DISUSUN OLEH :
FERDY ZULIANSYAH
NIM: 2021207209159
A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering
dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi
pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama
pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar
hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian
bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar
tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.
Bidan dan perawat adalah bagian dari
pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini
sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena
itu penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U” yang akan penulis
bahas pada BAB berikutnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan
melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi
masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
A. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
B. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada
usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi
yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu.
(Suryadi dan Yuliani, 2006 )
C. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur.
Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru- paru pada dasarnyakecil berkaitan
dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab
umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan
absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system
pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk
sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi
premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena
itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas
organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum
baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi
premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan
yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan
suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami
hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh.
(Ngastiyah, 2005)
D.
PATHWAYS
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)
G. KOMPLIKASI
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain
yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0
C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit
kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari Jmlh ml/kg BB
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
I. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm).
Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten
(PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin
besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting
terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan
menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan
Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin
ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar,
mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna
mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak
ada pada skrotum.
(IDAI, 2004)
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
(Ngastiyah, 2005)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tujuan Intervensi
1 Setelah mendapat tindakan 1. Monitor pernafasan (kedalaman, irama,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil :
3. Monitor keefektifan jalan nafas, kalau
1. Akral hangat
kerlu lakukan suction.
2. Tidak ada sianosis
4. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4
3. Tangisan aktif dan kuat
jam
4. RR : 30-40x/mt
5. Perthankan pemberian O2
5. Tidak ada retraksi otot pernafasan
6. Pertahankan bayi pada inkubator dengan
penghangat
7. Kolaborasii untuk X foto thorax
2 Setelah mendapatkan tindakan 1. Pertahankan bayi pada inkubator dengan
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi kehangatan 37oC
gangguan hipotermi 2. Beri popok dan selimut sesuai kondisi
Kriteria Hasil : 3. Ganti segera popok yang basah oleh
1. Badan hangat urine atau faeces
2. Suhu : 36,5-37oC 4. Hindarkan untuk sering membuka
penutup karena akan menyebabkan
fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
5. Atur suhu ruangan dengan panas yang
stabil
3 Setelah mendapat Tindakan 1. Monitor tanda-tanda ninfeksi (tumor,
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi dolor, rubor, calor, fung siolaesa)
infeksi 2. Lakukan cuci tangan sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah kontak dengan bayi
1. Tidak ada tanda-tanda 3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu memakai jas saat masuk ruang bayi dan
ngsiolaesa) sebelum dan/sesudah kontak cuci tangan
2. Suhu tubuh normal (36,5-37oC) 4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara adekuat
5. Pastikan alat yang kontak dengan bayi
bersih/steril
6. Berikan antibiotika sesuai program
7. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari
4 Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam 1. Kaji refleks menghisap dan menelan
tidak terjadi gangguan nutrisi Kriteria 2. Monitor input dan output
Hasil : 3. Berikan minum sesuai program lewat
1. Diet yang diberikan habis tidak ada sonde/spin
residu 4. Sendawakan bayi sehabis minum
2. Reflek menghisap dan menelan kuat 5. Timbang BB tiap hari.
3. BB meningkat 100 gr/3hr.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Juni 2022 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : Yukum Jaya
c. Tanggal Lahir/ Umur : 18 Juni 2022 / 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 226784
g. Tanggal Masuk/ Jam :
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat, Neonatus
Infeksius
3. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu
1060 gram.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan ketuban
pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam 14.45
WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung dipasang kanul O2
dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai apgar score 4-5-6, keadaan
lemah, nafas tidak teratur.
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
7. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan sesekali
ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
8. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali sekitar 30
cc melalui selang OGT
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah perawatan dalam
inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
- Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris, rambut hitam
- Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak ikterik
i. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris, RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
j. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
10. Therapi
a. PO Ferlin drop 1x0.3cc
b. O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
c. Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
d. Termoregulasi incubator suhu 34°C
e. Infuse umbilical 5%
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
sumber
dingin/panas
-Ganti popok - Menjaga
bila basah kenyamanan
klien
berkala LD : 26 cm , PB :
34cm , LK : 23cm
4 12.00
S:-
O : Incubator tampak
bersih
3 14.00 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
3 15.00 -memasang selang OGT S:-
O : Terpasang selang
OGT pada klien
3 18.00 -mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu 30cc/OGT
1 18/06/2022 - memberikan terapi O2 2lt/menit S:-
03.00 O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
88%
1 05.00 menjaga kepatenan jalan nafas : S:-
suction O : Cairan dalam
tabung suction tampak
jernih
1,2, 10.00 - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 retraksi dada O : Suhu : 36°C Nadi :
100x/menit, RR :
48/menit
4 10.15 - memberikan anti biotik sesuai S:-
advis dokter O : klien mendapat
terapi PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 12.00 mengkaji kemampuan reflek S : -
hisap O : reflek hisapklien
masih tampak lemah
2 13.00 mengatur suhu incubator sesuai S:-
indikasi O : Terlihat suhu
incubator klien 34oC
4 17.00 - membatasi jumlah pengunjung S :-
O : tampak hanya ada
satu pengunjung di
ruangan
3 17.30 Memonitor asupan intake dan output S : -
cairan O : terlihat diit yang
diberikan habis, tidak
ada residu
3 20.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu BBLR 30cc/OGT
1,2, 18/06/2022 - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 10.00 retraksi dada O : suhu : 36,4oC ,
nadi : 100x/menit RR :
45x/menit
1 10.20 - Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-
O : klien masih tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
90%
2 12.00 - Mengganti popok bila basah S : ( klien menangis)
O : klien tampak
menangis saat
popoknya diganti
4 12.15 menggunakan teknik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
S:-
3 14.00 O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc A :
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Monitor BB klien
Monitor asupan intake dan output cairan
Kaji kemampuan reflek hisap
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi
S:-
O : Leukosit 24.7
4 14.00 A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit, penurunan BB
berikan antibiotic sesuai advis dokter
gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien
bersihkan incubator secara berkala
1 18/06/2022
14.00 S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Berikan terapi O2 2lt/
Jaga kepatenan jalan napas (suction)
Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
Posisikan klien semi fowler
2 14.00
S :-
O : Suhu 36,4oC
A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
Atur suhu incubator sesuai indikasi
Pantau suhu setiap 3 jam sekali
Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber dingin/panas
Ganti popok bila basah
3 14.00
S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5% A :
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Monitor BB klien
Monitor asupan intake dan output cairan
Kaji kemampuan reflek hisap
Pasang selang OGT
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi
S:
4 14.00
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit, penurunan BB
berikan antibiotic sesuai advis dokter
batasi jumlah pengunjung
gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien
bersihkan incubator secara berkala
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang kesenjangan antara tinjauan teori
dan praktik pada kasus Asuhan Keperawatan pada By. Ny. U dengan BBLR, Asfiksia di
Ruang Nakula IV RS Yukum Medical Centre. Pembahasan ini terdiri dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. kelompok akan membahas secara lengkap
dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 18 Juni 2022.
Penulis melakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 18 Juni 2022 pada pukul 08.00
WIB diruang Nakula IV RS Yukum Medical Centre. Pada bab pembahasan ini kelompok akan
melakukan penjelasan tentang Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. U dengan Diagnosa BBLR,
Asfiksia. kelompok akan menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan dengan
teori serta dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini didukung oleh data pasien
yang menunjukkan pada Riwayat Penyakit Sekarang Bayi menangis lemah, reflek hisap belum
ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu 1060 gram.
Dari masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan 4 diagnosa untuk mengatasi masalah
yang klien rasakan yaitu yang pertama Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru, penurunan ekspansi paru, yang kedua Resiko hipotermi
berhubungan dengan jaringan subkotis tipis, yang ketiga Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi,
dan yang ke empat Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang
tidak adekuat
Diagnosa Prioritas utama yang kelompok ambil adalah Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru, penurunan ekspansi paru
a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga
paru.
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan cairan di rongga paru adalah ketidakmampuan untuk membersihkan
secret atau obstruksi saluran nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih. Pada
bayi prematur dan bblr biasanya sistem pernafasan belum matang sehingga pernafasan
belum sempurna ditambah ketuban pecah sebelum kelahiran beresiko masuk kedalam
paru bayi yang berakibat pada saat pemeriksaan fisik paru akan didapatkan suara ronchi.
Batasan karakteristik : dispnea, suara nafas tambahan (ronchi atau weezing), perubahan
pada irama dan frekuensi pernafasan sianosis, penurunan suara nafas, sputum berlebih,
gelisah serta mata terbelalak.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu: Observasi TTV : cuping hidung, retraksi dada,
Berikan terapi O2 2lt/menit, Posisikan klien semi fowler, Jaga kepatenan jalan nafas :
suction Kemudian implementasi yang kelompok lakukan sesuai dengan intervensi selama
3 hari 3x24 jam adalah: mengobservasi TTV : cuping hidung, retraksi dada, memberikan
terapi O2 2lt/menit, memposisikan klien semi fowler, menjaga kepatenan jalan nafas :
suction Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok mendapatkan
evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014 pukul 14.00 yaitu: dari data objektif klien
masih menangis lemah, RR 44x/ menit, SPO2 98%.
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, hipotermi berhubungan dengan jaringan
lemak subkotis tipis adalah suhu tubuh dibawah rentang normal akibat jaringan lemak
dibawah subkutis sangat tipis. Karena cadangan lemak di subkutis pada bayi prematur
dan bblr kurang, maka tubuh tidak dapat menyimpan panas yang berakibat mudah
kehilangan panas sehingga menyebabkan hipotermi. Batasan karakteristik : kulit dingin,
bantalan kuku sianosis, hipertensi, pucat, merinding, penurunan suhu dibawah rentang
normal, menggigil, pengisian ulang kapiler lambat, takikardia.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Pantau suhu setiap 3 jam sekali, Atur suhu
incubator sesuai indikasi, Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber dingin/panas,
Ganti popok bila basah. Kemudian implementasi yang kelompok lakukan, sudah sesuai
dengan intervensi dan dilaksanakan selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi
pada hari ke 3 tanggal 18 Juni 2022 pukul 14.00 yaitu : dari data subjektif ditemukan data
Suhu 36,4Oc
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi adalah Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Pada bayi prematur dan bblr biasanya ditemukan reflek menelan dan hisap yang belum
sempurna sehingga intake nutrisi yang dibutuhkan tubuh menjadi terganggu, maka
terjadilah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Monitor BB klien, Pasang selang OGT, Kaji
kemampuan reflek hisap, Monitor asupan intake dan output cairan, Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk pemberian nutrisi dan kelompok sudah melakukan implementasi sesuai
dengan intervensi selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi
pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014 pukul 14.00 yaitu: reflek hisap bayi masih lemah,
selang OGT masih terpasang
d. Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang tidak
adekuat
Menurut buku diagnose NANDA 2012, Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat adalah beresiko terhadap invasi organisme pathogen.
Karena pada bayi prematur dan bblr sistem imun sebagai pertahanan atau kekebalan tubuh
yang belum adekuat akan menyebabkan mudahnya virus/bakteri akan masuk kedalam
tubuh dan terjadilah infeksi. Pada data pengkajian ditemukan tanda-tanda resiko infeksi
pada klien meliputi : kadar leukosit diatas normal yaitu 24,7/uL.
Batasan Kharakteristik : penekanan system imun, pertahanan sekunder yang tidak
memadai (HB turun Leukositopenia, dan supresi respon inflamasi), malnutrisi, ketuban
pecah, kerusakan jaringan,trauma.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Pantau tanda gejala infeksi : suhu, lekosit,
penurunan BB, Batasi jumlah pengunjung, Gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien, Bersihkan incubator secara berkala, Berikan anti biotik sesuai advis dokter
dan kelompok sudah melakukan implementasi sesuai intervensi selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi
pada hari ke 3 tanggal 18 Juni 2022 pukul 14.00 yaitu: dari data subyektif kadar lekosit
24.7
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir yaitu : bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa
memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara kecilnya bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan
bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai
kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus diasuh
dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha
metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat
didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk
bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan. Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
B. SARAN
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono.
2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2. Jakarta :
CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.