Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIANTAN HILIR

DISUSUN OLEH:
HANI SYDZA SHAFIRA MAHARANY
NIM. 211133010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIANTAN HILIR

Pontianak, Juni 2022


Mahasiswa

Hani Syadza Shafira Maharany


NIM. 211133010

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik/CI

Ns. Mather Sodri, S.Kep, M. Sos Ns. Ferry Prima Putra,S.ST


NIP. 19761016200604 1002 NIP. 198209032006041 011
A. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu
ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota
keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal
balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang
disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan. (Stuart, 2014).

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a) Tipe keluarga tradisional
1) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri
atas suami,istri dan anak.
2) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun
tidak memiliki anak
3) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan
anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
4) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya
terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah
5) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah dengan anggota keluarga lainnya.
6) Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri
dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah tangga
sendiri.
7) Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan
menggunakan pelayanan Bersama.
b) Tipe keluarga non tradisional
1) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama
tanpa adanya ikatan perkawinan.
3) Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
4) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup
Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti pasangan
5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara. (Kholifah,2016).

3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga sebagai berikut :
a) Fungsi Afektif
Fungsi ini merupakan presepsi keluarga terkait dengan pemenuhan
kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain
b) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai hasil
dari adanya interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial.. Fungsi ini
melatih agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial.
c) Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d) Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi dan
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan.
e) Fungsi Kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan,pakaian,tempat
tinggal,perawatan kesehatan. (Harnilawati,2013).
4. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah :
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Pengenalan masalah
kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga, mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan keluarga yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, penyebab yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap
masalah. Pada tahap ini memerlukan data umum keluarga yaitu nama
keluarga, alamat, komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, agama, status
sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.
b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Pengambilan sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan langkah
sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dihadapi,
takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negatif
terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang ada. Pada
tahap ini yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang
diambil. Perawatan sederhana dengan melakukan cara-cara perawatan
yang sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.
c) Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
Perawatan anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,
mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga, mengetahui
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap
keluarga terhadap yang sakit. Perawatan keluarga dengan melakukan
perawatan sederhana sesuai dengan kemampuan, perawatan keluarga
yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal mungkin.
Ketidakmampuan keluarga merawat atau menolong anggota keluarga
yang sakit atau berusia muda disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1)
keluarga tidak mengetahui keadaan penyakit; 2) pertumbuhan dan
perkembangan anak; 3) tidak mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan balita; 4) kurang
pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan prosedur perawatan
atau pengobatan.
d) Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis Pemodifikasian lingkungan
dapat membantu keluarga melakukan perawatan pada anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan, dalam bentuk kebersihan rumah
dan menciptakan kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan
tenang tanpa adanya gangguan dari luar. Ketidakmampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang bisa mempengaruhi kesehatan dan
pengembangan pribadi anggota keluarga disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu: 1) keluarga kurang dapat melihat keuntungan atau menfaat
pemeliharaan lingkungan di masa yang akan datang; 2) ketidaktahuan
keluarag akan higiene sanitasi; 3) ketidaktauan keluarga tentang usaha
penyakit; 4) sikap atau pandangan hidup keluarga; 5) ketidakkompakan
keluarga; 6) sumber-sumber keluarga tidak seimbang/tidak cukup
(keuangan, tanggung jawab atau wewenang anggota keluarga, dan
rumah yang tidak teratur).
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga Keluarga
mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan
yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau
oleh keluarga. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber di
masyarakat guna pemeliharaan kesehatan balita disebabkan oleh
bebrapa hal, yaitu: 1) ketidaktahuan atau ketidaksadaran keluarga
bahwa fasilitas kesehatan itu ada; 2) keluarga tidak memahami
keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan; 3) kurang
percaya terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan; 4)
pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan; 5) tidak adanya
fasilitas yang diperlukan terkait perkembangan balita; 6) sikap atau
falsafah hidup keluarga; 7) rasa asing atau tidak adanya motivasi
keluarga dari masyarakat; 8) sakit jiwa; 9) fasilitas yang diperlukan
tidak terjangkau oleh keluarga; 10) tidak ada atau kurangnya sumber
daya keluarga. (Mubarak, 2009).

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi
Arthritis merupakan penyebab paling sering dari penyakit radang sendi
kronis yaitu gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi serta adanya kelainan inflamasi terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan yang terjadi
pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai lanjut usia. Namun
risiko akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Sya'diyah, 2018).

2. Etiologi
a) Faktor kerentanan genetik.
b) Reaksi imunologi.
c) Usia lebih dari 40 tahun
d) Jenis kelamin wanita lebih sering
e) Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.
f) Proses inflamasi yang berkepanjangan.
g) Kepadatan tulang
(Sya'diyah, 2018).

3. Klasifikasi
a) Stadium sinovitis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada
jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti,
nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
b) Stadium destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
c) Stadium deformitas Pada stadium ini terjadi perubahan secara
progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap. (Sya'diyah, 2018).

4. Tanda dan Gejala


a) Nyeri persendian disertai kaku terutama pada pagi hari. Kekakuan
berlangsung sekitar 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam
dalam sehari.
b) Muncul pembengkakan,warna kemerahan, lemah dan rasa panas
yang berangsur-angsur.
c) Peradangan sendi yang kronik dapat muncul erosi pada pinggir
tulang dan dapat dilihat dengan penyinaran X-ray.
d) Pembengkakan sendi yang meluas dan simetris.
e) Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah
bera dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya nyeri.
f) Sendi besar kemungkinan juga dapat terserang yang disertai
penurunan kemampuan fleksi atau ekstensi.
g) Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien osteoartritis
pergelangan kaki, tumit, lutut berkembang menjadi pincang.
Gangguan bejalan merupakan ancaman besar. (Sya'diyah, 2018).

5. Komplikasi
a) Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di
tangan dan kaki.
b) Anemia
c) Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
d) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku. (Sya'diyah, 2018).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
1) Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive
Protein (CRP) meningkat
2) Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif
namun RF negatif tidak menyingkirkan diagnosis
3) Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya
digunakan dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan
spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun hubungan
antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten 2.
b) Radiologis Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”,
osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi. (Suprapto, 2014).

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan
pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah
deformitas, mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan
lebih lanjut
a) NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi.
NSAID yang dapat diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen,
naproksen, piroksikam, dikofenak, dan sebagainya. Namun NSAID
tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi.
b) DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses
destruksi oleh Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu:
hidroksiklorokuin, metotreksat, sulfasalazine, garam emas,
penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal
maupun kombinasi
c) Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,
5mg/hari sebagai “bridge” terapi untuk mengurangi keluhan pasien
sambil menunggu efek DMARDs yang baru muncul setelah 4-16
minggu.
d) Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui
pemakaian tongkat, pemasangan bidai, latihan, dan sebagainya.
Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
e) Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang
diharapkan, maka dapat dipertimbangkan pembedahan yang bersifat
ortopedi, contohnya sinovektomi, arthrodesis, total hip replacement,
dan sebagainya. (Suprapto, 2014).
C. WOC (Web of Causation)

Arthritis

Reaksi inflamasi pada


Proses inflamasi yang
Reaksi imunologi
sendi dan tendon. berkepanjangan.

Penipisan massa
Sinovitis korteks dan pelebaran
lumen
Erosi tulang dan kerusakan
Hiperemia dan
Kekuatan tulang pada tulang rawan
pembengkakan
berkurang

Gangguan
Instabilitas dan
Nekrosis dan mobilitassendi
deformitas fisik
Risiko cedera
kerusakan dalam Nyeri akut
ruang sendi
D. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
b) Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada
tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi
c) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya
kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan
bentuk (deformitas).
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat
jika terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika
terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
d) Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir
mengalami deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan
pada kegiatan sehari-hari.
e) Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi
pada pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah
keletihan dan kelelahan yang hebat.
f) Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
g) Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman
konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan
h) Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang
adekuat: mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi
purin seperti: kacang-kacangan, daun singkong, jeroan.
Menghindari minum kopi
i) Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain
j) Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada
jari tangan, pembengkakan sendi simetris.
k) Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada
pagi hari.
l) Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
m) Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan
peran. (Istianah, 2017).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera
kimiawi, agen pencedera fisik.
b) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur
tulang, perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik,
penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan
kekuatan otot, keterlambatan perkembangan, kekakuan sendi,
kontraktur, malnutrisi, gangguan muskuloskletal, gangguan
neuromuskular, IMT diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek
agen farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri, kurang
terpapar informasi tentang aktivitas fisik, kecemasan, gangguan
kognitif, keengganan melakukan pergerakan, gangguan
sensoripersepsi.
c) Risiko cedera b.d eksternal : terpapar patogen, terpapar zat
kimia toksik, terpapar agen nosokomial, ketidaknyamanan
transportasi. Internal : ketidaknormalan profil darah, perubahan
orientasi afektif, perubahan sensasi, disfungsi autoimun,
disfungsi biokimia, hipoksia jaringan, kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh, malnutrisi, perubahan fungsi psikomotor,
perubahan fungsi kognitif. (SDKI, 2017)
3. Perencanaan Keperawatan (SDKI, 2017)

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi
Keperawatan
keperawatan (SLKI)
(SIKI)
1 Nyeri Akut SLKI SIKI
Kontrol Nyeri (L.08063) Manajemen
Kriteria Hasil : Nyeri
1. Melaporkan nyeri 1. Lakukan
terkontrol pengkajian
2. Kemampuan mengenali kembali tentang
onset nyeri nyeri yang
3. Kemampuan mengenali dirasakan
penyebab nyeri Rasional :
4. Kemampuan mengetahui
menggunakan Teknik karakteristik
non-farmakologis nyeri yang
5. Keluhan nyeri menurun dirasakan
6. Penggunaan analgesik pasien
menurun 2. Berikan info
mengenai nyeri
Rasional :
menambah
wawasan
pasien terkait
rasa nyeri yang
dirasakan
3. Berikan
informasi yang
akurat untuk
meningkatkan
pemahaman
dan respon
keluarga
terhadap
pengalaman
nyeri
Rasional : agar
keluarga
mampu
melakukan
manajemen
nyeri secara
mandiri
4. Kolaborasi
dengan pasien,
orang terdekat,
tim keseha tan
untuk memilih
tindakan
penurun nyeri
nonfarmakologi
sesuai
kebutuhan
Rasional :
alternatif dalam
mengatasi nyeri
yang dirasakan
5. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesik
Rasional :
mengurangi
rasa nyeri
2 Gangguan SLKI SIKI
mobilitas Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan
fisik Kriteria Hasil : Mobilisasi
1. Pergerakan ekstremitas 1. Identifikasi
kekuatan otot rentang adanya nyeri
gerak (ROM) meningkat atau keluhan
2. Keluhan nyeri menurun fisik lainnya
3. Melaporkan kaku sendi Rasional :
menurun melihat
4. Melaporkan kelemahan keadaan umum
fisik menurun 2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan,
jika perlu
Rasional :
membantu
ambulasi
pasien
3. Anjurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
Rasional :
mempermudah
teknik
ambulasi
pasien
4. Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Rasional :
memandirikan
pasien dalam
teknik
ambulasi
3 Risiko cedera SLKI SIKI
Tingkat Cedera (L. Pencegahan
14136) Cedera
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi
1. Kemampuan toleransi area
aktivitas meningkat lingkungan
2. Melaporkan gangguan yang
mobilitas menurun berpotensi
3. Keluhan ketegangan menyebabkan
otot menurun cedera
Rasional :
menghindari
faktor
penyebab
cedera
2. Pastikan
barang barang
pribadi mudah
dijangkau
Rasional :
memudahkan
pasien dalam
ambulasi
3. Gunakan
pengaman
tempat tidur
sesuai dengan
kebijakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Rasional :
menghindari
risiko cedera
pada pasien
4. Anjurkan
berganti posisi
secara
perlahan dan
duduk
beberapa menit
sebelum
berdiri
Rasional :
membantu
mobilitas
pasien secara
sedikit demi
sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Harnilawati. (2013). Konsep dan proses Keperawatann Keluarga. Sulawesi
Selatan: Pustaka As Salam
Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kholifah, Siti Nur dan Wahyu Widagdo 2016.Keperawatan Keluarga dan
Komunitas.Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Mubarak, Chayatin, & Santoso. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep
Dan Aplikasi. Gresik:Salemba Medika.
Suharto, Dewi Nurviana, et al. "Penerapan Senam Rematik terhadap
Penurunan Skala Nyeri pada Asuhan Keperawatan Rheumatoid
Arthritis di Kelurahan Gebangrejo." Madago Nursing Journal 1.1
(2020): 7-10.
Suprapto, N., & karyanti, m. r. (2014). kapita selekta kedokteran. jakarta:
media aesculapius.
Stuart,G.W.Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed.).
jakarta: EGC.
Sya'diyah, Hidayatus. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : definisi dan indikator diagnostik . Jakarta Selatan : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai