Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN SEMINAR

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.K DENGAN ANEMIA DI


RUANG INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2022”

Disusun Oleh :
1. Adela Etha Clarissa 22222002
2. Diah Apriliani 22222021
3. Nadya. M.H 22222048
4. Amelia Monika 22222006
5. Dewi Susantri Nengrum 22222018
6. Gita Zuhriani 22222028
7. Desia Lolita 22222016
8. Febi Try Mentari 22222025
9. Herli Sahputri 22222030
10. Sisilia Atami 22222070

Pembimbing Lahan :
Pembimbing Akademik :

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

i
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.K DENGAN


ANEMIA DI RUANGAN INFEKSI PDL RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2022

Palembang, 2022
Menyetujui,

Pembimbing Klinik (CI), Dosen Pembimbing,

Hary Budiarto,S.Kep.,Ns Yuniza,M.Kep


NIP.199602112020121008 NIP.1206301

Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Farizal, S.ST, Pi, MM

ii
NIP.
VISI, MISI, MOTO RSUD PALEMBANG BARI

Visi :

Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terpercaya di Indonesia.

Misi :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada


keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
b. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
c. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia

Motto :
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Tn.K Dengan Anemia Di Ruang
IINFEKSI PDL RSUD Palembang Bari Tahun 2022 tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari
tahun 2022.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang
3. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
4. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
5. Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
6. Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ketua komite keperawatan
8. Kabid keperawatan atau kabid pelayanan medis
9. Coordinator pembimbing klinik
10. Hary Budiarto,S.Kep.,Ns sebagai pembimbing klinik ruang infeksi Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI
11. Apriani,S.ST.,M.Kes sebagai kepala ruangan PDL Rumah Sakit Umum

iv
Palembang BARI
12. Yuniza, M.Kep sebagai pembimbing Akademik Institusi Kesehatan Dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang
13. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI.
14. Seluruh dosen dan staff Institusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima
dengan senang hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.

Palembang, Oktober 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................
ii
VISI, MISI, MOTTO RSUD BARI PALEMBANG.............................................
iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................
v
DAFTAR ISI.............................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan Umum ...........................................................................................
3
1.4 Tujuan Khusus...........................................................................................
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Anemia...............................................................................
5
2.1.1 Definisi Anemia ............................................................................
5
2.1.2 Klasifikasi Anemia .......................................................................
5
2.1.3 Etiologi ..........................................................................................
7

vi
2.1.4 Patofisiologi ..................................................................................
7
2.1.5 Pathway .........................................................................................
8
2.1.6 Manifestasi Klinis..........................................................................
9
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................
11
2.1.8 Penatalaksanaan.............................................................................
12
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah gizi dapat menimbulkan suatu ketidakseimbangan tubuh
manusia dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tertentu. Salah
satunya adalah anemia yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu
perdarahan, kurangnya makanan yang mengandung zat besi yang dapat
dilihat dari kadar Hb yang sering dialami pada wanita disebabkan oleh
menstruasi dan kehamilan.
Anemia merupakan keadaan di mana terjadinya penurunan jumlah sel
darah merah atau penurunan konsentrasi sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Anemia terjadi apabila
jumlah sel darah merah berkurang. Dengan berkurangnya hemoglobin atau
darah merah tadi, tentu kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen
ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya, tubuh kita kurang mendapatkan
pasokan oksigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah.
Gizi seimbang pada penderita anemia yang dibutuhkan adalah
makanan yang dikonsumsi mengandung zat sumber tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur serta beraneka ragam jenisnya. Kecukupan gizi akan
berpengaruh terhadap pola makan yang beragam dan gizi seimbang.
Modifikasi menu dilakukan terhadap jenis olahan pangan dengan
memperhatikan jumlah sesuai kebutuhan gizi pada usia tertentu dimana
sangat membutuhkan makanan dengan sumber utama zat besi pangan hewani
(besi heme), seperti : hati, daging (sapi dan kambing), unggas (ayam, bebek,
burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan hewani dapat diserap tubuh
antara 20-30%. Pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) juga mengandung zat besi
(besi non heme) namun jumlah zat besi yang diserap oleh usus jauh lebih
sedikit dibanding zat besi dari bahan makanan hewani. Zat besi non heme
(pangan nabati) yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1-10%. Contoh pangan

8
nabati sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau tua (bayam, singkong,
kangkung) dan kelompok kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang merah).
Masyarakat Indonesia lebih dominan mengkonsumi zat besi yang berasal dari
nabati.
Masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia
diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan
Afrika. World Health Organization (WHO) 2019 menyebutkan bahwa anemia
merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern. prevalensi anemia
hampir merata di berbagai wilayah dunia, yaitu berkisar 40-88%. Sekitar 25-
40% remaja putri di Asia Tenggara menderita anemia disebabkan karena
keadaan stress, haid, atau terlambat makan. Prevalensi anemia remaja 27% di
negara-negara berkembang dan 6% di negara maju.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan
adanya kenaikan pada kasus anemia di remaja putri. Pada tahun 2013, sekitar
37,1 persen remaja putri mengalami anemia. Angka ini naik menjadi 48,9
persen pada tahun 2018. Proporsi anemia terjadi paling besar di kelompok
umur 15-24 tahun, dan 25 sampai 34 tahun. Hasil Survei Konsumsi Makanan
Individu oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa
97,7% penduduk Indonesia mengkonsumi beras (dalam 100 gram beras hanya
mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum masyarakat
Indonesia rentan menderita Anemia Gizi Besi (AGB). Banyak yang
mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, yakni siklusnya tidak
memiliki pola tertentu. Mungkin pada awalnya siklus menstruasinya lebih
dari 35 hari, namun kemudian akan timbul perdarahan menstruasi di luar
siklus menstruasi normal. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak
72,3%. Kekurangan zat besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih,
pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain :
tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang
anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi.

9
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 menyebutkan bahwa cakupan
remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD sebanyak 33,95%,
sementara capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 5,96% - 75,82%.
Tiga Kabupaten yang mencapai cakupan tertinggi adalah Kabupaten PALI
(75,82%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (73,01%) dan Kota
Prabumulih (67,37%). Sedangkan capaian terendah terjadi di Kabupaten Mura
Utara (5,96%). Itu berarti 4 dari 10 remaja di sumatera selatan menderita
anemia.
Kebanyakan remaja putri di usia sekolah cenderung kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, Kurangnya asupan zat
besi dan pola menstruasi remaja yang tidak normal pun pada akhirnya
memicu terjadinya anemia pada remaja. Mereka mengaku lebih suka
mengkonsumsi makanan cepat saji, suka melewatkan sarapan pagi, dan tidak
menyukai sayuran serta pola menstruasi mereka pun terganggu. Remaja pada
umumnya lebih memilih untuk jajan di sekolah dari pada sarapan dari rumah.
Jajanan di sekolah yang mereka beli tidak mampu mencukupi tingkat
konsumsi zat besi yang dibutuhkan oleh remaja. remaja pada umumnya tidak
perduli apakah yang mereka konsumsi mampu memenuhi zat gizi yang
mereka butuhkan, apakah menstruasi mereka lebih lama dari pada kondisi
normal.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia?”

1.3. Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan anemia

10
1.4. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi laporan pendahuluan mulai dari definisi anemia,
etiologi, manifestasi klinis, anatomi fisiologi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, serta penatalaksanaan
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan

1.5. Waktu & Tempat Pelaksanaan


a. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan pada saat dinas bagi mahasiswa Profesi
Ners IKesT Muhammadiyah Palembang di RSUD Palembang Bari,
berlangsung selama tiga minggu mulai dari tanggal 26 September 2022.
b. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang di ruang Infeksi PDL RSUD Palembang
BARI.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anemia


2.1.1 Definisi
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak
mencukupi kebutuhan tubuh (WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia
adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan.
Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada
setiap orang dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku
merokok, dan tahap kehamilan. Anemia juga didefinisikan dengan suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai
normal untuk kelompok individu berdasarkan usia dan jenis kelamin
(Adriani, 2012).

2.1.2 Klasifikasi
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni,
dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar
pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam
darah kurang dari 7 gr % . Secara morfologis (menurut ukuran sel darah
merah dan hemoglobin yang dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Makrositik
Ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah
hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik
dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan

12
vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non
megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2) Normositik
Dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah
berlebih, penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya
zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
2) Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia
defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat
dari kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
4) Anemia hemolitik
Anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih
cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah
normalnya adalah 120 hari.
5) Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa
kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
6) Anemia aplastic
Anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.

13
2.1.3 Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar
hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah
merah berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna
dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al., 2011).
Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat
besi, sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin.
Zat besi merupakan salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh
untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011).
Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai
faktor misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,
mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat,
akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi
dan infeksi parasite (cacing).

2.1.4 Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma

14
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalamurin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu
anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar:
a. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
b. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yangterlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia

15
2.1.5 Pathway

Kurang Bahan Baku Penghancuran Terhentinya


Perdarahan Masif Pembuat Sel Darah Eritrosit Yang Pembuatahn Sel Darah
Berlebih Oleh Sumsun Tulang

Anemia

Anoreksia Defisit Nutrisi Kadar HB

Lemas Komparten Sel


Pengantar Oksigen/ Zat
Nutrisi <
Cepat Lelah

Gangguan Perfusi
Jaringan
Intolernsi
Aktivitas

2.1.6 Manifestasi klinik


WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk
membawa oksigen. Akibatnya, apabila jumlah hemoglobin tidak cukup,
sel darah merah terlalu sedikit ataupun abnormal, maka akan terjadi
penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal
ini menimbulkan gejala seperti kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas.
Sementara itu, kadar hemoglobin optimal yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi pada setiap individu. Hal

16
tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
kebiasaan merokok dan status kehamilan.
Menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan
gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak.
Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala
Gejala anemia sering disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai),
disertai dengan pusing kepala terasa berputar, mata berkunang-kunang,
mudah mengantuk, serta sulit konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen
dalam otak. Pada remaja, menurunnya kebugaran serta konsentrasi
menyebabkan menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti
kegiatan baik didalam atau diluar sekolah. Anemia juga akan menurunkan
daya tahan tubuh sehingga biasanya lebih mudah terkena infeksi
(Josephine D, 2020).

2.1.7 Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa
saja mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas
akibat mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal
jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu
anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti
melahirkan premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta
resiko kematian akibat perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga
rentan mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang
apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020). Anemia
merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada
seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara
penyebabnya belum diketahui (Hendrata C, 2010).

17
2.1.8 Penatalaksanaan
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah
(Kemenkes RI, 2018). Penatalaksaan anemia ada 3 yakni:
1) Pemberian Zat besi oral
2) Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila
respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
3) Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya
resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah
yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Muscari (2015) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
1) Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12
g/dL, Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)
2) Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
3) Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
4) Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimuN
5) Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal
pada penyakit sel sabit
6) Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. K DENGAN ANEMIA DI
RUANG INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI

Pengkajian tgl : 29 September 2022 Jam : 14.00 WIB


Tanggal MRS : 28 September 2022 No. RM : 80.87.67
Ruang / Kelas : Infeksi Dx. Medis : Anemia
I. IDENTITAS / BIODATA
Nama : Tn.K Jenis Kelamin :Laki-laki
Umur : 45 Tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Jawab Biaya : BPJS
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku / Bangsa : Indonesia
Alamat : Keramasan Rw 02 Rt 06

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Klien mengatakan lemas, pusing
Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan badan lemas, pusing, gemetar,
tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari karena
lemas, tidak nafsu makan
Riwayat Masuk Rumah : Klien mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Sakit sudah merasakan lemas, pusing, tidak kuat untuk
berjalan
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

Masalah Keperawatan: intoleransi aktivitas

III. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI

No. Kebutuhan Saat Dikaji

19
1. Nutrisi Pasien mengatakan tidak nafsu makan,
dan setiap kali ingin makan pasien
merasa mual. Makan hanya setengah
porsi
BB sebelum sakit : 55 kg
BB setelah sakit : 52 kg
TB 156 cm
2. Cairan 953 cc
3. Eliminasi BAB Pasien mengatakan belum BAB
4. Eliminasi BAK Terpasang kateter urin
5. Kebutuhan aktivitas dan personal Kebutuhan aktivitas dan personal
hygiene: berjalan, makan, minum, hygiene dibantu oleh perawat
mencuci rambut, mandi, oral
hygiene

Masalah Keperawatan: defisit nutrisi

IV. PEMERIKKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Pasien mengeluh lemas dan letih

2. Kesadaran : Composmentis

3. GCS : E4 M5 V6

4. Tanda Vital : TD = 130/80 mmHg, N = 82 x/menit, RR = 22


x/menit, S = 36oC

5. Kepala
√ Simetris - Asimetris - Perdarahan
- Bengkak - Depresi tulang tengkorak
- Echymosis - Nyeri tekan
- Kelainan bentuk tulang
- Luka, ukuran: Lokasi :
Lain-lain:
- Rambut pasien
terlihat warnanya
hitam
- Rambut pasien
tidak rontok

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Mata
Kebiruan (Lingkaran - -
- Mata

20
- Perdarahan mata, - Lokasi: -
Ruptur:
- Anemia - Ananemia - Ikterik
Respon Pupil √ Isokor - Anisokor
- RC - Midriasi
Lain-lain:
- Mata pasien
terlihat simetris
- Pasien
mengatakan
penglihatannya
normal

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

7. Telinga
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi

- Benda asing, berupa: Tidak ada


Lain-lain:
- Pasien mengatakan pendengarannya
normal
- Telinga pasien terlihat bersih
- Tidak ada cairan yang keluar dari
telinga pasien

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

8. Hidung
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi
- Benda asing, berupa:
Lain-lain:
 Pasien mengatakan tidak pilek
 Hidung pasien terlihat tidak ada
secret

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

9. Leher

- Penetrasi benda asing - Nyeri tekan

21
- Deviasi trakea - Distensi Vena Jugularis
- Bengkak - Kebiruan sekitar leher
- - Krepitasi

Lain-lain:

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

10. Dada/Paru
√ Simetris - Asimetris - Bengkak

- Ekspansi dinding dada meningkat/menurun


- Luka tusuk Luka sayat Ukuran: Lokasi :

RR: 18x/ menit, teratur Tidak teratur

- Penggunaan otot dinding dada

- Nyeri dada - Saat aktivitas - Tanpa aktivitas

Karakterisitik nyeri Skala nyeri 1, 2, 3, 4 , 5, 6, 7, 8, 9, 10

- Seperti terbakar - Seperti tertimpa beban berat

- Menjalar - Seperti ditusuk-tusuk

- Lain-lain:

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Abdomen
Dinding abdomen: - Simetris - Asimetris

- Perdarahan/bengkak - Laserasi/jejas.lecet
- Luka tusuk - Luka bakar Luas: 60%
- Distensi abdomen - Teraba keras & tegang
- Nyeri tekan

Lain-lain:

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. Genetalia

22
- Simetris - Asimetris

- Benjolan, Ukuran: lokasi:


- Darah pada rektum BAB: x/hari Warna: Jumlah:
- Nyeri tekan Skala nyeri: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

BAK:/hari, warna: kuning pekat jumlah: 1000cc

Lain-lain:
- Pasien terpasang kateter

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Ekstremitas
- Kelainan bentuk - Perdarahan - Bengkak - Edema
- Jejas/luka/laserasi Ukuran: lokasi:
- Jari-jari hilang √ Keterbatasan gerak
- Fraktur, lokasi: - Kaku sendi
- Nyeri tekan

- Kekuatan otot (1-5) (1)

- Lain-lain:

14. Kulit
- Ada luka - Dekubitus Ukuran: Lokasi:

- Echymosis - Ptechie - Pucat - Sianosis

- Lembab - Kering
- Turgor cepat kembali - Turgor lambat kembali
- Luka bakar 60%
- Gatal/gatal/pruritis
- Insisi operasi Ukuran: Lokasi:

- Nyeri tekan Skala nyeri: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

23
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL, BUDAYA, SPIRITUAL

Psikologis : Perasaan pasien setelah mengalami masalah ini


dengan berobat / kontrol dengan keseahatanya
Rencana pasien setelah masalahnya terselesaikan
Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan
Pengetahuan pasien tentang masalah/penyakit
yang ada
Sosial : Aktifitas/peran pasien di masyarakat seperti biasa
dan ingin berinteraksi sosial disekitaran
lingkungan.
Budaya : Budaya yang diikuti pasien dengan aktifitasnya
dalam sehari- hari bahasa indonesia sumatera
selatan palembang
Spiritual : Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan sehari-hari
Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan sekarang
dapat dilaksanakan di atas tempat tidur
Perasaan pasien ingin sembuh dan mengikuti
dalam kegiatan sehari-hari
Keyakinan ingin sembuh tentang
peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. KEBUTUHAN EDUKASI


Terdapat hambatan dalam pembelajaran:
√ Tidak - Ya, Jika Ya - Pendengaran - Penglihatan - Kognitif - Fisik
- Budaya - Emosi - Bahasa
Lain-lainnya:
Dibutuhkan penerjemah - Ya √ Tidak

Kebutuhan edukasi
- Diagnosa dan manajemen penyakit - Obat-obatan/terapi Diet dan nutrisi
√ Tindakan Keperawatan - Rehabilitasi √ Manajemen nyeri
- Lain-lainnya, sebutkan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

24
VII. RISIKO CEDERA/JATUH
- Tidak - Ya, jika ya gelang resiko jatuh warna kuning harus dipasang
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan
a. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Hasil Pemeriksaan

Hemoglobin 4.9 g/dL 20 – 40 Pada


Nilai kritis: pemeriksaan
Eritrosit 2.23 >250
0.6 – 1.1
darah tepi
Hematokrit 10^6/uL 20 – 180 didapatkan hasil
Nilai kritis: eritrosit:
Eosonofil 15.7% Umum <45 - normokrom
Neutrofil 0.0% >400 normositik,
polikromatia (- )
Limfosit 74.6% 3.8 – 5.1
Nilai kritis : normoblast (-).
Trombosit 17.7% <3.8 - >5.1 Leukosit: kesan
jumlah normal,
PCT 68 10^3/uL
dominasi netrofil
135 – 155
0.07%. Nilai kritis:
segmen, blast (-).
Umum <125 - Trombosit: kesan
160 jumlah menurun,
platelet
Umum <2.5 - berukuran besar
>6.0
(+). Kesimpulan
yang didapat:
anemia
normokromik,
normositik ec
suspect chronic
disease,
trombositopenia

IX. PENATALAKSANAAN

a. Terapi Obat

Nama Obat Dosis Cara Golongan Fungsi/Indikasi


Pemberian
O2 nasal 5 lpm IV Terapi oksigen pada
kanul pasien dengan

25
kebutuhan oksigen
rendah atau sedang
IVFD NaCl 8 tpm IV Obat keras Untuk
mengembalikan
keseimbangan
elektrolit pada
dehidrasi
Furosemide 3x2 IV Diuretik Mengatasi penumpukan
ampul cairan didalam tubuh
Asam folat 2x1 IV bebas Mengatasi kekurangan
ampul asam folat

ANALISA DATA
MASALAH
DATA/MASALAH ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Perdarahan masif↓ Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan ↓
badan terasa lemas Anemia
- Pasien mengatakan ↓
mual dan muntah anoreksia
- Pasien mengatakan ↓
tidak bisa melakukan Lemas
aktivitas sehrai-hari. ↓
DO : Cepat lelah
- Pasien tampak lemah ↓
- Pasien tampak pucat Intoleransi aktivitas
TD = 130/80 mmHg
N = 82 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36oC

DS: Kurang bahan baku Defisit nutrisi


- Pasien mengatakan pembuat sel darah
tidak nafsu makan dan

setiap makan hanya
Anemia
habis ½ porsi

- Pasien mengatakan
Anoreksia
merasa lemas dan
pusing saat bangun dari ↓
tempat tidur. Defisit nutrisi
DO:

26
- Konjungtiva tampak
pucat, bibir pucat
- BB Sebelum Sakit 55
kg dan setelah sakit 52
kg.

DS: Terhentinya Perfusi Perifer


- Pasien mengatakan pembuatan sel darah Tidak Efektif
merasa lemas dan oleh sumsum tulang
pusing saat bangun dari ↓
tempat tidur. Anemia
DO: ↓
- Konjungtiva tampak Kadar HB
pucat, bibir pucat ↓
TD = 130/80 mmHg Komparten sel
N = 82 x/menit penghantar oksigen
RR = 22 x/menit berkurang
S = 36oC ↓
Perfusi Perifer Tidak
Efektif

MASALAH KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas
2. Defisit nutrisi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PES)
1. Intoleransi aktivitas berhubungan denngan mengeluh lelah dibuktikan
dengan merasa tidak nyaman beraktivitas, merasa lemah.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun dibuktikan
dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan warna kulit pucat
dibuktikan dengan anemia

27
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K Diagnosa Medis : Anemia
Jenis kelamin : Laki-laki Hari/Tanggal : Rabu/ 29 September 2022
No. RM :80.87.67 Shift : Pagi

Diagnosa Rencana Keperawatan


No
keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Intoleransi Intoleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi 1. Observasi
Aktivitas Setelah diberikan 1. Observasi  Untuk mengetahui
(D.0052) asuhan keperawatan  Identifikasi gangguan fungsi gangguan fungsi tubuh
DS : selama 1x2 jam, maka tubuh yang mengakibatkan yang mengakibatkan
- Pasien intoleransi aktivitas membaik kelelahan kelelahan
mengatakan dengan kriteria hasil :  Monitor kelelahan fisik dan  Untuk mengetahui
kelelahan fisik dan
badan terasa N Kriteria Aw Tujua emosional
emosional
lemas o al n  Monitor pola gangguan tidur
1. Keluhan 3 5  Untuk memantau pola
- Pasien  Monitor lokasi dan
Lelah gangguan tidur pasien
mengatakan ketidaknyamanan selama  Untuk mengetahui
2. Perasaan 3 5
mual dan melakukan aktivitas lokasi dan
Lemah
muntah 3. Dispnea saat 3 5 2. Terapeutik ketidaknyamanan
- Pasien aktivitas  Sediakan lingkungan nyaman selama melakukan
mengatakan Keterangan: dan rendah stimulus aktivitas.
tidak bisa 1. Meningkat  Lakukan latihan rentang gerak 2. Terapeutik
melakukan 2. Cukup Meningkat pasif dan aktif  Untuk membuat pasien
aktivitas sehari- 3. Sedang agar lebih nyaman
 Berikan aktivitas distraksi yang
hari. 4. Cukup Menurun terhadap lingkungannya
menenangkan
DO : dan rendah stimulus
5. Menurun  Fasilitasi duduk di sisi tempat  Untuk melatih
- Pasien tampak tidur jika tidak dapat berpindah kelenturan otot-otot
lemah dan berjalan sendi pasien

28
- Pasien tampak 3. Edukasi  Untuk meningkatkan
pucat  Anjurkan tirah baring toleransi nyeri yang
TD = 130/80 mmHg  Anjurkan melakukan aktivitas dirasakan pasien
N = 82 x/menit secara bertahap  Agar pasien dapat
RR = 22 x/menit duduk dengan nyaman
 Anjurkan menghubungi perawat
S = 36oC 3. Edukasi
jika tanda gejala tidak berkurang
 Agar pasien dapat
 Ajarkan strategi koping untuk beristirahat dengan
mengurangi kelelahan nyaman
 Agar pasien dapat
4. Kolaborasi melakukan aktivitas
 Kolaborasi dengan ahli gizi seperti biasanya
tentang cara meningkatkan  Agar perawat dapat
asupan makan memberikan edukasi
lain jika edukasi
sebelumnya tidak
berhasil
 Agar pasien
mengetahui strategi
kopin untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Agar asupan makanan
pasien tercukupi
2. Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Observasi
Setelah diberikan 1. Observasi  Untuk mengetahui status
berhubungan
asuhan keperawatan  Identifikasi status nutrisi nutrisi pasien
dengan nafsu makan selama 1x2 jam, maka  Untuk mengetahui alergi
 Identifikasi alergi dan
menurun dibuktikan defisit nutrisi membaik dan intoleransi makanan
intoleransi makanan
 Untuk mengetahui
dengan berat badan dengan kriteria hasil :  Identifikasi makanan yang

29
menurun minimal No Kriteria Awal Tujuan disukai makanan yang disukai
1. Kekuatan 3 5  Identifikasi kebutuhan kalori pasien
10% dibawah
Otot dan jenis nutrien  Untuk mengetahui
rentang ideal Mengunyah kebutuhan kalori dan
 Monitor asupan makanan
DS: 2. Kekuatan 3 5 jenis nutrien
Otot  Monitor berat badan
- Pasien  Untuk mengetahui
Menelan  Monitor hasil pemeriksaan asupan makanan pasien
mengatakan 3. Perasaan 3 5 laboratorium  Untuk mengetahui berat
tidak nafsu Cepat 2. Terapeutik badan pasien
makan dan Kenyang  Lakukan oral hygiene sebelum  Untuk mengetahui hasil
setiap makan 4. Sariawan 3 5
makan, bila perlu pemeriksaan
hanya habis ½ Keterangan:
 Fasilitasi pedoman diet laboratorium
porsi 1. Menurun
2. Cukup Menurun  Sajikan makanan secara menarik 2. Terapeutik
- Pasien  Agar pasien bisa makan
3. Sedang dan suhu yang sesuai
mengatakan dengan nyaman
4. Cukup Meningkat  Berikan makanan tinggi serat
merasa lemas  Agar pasien mengetahui
5. Meningkat untuk mencegah konstipasi
dan pusing saat pedoman dietnya
 Berikan makanan tinggi kalori  Agar pasien lebih
bangun dari
dan tinggi protein bersemangat makan
tempat tidur.
 Berikan suplemen makanan  Untuk mencegah
DO:
3. Edukasi terjadinya konstipasi
- Konjungtiva
 Anjurkan posisi duduk pada pasien
tampak pucat,
 Ajarkan diet yang diprogramkan  Agar kebutuhan kalori
bibir pucat
4. Kolaborasi dan protein pasien
- BB Sebelum
terpenuhi
Sakit 55 kg dan  Kolaborasi pemberian medikasi
 Agar nafsu makan
setelah sakit 52 sebelum makan
pasien bertambah
kg.  Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Edukasi
untuk menentukan jumlah kalori  Agar pasien dapat
dan jenis nutrien yang duduk dengan nyaman
dibutuhkan

30
 Agar pasien mengerti
diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
 Untuk meningkatkan
nafsu makan pasien
 Agar jumlah kalori dan
jenis nutrien terpenuhi
sesuai kebutuhan
3. Perfusi Perifer Perfusi Perifer (L.02011) Pencegahan Syok (I.02068) 1. Observasi
Setelah diberikan 1. Observasi
Tidak Efektif
asuhan keperawatan  Monitor status kardiopulmonal  Untuk memantau status
berhubungan selama 1x2 jam, maka kardiopulmonal
 Monitor status oksigenasi
dengan warna kulit Perfusi Perifer membaik  Monitor status cairan  Untuk mengetahui
pucat dibuktikan dengan kriteria hasil :  Monitor tingkat kesadaran dan status oksigenasi pasien
dengan anemia respon pupil  Untuk mengetahui
No Kriteria Awal Tujuan  Periksa riwayat alergi status caira pasien
DS: 1. Kram Otot 3 5
2. Terapeutik  Untuk mengetahui
- Pasien 2. Tekanan 3 5
darah sistolik  Berikan oksigen untuk tingkat kesadaran dan
mengatakan respon pupil
3. Tekanan 3 5 mempertahankan saturasi
merasa lemas
darah oksigen > 94%  Untuk mengetahui
dan pusing saat
diastolik  Pasang kateter urin untuk riwayat alergi pasien
bangun dari 4. Kelemahan 3 5 menilai produksi urin, jika perlu 2. Terapeutik
tempat tidur. otot
 Lakukan skintest untuk
DO: Keterangan :  Agar saturasi oksigen
- Konjungtiva 1. Menurun mencegah reaksi alergi tetap stabil
2. Cukup Menurun 3. Edukasi
tampak pucat,  Agar perawat dapat
bibir pucat 3. Sedang  Jelaskan penyebab atau faktor menilai produksi urin
TD = 130/80 mmHg 4. Cukup Meningkat risiko syok pasien atau output
N = 82 x/menit 5. Meningkat  Jelaskan tanda dan gejala awal cairan pasien

31
RR = 22 x/menit syok 3. Edukasi
S = 36oC 1.  Anjurkan melapor jika
 Agar pasien mengetahui
menemukan atau merasakan
penyebab atau faktor
tanda dan gejala awal syok risiko syok
 Anjurkan memperbanyak
 Agar pasien mengetahui
asupan cairan oral
tanda dan gejala awal
 Anjurkan menghindari alergen syok
4. Kolaborasi
 Agar perawat dapat
 Kolaborasi pemberian IV, jika mengetahui dan
perlu mempersiapkan
 Kolaborasi pemberian transfusi tindakan utama jika
darah, jika perlu ditemukan tanda dan
 Kolaborasi pemberian anti gejala syok
inflamasi, jika perlu  Agar asupan cairan oral
pasien terpenuhi
 Untuk mencegah terjadi
alergi pada pasien
4. Kolaborasi
 Untuk memudahkan
dalam pemberian obat
 Agar Hb pasien
tercukupi atau
meningkat dari
sebelumnya

32
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. K Diagnosa Medis : Anemia


Jenis kelamin : Laki-laki Hari/Tanggal : Rabu/ 38 September 2022
No. RM :80.86.67 Shift : Sore
N Hari, Tgl Hari, Tgl
Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
O & Jam & Jam
1. Intoleransi Aktivitas 28 28 S:
(D.0052) September  Mengidentifikasi gangguan fungsi September - pasien mengatakan badannya masih
DS : 2022 tubuh yang mengakibatkan 2022 lemas namun sudah tidak lemas
- Pasien 15: 00 WIB 19:15 WIB seperti sebelumnya
kelelahan
- pasien mengatakan sudah bisa
mengatakan badan  Menyediakan lingkungan nyaman
15: 10 WIB melakukan aktivitas sehari-hari jika
terasa lemas dan rendah stimulus
dibantu
- Pasien 15: 25 WIB  Melakukan latihan rentang gerak
mengatakan mual pasif dan aktif O:
dan muntah 16: 15 WIB  Memberikan aktivitas distraksi - Pasien masih terlihat lemas
- Pasien yang menenangkan TD = 130/80 mmHg
mengatakan tidak  Menganjurkan tirah baring N = 82 x/menit
bisa melakukan  Menganjurkan melakukan aktivitas RR = 22 x/menit
aktivitas sehari- secara bertahap S = 36oC
hari. A : Masalah teratasi sebagian
DO : P : Intervensi dilanjutkan
- Pasien tampak
lemah
- Pasien tampak
pucat

33
TD = 130/80 mmHg
N = 82 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36oC

2. Defisit Nutrisi 29  Mengidentifikasi status nutrisi 29 S:


September  Mengidentifikasi makanan yang September - pasien mengatakan sudah mulai
berhubungan dengan
2022 2022 ingin makan dengan porsi yang
disukai
nafsu makan menurun 16 :55 19:15 WIB
 Mengidentifikasi kebutuhan kalori sedikit
dibuktikan dengan WIB
dan jenis nutrien - pasien mengatakan masih lemas
berat badan menurun  Memonitor asupan makanan akan tetapi tidak lagi pusing
 Memonitor berat badan O:
minimal 10% dibawah
 Memonitor hasil pemeriksaan - BB mulai meningkat ketika
rentang ideal dilakukan perawatan beberapa hari
laboratorium
DS:  Melakukan oral hygiene sebelum A: Masalah teratasi sebagian
- Pasien makan, bila perlu P: intervensi dilanjutkan.
mengatakan tidak  Memberikan makanan tinggi serat
nafsu makan dan untuk mencegah konstipasi
setiap makan
17: 15 WIB  Menganjurkan posisi duduk
hanya habis ½
porsi
- Pasien
mengatakan
merasa lemas dan
pusing saat
bangun dari
tempat tidur.
DO:

34
- Konjungtiva
tampak pucat,
bibir pucat
- BB Sebelum Sakit
55 kg dan setelah
sakit 52 kg.

3. Perfusi Perifer Tidak 30  Memonitor status oksigenasi 30 S:


September  Memonitor status cairan September - Pasien mengatakan tidak lagi
Efektif berhubungan
2022 2022 pusing .
 Memeriksa riwayat alergi
dengan warna kulit
 Memberikan oksigen untuk O:
pucat dibuktikan mempertahankan saturasi oksigen - Konjungtiva masih tampak pucat
dengan anemia > 94% dan bibir pucat
 Memasang jalur IV, jika perlu TD = 130/80 mmHg
DS:
 Memasang kateter urin untuk N = 82 x/menit
- Pasien mengatakan
menilai produksi urin, jika perlu RR = 22 x/menit
merasa lemas dan
 Melakukan skintest untuk A: Masalah teratasi sebagian
pusing saat bangun
mencegah reaksi alergi P: Intervensi dilanjutkan
dari tempat tidur.
DO:  Menganjurkan memperbanyak
- Konjungtiva asupan cairan oral
tampak pucat, bibir  Menganjurkan menghindari
pucat alergen
TD = 130/80 mmHg  Berkolaborasi pemberian IV, jika
N = 82 x/menit perlu
RR = 22 x/menit  Berkolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu

35
BAB IV
PEMBAHASAN

Penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Anemia di Ruang Infeksi


RSUD Palembang Bari tanggal 29 september sampai tanggal 01 oktober 2022.
Berapa hal yang perlu di bahas dan di perhatikan.

Pada bagian ini membuat pembahasan mengenai adanya kesenjangan antara


teori dan proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 29
September - 01 Oktober 2022 di ruangan Infeksi RSUD Palembang Bari.
Pembahasan yang dimaksud adalah meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu langkah awal yang dilakukan dalam
proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan adanya
pengumpulan data dari pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Dalam pelaksanaannya diperlukan data yang jelas akurat dari pasien
(Banjarnahor, 2019).

Pada saat pengkajian klien, data didapatkan dari klien, keluarga, klien,
catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan data tersebut,
tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang saya kaji pada Tn.K penderita
anemia pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus
tidak terdapat kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian. Tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus terhadap pasien, terdapat kesamaan gejala
utama pada anemia diantaranya yaitu : lemah, letih, lesu, lelah, sering
mengeluh pusing, mata berkunang-kunang, kelopak mata, bibir, lidah dan
telapak tangan pucat.
Pada tinjauan teoritis mengkaji adanya penyakit anemia dan klien
mengatakan pernah diperiksakan sebelumnya dengan penyakit serupa yang di
alami klien saat ini di klinik dan klien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki penyakit yang sama dengan yang klien derita saat ini dan keluarga klien
tidak memiliki penyakit keturunan seperti anemia.

Dalam pengkajian pemeriksaan fisik pada teoritis pada pemeriksaan nadi


pada pasien anemia meningkat pada kasus penulis menemukan nadi pada klien
yaitu 82x/m. Menurut teoritis pada pemeriksaan suhu tubuh pada pasien anemia
meningkat sedangkan pada kasus penulis menemukan suhu tubuh menurun pada
klien yaitu 36.0˚C. Menurut teoritis pada pemeriksaan tekanan darah pada pasien
anemia menurun sedangkan pada kasus penulis menemukan tekanan darah
meningkat pada klien yaitu 130/80 mmHg. Bagian ekstermitas menurut teori
pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, kelemahan dalam
melakukan aktifitas, tidak ada oedema.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu keputusan klinis tentang suatu
penyakit pada individu, keluarga maupun masyarakat tentang suatu respon
penyakit melalui proses pengumpulan data yang ada yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan pasien pada pengumpulan data dari pasien (Ainun, 2019).

Pada tinjauan teoritis di temukan 5 kemungkinan diagnosa keperawatan dan


pada tinjauan kasus penulis menemukan 3 diagnosa yang sama dengan tinjauan
kasus. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus adalah :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan denngan mengeluh lelah dibuktikan
dengan merasa tidak nyaman beraktivitas, merasa lemah ditandai dengan
Klien terlihat lemas, klien terlihat klien tidak dapat melakukan aktivitasnya
sehari-hari dan di bantu perawat maupun keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan nya, klien tampak berbaring saja di tempat tidur.

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan


aktivitas sehari-hari yang dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan (Tim Pokja SDKI, DPP, 2017). Diagnosis intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan dijadikan diagnosis kedua karena
memenuhi syarat untuk ditegakkan karena data yang ditemukan pada pasien
sudah memenuhi dari data mayordiantaranya pasien mengeluh lelah.Dari data
minor pasien merasa lemah, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas (neli,
2018). Penulis menjadikan diagnosa intoleransi aktivitas sebagai diagnosa
pertama karena dalam pemenuhan istirahat/mobilisasi pada bagian fisiologis
sedang menurut hirarki maslow hal ini perlu diperhatikan dalam memenuhi
kebutuhan fisiologis istirahat/mobilisasi diagnosa intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan ditegakkan agar masalah tersebut
terselesaikan (Hygeia, 2016).
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun dibuktikan
dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
ditandai Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan setiap makan hanya habis
½ porsi.
c. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan warna kulit pucat
dibuktikan dengan anemia, ditandai dengan klien tampak lesu dan lemas,
telapak tangan klien tampak pucat, muka tampak pucat, HB klien : 4,9 g/dl,
Tanda-tanda vital TD 130/80 mmHg, Nadi 82 x/m, pernafasan 22x/m.

Perfusi perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (Tim Pokja SDKI, DPP,
2017). Penurunan suplai darah mengawali terjadinya hipoksia jaringan, kondisi
demikian menjadikan oksigen dalam jaringan berkurang sehingga
mempengaruhi aktivitas vaskuler dan seluler jaringan.Sehingga menimbulkan
masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Diagnosis
ditegakkan dari data mayor yang mendukung diantaranya lesu dan lemas,
telapak tangan klien tampak pucat, pusing, gemeteran (Tim Pokja SDKI, DPP,
2017).

Diagnosis Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan


dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan penurunan suplay oksigen
dapat ditegakkan karena keluhan utama yang sedang dialami klien dari data
mayor diantaranya pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun. Dari data
minor penyembuhan luka lambat.Diagnosis ini penulis dijadikan prioritas
diagnosis karena kerusakan pada jaringan perifer menujukkan data objektif
lemas, pusing, gemetaran, pucat dan hasil laboratorium hemoglobinnya 4,9
g/dl dan harus diterapi transfusi darah 4 bag yang bertujuan
meningkatkan kadar Hb dan mengganti pendarahan yang hilang (Bara, 2019).
Penulis memprioritaskan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
sebagian sebagai diagnosa ketiga karena dalam pemenuhan sirkulasi tubuh
pada bagian fisiologis menurut hirarki maslow dan sangat diperlukan dalam
proses kehidupan untuk metabolisme tubuh hal ini perlu diperhatikan dalam
memenuhi kebutuhan fisiologis sirkulasi tubuh diagnosa Perfusi perifer tidak
efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan penurunan suplay
oksigen ditegakkan agar masalah tersebut terselesaikan (Hygeia, 2016).

4. Intervensi Keperawatan
Intervensi diagnosa pertama intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam diagnosis intoleransi
aktivitas antara lain : kemudahan dalam melakukan aktivitas atau ambulasi.
konsevasi energi.Intervensi yang diberikan pada diagnosis intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan: monitor Tanda Vital, monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat,edukasi aktivitas/ istirahat,
pengaturan posisi senyaman mungkin. Dengan kriteria hasil yang diharapkan
kemudahan dalam melakukan aktivitas atau ambulasi. Intervensi yang telah
ditetapkan telah sesuai dengan SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
).
Intervensi keperawatan pada diagnosa ketiga Perfusi Perifer Tidak
Efektif berhubungan dengan warna kulit pucat dibuktikan dengan anemia dengan
kriteria hasil yang diharapkan status sirkulasi tidak ada gangguan dan
mempercepat penyembuhan luka. Alasan dilakukan intervensi tranfusi darah
yaitu meningkatkan kadar Hb, mengganti perdarahan yang hilang karena
perdarahan (rembesan pada luka di kaki ).Intervensi yang dilakukan pada tanggal
29 september-01 oktober 2022 pada diagnosis ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer yang berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan
penurunan suplay oksigen : monitor tanda-tanda vital (misalnya data awal,
selama dan setelah tranfusi, monitor tetesan infuse, hubungi bank darah untuk
konfirmasi persediaan darah 4 bag, edukasi pasien rencana pemberian tranfusi
darah, layani cairan infuse NaCl 0,9 % sebelum transfusi darah, layani tranfusi
darah, monitor adanya reaksi transfusi darah, monitor dan atur jumlah aliran
darah selama tranfusi, kolaborasi pemberian terapiobat (Saputra, 2018).
Intervensi yang dilakukan mungkin tidak sesuai dengan SIKI ( Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia ) karena penulis melakukan intervensi sesuai kebutuhan
pasien di rumah sakit.

Intervensi diagnosa ketiga kriteria hasil yang telah ditetapkan dari diagnosis
resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (
penurunan hemoglobin ) yaitu mencegah infeksi dengan kontrol risiko.Intervensi
dari diagnosis ini antara lain : monitor tanda vital, perawatan luka, pemantauan
nutrisi, manajemen lingkungan, pengatur posisi nyaman, kolaborasi pemberian
terapi obat. Intervensi dari diagnosis resiko infeksi berjalan sesuai prosedur sesuai
terapi yang diberikan oleh pasien. Rasionalisasinya dilakukan perawatan luka
setiap pagi hari atau ketika rembesan sudah penuh. Diagnosis resiko infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan
hemoglobin) tidak terdapat kendala. Karena klien kooperatif dalam program
terapi yang diberikan.

5. Implementasi Keperawatan

Penulis dalam melakukan implementasi pertama intoleransi aktivitas


berhubungan dengan kelemahan pada 28 September 2022 dari diagnosis ini
berjalan sesuai intervensi prosedur sesuai terapi yang diberikan oleh pasien.
Penulis melaksakan tindakan ini memperbaiki nutrisi pada pasien, selalu
memonitor tanda vital pasien yang alasannya untuk kemudahan pasien dalam
kemudahan beraktivitas. Faktor pendukung dari diagnosa ini pasien kadang jarang
menghabiskan makanannya kurang minum dan melakukan aktivitas selalu dibantu
keluarga atau perawat. Faktok pendukung diagnosa ini dukungan dan motivasi
keluarga selalu memberi motivasi untuk menghabiskan makanan dan membantu
aktivitas pasien.Penulis dapat melakukan semua tindakan karena pasien
kooperatif.Pasien tampak serius mendengarkan dan memperhatikan arahan dari
penulis (Pokja, 2014). Rasionalisasinya dilakukan memonitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, kendala yang didapat
pasien makanan habis satu porsi kadang tidak, klien kooperatif dalam program
terapi yang diberikan.
Penulis dalam melakukan implementasi diagnosa ketiga Intervensi
keperawatan pada diagnosa utama Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan
dengan warna kulit pucat dibuktikan dengan anemia pada tanggal 30 september
2022 penulis melaksakan terapi yaitu tindakan transfuse darah untuk dilakukan
intervensi tranfuse darah yaitu meningkatkan kadar Hb. dari diagnosis ini berjalan
sesuai intervensi prosedur sesuai terapi yang diberikan oleh pasien. Tindakan
transfusi darah ini dilakukan kolaborasi dari dokter, perawat, dan bank darah.
Faktor pendukung dari implementasi diagnosa ini yaitu dukungan dari keluarga
dan tersedianya darah gol O+ dibank darah, untuk faktor penghambat dari
diagnosa ini yaitu selalu berkofirmasi dengan bank darah untuk tersedianya
golongan darah O+ yang sesuai dengan pasien, perawat selalu memonitor
tetesan infus ( darah ), keadaan pasien adanya alergi atau tidak selama proses
tranfusi darah berlangsung.Penulis dapat melakukan semua tindakan karena
pasien kooperatif.Pasien tampak serius mendengarkan dan memperhatikan
arahan dari penulis (Pokja, 2014).

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada diagnosa Intoleransi Aktivitas berhubungan


dengan kelemahan yang dilakukan pada tanggal 28 september 2022. Hasil yang
ditemukan didapatkan masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian. Kriteria
hasil tercapai dengan dibuktikan pasien sudah bisa beraktivitas walaupun masih
membutuhkan bantuan. Evaluasi yang dilakukan penulis pada tanggal 28
september 2022 setelah melakukan tindakan keperawatan pada masalah
intoleransi aktivitas sesuai dengan kriteria hasil :kemudahan dalam melakukan
aktivitas atau ambulasi. Intervensi masih dilanjutkan.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa ketiga Perfusi Perifer Tidak Efektif
berhubungan dengan warna kulit pucat dibuktikan dengan anemia yang dilakukan
pada taanggal 29 september sampai dengn 01 oktober 2022. Hasil yang ditemukan
selama evaluasi 3 hari didapatkan masalah teratasi sebagian. Kriteria hasil tercapai
sebagaian dengan alasan kondisi pasien semakin membaik dengan pasien sudah
tida mengeluh pusing, masih sedikit pucat pada tubuh dan wajahnya, gemeteran
pada tubuh sudah mulai menurun. Evaluasi yang dilakukan penulis setelah
melakukan tindakan keperawatan pada masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer yang berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan
penurunan suplay oksigen sesuai dengan kriteria hasil : status sirkulasi tidak ada
gangguan dan mempercepat penyembuhan luka. Sehingga penulis menghentikan
intervensi. Penulis menganjurkan kepada pasien agar tetap terpasang infus agar
balance cairan dalam tubuh tetap terpenuhi melalui cairan NaCl 20tpm yang telah
diprogramkan dan tetap melakukan pemantauan balance cairan terhadap pasien.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pada karya tulis ilmiah dengan Asuhan keperawatan pada Tn.K di ruang Infeksi
RSUD Palembang Bari dapat disimpulkan:
5.1.1 Pada pengkajian keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 29
september pada Tn. K dengan Anemia memiliki tanda dan gejala yang berupa
tampak keadaan umum lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat kering, Pasien
tampak kurus, turgor kulit kurang elastis, dan keriput, ada luka dikaki
kanannya bekas kena knalpot motor 1 bulan yang lalu masih mengeluarkan
darah.
5.1.2 Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. K yaitu berupa diagnosa perfusi
perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan
suplay oksigen kurang dibuktikan dengan tampak keadaan umum lemah,
konjungtiva anemis, bibir pucat kering, Pasien tampak kurus, turgor kulit
kurang elastis, dan keriput. Diagnosa kedua yaitu berupa intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan pasien mengatakan tidak
bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari, pasien tampak lemah dan
semua ADL’s sebagian dibantu keluarga dan perawat.
5.1.3 Intervensi keperawatan pada Tn.K yang ditetapkan oleh penulis dimana sesuai
pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu berupa transfusi darah
sebagai intervensi fokus utama dan diikuti oleh perawatan luka.
5.1.4 Implementasi keperawatan pada Tn.K dilakukan selama 3 hari sesuai dengan
intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya.
5.1.5 Evaluasi keperawatan pada Tn. K pada diagnosa pertama didapatkan bahwa
masalah teratasi sebagian, kriteria tercapai sebagian dan tetap melanjutkan
intervensi. Pada diagnosa kedua didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian,
pada diagnosa ketiga didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian, kriteria
tercapai sebagian dan tetap melanjutkan intervensi. kriteria hasil tercapai
dengan mempertahankan intervensi 1-5.
DAFTAR PUSTAKA

Basith, A., Agustin, R., & Diani, N. (2017). Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Dunia Keperawatan
Volume 5 Nomor 1, 1-10.
Fitriany J, Saputri AI. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal. AVERROUS J Kedokt
dan Kesehat Malikussaleh. 2018;4(1202005126):1–30.
Kurniasih E. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak, Karbohidrat)
dan Zat Gizi Mikro (Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B12) dengan Kadar
Hemoglobin Atlet Futsal Putri Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Universitas Esa Unggul; 2018.
Paramastri R, Hsu CY, Lee HA, Lin LY, Kurniawan AL, Chao JCJ. Association
between dietary pattern, lifestyle, anthropometric status, and anemia-related
biomarkers among adults: A population-based study from 2001 to 2015. Int J
Environ Res Public Health. 2021;18(7):1–15.
Rahayu S, Eko Pertiwi W, Putri Ramadhina D. Anemia Prevention in Young
Women. KnE Life Sci. 2022;2022:362–71.
Retno Desita,dkk. 2017. Pengetahuan Gizi, Pola Makan, dan Kepatuhan
Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadian Anemia Remaja
Putri.Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu.
Satyagraha K, Putera K, Noor MS, Heriyani F. Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Anemia Di Smp Negeri 18 Banjarmasin 2019 / 2020. 2020;217–22.
Simanungkalit SF, Simarmata OS. Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi Remaja
Putri yang Berhubungan dengan Status Anemia. Bul Penelit Kesehat.
2019;47(3):175–82.
Tong S, Vichinsky E. Iron De fi ciency : Implications Before Anemia.
2021;42(1).
Zidni, I. 2018. Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Media Aplikasi Mobile “Stop
Anemia” Tehadap Pengetahuan Tentang Anemia dan Sikap dalam Mencegah
Anemia pada Remaja Putri di Desa Tridadi Kabupaten Sleman. Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai