BAB I
PENDAHULUAN
tanggap darurat (saat bencana) maupun pasca bencana (pasca bencana). Untuk
kegiatan pra bencana, sistem informasi yang terangkai dengan sistem
peringatan dini multi hazard berbasis masyarakat, penting peranannya dalam
mewujudkan pengurangan risiko bencana.
Mengingat pentingnya informasi dan komunikasi dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, maka upaya pemantapan dan
pengembangannya merupakan suatu langkah yang perlu diwujudkan. Salah
satu pengaplikasiannya adalah dengan mengetahui sistem informasi dan
komunikasi bencana secara tepat agar dapat melakukan tindakan yang tepat
menghadapi pra, saat dan pasca bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suara, data dan gambar). Dalam suatu keadaan darurat (disaster) baik dalam
skala kecil, menengah dan besar, unsur komunikasi adalah salah-satu
komponen (sub-system) yang berperan menentukan terhadap berhasil atau
kurang berhasil, bahkan gagalnya suatu operasi penyelamatan (search and
rescue) dan pengerahan bantuan penanganan serta penanggulangan terhadap
kejadian musibah/bencana.
Komponen-komponen yang saling menunjang dalam suatu operasi /
pengerahan bantuan dimaksud, adalah;
a. Organisasi (mission organization)
b. Fasilitas
c. Pelayanan gawat darurat (emergency care);
d. Komunikasi, dan
e. Dokumentasi
mengetahui apa yang diharapkan oleh pihak lain terhadap dirinya dalam
hidup bermasyarakat.
c. Komunikasi sebagai sarana sosialisasi. Kegiatan komunikasi untuk
menyampaikan pengetahuan atau pendidikan bagi warga ataupun generasi
baru dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan ini disebut juga sebagai
proses sosialisasi.
d. Kegiatan komunikasi yang berfungsi untuk menghibur masyarakat, atau
kegiatan yang dapat melepaskan ketegangan hidup bermasyarakat.
Komunikasi dalam kehidupan sosial juga penting untuk membangun
konsep diri, aktualisasi diri serta kelangsungan hidup manusia dan melalui
komunikasi sosial, manusia dapat bekerjasama dengan berbagai anggota
masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
a. Informasi Pra‐Bencana
Dalam rangka mendukung upaya‐upaya sebelum terjadi bencana
diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai
bahan masukan pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk
informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan
kesiapsiagaan sumber daya dan upaya‐upaya yang telah dilakukan terkait
dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah,
khususnya di tingkat kabupaten / kota. Informasi yang dikumpulkan dalam
bentuk profil terdiri dari:
1) Gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas
wilayah gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, data
demografi, dan informasi bencana yang pernah terjadi
2) Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, yang pernah dilakukan
3) Upaya tanggap darurat dan pemulihan, yang pernah dilakukan
4) Gambaran pengelolaan data dan informasi.
d) Internet
e) Radio komunikasi
2) Informasi penilaian kebutuhan cepat (Form B-2)
Informasi dikumpulkan oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat yang
bersumber dari:
a) Masyarakat
b) Sarana pelayanan kesehatan
c) Dinas kesehatan Provinsi/kabupaten/Kota
d) Lintas sektoral
Informasi disampaikan melalui:
a) Telepon
b) Faksimile
c) Telepon seluler
d) Internet
e) Radio komunikasi
3) Informasi perkembangan kejadian bencana (Form B-3)
Informasi disampaikan oleh institusi kesehatan di lokasi bencana
(Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan)
Sumber informasi :
a) Masyarakat
b) Sarana pelayanan kesehatan
c) Dinas kesehatan Provinsi/kabupaten/Kota
d) Lintas sektoral
Informasi disampaiakan melalui:
a) Telepon
b) Faksimile
c) Telepon seluler
d) Internet
e) Radio komunikasi
12
b. Tingkat Kabupaten/Kota
1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi awal
bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian kebutuhan
pelayanan di lokasi bencana
3) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaiakn laporan hasil
penilaian kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
memberi respon ke Puskesmas dan RS Kabupaten/Kota
4) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi
5) RS Kabupaten/Kota menyampaikan informasi rujukan dan
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS
Provinsi bila diperlukan
c. Tingkat Provinsi
1) Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan informasi awal kejadian
dan perkembangannya ke Depkes melalui PPK
2) Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kajian terhadap laporan hasil
penilaian kebutuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
3) Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil kajian ke
PPK dan memberi respon ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
RS Provinsi
16
d. Tingkat Pusat
1) PPK menyampaikan informasi awal kejadian, hasil kajian penilaian
kebutuhan pelayanan dan perkembangannya ke Sekertaris Jendral
Depkes, Pejabat Eselon I dan Eselon II terkait serta tembusan ke
Mentri Kesehatan
2) PPK melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian kebutuhan
pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
3) Rumah sakit umum Pusat Nasional menyampaikan informasi
rujukan dan perkembangannya ke PPK bila diperlukan
4) PPK beserta unit terkait di lingkungan Depkes merespons
kebutuhan pelayanan kesehatan yang diperlukan.
a. Pra Bencana
Informasi yang dikumpulkan pada saat pra bencana adalah :
1) Informasi sumber daya baik tenaga, dana, sarana dan prasarana dalam
rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana (Form
Kesiapsiagaan pada Pedoman Sistem Informasi Penangggulangan
Krisis Akibat Bencana). Informasi tersebut bersumber dari Puskesmas,
Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi.
2) Informasi dari lintas sektor terkait, misalnya meteorologi dan geofisika
dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang
disebabkan oleh fenomena cuaca dan iklim (prakiraan cuaca harian /
mingguan, prakiraan hujan bulanan dan prakiraan musim hujan /
kemarau) serta informasi gempa bumi dan tsunami yang bersumber
dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
3) Informasi nomor telepon, faksimile (kantor dan rumah) serta nomor
telepon genggam / mobile dari petugas yang telah ditunjuk untuk
bertanggung jawab dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana baik dari lintas program maupun lintas sektor untuk
membangun jaringan informasi dan komunikasi ( contact person).
Informasi tersebut bersumber dari Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan lintas
sector yang terkait dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan tersebut kemudian
dilakukan pengolahan , dengan melakukan :
1) Penyusunan tabel bencana.
2) Penyusunan peta daerah rawan krisis kesehatan akibat bencana.
3) Penyusunan buku profil penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana yang berisi informasi tentang sumber daya baik tenaga, dana,
sarana dan prasarana dalam rangka penanggulangan krisis dan masalah
kesehatan lain.
18
b. Saat Bencana
Informasi yang dikumpulkan pada saat bencana adalah :
1) Informasi awal penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain
(Form B1 dan B4 pada Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan
Krisis Akibat Bencana).
2) Informasi perkembangan penanggulangan krisis dan masalah
kesehatan lain (Form B2 pada Pedoman Sistem Informasi
Penanggulangan Krisis Akibat Bencana).
Informasi tersebut bersumber dari Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, instansi terkait,
masyarakat, media cetak dan media elektronik.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diolah,
dengan melakukan :
1) Penyusunan laporan awal penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana.
2) Penyusunan laporan perkembangan penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana.
Sesuai dengan kebutuhan akan informasi, pemantauan dan
pelaporan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat
dilakukan sesering mungkin. Semua data dan informasi yang didapatkan
akan menjadi landasan dalam pengambilan langkah dan strategi
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Pemantauan ini terus
19
c. Pasca Bencana
Informasi yang dikumpulkan pada saat pasca bencana adalah :
1) Informasi pemulihan / rehabilitasi dan pembangunan kembali /
rekonstruksi sarana / prasarana kesehatan yang mengalami kerusakan.
2) Informasi upaya pelayanan kesehatan (pencegahan KLB,
pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi), kegiatan surveilans
epidemiologi, promosi kesehatan dan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar di tempat penampungan pengungsi
maupun lokasi sekitarnya yang terkena dampak.
3) Informasi relawan, kader dan petugas pemerintah yang memberikan
KIE kepada masyarakat luas, bimbingan pada kelompok yang
berpotensi mengalami gangguan stress pasca trauma dan memberikan
konseling pada individu yang berpotensi mengalami gangguan stress
pasca trauma.
4) Informasi pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.
5) Informasi rujukan korban yang tidak dapat ditangani dengan konseling
awal dan membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau
penanggulangan lebih spesifik.
Informasi tersebut bersumber dari Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan lintas sektor.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diolah,
dengan melakukan :
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan
baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu maksud. Komunikasi yang
berada didalam jaring koordinasi untuk penanganan bencana (disaster) harus
berfungsi pada saat terjadi musibah/bencana, maupun pada tahap pasca
terjadinya musibah/bencana.
Berkaitan dengan bencana, komunikasi dapat berfungsi sebagai radar
sosial yang memberi kepastian kepada pihak lain mengenai adanya bencana
di suatu tempat. Komunikasi diperuntukkan pada kegiatan pra bencana yang
meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi. Dalam hal ini, komunikasi
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kesiagaan yang
diperlukan dan persiapan apa yang harus dilakukan ketika bencana itu terjadi.
Untuk itu diperlukan beberapa alur penyampaian informasi dalam bencana
sehingga dapat diketahui mekanisme yang tepat dalam penyampaian
informasi tersebut.
3.2. Saran
Setelah mengetahui Sistem Informasi dan Komunikasi di Bencana,
penulis akan memberikan usulan dan masukan positif khususnya di bidang
kesehatan antara lain :