Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI : ANEMIA


DI RUANG ANAK RSUD DR. SOEDARSO PONTIANAK

DISUSUN OLEH:
HANI SYADZA SHAFIRA MAHARANY
NIM : 211133010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI : ANEMIA
DI RUANG PENYAKIT DALAM, RS TK II KARTIKA HUSADA
PKK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Telah Mendapatkan Persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher)


dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure) pada :
Hari : …………………………..…….
Tanggal : ………………………………..

Telah Disusun Dan Disiapkan


Oleh :

Rima Ocktavia
201133056

Mengetahui, Pontianak, ………….....2021


Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

Ns. Guntur Prasetyo, S.Kep Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp., M.Kes
NIP. NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Hematologi : Anemia” pada PKK Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Ners.
3. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku Koordinator Praktik Klinik
Profesi Ners.
4. Clinical Instruktur PKK Keperawatan Anak
5. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Pontianak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan
spiritual.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
terutama dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pontianak, November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
VISI DAN MISI.......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA............................................................1
A. Konsep Dasar Teori....................................................................................1
1. Pengertian..................................................................................................1
2. Etiologi......................................................................................................2
3. Klasifikasi..................................................................................................3
4. Patofisiologi...............................................................................................4
5. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)......................................................5
6. Komplikasi Anemia...................................................................................6
7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................6
8. Penatalaksanaan Anemia...........................................................................7
9. Pathway/WOC...........................................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................10
1. Pengkajian...............................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................11
3. Intervensi Keperawatan...........................................................................14
4. Implementasi dan Evaluasi......................................................................30
5. Aplikasi Pemikiran Kritis........................................................................30
Daftar Pustaka......................................................................................................32

iv
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

1. Konsep Dasar Teori


2. Pengertian
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit
dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk
perorangan (Arisman dalam Dewi, 2020).
Menurut Nursalam dalam Dewi (2020), anemia adalah berkurangnya
kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap
millimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada
sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna
kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh.
Menurut Ngastiyah dalam Festy (2018), anemia adalah berkurangnya
jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau
berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam
100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan terhadap keseimbangan
antara pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu dari
pada masa anak atau dewasa.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan hematokrit dibawah normal, secara fisiologis, anemia terjadi apa
bila terdapat kekurangan jumlah haemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan (Smeltzer dalam Saputra, 2018).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemiabukan merupkan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan sesuatu
penyakit(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologi Anemiaterjadi apabila
terdapat kekuranan jumlah hemoglobinuntuk mengakut oksigen ke jaringan.
Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologik yan mendasar(Wijaya & Putri dalam Muflikhah, 2019).

1
3. Etiologi
Kebanyakan anemia terjadi karena kekurangan gizi yang diperlukan
untuk sintesis epritrosit, seperti zat besi, vitamign B12, dan asam folat. Selain
itu, disebabkan oleh perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronis, dan
keracunan obat (Kardiyudiani, 2019).
Menurut Fikawati, dkk (2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak
Dan Remaja penyebab anemia antara lain:
a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada
usia antara 14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun
kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan
kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki
kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada
remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak
pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi
sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi
saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan
mengalami anemia dibanding remaja putra.
b. Kurangnya Asupan Zat Besi
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan
buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang
berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada Usia Remaja
Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di
Asia Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi.
Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan meningkatkan11 kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap
semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami
remaja perempuan.

2
d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara
berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan
memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi besi.
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia,
remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan
dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di
bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga
menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak
mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di
perkotaan (20,6%) (Fikawati dkk, 2017).
f. Status Gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia
1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut juga
di dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah
bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia
(Fikawati dkk, 2017).
g. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan
tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada
beberpa penelitian terkait anemia ditemukan pula pada mereka yang
memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.

4. Klasifikasi
Menurut Prawirohardjo dalam Dewi (2020), macam-macam anemia
adalah sebagai berikut :

3
a. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya
unsur besi dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau
banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya pada pendarahan.
b. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering
ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar
atau makanan dengan protein hewani tinggi.
c. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran
sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
d. Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena
sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang
baru. Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain,
infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis. Anemia aplastik
merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum tulang yang
menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. Produksi sel-sel darah
menurun atau terhenti. Timbul pansitopenia dan hiposelularitas sumsum.
Manifestasi gejala tergantung beratnya trombositopenia (gejala
perdarahan), neutropenia (infeksi bakteri, demam), dan anemia (pucat,
lelah, gagal jantung kongesti, takikardia).

5. Patofisiologi
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat terjadi
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal yang menyebabkan destruksi sel darah merah (Muflikhah,
2019).

4
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
aliran darah.Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dl akan mengakibatkan ikterik
pada sklera (Muflikhah, 2019).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalamurin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia
pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel
darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar :
1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2) derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia (Festy, 2018).

6. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Manifestasi klinis menurut Kardiyudiani (2019: 186) untuk anemia
adalah sebagai berikut :
a. Keadaan umum : lemah, letih, lesu, dan lelah, sering mengeluh pusing
dan mata berkunang-kunang, sensitif terhadap dingin, BB turun, vertigo.
b. Kulit : kulit kering, kuku rapuh, clubbing.
c. Mata : penglihatan kabur, perdarahan retina.
d. Mulut : mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
e. Paru-paru : dipsneu dan orthopnea.
f. Kardiovaskuler : takikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi,
kerdiomegali, gagal jantung.

5
g. Gastrointestinal : anoreksia dan menorargia, menurunnya fertilisasi,
hematuria.
h. Muskuloskeletal : nyeri pinggang
i. Sistem persyarafan : nyeri kepala, bingung, neurupatu perifer, parastesia,
mental.
j. Depresi, cemas, kesulitan koping

7. Komplikasi Anemia
Komplikasi Anemia menurut Wijaya & Putri (2013 : 137) komplikasi
Anemia adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi-silang menyebabkan
perdarahan yang tidak terkendali
g. Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sum-sum
tulang)
h. Kegagalan cangkok sumsum
i. Leukemia mielogen akut

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Wijaya & Putri (2013 : 134) untuk
Anemia adalah sebagai berikut :
a. Pemerikasaan darah lengkap : Hb & Ht menurun
b. Jumlah trombosit : menurun Anemia Pendarahan (AP), meningkat
Desisiensi Besi (DB), normal/tinggi (Hemolitik)
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit B12: membantu mendiagnosa anemia

6
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik)
g. Total Iron Binding Capacity (TIBC) serum : menurun (DB)
h. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
i. Lactate Dehydrogenase (LDH) serum : mungkin meningkat (AP)
j. Tes Schilling : penurunan ekskresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac Test : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan Potential of
Hydrogen (pH) dan tak adanya asam hidrokolorik bebas (AP), Aspirasi
sum-sum tulang
m. Pemeriksaan biopsy: sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
bentuk, membedakan tipe anemia
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan,
perdarahan Gastrointestinal(GI)

9. Penatalaksanaan Anemia
Penatalaksanaan Anemia menurut Wijaya & Putri (2013 : 135) yang
dapat dilakukan pada pasien anemia sebagai berikut :
a. Anemia karena perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfusi darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfusi packed cell. Mengatasi renjatan dan penyebab
perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan
cairan infus apa saja yang tersedia.
b. Anemia defisiensi besi (DB)
Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti
diagnostik, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukonat,
fumarat) merupakan terapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi
parenteral (dekstran besi) adalah bentuk yang efektif dan aman
digunakan bila perhitungan dosis tepat, sementara itu keluarga harus
diberi edukasi tentang diet penderita, dan konsumsi susu harus dibatasi
lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh

7
ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan besi bertambah dan
kehilangan darah karena intoleransi protein susu sapi tercegah.
c. Anemia defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula
dengan pemberian/ suplementasi asam folat oral 1 mg/ hari.
d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik autoimun Terapi inisial dengan menggunakan
Prednison® 1-2 mg/Kg BB/hari. Anemia hemolitik karena kekurangan
enzyme11 Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting.
Transfusi tukar mungkin terindikasi untukhiperbillirubinemia
padaneonatus.Transfusi eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia berat
atau krisisaplastik.Jika anemia terus menerus berat atau jika diperlukan
transfusi yang sering,splenektomi harus dikerjakan setelah umur 5-6
tahun.
e. Anemia aplastik
Dua metode penanganan yang saat ini sering dilakukan : Transplantasi
sumsum tulang dan Terapi imunosupresif dengan ATG (Globulin
Antitimosit).

8
Pathway

Sumber : Wijaya&Putri (2013)

9
10. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien & keluarga
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, atau riwayat
imunisasi pada anak
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat penyakit anemia sebelumnya
d. Keadaan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak napas, sampai adanya gejala gelisah,
diaphoresis, tachikardi,dan penurunan kesadaran.
e. Riwayat keluarga
Riwayat anemia dalam keluarga dan riwayat penyakit-penyakit seperti:
kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma, penyakit-penyakit infeksi saluran
pernapasan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Keadaan tampak lemah sampai sakit berat
Kesadaran : Compos mentis, kooperatif sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran, apatis, somnolen, sopor, coma.
2) Tanda-tanda vital Tekanan darah : Tekanan darah menurun, Nadi :
Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah, Suhu : Bisa
meningkat atau turun, Pernapasan : Meningkat
3) Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)
4) Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit
5) Kepala Biasanya bentuk dalam batas normal

10
6) Mata Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, terdapat perdarahan sub conjungtiva, keadaan pupil,
palpebra, reflek cahaya biasanya tidak ada kelainan.
7) Hidung, keadaan/bentuk mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung, fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
8) Telinga, bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan
9) Mulut, bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir
pecah-pecah atau perdarahan
10) Leher terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah
membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
11) Thoraks, pergerakan dada, biasanya pernapasan cepat irama tidak
teratur.Fremitus yang meninggi, percusi sonor, suara napas bisa
vesikuler atau ronchi, wheezing.
12) Abdomen Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan
bisa juga dibawah normal dan bisa juga meningkat
13) Genetalia, Laki-laki : testis sudah turun ke dalam skrotum,
Perempuan : labia minora tertutup labia mayora
14) Ekstremitas, terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang, akral dingin
15) Anus, keadaan anus, anus (+)
16) Neurologis, Refleksi fisiologis (+) seperti reflek patella, reflek
patologi (-) seperti Babinski, tanda kerniq (-) dan Bruzinski I-II = (-)
g. Pemeriksaan Pola Aktivitas
h. Pemeriksaan Laboratorium
i. Pengobatan / Terapi Medis
(Wijaya & Putri, dalam Muflikhah, 2019).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia
Definisi menurut SDKI : Penurunan volume cairan intravaskuler,
interstisial, dan/atau intraseluler

11
Penyebab :
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
(SDKI PPNI, 2017)
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kosentrasi
hemoglobin.
Definisi menurut SDKI : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler
yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Penyebab :
1) Hiperglikemia
2) Penurunan konsentrasi hemoglobin
3) Peningkatan tekanan darah
4) Kekurangan volume cairan
5) Penurunan aliran arteri dan atau vena
6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat
7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit
8) Kurang aktivitas fisik
(SDKI PPNI, 2017)
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
Definisi menurut SDKI : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
Penyebab :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmanpuan mengabsorbsi nutrisi
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi
6) Faktor stress (SDKI PPNI, 2017)

12
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Definisi menurut SDKI : Ketidakcukupan energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan osigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas dan Gaya Hidup (SDKI PPNI, 2017)

13
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan Dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan (Intervensi)
(SDKI PPNI 2017) (SLKI PPNI 2019) (SIKI PPNI 2018)
1. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen Hipovolemia
Penyebab : selama 3x24 jam, diharapkan masalah 1. Observasi
a. Kehilangan cairan aktif status cairan kembali normal, dengan a. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
b. Kegagalan kriteria hasil : (misalnya frekuensi nadi meningkat, nadi
mekanisme 1. Kekuatan nadi meningkat teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
regulasi 2. Output urin meningkat nadi menyempit, turgor kulit menurun,
c. Peningkatan 3. Membran mukosa membrane mukosa kering, volume urin
permeabilitas 4. Perasaan lemah menurun menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
kapiler 5. Rasa haus menurun b. Monitor intake dan output cairan
d. Kekurangan 6. Frekuensi nadi membaik 2. Terapeutik
intake cairan 7. Tekanan darah membaik a. Hitung kebutuhan cairan
e. Evaporasi 8. Tekanan nadi membaik b. Berikan posisimodified Trandelenburg
9. Turgor kulit membaik c. Berikan asupan cairan oral
10. Berat badan membaik 3. Edukasi
11. Intake cairan membaik a. Anjurkanmemperbanyak asupan cairan oral
12. Status mental membaik b. Anjurkan menghindari perubahan posisi

14
13. Suhu tubuh membaik mendadak
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
NACL, RL)
b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5 %,NACL 0,4 %)
c. Kolaborasi pemberian cairan keloid (mis.
Albumin, plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian produk darah
B. Manajemen Syok Hipovolemik
1. Observasi
a. Monitor status kardiopomunal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD,
MAP)
b. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD)
c. Monitor status cairan (masukan dan haularan,
turgor kulit, CRT)
d. Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil

15
e. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap
adanya DOTS (deformitiy/deformitas, open
wound/luka terbuka, tendemass/nyeri tekan,
swelling/bengkak)
2. Terapeutik
a. Pertahankan jalan nafas paten
b. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
c. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,
jika perlu
d. Lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada pendarahan eksternal
e. Berikan posisi syok (modified trendefenberg)
f. Pasang jalur IV berukuran besar (mis. Nomor
14 atau 15)
g. Pasang kateter urine untuk menilai produksi
urine
h. Pasang selang nasogastric untuk dekompresi
lambung

16
i. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
3. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid
1-2 L pada dewasa
b. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid
20 mL/kgBB pada anak
c. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika
perlu
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Perawatan Sirkulasi
efektif berhubungan selama 3x24 jam diharapkan perfusi 1. Observasi
dengan penurunan perifer meningkat dengan kriteria hasil: a. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer,
kosentrasi hemoglobin. 1. Kekuatan nadi perifer meningkat edema, pengisian kalpiler, warna, suhu,
Penyebab : 2. Penyembuhan Iuka meningkat angkle brachial index)
a. Hiperglikemia 3. Sensasi meningkat b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
b. Penurunan 4. Warna kulit pucat menurun (mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
konsentrasi 5. Edema perifer menurun dan kadar kolesterol tinggi)
hemoglobin 6. Nyeri ekstremitas menurun c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
c. Peningkatan tekanan 7. Paraestesia menurun bengkak pada ekstremitas

17
darah 8. Kelemahan otot menurun 2. Terapeutik
d. Kekurangan volume 9. Kram otot menurun a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
cairan 10. Bruit femoralis menurun darah di area keterbatasan perfusi
e. Penurunan aliran 11. Nekrosis menurun b. Hindari pengukuran tekanan darah pada
arteri dan atau vena 12. Pengisian kapiler membaik ekstremitas pada keterbatasan perfusi
f. Kurang terpapar 13. Akral membaik c. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet
informasi tentang 14. Turgor kulit membaik pada area yang cidera
faktor pemberat 15. Tekanan darah sistolik membaik d. Lakukan pencegahan infeksi
g. Kurang terpapar 16. Tekanan darah diastolic membaik e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
informasi tentang 17. Tekanan arteri rata-rata membaik f. Lakukan hidrasi
proses penyakit 18. Indeks ankle - brachial membaik 3. Edukasi
h. Kurang aktivitas fisik a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
e. Anjurkan minum obat pengontrol tekakan

18
darah secara teratur
f. Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
g. Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada
kaki)
h. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
i. Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
j. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
B. Manajemen Sensasi Perifer
1. Observasi
a. Identifikasi penyebab perubahan sensasi
b. Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan pakaian

19
c. Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
d. Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
e. Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi
dan tekstur benda
f. Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
g. Monitor perubahan kulit
h. Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
2. Terapeutik
a. Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
3. Edukasi
a. Anjurkan penggunaan termometer untuk
menguji suhu air
b. Anjurkan penggunaan sarung tangan termal
saat memasak
c. Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah

20
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika
perlu
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan selam 3x24 jam, diharapkan status 1. Observasi
kurangnya asupan nutrisi dapat membaik dengan kriteria a. Identifikasi status nutrisi
makanan hasil : b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Penyebab : 1. Porsi makanan yang dihabiskan c. Identifikasi makanan yang disukai
a. Ketidakmampuan meningkat d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menelan makanan 2. Kekuatan otot mengunyah nutrient
b. Ketidakmampuan meningkat e. Identifikasi perlunya penggunaan selang
mencerna makanan 3. Kekuatan otot menelan meningkat nasogastrik
c. Ketidakmanpuan 4. Serum Albumin meningkat f. Monitor asupan makanan
mengabsorbsi nutrisi 5. Verbalisasi keinginan untuk g. Monitor berat badan
d. Peningkatan meningkatkan nutrisi h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
kebutuhan 6. Pengetahuan tentang pilihan 2. Terapeutik
metabolism makanan yang sehat meningkat a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
e. Faktor ekonomi 7. Pengetahuan tentang pilihan perlu

21
f. Faktor stress minuman yang sehat meningkat b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
8. Pengetahuan tentang standar asupan Piramida makanan)
nutrisi yang tepat meningkat c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
9. Penyiapan dan penyimpanan yang sesuai
makanan yang aman d. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
10. Penyiapan dan penyimpanan konstipasi
minuman yang aman e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
11. Sikap terhadap makanan/minuman protein
sesuai dengan tujuan kesehatan f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
12. Perasaan cepat kenyang menurun g. Hentikan pemberian makan melalui selang
13. Nyeri abdomen menurun nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
14. Sariawan menurun 3. Edukasi
15. Rambut rontok menurun a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
16. Diare menurun b. Ajarkan diet yang diprogramkan
17. Berat badan membaik 4. Kolaborasi
18. Indeks masa tubuh (IMT) membaik a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
19. Frekuensi makan membaik makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
20. Nafsu makan membaik perlu
21. Bising usus membaik b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

22
22. Tebal lipatan kulit trisep membaik menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
B. Promosi Berat Badan
1. Observasi
a. Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
b. Monitor adanya mual dan muntah
c. Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi
sehari-hari
d. Monitor berat badan
e. Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum
2. Terapeutik
a. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
b. Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi,

23
total perenteral nutritition sesui indikasi)
c. Hidangkan makan secara menarik
d. Berikan suplemen, jika perlu
e. Berikan pujian pada pasien atau keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namuntetap terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen Energi
berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan toleransi 1. Observasi
kelemahan aktivitas meningkat dengan kriteria a. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
Penyebab : hasil : mengakibatkan kelelahan
a. Ketidakseimbangan 1. Kemudahan melakukan aktivitas b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
antara suplai dan sehari-hari meningkat c. Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan osigen 2. Kecepatan berjalan meningkat d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
b. Tirah baring 3. Jarak berjalan meningkat melakukan aktivitas
c. Kelemahan 4. Kekuatan tubuh bagian atas 2. Terapeutik

24
d. Imobilitas meningkat a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
e. Gaya Hidup 5. Kekuatan tubuh bagian bawah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
meningkat b. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
6. Toleransi menaiki tangga meningkat c. Berikan aktivitas distraksi yang
7. Keluhan lelah menurun menyenangkan
8. Dispnea saat beraktivitas menurun d. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
9. Dispnea setelah beraktivitas dapat berpindah atau berjalan
menurun 3. Edukasi
10. Aritmia saat beraktivitas menurun a. Anjurkan tirah baring
11. Atritmia setelah beraktivitas b. Anjurkan melakukan aktivitas secara
menurun bertahap
12. Sianosis menurun c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
13. Perasaan lemah menurun dan gejala kelelahan tidak berkurang
14. Frekuensi nadi membaik d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
15. Warna kulit membaik kelelahan
16. Tekanan darah membaik 4. Kolaborasi
17. Saturasi oksigen membaik a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
18. Frekuensi napas membaik meningkatkan asupan makanan
19. EKG Iskemia menurun B. Terapi Aktivitas

25
1. Observasi
a. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu luang
f. Monitor respon emosional, fisik, social, dan
spiritual terhadap aktivitas
2. Terapeutik
a. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan
deficit yang dialami
b. Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi danrentang aktivitas
c. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai

26
kemampuan fisik, psikologis, dan social
d. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
e. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
f. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
g. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
h. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
i. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
j. Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien
hiperaktif
k. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
l. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi
otot

27
m. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori
implicit dan emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu) untuk pasien dimensia,
jika sesaui
n. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
o. Fasilitasi mengembankan motivasi dan
penguatan diri
p. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
q. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
hari
r. Berikan penguatan positf atas partisipasi
dalam aktivitas
3. Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
c. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social,

28
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
d. Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
e. Anjurkan keluarga untuk member penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
b. Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu

29
4. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar
tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melakukan
tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik
komunikasi teraupetik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan
kepada klien.
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi
ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini
akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan yang
dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang
sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses
keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi (Ernawati, 2019).
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi
keperawatan maka kita menggunakan komponen SOAP yaitu:
a. S : data subyektis.
b. O : data objektif.
c. A : analisis, interpretasi dari data subyektif dan data objektif. Analsisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi, atau masalah
atau diagnosis yang baru akibat adanya perubahan status kesehatan klien.
d. P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah dilanjutkan,
ditambah atau dimodifikasi. (Ernawati, 2019).

5. Aplikasi Pemikiran Kritis


Dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan anemia perlu
dilakukan tindakan keperawatan yang efektif dan terkontrol dalam
meningkatkan kadar hemoglobin darah dalam tubuh klien dengan anemia.
Selain dengan pemberian terapi obat-obatan, peningkatan kadar hemoglobin

30
darah juga dapat dilakukan dengan melalui asupan makanan seperti dari
pisang ambon dan minuman madu.
Madu mengandung zat besi yang sangat diperlukan dalam pembentukan
hemoglobin. Zat besi berperan sangat penting dalam pembentukan
hemoglobin, kebutuhan zat besi dalam tubuh 65% dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin. Hemoglobin yaitu molekul protein yang
mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah yang membuat darah
berwarna merah (Kusmiran, 2016). Kandungan besi dalam 100 gram madu
terdapat kandungan besi sebesar 0,42 mg. Disamping itu juga madu
mengandung enzim-enzim seperti diastase, glukosa oksidase, katalase serta
vitamin A, vitamin B dan betakaroten. Selain itu juga dilengkapi mineral
berupa kalium magnesium, fosfor, tembaga, mangan, natrium dan kalsium.
Bahkan terdapat hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh glukosa oksidase
dan inhibin (Hudri, dalam Idaningsih, 2020).
Sedangkan dalam buah pisang memiliki kandungan zat besi yang cukup
tinggi sehingga cocok untuk penderita anemia. Mengkonsumsi 2 buah pisang
setiap selama 7 hari dapat mengatasi kekurangan sel darah merah atau
anemia. Dalam 100 gram pisang mengandung zat besi sebanyak 1,60 mg
(Wardhany, 2016). MenurutMaesaroh & Fauziah, (2016) mengatakan jika
mengkonsumsi pisang ambon 2 kali sehari secara teratur dapat meningkatkan
jumlah sel darah merah, dimakan sebaiknya pagi dan sore hari.
Hal ini dapat dilihat dan diperjelas dalam penelitian Idaningsih (2020),
dengan judul “Efektivitas Pemberian Madu Dan Pisang Ambon Terhadap
Anemia Pada Mahasiswi Program Studi Diploma Iii Kebidanan Stikes Ypib
Majalengka”, menyatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin pada mahasiswi
sebelum pemberian madu dan pisang ambon sebesar 11,45 gr% dan sesudah
pemberian madu dan pisang ambon sebesar 12,15 gr%. Pemberian madu dan
pisang ambon efektif terhadap anemia pada mahasiswi Prodi Diploma III
Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2020 (ρ = 0,000). Kesimpulan
pemberian madu dan pisang ambon efektif terhadap anemia terutama pada
klien dengan anemia ringan dan sedang.

31
Daftar Pustaka

Dewi, R. M. (2020). Karakteristik Dan Prevalensi Anemia Pada Mahasiswi DIV


Kebidanan Reguler B Tingkat 3 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Tahun
2019. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Ernawati, N. (2019). Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Dengan


Pendekatan Kasus : Modul 3. Sumber : http://repository.poltekkes-
soepraoen.ac.id/454/3/Bab%202.pdf

Festy, T. N. (2018). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia Pada An.
A.S Di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Kupang :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang

Fikawati, S., dkk. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: PT. Raja Grafindo
Persada.

Idaningsih, A. (2020). Efektivitas Pemberian Madu Dan Pisang Ambon Terhadap


Anemia Pada Mahasiswi Program Studi Diploma Iii Kebidanan Stikes Ypib
Majalengka. Majalengka : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPIB

Kardiyudiani, K.N. (2019). Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta : PT.


Pustaka Baru

Kusmiran, E. (2016). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta :


Salemba Medika,

Maesaroh, S., & Fauziah, A. N. (2016). Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Resiko Tindakan Aborsi Terhadap Kesehatan Dan Hukum. Jurnal Kebidanan
Indonesia : Journal of Indonesia Midwifery, 9(1), 81-90.

Muflikhah, S. (2019). Asuhan keperawatan Dengan Gangguan Sirkuliasi Pada


Kasus Anemia Terhadap Tn.S Di Ruang Penyakit Dalam RSD Mayjend.Hm.
Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tanggal 13-17 Mei 2019. Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang

Saputra, A. (2018). Asuhan Keperawatanpada Ny.Y Dengan Anemia Di Ruang


Rawat Inap Ambun Suri Lantai III RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018. Padang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI

32
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Wardhany, K. H. (2016). Khasiat Tanaman Obat. Rapha Publishing.

Wijaya & Putri. (2013). KMB II Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan


Dewasa. Yogyakarta : Nuha Medika.

33
Lampiran Jurnal Aplikasi Pemikiran Kritis

34

Anda mungkin juga menyukai