Disusun Oleh :
1. Adela Etha Clarissa 22222002
2. Diah Apriliani 22222021
3. Nadya. M.H 22222048
4. Amelia Monika 22222006
5. Dewi Susantri Nengrum 22222018
6. Gita Zuhriani 22222028
7. Desia Lolita 22222016
8. Febi Try Mentari 22222025
9. Herli Sahputri 22222030
10. Sisilia Atami 22222070
Pembimbing Lahan :
Pembimbing Akademik :
i
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Palembang, 2022
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
ii
NIP.
VISI, MISI, MOTO RSUD PALEMBANG BARI
Visi :
Misi :
Motto :
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Tn.K Dengan Anemia Di Ruang
IINFEKSI PDL RSUD Palembang Bari Tahun 2022 tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari
tahun 2022.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang
3. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
4. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
5. Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
6. Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ketua komite keperawatan
8. Kabid keperawatan atau kabid pelayanan medis
9. Coordinator pembimbing klinik
10. Hary Budiarto,S.Kep.,Ns sebagai pembimbing klinik ruang infeksi Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI
11. Apriani,S.ST.,M.Kes sebagai kepala ruangan PDL Rumah Sakit Umum
iv
Palembang BARI
12. Yuniza, M.Kep sebagai pembimbing Akademik Institusi Kesehatan Dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang
13. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI.
14. Seluruh dosen dan staff Institusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima
dengan senang hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................
ii
VISI, MISI, MOTTO RSUD BARI PALEMBANG.............................................
iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................
v
DAFTAR ISI.............................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan Umum ...........................................................................................
3
1.4 Tujuan Khusus...........................................................................................
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................
4
vi
2.1.4 Patofisiologi ..................................................................................
7
2.1.5 Pathway .........................................................................................
8
2.1.6 Manifestasi Klinis..........................................................................
9
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................
11
2.1.8 Penatalaksanaan.............................................................................
12
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I
PENDAHULUAN
8
nabati sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau tua (bayam, singkong,
kangkung) dan kelompok kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang merah).
Masyarakat Indonesia lebih dominan mengkonsumi zat besi yang berasal dari
nabati.
Masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia
diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan
Afrika. World Health Organization (WHO) 2019 menyebutkan bahwa anemia
merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern. prevalensi anemia
hampir merata di berbagai wilayah dunia, yaitu berkisar 40-88%. Sekitar 25-
40% remaja putri di Asia Tenggara menderita anemia disebabkan karena
keadaan stress, haid, atau terlambat makan. Prevalensi anemia remaja 27% di
negara-negara berkembang dan 6% di negara maju.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan
adanya kenaikan pada kasus anemia di remaja putri. Pada tahun 2013, sekitar
37,1 persen remaja putri mengalami anemia. Angka ini naik menjadi 48,9
persen pada tahun 2018. Proporsi anemia terjadi paling besar di kelompok
umur 15-24 tahun, dan 25 sampai 34 tahun. Hasil Survei Konsumsi Makanan
Individu oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa
97,7% penduduk Indonesia mengkonsumi beras (dalam 100 gram beras hanya
mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum masyarakat
Indonesia rentan menderita Anemia Gizi Besi (AGB). Banyak yang
mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, yakni siklusnya tidak
memiliki pola tertentu. Mungkin pada awalnya siklus menstruasinya lebih
dari 35 hari, namun kemudian akan timbul perdarahan menstruasi di luar
siklus menstruasi normal. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak
72,3%. Kekurangan zat besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih,
pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain :
tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang
anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi.
9
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 menyebutkan bahwa cakupan
remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD sebanyak 33,95%,
sementara capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 5,96% - 75,82%.
Tiga Kabupaten yang mencapai cakupan tertinggi adalah Kabupaten PALI
(75,82%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (73,01%) dan Kota
Prabumulih (67,37%). Sedangkan capaian terendah terjadi di Kabupaten Mura
Utara (5,96%). Itu berarti 4 dari 10 remaja di sumatera selatan menderita
anemia.
Kebanyakan remaja putri di usia sekolah cenderung kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, Kurangnya asupan zat
besi dan pola menstruasi remaja yang tidak normal pun pada akhirnya
memicu terjadinya anemia pada remaja. Mereka mengaku lebih suka
mengkonsumsi makanan cepat saji, suka melewatkan sarapan pagi, dan tidak
menyukai sayuran serta pola menstruasi mereka pun terganggu. Remaja pada
umumnya lebih memilih untuk jajan di sekolah dari pada sarapan dari rumah.
Jajanan di sekolah yang mereka beli tidak mampu mencukupi tingkat
konsumsi zat besi yang dibutuhkan oleh remaja. remaja pada umumnya tidak
perduli apakah yang mereka konsumsi mampu memenuhi zat gizi yang
mereka butuhkan, apakah menstruasi mereka lebih lama dari pada kondisi
normal.
10
1.4. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi laporan pendahuluan mulai dari definisi anemia,
etiologi, manifestasi klinis, anatomi fisiologi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, serta penatalaksanaan
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni,
dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar
pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam
darah kurang dari 7 gr % . Secara morfologis (menurut ukuran sel darah
merah dan hemoglobin yang dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Makrositik
Ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah
hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik
dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan
12
vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non
megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2) Normositik
Dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah
berlebih, penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya
zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
2) Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia
defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat
dari kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
4) Anemia hemolitik
Anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih
cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah
normalnya adalah 120 hari.
5) Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa
kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
6) Anemia aplastic
Anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.
13
2.1.3 Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar
hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah
merah berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna
dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al., 2011).
Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat
besi, sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin.
Zat besi merupakan salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh
untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011).
Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai
faktor misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,
mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat,
akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi
dan infeksi parasite (cacing).
2.1.4 Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
14
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalamurin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu
anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar:
a. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
b. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yangterlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia
15
2.1.5 Pathway
Anemia
Gangguan Perfusi
Jaringan
Intolernsi
Aktivitas
16
tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
kebiasaan merokok dan status kehamilan.
Menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan
gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak.
Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala
Gejala anemia sering disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai),
disertai dengan pusing kepala terasa berputar, mata berkunang-kunang,
mudah mengantuk, serta sulit konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen
dalam otak. Pada remaja, menurunnya kebugaran serta konsentrasi
menyebabkan menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti
kegiatan baik didalam atau diluar sekolah. Anemia juga akan menurunkan
daya tahan tubuh sehingga biasanya lebih mudah terkena infeksi
(Josephine D, 2020).
2.1.7 Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa
saja mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas
akibat mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal
jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu
anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti
melahirkan premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta
resiko kematian akibat perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga
rentan mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang
apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020). Anemia
merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada
seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara
penyebabnya belum diketahui (Hendrata C, 2010).
17
2.1.8 Penatalaksanaan
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah
(Kemenkes RI, 2018). Penatalaksaan anemia ada 3 yakni:
1) Pemberian Zat besi oral
2) Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila
respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
3) Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya
resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah
yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. K DENGAN ANEMIA DI
RUANG INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Klien mengatakan lemas, pusing
Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan badan lemas, pusing, gemetar,
tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari karena
lemas, tidak nafsu makan
Riwayat Masuk Rumah : Klien mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Sakit sudah merasakan lemas, pusing, tidak kuat untuk
berjalan
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
19
1. Nutrisi Pasien mengatakan tidak nafsu makan,
dan setiap kali ingin makan pasien
merasa mual. Makan hanya setengah
porsi
BB sebelum sakit : 55 kg
BB setelah sakit : 52 kg
TB 156 cm
2. Cairan 953 cc
3. Eliminasi BAB Pasien mengatakan belum BAB
4. Eliminasi BAK Terpasang kateter urin
5. Kebutuhan aktivitas dan personal Kebutuhan aktivitas dan personal
hygiene: berjalan, makan, minum, hygiene dibantu oleh perawat
mencuci rambut, mandi, oral
hygiene
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : E4 M5 V6
5. Kepala
√ Simetris - Asimetris - Perdarahan
- Bengkak - Depresi tulang tengkorak
- Echymosis - Nyeri tekan
- Kelainan bentuk tulang
- Luka, ukuran: Lokasi :
Lain-lain:
- Rambut pasien
terlihat warnanya
hitam
- Rambut pasien
tidak rontok
6. Mata
Kebiruan (Lingkaran - -
- Mata
20
- Perdarahan mata, - Lokasi: -
Ruptur:
- Anemia - Ananemia - Ikterik
Respon Pupil √ Isokor - Anisokor
- RC - Midriasi
Lain-lain:
- Mata pasien
terlihat simetris
- Pasien
mengatakan
penglihatannya
normal
7. Telinga
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi
8. Hidung
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi
- Benda asing, berupa:
Lain-lain:
Pasien mengatakan tidak pilek
Hidung pasien terlihat tidak ada
secret
9. Leher
21
- Deviasi trakea - Distensi Vena Jugularis
- Bengkak - Kebiruan sekitar leher
- - Krepitasi
Lain-lain:
10. Dada/Paru
√ Simetris - Asimetris - Bengkak
- Lain-lain:
11. Abdomen
Dinding abdomen: - Simetris - Asimetris
- Perdarahan/bengkak - Laserasi/jejas.lecet
- Luka tusuk - Luka bakar Luas: 60%
- Distensi abdomen - Teraba keras & tegang
- Nyeri tekan
Lain-lain:
12. Genetalia
22
- Simetris - Asimetris
Lain-lain:
- Pasien terpasang kateter
13. Ekstremitas
- Kelainan bentuk - Perdarahan - Bengkak - Edema
- Jejas/luka/laserasi Ukuran: lokasi:
- Jari-jari hilang √ Keterbatasan gerak
- Fraktur, lokasi: - Kaku sendi
- Nyeri tekan
- Lain-lain:
14. Kulit
- Ada luka - Dekubitus Ukuran: Lokasi:
- Lembab - Kering
- Turgor cepat kembali - Turgor lambat kembali
- Luka bakar 60%
- Gatal/gatal/pruritis
- Insisi operasi Ukuran: Lokasi:
23
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL, BUDAYA, SPIRITUAL
Kebutuhan edukasi
- Diagnosa dan manajemen penyakit - Obat-obatan/terapi Diet dan nutrisi
√ Tindakan Keperawatan - Rehabilitasi √ Manajemen nyeri
- Lain-lainnya, sebutkan
24
VII. RISIKO CEDERA/JATUH
- Tidak - Ya, jika ya gelang resiko jatuh warna kuning harus dipasang
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan
a. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Hasil Pemeriksaan
IX. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Obat
25
kebutuhan oksigen
rendah atau sedang
IVFD NaCl 8 tpm IV Obat keras Untuk
mengembalikan
keseimbangan
elektrolit pada
dehidrasi
Furosemide 3x2 IV Diuretik Mengatasi penumpukan
ampul cairan didalam tubuh
Asam folat 2x1 IV bebas Mengatasi kekurangan
ampul asam folat
ANALISA DATA
MASALAH
DATA/MASALAH ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Perdarahan masif↓ Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan ↓
badan terasa lemas Anemia
- Pasien mengatakan ↓
mual dan muntah anoreksia
- Pasien mengatakan ↓
tidak bisa melakukan Lemas
aktivitas sehrai-hari. ↓
DO : Cepat lelah
- Pasien tampak lemah ↓
- Pasien tampak pucat Intoleransi aktivitas
TD = 130/80 mmHg
N = 82 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36oC
26
- Konjungtiva tampak
pucat, bibir pucat
- BB Sebelum Sakit 55
kg dan setelah sakit 52
kg.
MASALAH KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas
2. Defisit nutrisi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PES)
1. Intoleransi aktivitas berhubungan denngan mengeluh lelah dibuktikan
dengan merasa tidak nyaman beraktivitas, merasa lemah.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun dibuktikan
dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan warna kulit pucat
dibuktikan dengan anemia
27
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K Diagnosa Medis : Anemia
Jenis kelamin : Laki-laki Hari/Tanggal : Rabu/ 29 September 2022
No. RM :80.87.67 Shift : Pagi
28
- Pasien tampak 3. Edukasi Untuk meningkatkan
pucat Anjurkan tirah baring toleransi nyeri yang
TD = 130/80 mmHg Anjurkan melakukan aktivitas dirasakan pasien
N = 82 x/menit secara bertahap Agar pasien dapat
RR = 22 x/menit duduk dengan nyaman
Anjurkan menghubungi perawat
S = 36oC 3. Edukasi
jika tanda gejala tidak berkurang
Agar pasien dapat
Ajarkan strategi koping untuk beristirahat dengan
mengurangi kelelahan nyaman
Agar pasien dapat
4. Kolaborasi melakukan aktivitas
Kolaborasi dengan ahli gizi seperti biasanya
tentang cara meningkatkan Agar perawat dapat
asupan makan memberikan edukasi
lain jika edukasi
sebelumnya tidak
berhasil
Agar pasien
mengetahui strategi
kopin untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
Agar asupan makanan
pasien tercukupi
2. Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Observasi
Setelah diberikan 1. Observasi Untuk mengetahui status
berhubungan
asuhan keperawatan Identifikasi status nutrisi nutrisi pasien
dengan nafsu makan selama 1x2 jam, maka Untuk mengetahui alergi
Identifikasi alergi dan
menurun dibuktikan defisit nutrisi membaik dan intoleransi makanan
intoleransi makanan
Untuk mengetahui
dengan berat badan dengan kriteria hasil : Identifikasi makanan yang
29
menurun minimal No Kriteria Awal Tujuan disukai makanan yang disukai
1. Kekuatan 3 5 Identifikasi kebutuhan kalori pasien
10% dibawah
Otot dan jenis nutrien Untuk mengetahui
rentang ideal Mengunyah kebutuhan kalori dan
Monitor asupan makanan
DS: 2. Kekuatan 3 5 jenis nutrien
Otot Monitor berat badan
- Pasien Untuk mengetahui
Menelan Monitor hasil pemeriksaan asupan makanan pasien
mengatakan 3. Perasaan 3 5 laboratorium Untuk mengetahui berat
tidak nafsu Cepat 2. Terapeutik badan pasien
makan dan Kenyang Lakukan oral hygiene sebelum Untuk mengetahui hasil
setiap makan 4. Sariawan 3 5
makan, bila perlu pemeriksaan
hanya habis ½ Keterangan:
Fasilitasi pedoman diet laboratorium
porsi 1. Menurun
2. Cukup Menurun Sajikan makanan secara menarik 2. Terapeutik
- Pasien Agar pasien bisa makan
3. Sedang dan suhu yang sesuai
mengatakan dengan nyaman
4. Cukup Meningkat Berikan makanan tinggi serat
merasa lemas Agar pasien mengetahui
5. Meningkat untuk mencegah konstipasi
dan pusing saat pedoman dietnya
Berikan makanan tinggi kalori Agar pasien lebih
bangun dari
dan tinggi protein bersemangat makan
tempat tidur.
Berikan suplemen makanan Untuk mencegah
DO:
3. Edukasi terjadinya konstipasi
- Konjungtiva
Anjurkan posisi duduk pada pasien
tampak pucat,
Ajarkan diet yang diprogramkan Agar kebutuhan kalori
bibir pucat
4. Kolaborasi dan protein pasien
- BB Sebelum
terpenuhi
Sakit 55 kg dan Kolaborasi pemberian medikasi
Agar nafsu makan
setelah sakit 52 sebelum makan
pasien bertambah
kg. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Edukasi
untuk menentukan jumlah kalori Agar pasien dapat
dan jenis nutrien yang duduk dengan nyaman
dibutuhkan
30
Agar pasien mengerti
diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Untuk meningkatkan
nafsu makan pasien
Agar jumlah kalori dan
jenis nutrien terpenuhi
sesuai kebutuhan
3. Perfusi Perifer Perfusi Perifer (L.02011) Pencegahan Syok (I.02068) 1. Observasi
Setelah diberikan 1. Observasi
Tidak Efektif
asuhan keperawatan Monitor status kardiopulmonal Untuk memantau status
berhubungan selama 1x2 jam, maka kardiopulmonal
Monitor status oksigenasi
dengan warna kulit Perfusi Perifer membaik Monitor status cairan Untuk mengetahui
pucat dibuktikan dengan kriteria hasil : Monitor tingkat kesadaran dan status oksigenasi pasien
dengan anemia respon pupil Untuk mengetahui
No Kriteria Awal Tujuan Periksa riwayat alergi status caira pasien
DS: 1. Kram Otot 3 5
2. Terapeutik Untuk mengetahui
- Pasien 2. Tekanan 3 5
darah sistolik Berikan oksigen untuk tingkat kesadaran dan
mengatakan respon pupil
3. Tekanan 3 5 mempertahankan saturasi
merasa lemas
darah oksigen > 94% Untuk mengetahui
dan pusing saat
diastolik Pasang kateter urin untuk riwayat alergi pasien
bangun dari 4. Kelemahan 3 5 menilai produksi urin, jika perlu 2. Terapeutik
tempat tidur. otot
Lakukan skintest untuk
DO: Keterangan : Agar saturasi oksigen
- Konjungtiva 1. Menurun mencegah reaksi alergi tetap stabil
2. Cukup Menurun 3. Edukasi
tampak pucat, Agar perawat dapat
bibir pucat 3. Sedang Jelaskan penyebab atau faktor menilai produksi urin
TD = 130/80 mmHg 4. Cukup Meningkat risiko syok pasien atau output
N = 82 x/menit 5. Meningkat Jelaskan tanda dan gejala awal cairan pasien
31
RR = 22 x/menit syok 3. Edukasi
S = 36oC 1. Anjurkan melapor jika
Agar pasien mengetahui
menemukan atau merasakan
penyebab atau faktor
tanda dan gejala awal syok risiko syok
Anjurkan memperbanyak
Agar pasien mengetahui
asupan cairan oral
tanda dan gejala awal
Anjurkan menghindari alergen syok
4. Kolaborasi
Agar perawat dapat
Kolaborasi pemberian IV, jika mengetahui dan
perlu mempersiapkan
Kolaborasi pemberian transfusi tindakan utama jika
darah, jika perlu ditemukan tanda dan
Kolaborasi pemberian anti gejala syok
inflamasi, jika perlu Agar asupan cairan oral
pasien terpenuhi
Untuk mencegah terjadi
alergi pada pasien
4. Kolaborasi
Untuk memudahkan
dalam pemberian obat
Agar Hb pasien
tercukupi atau
meningkat dari
sebelumnya
32
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
33
TD = 130/80 mmHg
N = 82 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36oC
34
- Konjungtiva
tampak pucat,
bibir pucat
- BB Sebelum Sakit
55 kg dan setelah
sakit 52 kg.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu langkah awal yang dilakukan dalam
proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan adanya
pengumpulan data dari pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Dalam pelaksanaannya diperlukan data yang jelas akurat dari pasien
(Banjarnahor, 2019).
Pada saat pengkajian klien, data didapatkan dari klien, keluarga, klien,
catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan data tersebut,
tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang saya kaji pada Tn.K penderita
anemia pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus
tidak terdapat kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian. Tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus terhadap pasien, terdapat kesamaan gejala
utama pada anemia diantaranya yaitu : lemah, letih, lesu, lelah, sering
mengeluh pusing, mata berkunang-kunang, kelopak mata, bibir, lidah dan
telapak tangan pucat.
Pada tinjauan teoritis mengkaji adanya penyakit anemia dan klien
mengatakan pernah diperiksakan sebelumnya dengan penyakit serupa yang di
alami klien saat ini di klinik dan klien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki penyakit yang sama dengan yang klien derita saat ini dan keluarga klien
tidak memiliki penyakit keturunan seperti anemia.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu keputusan klinis tentang suatu
penyakit pada individu, keluarga maupun masyarakat tentang suatu respon
penyakit melalui proses pengumpulan data yang ada yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan pasien pada pengumpulan data dari pasien (Ainun, 2019).
Perfusi perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (Tim Pokja SDKI, DPP,
2017). Penurunan suplai darah mengawali terjadinya hipoksia jaringan, kondisi
demikian menjadikan oksigen dalam jaringan berkurang sehingga
mempengaruhi aktivitas vaskuler dan seluler jaringan.Sehingga menimbulkan
masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Diagnosis
ditegakkan dari data mayor yang mendukung diantaranya lesu dan lemas,
telapak tangan klien tampak pucat, pusing, gemeteran (Tim Pokja SDKI, DPP,
2017).
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi diagnosa pertama intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam diagnosis intoleransi
aktivitas antara lain : kemudahan dalam melakukan aktivitas atau ambulasi.
konsevasi energi.Intervensi yang diberikan pada diagnosis intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan: monitor Tanda Vital, monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat,edukasi aktivitas/ istirahat,
pengaturan posisi senyaman mungkin. Dengan kriteria hasil yang diharapkan
kemudahan dalam melakukan aktivitas atau ambulasi. Intervensi yang telah
ditetapkan telah sesuai dengan SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
).
Intervensi keperawatan pada diagnosa ketiga Perfusi Perifer Tidak
Efektif berhubungan dengan warna kulit pucat dibuktikan dengan anemia dengan
kriteria hasil yang diharapkan status sirkulasi tidak ada gangguan dan
mempercepat penyembuhan luka. Alasan dilakukan intervensi tranfusi darah
yaitu meningkatkan kadar Hb, mengganti perdarahan yang hilang karena
perdarahan (rembesan pada luka di kaki ).Intervensi yang dilakukan pada tanggal
29 september-01 oktober 2022 pada diagnosis ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer yang berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan
penurunan suplay oksigen : monitor tanda-tanda vital (misalnya data awal,
selama dan setelah tranfusi, monitor tetesan infuse, hubungi bank darah untuk
konfirmasi persediaan darah 4 bag, edukasi pasien rencana pemberian tranfusi
darah, layani cairan infuse NaCl 0,9 % sebelum transfusi darah, layani tranfusi
darah, monitor adanya reaksi transfusi darah, monitor dan atur jumlah aliran
darah selama tranfusi, kolaborasi pemberian terapiobat (Saputra, 2018).
Intervensi yang dilakukan mungkin tidak sesuai dengan SIKI ( Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia ) karena penulis melakukan intervensi sesuai kebutuhan
pasien di rumah sakit.
Intervensi diagnosa ketiga kriteria hasil yang telah ditetapkan dari diagnosis
resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (
penurunan hemoglobin ) yaitu mencegah infeksi dengan kontrol risiko.Intervensi
dari diagnosis ini antara lain : monitor tanda vital, perawatan luka, pemantauan
nutrisi, manajemen lingkungan, pengatur posisi nyaman, kolaborasi pemberian
terapi obat. Intervensi dari diagnosis resiko infeksi berjalan sesuai prosedur sesuai
terapi yang diberikan oleh pasien. Rasionalisasinya dilakukan perawatan luka
setiap pagi hari atau ketika rembesan sudah penuh. Diagnosis resiko infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan
hemoglobin) tidak terdapat kendala. Karena klien kooperatif dalam program
terapi yang diberikan.
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
5.1 Kesimpulan
Pada karya tulis ilmiah dengan Asuhan keperawatan pada Tn.K di ruang Infeksi
RSUD Palembang Bari dapat disimpulkan:
5.1.1 Pada pengkajian keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 29
september pada Tn. K dengan Anemia memiliki tanda dan gejala yang berupa
tampak keadaan umum lemah, konjungtiva anemis, bibir pucat kering, Pasien
tampak kurus, turgor kulit kurang elastis, dan keriput, ada luka dikaki
kanannya bekas kena knalpot motor 1 bulan yang lalu masih mengeluarkan
darah.
5.1.2 Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. K yaitu berupa diagnosa perfusi
perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan
suplay oksigen kurang dibuktikan dengan tampak keadaan umum lemah,
konjungtiva anemis, bibir pucat kering, Pasien tampak kurus, turgor kulit
kurang elastis, dan keriput. Diagnosa kedua yaitu berupa intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan pasien mengatakan tidak
bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari, pasien tampak lemah dan
semua ADL’s sebagian dibantu keluarga dan perawat.
5.1.3 Intervensi keperawatan pada Tn.K yang ditetapkan oleh penulis dimana sesuai
pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu berupa transfusi darah
sebagai intervensi fokus utama dan diikuti oleh perawatan luka.
5.1.4 Implementasi keperawatan pada Tn.K dilakukan selama 3 hari sesuai dengan
intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya.
5.1.5 Evaluasi keperawatan pada Tn. K pada diagnosa pertama didapatkan bahwa
masalah teratasi sebagian, kriteria tercapai sebagian dan tetap melanjutkan
intervensi. Pada diagnosa kedua didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian,
pada diagnosa ketiga didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian, kriteria
tercapai sebagian dan tetap melanjutkan intervensi. kriteria hasil tercapai
dengan mempertahankan intervensi 1-5.
DAFTAR PUSTAKA
Basith, A., Agustin, R., & Diani, N. (2017). Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Dunia Keperawatan
Volume 5 Nomor 1, 1-10.
Fitriany J, Saputri AI. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal. AVERROUS J Kedokt
dan Kesehat Malikussaleh. 2018;4(1202005126):1–30.
Kurniasih E. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak, Karbohidrat)
dan Zat Gizi Mikro (Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B12) dengan Kadar
Hemoglobin Atlet Futsal Putri Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Universitas Esa Unggul; 2018.
Paramastri R, Hsu CY, Lee HA, Lin LY, Kurniawan AL, Chao JCJ. Association
between dietary pattern, lifestyle, anthropometric status, and anemia-related
biomarkers among adults: A population-based study from 2001 to 2015. Int J
Environ Res Public Health. 2021;18(7):1–15.
Rahayu S, Eko Pertiwi W, Putri Ramadhina D. Anemia Prevention in Young
Women. KnE Life Sci. 2022;2022:362–71.
Retno Desita,dkk. 2017. Pengetahuan Gizi, Pola Makan, dan Kepatuhan
Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadian Anemia Remaja
Putri.Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu.
Satyagraha K, Putera K, Noor MS, Heriyani F. Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Anemia Di Smp Negeri 18 Banjarmasin 2019 / 2020. 2020;217–22.
Simanungkalit SF, Simarmata OS. Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi Remaja
Putri yang Berhubungan dengan Status Anemia. Bul Penelit Kesehat.
2019;47(3):175–82.
Tong S, Vichinsky E. Iron De fi ciency : Implications Before Anemia.
2021;42(1).
Zidni, I. 2018. Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Media Aplikasi Mobile “Stop
Anemia” Tehadap Pengetahuan Tentang Anemia dan Sikap dalam Mencegah
Anemia pada Remaja Putri di Desa Tridadi Kabupaten Sleman. Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.