit
dalam batas normal
Plasma, PT, PTT dalam batas
normal
IMPLEMENTASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA &
NO TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
TANGAN
1 3 januari 18.00 Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan
2019 = perdarahan 150cc post SC hari ke1
Mengobservasi Hb
= tgl 3 Januari 2019 HGB 11,8 g/dL
Mengobservasi TTV
= TD: 160/100 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,4 C
RR: 24x/menit
DIAGNOSA TANGGAL
NO KEPERA-
3 January 2019
WATAN
1 Resiko S: -
perdarahan O:
d.d perdarahan 150cc,
Hemorrhagic HGB 11,8 g/dL
post partum TD: 160/100 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,4 C
RR: 24x/menit
input 200cc + drip Rd5% drip mgso4 40%
6gram 500/6 jam
Output 400cc
IWL 355cc
BC= -55cc
Cefadroxil 3x500mg PO, asmef 3x500mg PO,
metildopa 3x500mg PO, nifedipin 3x10mg PO
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing
Lahan
(...............................................) (……………………………….)
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Asuhan keperawatan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pasien atas nama Ny. L dengan Post Partum + PEB mengeluh kenceng-kenceng
diserati tensi tinggi pada tanggal 2-1-2019, dengan keluhan sekarang nyeri pada daerah
3. Intervensi yang ditegakkan pada kasus Ny. L antara lain Monitor ketat tanda-tanda
aktif, Monitor status cairan yang meliputi intake dan output, Kolaborasi dengan dokter
pemberian terapi
4. Implementasi yang diberikan pada Ny. L pada tanggal 3-1-2019 antara lain:
mempertahankan bed rest selama perdarahan aktif, memonitor status cairan yang
5. Evaluasi pada Ny.L tanggal 3-1-2019 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
hari adalah: pengkajian cairan = perdarahan 150cc, HGB 11,8 g/dL TD: 160/100
mmhg, N: 90 x/menit, S: 36,4 C, RR: 24x/menit, input 200cc + drip Rd5% drip mgso4
40% 6gram 500/6 jam, Output 400cc, IWL 355cc, BC= -55cc, Cefadroxil 3x500mg
Agar lebih memberikan perhatian yang ekstra kepada pasien post-partum karena
mengingat bahayanya dari resiko perdarahan, kenaikan tanda-tanda vital diatas normal
yang dapat berakibat fatal terhadap keadaan ibu. Pemberian edukasi terhadap
bagaiman cara merawat vulva hygiene yang benar sesuai SOP agar tidak berakibat ibu
terkena infeksi.
Diharapkan ibu dan keluarga mampu menerapkan apa yang telah dijelaskan ketika
saat dirumah, ibu mengerti tentang tanda-tanda infeksi saluran kemih, dan ibu mampu
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Perineum Pada Ibu Nifas di
BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban.
https://www.kopertis7.go.id/uploadjurnal/Eva_Silviana_Rahmawati_Stikes_nu_tu
ban.pdf (Online) diakses pada 2 Januari 2019.