Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BBLR ( BAYI BARU LAHIR REDAH)

Oleh:

NAMA : DESIA LOLITHA

NIM : 22222016

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

 
A. Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
berat badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-bayi
dengan berat badan kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa).
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2018).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,2019). BBLR
merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram
atau sampai dengan 2499 gram.

B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat lahir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
WHO membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.

Ada dua macam BBLR yaitu :


1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan
dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi
itu.

C. Etiologi

Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran
bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
1. Prematur Murni
Prematur Murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus
preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan premature
atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
 Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
 Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
 Primigravidarum.
 Usia ibu < 20 tahun.
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Seperti cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly
congenital.
d. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan
Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :
o LK <33 cm, LD < 30 cm.
o Gerakan otot bmasih hipotonis.
o Umur kehamilan <37 minggu.
o Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan halus.
o Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
o Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan pelipis lengan.
o Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
o Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.

2. Dismature
Dismatur (IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa
hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur
adalah:
o Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
o Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali pusat).
o Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan)
o Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.
D. Patofisiologi (Pathway)
 
E. Manisfestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan
rendah adalah :
1. Sebelum lahir
 Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
 Pergerakan janin lebih lambat.
 Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
2. Setelah bayi lahir
 Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
 Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
 Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra uterine.
 Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
 Berat badan dari 2500 gram.
 Panjang kurang dari 45 cm.
 LD < 30 cm.
 LK < 33 cm.
 Umur kehamilan < 37 minggu
 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
 Otot hipotonik lemah.
 Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
 Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

F. Komplikasi BBLR
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

H. Penatalaksanaan BBLR
1. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi. Maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam inkubator.
2. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya
untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35ºC dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg
adalah 34ºC. Bila tidak ada inkubator hanya dipakai popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
3. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukan bayi kedalam inkubator. Inkubator terlebih dahulu dihangatkan
sampai sekitar 29,4ºC untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,2ºC untuk bayi yang
lebih kecil.
4. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
5. Pencegahan infeksi
6. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
 Mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit.
 Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang
bayi.
7. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu
terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama,
dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glucose 5% yang steril
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.

I. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan dan
alamat.
c. Riwayat kesehatan :
Riwayat antenatal :
 Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT, gizi buruk, merokok, ketergantungan
obat-obatan, DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
 Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
congenital.
Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir.
 Kala I :perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
 Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat post natal :
 Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-3), asfiksia berat (4-
6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
 Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram, LK
kurang atau lebih dari normal (34-36)
 Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan
elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
 Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
 Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan
ibu merokok, obat-obatan jenis psikotropika, kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman
beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantangan makanan tertentu.
 Hubungan psikologis, sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
 Keadaan umum : pada neonatus dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya merintih,
kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang
stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukan kondisi neonatus yang baik.
 Tanda-tanda vital : neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36ºC-37,5ºC), nadi
normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering
pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
 Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
 Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
 Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjungtiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
 Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
 Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
 Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
 Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
 Thorak : bentuk simetris, terdapat tarikan intercostals, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
 Abdomen : bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae pada
garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
 Umbilicus: tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-tanda
infeksi pada tali pusat.
 Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
 Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta warna dari
feces.
 Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
 Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Resiko ketidak efektifan perpusi jaringan otak (serebral) b.d cedera kepala
4. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolic
5. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar
bayinya cepat sembuh.
7. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
8. Resiko infeksi
9. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine
10. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.

3. Rencana Keperawatan

1.    Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolic.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
  Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
  Membran mukosa merah muda.
Intervensi Rasional
Mandiri:
§  Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan
§  Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan
adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung. normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pad
§  Isap jalan napas sesuai kebutuhan gestasi minggu ke-30
§  Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan napas
§  Posisikan bayi pada abdomen atau posisi
§  Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode
telentang dengan gulungan popok dibawah bahu apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis
untuk menghasilkan hiperekstensi metabolik atau hiperkapnea
§  Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan
§  Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan
yang akan memperberat depresi pernapasan pada aktifitas SSP
bayi   §  Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis memperberat serangan apnetik
Kolaborasi : §  Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi meningkatkan fungsi pernapasan
§  Berikan oksigen sesuai indikasi
§  Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi

2.    Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu,
penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan :
Termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).
Intervensi Rasional
Mandiri :    Hipotermia membuat bayi cenderung merasa stres karena ding
   Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal pada penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbaruai bila ada d
awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau penurunan sensivitas  untuk meningkatkan kadar CO2 a
gunakan alat termostat dengan dasar terbuka penurunan kadar O2.
dan penyebar hangat.    Mempertahankan lingkungan termonetral, membantu menceg
   Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam stres karena dingin
keadaan hangat    Hipertermi dengan peningkatan laju metabolisme kebutuh
   Pantau sistem pengatur suhu , penyebar hangat oksigen dan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi bila su
(pertahankan batas atas pada 98,6°F, lingkungan terlalu tinggi.
bergantung pada ukuran dan usia bayi)    Penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis urine dihubungk
   Kaji haluaran dan berat jenis urine dengan penurunan perfusi ginjal selama periode stres karena r
   Pantau penambahan berat badan berturut-turut. dingin
Bila penambahan berat badan tidak adekuat,   Ketidakadekuatan  penambahan berat badan meskipun masuk
tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi.  kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan un
   Perhatikan perkembangan takikardia, warna mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerluk
kemerahan, diaforesis, letargi, apnea atau peningkatan suhu lingkungan.
aktifitas kejang.    Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat berlanjut pada kerusakan o
bila tidak teratasi.
Kolaborasi :    Stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap glukosa d
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai oksigen serta dapat mengakibatkan masalah asam basa bila b
indikasi (GDA, glukosa serum, elektrolit dan mengalami metabolisme anaerobik bila kadar oksigen yang cuk
kadar bilirubin) tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin indirek dapat terj
§  Berikan obat-obat sesuai dengan indikasi :  karena pelepasan asam lemak dari meta bolisme lemak cok
fenobarbital dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada pada bag
ikatan di albumin.
   Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fun
SSP yang disebabkan hipertermi
   Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia d
hipertermia
      
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil :
§  Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
§  Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : §  Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi
§  Kaji maturitas refleks berkenaan dengan
§  Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki peristaltik dapat
pemberian makan (misalnya : mengisap, dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernapasan
menelan, dan batuk) ada  cairan parenteral di indikasikan dan cairan peroral harus
§  Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan ditunda
statuys pernapasan §  Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko terhadap
§  Kaji berat badan dengan menimbang berat badan pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan ekstrasel
setiap hari, kemudian dokumentasikan pada kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin
grafik pertumbuhan bayi telah mengalami penurunan berat badan dealam uterus atau
§  Pantau masuka dan dan pengeluaran. Hitung mengalami penurunan simpanan lemak/glikogen.
konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari §  Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam
§  Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan
kulit, berat jenis urine, kondisi membran dalam penyesuaian diet.
mukosa, fruktuasi berat badan. §  Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat
§  Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia
pernapasan tidak teratur, apnea, letargi, fruktuasi dapat mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan
suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan
gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk
terbalik, dan aktifitas kejang. menghindari kelebihan cairan
§  Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk otak,
Kolaborasi : kekurangan dapat menyebabkan kerusakan SSP
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :  permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan mobilitas
Glukas serum. Nitrogen urea darah, kreatin, mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi
osmolalitas serum/urine, elektrolit urine masing-masing episode.
§  Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi
misalnya kalsium glukonat 10%
Kolaborasi :
§  Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat
cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan
lemak.
§  Mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrien dan kadar cairan akibat  malnutrisi.
§  Ketidakstabilan metabolik pada bayi SGA/LGA dapat
memerlukan suplemen untuk mempertashankan homeostasis.

4.      Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif.
Tujuan : 
pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi.
Kriteri hasil :
1.   Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Leukosit 5.000-10.00
Intervensi Rasional
Mandiri : §  Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
§  Kaji adanya tanda – tanda infeksi §  Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya
§  Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi infeksi  yang lebih luas
sesuai kebijakan insitusi §  Untuk mencegah terjadinya infeksi
§  Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan
§  Untuk mencegah terjadinya infeksi
pencucian tangan §  Untuk mencegah terjadinya infeksi yang berlanjut pada bayi
§  Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan
bayi bersih dan steril
§  Cegah personal yang mengalami infeksi menular
untuk tidak kontak langsung dengan bayi.

5.    Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1.  Bebas dari tanda-tanda dehidrasi
2. Menunjukan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri : §  Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi
§  Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama, meningkat
shift dan keseimbangan kumulatif setiap periodik sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
24 jam Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar
§  Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau Hb/Ht.
setiap 2-4 jam dengan menginspirasi urine dari
§  Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk
popok bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis
penampung urine. yang rendah pada bayi preterm ( rentang normal1,006-1,013).
§  Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan Kadar yang rendah menandakan volume cairan berlebihan dan
keadaan fontanel anterior. kadar lebih besar dari 1,013 menandakan ketidakmampuan
§  Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan arterial masukan cairan dan dehidrasi.
rata-rata (TAR) §  Kehialangan atau perpindahan cairan yang minimal dapat dengan
cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang
buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
§  Kehilangan 25% volume darah mengakibatakan syok dengan
Kolaborasi : TAR < 25 mmHg menandakan hipotensi.
§  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
§  Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53% kalium
indikasi Ht serum
§  Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar
§  Hipoglikemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang
dari 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia nasogastrik diare atau muntah.
bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis
§  Penggantian cairan darah menambah volume darah, membantu
nekrotisan (NEC) mengenbalikan vasokonstriksi akibat dengan hipoksia, asidosis,
§  Berikan tranfusi darah. dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu dalam
penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
§  Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan
menggantikan kehilangan darah.

6.      Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah
sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya
perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intraventrikel.
Intervensi Rasional
§  Kurangi rangsangan lingkungan §  Respons stres, terutama peningkatan tekanan darah, dapat
§  Organisasikan asuhan selama jamsibuk normal miningkatkan resiko peningkatan TIK
sebanyak mungkin §  Untuk meminimalkan gangguan tidur dan kebisingan intermiten
§  Tutup dan buka kelambu dan lampu tidur yang sering
§  Tutup inkubator dengan kain dan pasang tanda
§  Untuk memungkinkan jadwal siang dan malam
“jangan diganggu” §  Untuk mengurangi cahaya dan tidak membangunkan periode
§  Kaji dan tangani nyeri menggunakan metode istirahat bayi
farmakologis dan non-farmakologis §  Nyeri meningkatkan tekanan darah
§  Kenali tanda stres fisik dan stimulasi berlebih §  Untuk segera memberi intervensi yang memadai
§  Hindari obat dan larutan hipertonis §  Akan meningkatkan tekanan darah otak
§  Pertahankan oksigenasi yang adekuat §  Hipoksia akan meningkatkan aliran darah otak tekanan
§  Hindari memutar kepala ke samping tiba-tiba intrakranial
§  Akan mengurangi aliran arteri karotis dan oksigenasi ke otak
  

7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.


Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan.
Kriteria hasil :
1. Pasien tidak merintih atau menangis kesakitan.
2. Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal.
Intervensi Rasional
§  Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri non§  Beberapa upaya (misalnya menggosok) dapat meningkatkan distres
farmakologis bayi prematur
§  Dorong orang tua untuk memberikan upaya
§  Sebagai orang tua bayi, kenyamanan lebih efektif diberikan
kenyamanan bila mungkin langsung oleh orang tua kepada bayinya
§  Tunjukkan sikap sensitif dan kasih sayang pada
§  Seorang bayi sangat membutuhkan kasih sayang, khususnya dari
bayi orang tua

8.    Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran


premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
Intervensi Rasional
§  Berikan nutrisi yang maksimal §  Untuk menjamin penambahan berat badan dan pertunbuhan otak
§  Berikan periode istrahat yang teratur tanpa yang tetap
gangguan §  Untuk mengurangi panggunaan O2 dan kalori yang tidak perlu
§  Kenali tanda stimulus yang berlebihan (terkejut,
§  Untuk membiarkan istirahat bayi denagn tenang
menguap, aversi aktif, menangis) §  Sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal
§  Tingkatkan interaksi orang tua-bayi

9.      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
1. Kulit tetap bersih dan utuh.
2. Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjadinya iritasi.

Intervensi Rasional
§  Observasi tekstur dan warna kulit. §  Untuk mengetahui adanya kelainan pada kulit secara dini
§  Jaga kebersihan kulit bayi. §  Meminimalkan kontak kulit bayi dengan zat-zat yang dapat
§  Ganti pakaian setiap basah. merusak kulit pada bayi
§  Jaga kebersihan tempat tidur. §  Untuk meminimalisir terjadinya iritasi pada kulit bayi
§  Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. §  Untuk mencegah kerusakan kulit pada bayi

10.  Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua
klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat
sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya.
Kriteria hasil:
Orang tua atau keluarga mengekspresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan
prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan dalam asuhan.

Intervensi Rasional
§  Kaji tingkat pemahaman klien berikan instruksi
§  Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan diingatkan pada
/informasi pada klien maupun keluarga tahapan individu
tentang penyakitnya, baik tertulis atau lisan. §  Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi
§  Jelaskan proses penyakit individu. Dorong pada rencana pengobatan.
orang terdekat menanyakan pertanyaan §  Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah
§  Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, tujuan penghentian obatsesuai perbaikan kondisi pasien.
pengobatan dan alasan tentang pemberian
§  Mencegah/menurunkan ketidaknyaman sehubungan dengan terapi
obat kepeda keluarga dan meningkatkan kerjasama.
§  Kaji potensial efek samping obat
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan
oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai.

Anda mungkin juga menyukai