Tugas Kelompok Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Tugas Kelompok Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
DISUSUN KELOMPOK
FEBRIYANTI YESTELDA REBOKH (SN231069)
LEVINA HELLEN UMPENAWANY (SN231105)
BELLA YULIA QUITAMAWAR (SN231095)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mobilitas
Mobilitas aau mobilisasi merupakan kemampan individu untuk
bergerak dan melakukan kegiatan secara mudah, bebas, dan teratur guna
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik secara mandiri, dengan
bantuan orang lain, maupun hanya dengan bantuan alat (Wulandari,
2018).
Gangguan mobilitas atau imobilitas merupakan keadaan dimana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
menganggu pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstermitas, dan sebagainya
(Wulandari, 2018)
B. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
1. Tulang
Struktur tulang terdiri atas dua macam yaitu: tulang padt dan
tulang berongga. Tulang padat biasanya terdapat pada bagian
dalam tulang, kecuali bagian yang digantikan oleh sumsum tulang.
2. Sendi
Sendi yang tidak dapat bergerak (sinartrosis), sendi yang bergerak
minimal (amfiartrosis) dan sendi yang bergerak bebas (diartrosis).
3. Ligamen, Otot, Fasia, dan Tendon
Otot dapat dibedakan berdasarkan lokasi,struktur mikroskopis dan
kontrol persyarafannya. Terdapat tiga jenis otot yaitu: otot sklet,
otot jantung, dan otot polos
4. Fungsi pokok otot
a Mation
Untuk menghasilkan gerakan, baik geakan seluruh tubuh.
b Mempertahankan postur
Otot rangka dalam berkontraksi guna mempertahankan
tubuh dalam posisi tetap seimbang, seperti duduk tegak,
berdiri dll
c Menghasilkan kalori
Untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal melalui
panas yang dihasilkan oleh otot rangka saat berkontaksi.
5. Fungsi Tendon
Merupakan serabut kolagen yang melekatkan otot ke tulang
6. Fungsi Tulang
Tulang yang mengatur terdiri dari 30% materi organik dan 70%
deposit garam
C. Etiologi
Menurut Tim Pokja DPP PPNI (2018), faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hambatan gangguan mobilitas fisik
1. Penurunan kendali otot
2. Penurunan kekuatan otot
3. Kekakuan sendi
4. Gangguan Muskoloskeletal
5. Gangguan neuromuskular
6. Keengganan melakukan pergerakan
D. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, yang
meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan
saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada
kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot
atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot
memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan
pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan
isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan
Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus
otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang
melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi
dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya
aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus
otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan
terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi
organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
E. Pathway
G. Komplikasi
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Ostemalasia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Griya
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 28 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Griya
Hubungan dengan Klien : Anak
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
ELEKTROLIT
Natrium 135-147 mmol/L 138.2 Normal
Kalium 3.5-5.0 mmol/L 4.18 Normal
Chlorida 98-107 mmol/L 101.4 Normal
2. Pemeriksaan Diagnostik
B. ANALISA DATA
Nama : Tn.S No. CM : 17603
Umur : 67 tahun Diagnosa Medis : Stroke Hemoragic
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan GCS 9, kesadaran delirium, aktivitas pasien skornya 5
(ketergantungan penuh), kekuatan otot ekstremitas atas 1/1, kekuatan otot
ekstremitas bawah 1/1, ROM ki/ka pasien pasif. (D.0054)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
38’C, akral teraba hangat, CRT >2 detik, diberikan injeksi paracetamol 1
gram/100 ml. (D.0130)
3. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Tn.S No. CM : 17603
Umur : 67 tahun Diagnosa Medis : Stroke Hemoragic
4. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Nama : Tn.S No. CM : 17603
Umur : 67 tahun Diagnosa Medis : Stroke Hemoragic
S:-
2. Mengatur posisi O : -
pasien semi
fowler
S:-
3. Mengganti sprei O : Tn.S terpasang
dan linen pasien O2 nasal kanul
2 1. Mengukur suhu S : -
10.30 WIB tubuh pasien O : Suhu : 38’C
3. Kolaborasi S:-
pemberian O : Terpasang infus
cairan infus dengan cairan
paracetamol paracetamol
Selasa, 14 1 Melakukan kunjungan
November 2023, hari kedua :
14.00 WIB 1. Melakukan S : Keluarga pasien
pengukuran mempersilahkan
tanda-tanda vital O:
2. Melakukan - TTV (TD :
pemantauan 140/890
kekuatan otot mmHg, HR :
ekstremitas atas 80 x/menit,
dan bawah RR : 24
x/menit,
SPO2 : 98%
dengan nasal
kaul)
- Kekuatan otot
ekstremitas
atas 2/2
- Kekuatan otot
ekstremitas
bawah 2/2
14.20 WIB 2 1. Memonitor suhu S : keluarga pasien
tubuh pasien mempersilahkan
2. Kolaborasi O:
pemberian - Suhu 40’C
cairan - Suhu setelah
paracetamol diberika
3. Melakukan cairan
kompresi dingin paracetamol
dan kompres
dingin (S :
37,5)
Rabu, 14 1 Melakukan kunjungan
November 2023, hari ketiga :
14.00 WIB 1. Memonitor S : Keluarga pasien
keadaan umum mempersilahkan
pasien O : TTV (TD :
2. Mengukur 148/80 mmHg, HR :
tanda-tanda vital 88 x/menit, RR : 24
3. Memonitor x/menit, SPO2 : 99%
saturasi oksigen dengan nasal kanul)
4. Mengatur posisi
14.20 WIB nyaman semi
fowler
2 1. Memonitor suhu S : Keluarga pasien
tubuh pasien mempersilahkan
O : Suhu 36,8’C
5. EVALUASI
Nama : Tn.S No. CM : 17603
Umur : 67 tahun Diagnosa Medis : Stroke Hemoragic
Dalam bab ini penulis akan membahas masalah yang ditemui selama
melaksanakan asuhan keperawatan Dasar pada Tn S di RSUD dr. Gondo Suwarno
Ungaran. Adapun masalah tersebut berupa kesenjangan antara teori dan pelaksanaan
praktik secara langsung, meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Masalah yang penulis temukan selama melaksanakan
asuhan keperawatan Dasar
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy
(1995, dalam Dermawan, 2018). Metode yang bisa digunakan dalam
pengumpulan data pada tahap pengkajian adalah pengamatan, wawancara, dan
pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Hari Rabu 15
November 2023. Pengkajian diperoleh data subjektif yaitu Tn.S mengatakan
nyeri pada bagian kepala dan tidak bisa berjalan, , Data objektifnya
menunjukkan. TD: 170/110mmHg, nadi: 89x/m, RR: 16 x/m, Suhu: 36,5C,
pasien tampak lemas, pasie tampak meringis kesakitan memegang kepalanya,
ekstermitas bawah tidak bisa digerakkan.
B. Diagnosa
Masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian
klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Berdasarkan pengkajian yang
dilakukan oleh peneliti terdapat satu diagnosa yang sesuai dengan batasan
karakteristik yaitu diagnosa keperawatan Nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologis (D.0077) dan Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot
(D.0054). Diagnosa yang diambil pada studi kasus ini berdasarkan masalah
yang dihadapi klien sesuai dengan masalah yang muncul Menurut penulis,
diagnosa keperawatan yang ditegakkan sudah sesuai dengan teori serta fakta
yang ada seperti klien mengalami nyeri pada kepala, kerusakan nyeri,
kelemahan. Hal ini sesuai dengan fakta serta teori yang ada, tidak ada
kesenjangan yang terjadi.
C. Intervensi
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019). Pada
perencanaan Keperawatan merupakan intervensi yang harus dilakukan dalam
mengatasi masalah permasalahan yang muncul. Pada tahap ini peneliti membuat
rencana tindakan keperawatan sesuai dengan teori yang meliputi tujuan dan
kriteria hasil yang dirumuskan dan telah ditetapkan sebelumnya, serta penulisan
rencana tindakan yang operasional. Peneliti membuat intervensi dengan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3× 24 jam diharapkan masalah
nyeri dapat teratasi. Intervensi yang telah penulis susun: Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Identifikasi skala
nyeri,Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,Berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ,Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu (Manajemen nyeri : I.08238). Salah satu focus intervensi yang
dilakukan adalah mengajarkan teknik nonfarmakologi berupa rendam kaki
dengan air hangat untuk menurunkan intensitas nyeri. Intervensi deficit
pengetahuan: Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat, Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
Kesehatan, Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan, Jadwalkan
Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan, Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat, Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Penulis dalam melakukan rencana asuhan keperawatan telah
merencanakan yang akan dilakukan pada klien. Intervensi yang diberikan oleh
peneliti sudah sesuai dengan teori yang ada untuk melakukan perawatan luka
pada klien. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan oleh peneliti
tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta dalam lapangan.
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah
direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk
mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan.(Zaidin Ali,2014).
Implementasi yang dilakukan penulis didapat hasil pasien masih mengeluh nyeri
dan kurang paham tentang penyakitnya, melakukan penyuluhan kesehatan dan
mengajarkan teknik nonfarmakologis kompres hangat. Menurut penelitian
implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan dan
sesuai dengan perencanaan yang disusun sebelumnya.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan
apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada
komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang
spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016). Evaluasi pada hari ketiga pemberian
penyuluhan dan rendam kaki menggunakan air hangat pada Tn.S didapatkan
hasil nyeri pada kepala sedikit menurun namun masih mengeluh nyeri. Masalah
nyeri kronis teratasi sebagian. Untuk masalah deficit pengetahuan Tn.S
mengetahui makanan yang menjadi pantangan dan yang diperbolehkan, serta
cara mengatasi nyeri dan kaku yang timbul. Karena rencana keperawatan sudah
dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga intervensi yang
diberikan dan diterapkan sama, sehingga tidak ada kesenjangan antara fakta dari
hasil peneliti, teori dan hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Andrias, A. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Cerebro Vaskuler Accident
(Cva) Dalam Pemenuhan Kebutuhan. Kesehatan, 2, 1–12.
Nugroho, K., Sanubari, T., & Rumondor, J. (2019). Faktor risiko penyebab
kejadian. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019, 32– 42.
Putri, Ardi Astuti. (2014). Trend dan Issu Keperawatan. Bogor: In Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia
Ed 1, Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia
Ed 1, Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia
Ed 1, Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.