Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

BY NY D BAYI KURANG BULAN USIA 1 JAM DENGAN BBLR DAN


KRIPTORKISMUS

DI RUANG NURSERY RS BAPTIS KEDIRI

Disusun Oleh :

Ana Wahyu Kristanti P17321195029

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi, khususnya pada masa perinatal.
Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada
usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi.
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang atau sama
dengan 2500 gram (WHO). Penyebab Bayi Baru Lahir Rendah sangatlah kompleks,
yakni yang di sebabkan oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa
kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir
sebelum umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di
luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk memulai bernafas, menghisap,
melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) juga dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita
energi kronis yang mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian bayi dan balita, yang kemudian dapat berdampak serius pada kualitas
generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak,
serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia ( AIPI) terdorong untuk mencari penyebab
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Pasalnya, tingkat kasus kematian ibu dan bayi di
Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan evaluasi Millennium Development
Goals (MDGs) pada tahun 2015, kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia
masih pada posisi 305 per 100.000 kelahiran. Padahal target yang dicanangkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000 kelahiran.
Maka dari inilah kami mengambil kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), karena
BBLR merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian pada bayi baru lahir. Dan
pada kasus neonatus BBLR memerlukan penanganan yang harus harus segera di
tangani.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah membahas materi ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
perawatan dan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada Bayi Berat Lahir
Rendah dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah.
b. Dapat merumuskan diagnosa.
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada Bayi Berat Lahir
Rendah.
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada Bayi Berat Lahir Rendah.
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan sebelumnya.
1.3 Metode Pengumpulan data
Manajemen Kebidanan Komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti,
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan
instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang telah di
teliti.
c. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk
mendapatkan data yang objektif.
d. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku serta
makalah.
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
1.2.2 Khusus
1.3 Metode Pengumpulan data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Pengertian BBLR
2.1.2 Etiologi BBLR
2.1.3 Gambaran klinis BBLR
2.1.4 Klasifiksi BBLR
2.1.5 Patofisiologi BBLR
2.1.6 Penatalaksanaan BBLR
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
2.2.2 Pendokumentasian secara SOAP
2.2.3 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP

BAB 3. TINJAUAN KASUS


3.1 Data Subyektif
3.2 Data Obyektif
3.1.1 Pemeriksaan fisik
3.1.2 Pemeriksaan penunjang
3.1.3 Program terapi (bila ada)
3.3 Analisis
3.4 Penatalaksanaan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Pengertian BBLR
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan.

(Dewi, 2013)

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin.

(Dewi, 2013)
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia kehamilan.
(Marmi & Kukuh, 2012)

Istilah BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah bayi


prematur. Untuk mendapatkan keseragaman dan karena disadari tidak semua
bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir adalah bayi
prematur. BBLR dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 g

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000-1500 g

3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir <1000 g

(Marmi & Kukuh, 2012)

2.1.2 Etiologi BBLR


Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan) mungkin juga cukup
bulan (dismatur), yang di uraikan sebagai berikut”
1) Prematur murni /Bayi Kurang Bulan
a) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamilan atau disebut juga neonatus preterm/BBLR/SMK.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau
BBLR adalah:
- Faktor Ibu
 Riwayat kelahiran prematur sebelumnya.
 Gizi saat hamil kurang
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
 Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok)
 Perdarahan antepartum, kelainan uterus, hidramnion
 Faktor pekerja terlalu berat
 Primigravida
- Faktor kehamilan: hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti preeklamsia,
eklamsi, ketuban pecah dini
- Faktor janin: cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan
ganda, anomali kongenital
- Faktor kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan, merokok
c) Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah:
- Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30
cm.
- Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
- Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
- Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
- Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
- Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
- Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
- Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
- Lemak subkutan kurang
- Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora
- Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
d) Bayi prematur mudah sekli mengalamiinfeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan prefentif sudah
dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR)
2) Dismatur
a) Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur:
- Faktor ibu: hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, penderita
penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, tinggal
di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik, gizi
buruk, drug abbuse, peminum alkohol.
- Faktor uteri dan plasenta: kelainan pembuluh darah, hemangioma
(insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta,
sebagian plasenta lepas
- Faktor janin: gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez,
sifillis)
- Penyebab lain: keadaan sosial ekonomi yang rendah.
(Maryunani & Puspita, 2013)
2.1.3 Klinis

Secara umum tanda gejalanya adalah:


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dai 46 cm
d. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
e. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
f. Rambut lanugo masih banyak
g. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
h. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
i. Tumit mengkilap
j. Telapak kaki halus
k. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
l. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
m. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
n. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
o. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada
(Ai Yeyeh, Lia Y,2012: 245)
Tabel 2. Ciri Kematangan fisik pada bayi menurut Ballard
2.1.4 Klasifikasi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK)
Terdapat derajat prematuritas, manurut Usher digolongkan menjadi 3
kelompok:
1) Bayi sangat prematur (extremly premature): 24-30 minggu
2) Bayi prematur sedang (moderately premature): 31-36 minggu
3) Borderline premature: 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat
premature dan mature. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering
timbul masalah seperti yang dialami bayi prematur misalnya gangguan
pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya isap lemah.
(Ai Yeyeh, Lia Y,2012: 242)
b. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini
dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intauterine growth
retardation = IUGR) seperti pseudopremature, small for date, dysmature,
fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for
gestasional age (SGA).
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur) mungkin saja
mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran
kliniknya tergantung pada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan
pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
(Ai Yeyeh, Lia Y,2012: 243)
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Menurut beratnya dibedakan menjadi:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram
(Deslidel, 2011: 107)
2.1.5 Patofisiologi BBLR
Temperatur dalam kandungan 370C sehingga bayi setelah lahir dalam
ruangan suhu temperatur ruangan 28-320C. Perubahan temperatur ini perlu
diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa mempertahankan suhu normal
yang disebabkan:
1. Pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan.
2. Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan.
3. Cadangan energi sangat kurang.
4. Luas permukaan tubuh relatif luas sehingga risiko kehilangan panas lebih
besar.
5. Jaringan lemak seubkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih
besar.
6. BBLR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan: mals minum dan
pencernaan masih lemah.
7. BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas, hipotermi, tidak
stabil sirkulasi (edema), hipoglikemi, hipokalsemia, dan hiperbilirubin.
(Sudarti, 2013:4-5)
2.1.6 Penatalaksanaan BBLR

1. Manajemen Terapi
Setelah bayi lahir:
Umum
a. Membersihkan jalan nafas
b. Megusahakan nafas pertama dan seterusnya
c. Perawatan tali pusat dan perawatan mata
Khusus
a) Suhu tubuh dijaga pada suhu aksila 36,5-37,50C
b) Beri O2 sesuai dengan masalah pernafasan, pantau dengan oksimetri
c) Sirkulasi dipantau dengan ketat
d) Awasi keseimbangan cairan
e) Pemberian cairan dan nutrisi
f) Pencegahan infeksi
g) Mencegah perdarahan: vitamin K mg/pemberian

2) Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam inkubator.
3) Pencegahan infeksi
a. Cara kerja aseptic, cuci tangan setiap akan memegang bayi
b. Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan
c. Melarang petugas yang menderita infeksi msuk ke tempat bayi dirawat
d. Antibiotik disesuaikan dengan pola kuman
e. Membatasi tindakan seminimal mungkin

4) Prinsip umum pemberian cairan dan nutrisi


a. Prinsip diberikan minum peroral sesegera mungkin
b. Periksa reflek hisap dan menelan
c. Motivasi ASI
d. Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi
e. Berikan multivitamin jika minum enteral dapat diberikan secara kontinyu

(Sudarti, 2013:5-6)
2.2.1 Pengertian Kriptorkismus
Kriptorkismus merupakan kelainan kongenital satu atau kedua testis
tidak berada pada posisi yang seharusnya di skrotum pada saat lahir dan tidak
dapat dipindahkan secara manual ke posisi seharusnya. Pada anak lelaki baru
lahir merupakan salah satu gangguan kelenjar endokrin dan gangguan genital
yang sering ditemukan. Bayi prematur insiden kriptorkismus ditemukan 30%,
insiden ini menurun menjadi 3-5% pada bayi yang lahir cukup bulan,
kemudian pada usia 3 bulan insidennya menjadi 1-3%, dan pada usia 1 tahun
insiden tinggal 0,8%. Setelah usia 3 bulan insiden kriptorkismus dapat
meningkat lagi karena adanya ascending testis yang jumlahnya hampir
seimbang dengan jumlah kriptorkismus testis kongenital (Suryawan et al.,
2017).
Bayi dengan riwayat kecil masa kehamilan yang disertai
kriptorkimus, penurunan spontan testis setelah lahir rendah dibandingkan
dengan bayi berat lahir normal dengan kriptorkismus. Bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 900 gram angka kejadian kriptorkimus adalah 100%, angka
kejadian ini menurun sesuai kenaikan berat badan lahirnya, pada bayi dengan
berat badan lahir 2700-3600 gram angka kejadiannya 3% (Suryawan et al.,
2017).
Testis akan turun secara spontan pada usia 6 bulan kehidupan. Jika
testis tetap tidak turun dalam 6 bulan (sesuai koreksi usia kehamilan) maka
testis tidak akan turun secara spontan. Saat untuk koreksi orkhidopeksi adalah
usia 6 bulan (sesuai koreksi usia kehamilan), selain karena setelah usia 6 bulan
kemungkinan testis tidak akan turun spontan juga kemungkinan testis akan
rusak jika berada diluar skrotum (Suryawan et al., 2017).

2.2.2 Penyebab
Berbagai faktor bisa meningkatkan risiko testis tidak berada di skrotum saat
lahir. Faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Kelahiran prematur, yaitu sebelum kehamilan mencapai 37 minggu.
b. Memiliki riwayat keluarga yang mengalami kriptorkismus.
c. Kelahiran dengan berat badan rendah.
d. Gangguan pada janin yang dapat menghambat pertumbuhan janin dalam
kandungan, seperti sindrom Down.
e. Konsumsi alkohol dan merokok saat hamil.
f. Terpapar pestisida.

2.2.3 Diagnosis Kriptorkismus


Kriptorkismus dapat didiagnosis melalui perabaan pada testis. Tes
pemindaian seperti USG atau MRI tidak diperlukan. Bila pada pemeriksaan
tidak teraba adanya testis, dokter akan menyarankan untuk dilakukan
pemeriksaan laparoskopi, dengan menggunakan selang berkamera yang
dimasukkan ke dalam perut bayi melalui sayatan kecil pada dinding perut.
Metode ini dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis, sekaligus sebagai
terapi. Namun pada kasus tertentu tetap diperlukan tindakan operasi.

2.2.4 Pengobatan Kriptorkismus


a. Kriptorkismus bilateral - Usia kurang dari 4 bulan : periksa kadar hormon
testosterone - Usia lebih dari 4 bulan : uji hCG untuk memeriksa kadar
hormon testosteron. - Uji hCG: Untuk mengetahui ada tidaknya testis. •
Cara: Diberikan 1500 IU hCG IM setiap hari selama 3 hari berturutturut.
Kadar testosteron plasma diperiksa sebelum dan 24 jam setelah penyuntikan
hCG yang ketiga. Bila didapatkan peningkatan kadar testosteron yang
bermakna setelah penyuntikan hCG maka dapat disingkirkan adanya
anorkhia
b. Tidak diperlukan terapi hormonal untuk menurunkan testis.
c. Jika tidak turun spontan dalam usia 6 bulan (sesuai koreksi umur kehamilan),
dilakukan tindakan operasi pada usia < 12 bulan.
d. Jika baru terdiagnosis kriptorkimus setelah usia 6 bulan harus segera dirujuk
ke spesialis bedah.
e. Pada anak lelaki prepubertal dengan kriptorkismus yang teraba, bagian bedah
akan melakukan tindakan skrotal atau inguinal orkhidopeksi (untuk
manipulasi dan fiksasi testis pada skrotum).
f. Pada anak lelaki prepubertal dengan kriptorkismus yang tidak teraba, bagian
bedah akan melakukan pemeriksaan dibawah anestesi untuk evaluasi ulang
kemungkinan testis yang teraba. Tetapi jika tetap tidak teraba, dilakukan
eksplorasi dan bila terindikasi dapat dilakukan orkhidopeksi abdominal.
g. Saat eksplorasi testis yang tidak teraba, bagian bedah akan mengidentifikasi
gambaran pembuluh darah testis untuk menentukan tindakan selanjutnya.
h. Anak lelaki dengan kontralateral testis normal, bagian bedah akan
melakukan orkhiektomi (membuang testis yang tidak turun/undescended
testis) jika : - Pembuluh darah testis serta vas deferens sangat pendek. -
Testis dismorfik atau sangat hipoplatik. - Usia postpubertal

2.2.5 Komplikasi Kriptorkismus


Salah satu komplikasi yang dapat timbul akibat kriptorkismus adalah
kemandulan atau infertilitas, yang ditandai dengan jumlah sperma yang sedikit
atau kualitas sperma yang buruk. Komplikasi lainnya adalah kanker testis.
Risiko ini lebih besar dialami penderita kriptorkismus pada rongga perut
dibanding kriptorkismus yang terjadi di inguinal canal.
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah-langkahnya :
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian

 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komperhensif


untuk mengkaji pasien

A. Data Subjektif
a. Identitas
Bila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin
lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus
diberikan kepada setiap bayi baru lahir. Identifikasi yang harus
tercantum: nama (bayi, nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit, nama lengkap ibu.
b. Pemeriksaan ANC
Dalam antenatal care harus diussahakan agar : wanita hamil, sampai
akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus sama sehatnya atau lebih
sehat, adanya kelainan fisik atau psikologis harus ditemukan dini dan
diobati, wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan
sehat pula fisik dan mental.
(Prawiroharjo, 2014)

c. Riwayat penyakit selama kehamilan


Perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat – obat teratogenik,
terkena radiasi, atau infeksi virus pada trimester pertama.Juga
ditanyakan apakah ada kelainan bawaan pada keluarga.Di samping itu
perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin, seperti diabetes mellitus, asma bronchial, dan
sebagainya.
d. Kebiasaan ibu selama hamil
Wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang lebih
kecil. Obat teratogenik dapat menimbulkan kelainan organic pada bayi.
(Prawiroharjo, 2014)

e. Riwayat persalinan sekarang


Cairan amnion : diukur volumenya. Hidramnion (>2000ml)
dihubungkan dengan obstruksi traktus interstialis bagian atas,
anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklamsi. Oligohidramnion
(<500ml) dihubungkan dengan agnesia ginjal ginjal bilateral atau
sindrom potter.
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum Bayi
 Suhu : suhu BBL normal antara 36,5-37,5°C. (Prawiroharjo, 2009: 256)
Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ° C. Hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh > 37,5°C.

 Pernafasan : Frekuensi nafas normsl BBL adalah 40-60x/menit.


 Bunyi jantung pada menit-menit pertama kira-kira 180/menit yang
kemudian turun sampai 140/menit – 120/menit.
(Prawiroharjo, 2014)
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Besar, bentuk, molding, sutura tertutup, melebar, kaput
suksedaneum, hematoma sefal, kraniotabes dan sebagainya.
2) Mata : Perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak
dan lain-lain.
3) Telinga : Preaurical tag, kelainan daun/bentuk telinga.
4) Mulut : Labiokisis, labiognato palastoiskisis, tooth buds dan lain-
lain.
5) Leher : Hematoma sternokleidomastoideus, duktus tiruglosus,
higroma koli.
6) Dada : Bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi
intercostan, subkostal, sifoid merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi
paru-paru/sonor, vasikuler, gronkial, dan lain-lain.
7) Jantung : Pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen : Membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid
(kemungkinan bayi menderita hernia diafragmatika atau atresia esofagi
(tanpa fistula).
9) Tali pusat : Berdarah, jumlah pembuluh darah, tali pusat, warna dan
besar tali pusat, hernia di pusat atau diselangkang.
10) Alat kelamin : Tanda-tanda hematoma karena letak sungsang,
testis belum turun, fimosis adanya perdarahan/lendir dari vagina (vagina
discharge) besar dan bentuk klitoris dan labia menorah, atresia ani.
11) Tulang punggung : Spira gifida, pionidal sinus atau dimple
12) Anggota gerak : Fokomelia, sindataktili, polidaktili, fraktus, paralysis,
talipes dan lain-lain.
13) Keadaan neoromuskuler : Reflek moro, reflek gangguan, reflek rooting,
tonus otot, tremor
(Hanifa, 2009)

 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi data


menentukan diagnosa
Diagnosa : Neonatus aterm / premature usia .... hari dengan...
Masalah : Mungkin bayi baru lahir dengan BBLR. BBLR sesuai dengan
standar diagnosa, dan menjadi masalah yang perlu dikaji lebih lanjut untuk
menentukan rencana untuk menangani BBLR.
Kriteria Hasil:

1. Berat badan kurang dari 2500 gram


2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Pernafasan tidak teratur
4. Hasil GDA biasanya kurang dari normal yaitu (50-60 mg/dl)
5. Tangisan lemah
6. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi Masalah-masalah potensial atau


diagnosa lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain. Tahapan ini
penting untuk mengantisipasi masalah, pencegahan bila memungkinkan
guna keamanan pelayanan, contoh :
a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua
b. Kejang
c. Bergerak hanya jika dirangsang
d. Napas cepat (≥ 60 kali/menit)
e. Napas Lambat (< 30 kali/menit)
f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g. Merintih
h. Teraba demam (suhu aksila > 37,5 oC)
i. Terba dingin (suhu aksila < 36,5 oC)
j. Nanah yang banyak di mata
k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
l. Diare
m. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
n. Perdarahan
(Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian
Kesehatan RI, 2012: 22)
 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera
Lakukan asuhan kebutuhan segera berdasarkan acuan buku MTBM
(Manajemen Terpadu Bayi Muda)

 Langkah ke V (lima): Perencanaan


o Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
o Observasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi.
o Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat untuk mencegah
hipotermi, bayi dibungkus dengan dibedong dan dimasukkan dalam
inkubator.
o Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara head to toe.
o Melakukan pemeriksaan kadar gula darah (GDA) setiap 24 jam sekali.
o Bonding attachment dan memberikan ASI sesering mungkin pada
bayi.
o Memberikan injeksi vit K 1 mg secara Intra Muscular pada paha kiri.
o Merawat tali pusat dengan kasa kering.
o Memberikan tanda pengenal (Gelang bayi).
o Memberikan imunisasi Hb 0 pada bayi 1 jam setelah pemberian
injeksi vit K di paha kanan.
o Melakukan perawatan lanjutan pada bayi dengan observasi suhu
tubuh bayi setiap 30 menit sekali dan observasi berat badan bayi
setiap 24 jam sekali.
o Setelah suhu tubuh bayi normal pantau suhu tubuh selama 12 jam, dan
ukur suhu setiap 2 jam.

 Langkah ke VI (keenam): Implementasi


o Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
o Observasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi.
o Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat untuk mencegah
hipotermi, bayi dibungkus dengan dibedong dimasukkan dalam
inkubator.
o Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara head to toe.
o Melakukan pemeriksaan kadar gula darah (GDA) setiap 24 jam sekali.
o Bonding attachment dan memberikan ASI sesering mungkin pada
bayi.
o Memberikan injeksi vit K 1 mg secara Intra Muscular pada paha kiri.
o Merawat tali pusat.
o Memberikan tanda pengenal (Gelang bayi).
o Memberikan imunisasi Hb 0 pada bayi 1 jam setelah pemberian
injeksi vit K di paha kanan.
o Melakukan perawatan lanjutan pada bayi dengan observasi suhu
tubuh bayi setiap 30 menit sekali dan observasi berat badan bayi
setiap 24 jam sekali.
o Setelah suhu tubuh bayi normal pantau suhu tubuh selama 12 jam, dan
ukur suhu setiap 2 jam.

 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi.


o Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, sudah dilakukan.
o Observasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi, sudah dilakukan.
o Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat untuk mencegah
hipotermi, bayi dibungkus dengan dibedong, bayi sudah dibedong dan
dimasukkan kedalam inkubator.
o Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara head to toe, pemeriksaan
fisik sudah dilakukan.
o Melakukan pemeriksaan kadar gula darah (GDA) setiap 24 jam sekali,
pemeriksaan GDA sudah dilakukan.
o Bonding attachment dan memberikan ASI sesering mungkin pada
bayi, ASI diberikan sesering mungkin.
o Memberikan injeksi vit K 1 mg secara Intra Muscular pada paha kiri,
Vit K sudah diberikan.
o Merawat tali pusat, tali pusat sudah dirawat dengan kasa steril kering.
o Memberikan tanda pengenal (Gelang bayi), sudah diberikan.
o Memberikan imunisasi Hb 0 pada bayi 1 jam setelah pemberian
injeksi vit K di paha kanan, sudah diberikan imunisasi Hb0.
o Melakukan perawatan lanjutan pada bayi dengan observasi suhu
tubuh bayi setiap 30 menit sekali dan observasi berat badan bayi
setiap 24 jam sekali, observasi dilakukan.

2.2.2 Pendokumentasian secara SOAP

Metoda dokumentasi dengan pendekatan SOAP disarikan dari proses


pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan. SOAP digunakan untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan
kemajuan. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
Metode SOAP juga dikenal dengan metoda 4 langkah yang terdiri dari :

S : Data Subjektif :

- Identitas
Apabila bayi yang lahir disuatu tempat bersalin lebih dari 1 harus diberi
identitas. Dengan menggunakan alat yang kebal terhadap air. Identitas
yang harus diberikan adalah nama (Bayi Nyonya), tanggal lahir, nomor
bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu, nama ayah, agama ( sesuai
agama ibu ), alamat ( sesuai alamat ibu ).
- Riwayat Kehamilan
Kehamilan yang dikatakan fisiologis dan harus tetap waspada karena
kehamilan berisiko jatuh pada keadaan yang membahayakan pada ibu
dan janin.
- Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan, misalnya bayi berat lahir rendah dengan
berat badan dibawah 2500 gram.
- Riwayat penyakit sekarang :
Misal Ibu PEB, lahir spontan, tetapi tidak menangis.
- Penilaian segera setelah lahir :
Sesuai dengan tindakan persalinan, misalnya spontan, sectio cessarea,
dll.
- Natal :
Tulis jenis persalinan, misalnya spontan, spontan bracth, dll.
- Post natal :
Tulis keadaan ibu setelah melahirkan, melaksanakan inisiasi menyusu
dini, mendapatkan vit K, mendapat salep mata.
- Imunisasi :
Imunisasi yang diberikan segera setelah lahir.
- Riwayat persalinan sekarang
Cairan amnion : diukur volumenya. Hidramnion (>2000ml) dihubungkan
dengan obstruksi traktus interstialis bagian atas, anensefalus, bayi dari
ibu diabetes atau eklamsi. Oligohidramnion (<500ml) dihubungkan
dengan agnesia ginjal ginjal bilateral atau sindrom potter. (IDAI, 2008:
74) .

O Data Objektif :

a. Pemeriksaan Umum Bayi


 Berat badan : Berat badan normal bayi baru lahir adalah 2500-4000
gram.
 Suhu : suhu BBL normal antara 36-37°C. (Prawiroharjo, 2014: 256)
Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ° C. Hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh > 37,5°C.

 Pernafasan : Frekuensi nafas normal BBL adalah 40-60x/menit. (IDAI,


2008: 81-89)
 Bunyi jantung pada menit-menit pertama kira-kira 180/menit yang
kemudian turun sampai 140/menit – 120/menit. (Prawiroharjo, 2014 :
256)
b. Pemeriksaan fisik

1) Kepala : Besar, bentuk, molding, sutura tertutup, melebar, kaput


suksedaneum, hematoma sefal, kraniotabes dan sebagainya.
2) Mata : Perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak
dan lain-lain.
3) Telinga : Preaurical tag, kelainan daun/bentuk telinga.
4) Mulut : Labiokisis, labiognato palastoiskisis, tooth buds dan lain-
lain.
5) Leher : Hematoma sternokleidomastoideus, duktus tiruglosus,
higroma koli.
6) Dada : Bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi
intercostan, subkostal, sifoid merintih, pernafasan cuping hidung,
bunyi paru-paru/sonor, vasikuler, gronkial, dan lain-lain.
7) Jantung : Pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen : Membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor, asites),
skafoid (kemungkinan bayi menderita hernia diafragmatika atau
atresia esofagi (tanpa fistula).
9) Tali pusat : Berdarah, jumlah pembuluh darah, tali pusat, warna dan
besar tali pusat, hernia di pusat atau diselangkang.
10) Alat kelamin : Tanda-tanda hematoma karena letak sungsang, testis
belum turun, fimosis adanya perdarahan/lendir dari vagina (vagina
discharge) besar dan bentuk klitoris dan labia menorah, atresia ani.
11) Tulang punggung : Spira gifida, pionidal sinus atau dimple.
12) Anggota gerak : Fokomelia, sindaktili, polidaktili, fraktus, paralysis,
talipes dan lain-lain.
13) Keadaan neoromuskuler : Reflek moro, reflek gangguan, reflek
rooting, tonus otot, tremor.
A Analisa:
Adalah kesimpulan permasalahan yang diperoleh dan memerlukan
penyelesaian. Misalnya :
Diagnosa : Neonatus aterm / premature usia .... hari dengan...
P Plan/Planning = Perencanaan :

Berisi tindakan kebidanan yang dilaksanakan mengacu pada


penatalaksanaan dan evaluasi yang di dapat, misalnya :
o Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
o Observasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi.
o Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat untuk mencegah
hipotermi, bayi dibungkus dengan dibedong dan dimasukkan dalam
inkubator.
o Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara head to toe.
o Melakukan pemeriksaan kadar gula darah (GDA) setiap 24 jam sekali.
o Bonding attachment dan memberikan ASI sesering mungkin pada
bayi.
o Memberikan injeksi vit K 1 mg secara Intra Muscular pada paha kiri.
o Merawat tali pusat dengan kasa kering.
o Memberikan tanda pengenal (Gelang bayi).
o Memberikan imunisasi Hb 0 pada bayi 1 jam setelah pemberian
injeksi vit K di paha kanan.
o Melakukan perawatan lanjutan pada bayi dengan observasi suhu
tubuh bayi setiap 30 menit sekali dan observasi berat badan bayi
setiap 24 jam sekali.
o Setelah suhu tubuh bayi normal pantau suhu tubuh selama 12 jam, dan
ukur suhu setiap 2 jam.
Manajemen penatalaksanaan bayi berat lahir rendah :
1. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam inkubator.
2. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup
hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam
inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35 0C
dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34 0C, bila tidak ada
inkubator hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
3. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan
baju. Sebelum memasukan bayi kedalam inkubator.

4. Pemberian Oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan
head box.
5. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
 Mencuci tangan sampai kesiku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit.
 Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah
memegang bayi
6. Pemberian makanan.

Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk


membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI
merupakan pilihan utama.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia, 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

Sudarti, dan Afroh Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Yeyeh, Ai, Lia Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: TIM

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP:SP

Winkjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo

Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Suryawan, Yati,dkk. 2017. Diagnosis dan Tatalaksana Kriptorkismus. Jakarta: IDAI

https://www.alodokter.com/kriptorkismus

Anda mungkin juga menyukai