Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PASIEN DENGAN ANTENATAL CARE (ANC)
DI PUSKESMAS KHATULISTIWA

DISUSUN OLEH :
HANI SYADZA SHAFIRA MAHARANY
NIM. 211133010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022

1
A. KONSEP DASAR ANTENATAL CARE

B. KONSEP KEHAMILAN

C. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal
dari terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum
sehingga akan terbentuk zigot yang pada akhirnya membentuk janin.
Kehamilan terjadi pada saat pertemuan ovum dan sperma hingga masa
di mana janin siap lahir, dalam perhitungan medis ± 40 minggu
(Masriroh, 2013).
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka
melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin
yang tumbuh di dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan
tingkat pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia kehamilan pada
setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan. Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari
konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan
(Muhimah & Safe’i, 2010).
Menurut Hakimi (2011), wanita hamil atau yang disebut ibu
hamil (gravida) adalah seorang wanita yang membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya kurang lebih 9 bulan 7 hari atau 42 minggu.
Terdapat tiga sebutan bagi ibu hamil, yaitu :
1. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kalinya
2. Secundigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk kedua
kalinya
3. Multigravida adalah seorang wanita yang hamil lebih dari kedua
kalinya

2
D. Proses Terjadinya Kehamilan
Kehamilan adalah proses pembuahan ovum oleh sperma ketika
ovum mengalami masa subur, bilamana indung telur mengeluarkan
satu ovum matang yang ditembakkan ke dalam tuba falopi (saluran
telur), sehingga sperma berhasil menembus lapisan pembungkus
ovum, dan dua inti tersebut (ovum dan sperma) akan bersatu.
Selanjutnya ovum yang telah dibuahi (zygote), dua hari kemudian
zygote membelah diri sambil bergerak menuju rahim.
Seminggu setelah pembuahan, zygote yang terus tumbuh itu
telah menempel di dinding uterus, peristiwa ini dinamakan nidasi.
Lalu nidasi membentuk plasenta (ari-ari). Selanjutnya, janin
memperoleh makanan dan mendapatkan suplai darah dari sang ibu
melalui plasenta atau ari-ari tersebut (Rizki & Subakti, 2009).

E. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar
hari ke-14 pada siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi
pada setiap individu. Untuk menentukan masa subur dapat digunakan
beberapa cara seperti :
1) Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung
tujuh hari, contoh : mentruasi hari pertama tanggal 5, maka
perhitungan minggu suburnya adalah tanggal 17-24 dengan rrumus
(5+12) sampai (5+12)+7=24
2) Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi
terjadi pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan
kenaikan suhu 1\2 derajat celcius
3) Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum
4) Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum
Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian
dalam. Bentuk sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala

3
yang lonjong dan ekor yang panjang seperti cambuk memungkinkan
sperma untuk bergerak masuk melalui kanalis cervikalis dan kavum
uteri kemudian berada dalam tuba untuk menunggu kedatangan sel
telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi, maka kemungkinan besar akan
terjadi fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalm ovum dengan
meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing
dengan kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadilah
pembelahan inti menjadi dua dan seterusnya hingga seluruh ruangan
ovum penuh dengan hasil pembelahan sel, yang disebut morula.
Pembelahan berlangsung terus hingga bagian dalam terbentuk
ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist. Sementara itu
bagian luar dinding telur timbul rumbai-rumbai yang disebut villi
yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim,
yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi
korealis dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut
nidasi atau implantasi. Sejak saat terjadi konsepsi, fertilisasi,
impregnancy, sampai nidasi diperlukan waktu 6-7 hari (Purwaningsih
dkk, 2010).

4
F. Pathway
Trimester I

5
Trimester II

6
Trimester III

7
8
G. Tanda Kehamilan
Menurut Molika (2015), terdapat beberapa tanda-tanda
kehamilan, yaitu sebagai berikut :
1) Terlambat Haid
Sel telur telah dibuahi, maka darah menstruasi diperlukan untuk
suplai makanan janin dalam rahim. Selain itu fungsi yang lain
adalah sebagai lapisan pelindung dalam rahim yang lunak. Inilah
tanda pertama terjadinya kehamilan yang paling mudah dikenali.
2) Terjadi Perubahan pada Payudara
Perubahan pada payudara ketika hamil ditandai dengan rasa nyeri
atau kesemutan pada payudara bila mendapatkan sentuhan, Hal ini
dikarenakan meningkatnya produksi hormon esterogen dan
progesteron. Selain itu hal tersebut adalah suatu persiapan diri
untuk menghasilkan Air Susu Ibu (ASI).
3) Munculnya Bercak Darah atau Flek
Bercak darah ini biasanya muncul sebelum menstruasi yang akan
datang, biasanya terjadi selama 8-10 hari setelah terjadinya ovulasi.
Bercak darah yang keluar tidak sebanyak dan tidak segelap ketika
menstruasi. Selain itu diikuti oleh kram perut yang akan terjadi
secara teratur hingga trimester kedua, sampai letak uterusnya
berada di tengah dan disangga oleh panggul.
4) Mual dan Muntah (Morning Sickness)
Tanda ini adalah tanda kehamilan paling umum. Rasa mual
biasanya terjadi pada pagi hari akibat meningkatnya hormon HCG
(Human Chorionic Gonadotrophin). Hormon tersebut
menyebabkan efek pedih pada lapisan perut sehingga menimbulkan
rasa mual, dan biasanya akan berakhir pada trimester kedua.
5) Sering Buang Air Kecil
Tanda ini disebabkan oleh janin yang tumbuh di rahim, sehingga
menekan kandung kemih, yang akibatnya meningkatkan sirkulasi
darah. Selain itu dipengaruhi juga oleh hormon kehamilan.

9
6) Pusing dan Sakit Kepala (headache)
Rasa lelah, mual, lapar dan tekanan darah rendah yang
mengakibatkan rasa pusing dan sakit kepala pada ibu hamil
disebabkan karena ibu hamil harus berbagi nutrisi dengan bayinya.
7) Sembelit
Sembelit atau susah buang air besar (BAB) terjadi akibat
peningkatan hormon progesteron. Selain mengendurkan otot-otot
rahim, hormon ini juga membuat otot dinding usus mengendur
sehingga menyebabkan sembelit.
8) Perubahan Mood
Wanita hamil memiliki mood yang mudah berubah. Bisa saja
sewaktu- waktu terlihat bahagia, namun beberapa waktu kemudian
jadi marah kepada suami hanya karena masalah ringan. Namun
perubahan mood ini dianggap normal akibat perubahan hormon
yang pada saatnya nanti diri akan menyesuaikan.
9) Ngidam atau Menolak Makanan Tertentu
Tanpa alasan yang jelas, mendadak sangat menginginkan makanan
tertentu, atau mungkin sebelumnya makanan tersebut tidak
disenangi atau sebaliknya.
10)Sensitif Terhadap Bau
Sensitif terhadap bau atau tidak tahan pada segala macam bau,
terutama aroma makanan tertentu. Akibat tidak tahan dengan bau
tertentu, bisa membuat mual bahkan disertai muntah.

H. Adaptasi Fisiologi
1) Perubahan fisiologis
a) Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram
menjadi 1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24
cm, dan ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus
tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari
ovum dan di daerah insersi placenta. Pembesaran ini

10
disebabkann oleh hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada
kehamilan muda juga terbentuk sel-sel otot yang baru.
Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan
nyeri. Juga saat disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam,
pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu pemeriksaan
konsistensi rahim yang semula lunak dapat menjadi keras dan
kemudian lunak kembali (Kusmiyati et al, 2008).
b) Serviks
Perubahan penting yang terjadi pada serviks dalam kehamilan
adalah menjadi lunaknya serviks. Perubahan ini sudah dapt
ditemukan sebulan setelah konsepsi. Pelunakan cervis terjadi
karena pembuluh darah dalam serviks bertambah dan karena
timbulnya oedema dari serviks dan hyperplasia kelenjar-
kelenjar serviks.
c) Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang
berarti daya regangnya bertambah sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam masa
kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. reaksi asam ini
disebabkan terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil
penghancuran glycogen yang berada dalm sel-sel epitel vagina
oleh basil-basil doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat
bekterisida.
d) Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis, teapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
e) Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-
garie memanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini
disebut striae gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu

11
terdapat juga pada buah dada dan paha. Pada seorang primi
gravida warnanya menbiru disebut striae lividae. Pada seorang
multigravida, di samping strie lividae, terdapat juga garis-garis
putih agak mengkilat ialah parut (cicatrick) dari strie
gravidarum yang disebut strie albicans.
f) Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya
setelah partus, gejala hyperpigmentasi ini akan menghilang.
g) Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi
olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-
gambaran dari vena yang meluas. Putting susu biasanya
membesar dan lebih tua warnanya dan acapkali mengeluarkan
colostrum. Perubahan-perubahan pada payudara disebabkan
karena pengaruh hormonal.
h) Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan
protein sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan ada
kecenderungan pada ketosis. Kebutuhan akan calcium dan
phosphor bertambah untuk pembuatan tulang-tulang janin
begitu pula akan ferum untuk pembentukan Hb janin.
i) Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun erytrosyt,
tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh
hydramia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis ialah Hb 10 gr%, erytrosyt 3,5 juta per
mm3, leucocyt 8.000-10.000 per mm3.
Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume
darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan
adanya placenta, lagipula jantung terdorong ke atas sehingga
sumbunya berubah. Kegiatan paru-paru pun bertambah karena

12
selain untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri juga harus
mencukupi kebutuhan janin akan 02.
j) Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal
tersebut mungkin menyebabkan muntah dan kembung pada
masa kehamilan. Tonus usus kurang, yang menimbulkan
obstipasi.
k) Urinarius
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga
mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin.
Ureter jelas melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan.
Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon progesterone,
walaupun mungkin ada juga factor tekanan pada ureter oleh
rahim yang membesar.
Kapasitas kandung kencing juga mengalami penurunan
kapasitas karena desakan oleh rahim yang membesar pada
akhir kehamilan oleh kepala janin yang yang turun ke dalam
rongga panggul.
l) Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior, dan
kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau hipertropi.
m) Kelenjar adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan,
terutama bagian kortika yang membentuk kortin. Jumlah ion
natrium dan kalium dalam darah diatur oleh kortin. Bagian
medula dari kelenjar adrenal mensekresi epinephrin, hormon
yang sangat penting. Kehamilan tidak mengubah ukuran atau
fungsi bagian medula. Hormon-hormon yang signifikan dalam
kehamilan:
i. HCG (human chorionic gonadotropin)
Dihasilkan oleh sel-sel trofoblast, puncaknya pada minggu
ke-9 – 13, mempertahankan korpus luteum sampai plasenta

13
mengambil alih
ii. HPL (human placental lactogen)
Dihasilkan oleh sel-sel synsitio tropoblas, kerjanya
berlawanan dengan insulin, mempunyai pengaruh
peningkatan asam lemak bebas dan menurunkan
metabolisme glukosa
iii. Estrogen
Dihasilkan oleh ovarium dan plasenta, berperan dalam
perkembangan uterus dan mammae, meningkatkan pigmen
kulit, meretensi Na+ dan air, serta menurunkan hidrokloric
asam lambung.
2) Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan
menimbulkan perubahan status emosional seorang calon ibu. Bagi
pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dan
saling mencintai, keterlambatan datang bulan merupakan salah satu
tanda yang menggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya
semakin kokoh dengan adanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti
perasaan mual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing
kepala, dan nafsu makan berkurang mendesak keluarga untuk
melakukan pemeriksaan. Setelah terbukti terjadi kehamilan
perasaan cinta dan gembira semakin bertambah, diikuti pula oleh
perasaan cemas karena kemungkinan keguguran. Disamping itu
perubahan fisiologis kehamilan juga dapat mempengaruhi
kelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam dan perubahan
kelakuan (Masriroh, 2013).

14
I. Paritas pada Ibu
Paritas adalah seorang ibu yang pernah melahirkan diukur dari
jumlah anak yang pernah dilahirkan, baik yang hidup ataupun dalam
keadaan meninggal (Manuaba, 2010). Paritas dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1) Golongan primipara adalah ibu yang telah melahirkan seorang anak
hanya 1 (satu) yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.
2) Golongan multipara adalah ibu yang sudah hamil dua kali atau
lebih dengan paritas 2-5 anak.
3) Golongan grande multipara adalah ibu yang telah melahirkan
dengan paritas >5 orang anak.

J. Keluhan Selama Kehamilan


Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat
subyektif dimana pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi
terhadap kehamilannya (Depkes RI, 2007). Keluhan-keluhan tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan)
a) Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan
hilang menjelang tengah hari (morning sickness).
b) Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang
menyengat.
c) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi
karena adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
d) Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan
menekan pada kandung kencing.
e) Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan
(estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa
serviks dan vagina.
f) Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan
pervaginam perlu diwaspadai adanya abortus.
g) Perut membesar.

15
h) Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan
akan mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-
kelainan yang timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan,
keluhan tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman dan
menimbulkan antipati terhadap kehamilannya. Pada masa ini
sering timbul konflik karena pengalaman baru, sehingga ibu
hamil perlu mendapatkan perhatian dan dukungan suami.
2) Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir,
sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti
pada trimester I, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor
psikologis. Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu
terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena
keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu
merasakan pengalaman baru, mulai merassakan gerakan bayi,
terdengarnya DJJ, melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi
melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan fase aman
untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa
gangguan berarti.
3) Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
a) Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat
menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr
%.
b) Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan
rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
c) Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai
salah satu gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada
triwulan III perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak
(sungsang).

16
d) Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan
pervaginam perlu dicurigai adanya placenta praevia atau
solusio plasenta.
e) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari,
bukan pada saat kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban
pecah dini.
f) Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing
akibat masuknya kepala ke pintu atas panggul.
g) Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi
(Purwaningsih dkk, 2010).

K. Pendidikan Kesehatan untuk Ibu Hamil


1) Nutrisi dalam kehamilan
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil sebanyak 300 – 500 kkal/hari,
tergantung berat badan sebelum hamil, aktifitas, dan tipe
kehamilan (1 bayi atau kembar). Peningkatan BB yang normal
selama kehamilan adalah 6,5 – 16 kg. Jenis makanan yang sehat
dan veriativ selama kehamilan diantaranya adalah:
a) Buah dan sayuran
b) Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang
c) Protein seperti ikan, daging, kacang
d) Susu dan keju.
Suplemen yang dianjurkan selama kehamilan:
a) Asam folat.
Asam folat dikonsumsi sebelum hamil dan selama hamil
melindungi dari gangguan saraf janin (anansefali, spina bifida).
Wanita hamil dianjurkan mengkonsumsi asam folat 400 µg/hari
selama 12 minggu kehamilan.
b) Zat besi.
Zat besi adalah komponen utama dari hemoglobin yang bekerja
mengangkut oksigen di dalam darah. Selama hamil, suplai
darah meningkat untuk kebutuhan janin. Kebutuhan zat besi

17
adalah 30 – 50 mg/hari. Suplemen besi sebaiknya dikonsumsi
diantara waktu makan dengan perut yang kosong atau diikuti
jus jeruk utnuk meningkatkan penyerapan.
c) Kalsium.
Kalsium penting dalam mengatur kekuatan tulang wanita hamil
dan pertumbuhan tulang bagi janin. Kalsium yang disarankan
sebanyak 1200 mg/hari. Kalsium sebaiknya dikonsumsi ketika
sedang makan, diikuti dengan jus buah yang kaya akan vitamin
C untuk meningkatkan penyerapan.
2) Obat-obatan selama kehamilan
Dianjurkan kepada ibu hamil sebaimanapun keamanan suatu obat
untuk ibu hamil, disarankan untuk mengkonsumsi obat sesedikit
mungkin untuk mengurangi risiko efek samping obat terhadap
janin.
3) Olah raga selama kehamilan
Tips olah raga untuk wanita hamil hamil:
i. Berjalan kaki adalah olah raga terbaik untuk wanita hamil
ii. Aerobic low impact
iii. Dianjurkan latihan ringan sampai sedang 3 kali seminggu
iv. Jangan melakukan olah raga yang mengakibatkan kelelahan
atau kehabisan napas dan hentikan olah raga bila mengalami
gejala lelah, pusing.
v. Pakailah sepatu olah raga yang nyaman
vi. Lakukan istirahat secara teratur
vii. Hindari olah raga yang melakukan gerakan berbaring dengan
punggung sebagai dasarnya terutama pada triwulan kedua
dan ketiga.
viii. Asupan makanan sebaiknya ditingkatkan dengan komposisi
sesuai dengan energi yang dikeluarkan ketika berolahraga
ix. Hindari mengangkat beban berat di atas kepala dan
melakukan gerakan yang mengakibatkan peregangan dari
otot punggung.

18
Kondisi dimana olah raga dilarang untuk wanita hamil adalah:
i. Hipertensi dalam kehamilan
ii. Ketuban pecah dini
iii. Perdarahan berkelanjutan pada triwulan II dan III
iv. Pertumbuhan janin terhambat.
4) Bekerja selama kehamilan
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang dijalaninya
tidak boleh terlalu berat, dan disarankan untuk menghentikan
aktivitasnya bila merasakan gangguan pada kehamilannya.
5) Berhubungan seksual selama kehamilan
Pada umumnya sanggama diperbolehkan asalkan dilakukan dengan
hati-hati. Untuk wanita dengan riwayat kehamilan preterm,
plasenta praevia, atau abortus berulang dianjurkan untuk
menghindari berhubungan seks pada masa kehamilan demikian
pula ketika kepala sudah masuk rongga panggul dianjurkan untuk
tidak melakukan sanggama.
6) Bepergian selama kehamilan
Hal-hal yang dianjurkan apabila seorang wanita hamil bepergian
adalah:
i. Duduk dalam jangka waktu lama harus dihindari karena dapat
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya trombophlebitis.
ii. Stoking penyangga sebaiknya dipakai apabila harus duduk
dalam jangka waktu lama di mobil atau di pesawat terbang.
iii. Sabuk pengaman sebaiknya diletakkan di bawah perut ketika
kehamilan sudah besar.
7) Merokok pada saat hamil
Wanita hamil dilarang merokok karena dapat menyebabkan BBLR,
lahir preterm, ketuban pecah dini, plasenta previa, dan kematian
janin. Etanol yang terkandung dalam alkohol dapat menembus
plasenta yang merupakan zat teratogen yang dapat menyebabkan
risiko terbesar adalah kecacatan pada janin.

19
L. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
b) Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c) Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2) U S G
a) Jenis kelamin.
b) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion (Masriroh,
2013).

M. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain
(Masriroh, 2013) :
1) Hiperemisis gravidarum.
2) Hipertensi dalam kehamilan.
3) Perdarahan trimester I (abortus).
4) Perdarahan antepartum.
5) Kehamilan ektopik.
6) Kehamilan kembar.
7) Molahydatidosa.
8)  Inkompatibilitas darah.
9) Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10) Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin.

20
N. KONSEP ANTENATAL CARE

a. Pengertian
Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu tahun 2010
menjelaskan bahwa pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan
antenatal secara komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada
semua ibu hamil. Sedangkan menurut WHO (2008) pelayanan
antenatal adalah suatu program terencana yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan berupa observasi, edukasi, dan penanganan medis pada ibu
hamil untuk memperoleh kehamilan serta persalinan yang aman.
Pada pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus
dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu
mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami oleh ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal. Setiap kehamilan dan pekembangannya
mempunyai risiko mengalami komplikasi (penyulit). Oleh karena itu,
pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai dan terpadu
untuk pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2012).

b. Tujuan
Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Kemenkes
RI, 2012), tujuan pelayanan antenatal adalah:
1) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI.
2) Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan
berkualitas.
3) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita
ibu hamil.
4) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada
ibu hamil sedini mungkin.

21
5) Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai
dengan sistem rujukan yang ada.

c. Standar Pelayanan
Pelayanan antenatal merupakan cara untuk memonitor dan
mendukung kesehtan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi.
Pelayanan antenatal penting utuk menjamin bahwa proses alamiah
dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
saat. Sebab, setiap kehamilan membawa risiko bagi kesehatan dan
keselamatan ibu (Kemenkes RI, 2012)
Menurut Mufdillah (2009), standar pelayanan antenatal ada
enam, yaitu:
1) Identifikasi ibu hamil, dengan hasil yang diharapkan:
a) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu
saat ini
b) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait degan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita oleh ibu
hamil
c) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu.
d) Menanyakan status imunisasi ibu tetanus toksoid
e) Menanyakan jumlah tablet Fe (zat besi) yang dikonsumsi
f) Menanyakan obat-obatan yang dikonsumsi
g) Menanyakan gejala penyakit infeksi menular seksual dan
riwayat penyakit pada pasangannya, terutama di daerah yang
berisiko tinggi IMS
h) Menanyakan pola makan ibu selama kehamilan yang meliputi
jumlah frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait degan
kandungan gizinya

22
i) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan
2) Pemantauan dan pelayanan antenatal, dengan hasil yang
diharapkan:
a) Ibu hamil mendapatka pelayanan antenatal minimal 4 kali
selama kehamilan
b) Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat
c) Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan
d) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda
bahaya kehamilan dan tahu apa yang dilakukan
e) Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan
3) Palpasi abdominal dengan hasil yang diharapkan:
a) Perkiraan usia kehamilaan yang lebih baik
b) Diagnosis dini kelainan letak dan merujuknya sesuai dengan
kebutuhan.
c) Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta
merujuknya sesuai dengan kebutuhan
4) Pengelolaan anemia pada kehamilan dengan hasil yang diharapkan:
a) Ibu dengan anemia berat segera dirujuk
b) Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia
c) Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia
5) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, hasil yang diharapkan:
a) Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu
b) Penurunan angka kesakitan dan kematian aakibat eklamsi
6) Persiapan persalinan
a) Ibu hamil dan masyarakat tergerak untuk merencanakan
persalinan yang bersih dan aman
b) Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai
c) Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu
bersalin jika diperlukan

23
d) Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan


harus memberikan pelayanan berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1) Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali untuk
memantau keadaan ibu daan janin dengan seksama sehingga dapat
mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara
tepat.
2) Pengukuran Lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
screening ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). KEK
yang dimaksud adalah ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun), dimana LILA
kurang dari 23,5 cm.
3) Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi petumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu.
4) Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adaya hipertensi pada kehamilan dan
preeklamsia.
5) Menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal
6) Menentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya tiap kali kunjungan antenatal.
7) Pemberian imunisasi TT

24
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama ibu hamil
dipantau status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat itu.
8) Memberikan tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
9) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan
laboratorium dilakukan saat antenatal
10) Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
11) KIE efektif
Tindakan KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi:
a) Kesehatan ibu
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi
e) Gejala penyakit menular dan tidak menular
f) Penawaran untuk melakukan konseling dan tes HIV di daerah
tertentu (risiko tinggi)
g) Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
h) KB paska persalinan
i) Imunisasi

25
d. Jadwal Kunjungan
Menurut Manuaba (2007), masa kehamilan dibagi menjadi tiga
trimester, yaitu:
1) Trimester pertama (0-12 minggu)
2) Trimester kedua (13-28 minggu)
3) Trimester ketiga (29-40 minggu)
Berdasarkan pembagian tersebut, Saifuddin (2006)
menyatakan bahwa ibu hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal, yaitu:
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke
12)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36
dan sesudah minggu ke 36)
Menurut Rahayu (2016), kunjungan ibu hamil adalah kontak
antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan. Hasil pencapaian program pelayanan kesehataan ibu hamil
dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4,
yaitu:
1) Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu
dan komprehensif sesuai standar. Rmus yang dipakai untuk
perhitungan persentase cakupannya adalah :
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja dan kurun
waktu tertentu
x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

2) Pemeriksaan kehamilan yang keempat (K4)


Kunjungan K4 atau yang biasa disebut cakupan K4 adalah cakupan
ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

26
dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1
kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada
trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu
hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

E. Pemeriksaan Antenatal Care


Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal
pemeriksaan yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang
mengalami kehamilan. Diagnosa kehamilan ditentukan dengan
pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu
tes untuk mendeteksi keberadaan hCG. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai dan
deteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari
sejak periode menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin
pada kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di
berbagai laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksu dalam
urine 14 hari setelah konsepsi (Bobak, 2005).

TPP = tgl HPHT+7 – 3 bulan HPHT+ 1 tahun HPHT


                                       atau
TPP = tgl HPHT +7 + 9 bulan dari HPHT

Dengan TPP adalah taksiran perkiraan partus.


Menurut Abdul Bahri Saifuddin dalam Salmah dkk (2006),
kunjungan antenatal untuk pemantauan pengawasan kesejahteraan ibu

27
dan anak minimal empat kali pemeriksaan selama kehamilan dalam
waktu sebagai berikut:
1) Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan
2) Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan
3) Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua
kali kunjungan kecuali jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang
memerlukan penatalaksanaan medik lain, harus lebih sering dan
intensif.
Menurut Manuaba (2000), berdasarkan standar pemeriksaan
kehamilan ditentukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid
2) Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan
3) Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
4) Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan
bersalin.
Kunjungan/pemeriksaan kehamilan bertujuan:
1) Kunjungan pertama, mementukan diagnosis ada tidaknya
kehamilan.
2) Kunjungan kedua, menentukan usia kehamilan dan perkiraan
persalinan.
Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
a) Leopold I
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah
pelvik. Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-
jari kedua tangan mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang
berada di fundus maka akan terassa keras, bulat dan melenting.
Jika bokong teraba di fundus, maka akan terasa lembut, tidak
bulat dan gerakan kurang.
b) Leopold II

28
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin). Caranya:
Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada
kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan
lain mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan bagian
punggung janin. Jika punggung akan teraba cembung dan
resisten.
c) Leopold III
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat
dengan daerah pelvik. Caranya: Letakkan 3 jari pertama
tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas simpisis pubis
dan minta pasien menarik napas panjang dan
menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan
tangan turun perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut.
Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh.
Jika bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
d) Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian
terendah janin masuk ke pintu atas panggul. Caranya:
Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun
ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan
merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu:
Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru sebagian kecil,
sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah, divergen
yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke
dalam rongga panggul.
3) Kunjungan ketiga, menentukan status kesehatan ibu dan janin.
4) Kunjungan keempat, menentukan kehamilan normal atau
abnormal, serta ada/tidaknya faktor risiko kehamilan.
5) Kunjungan kelima, menentukan rencana pemeriksaan /
penatalaksanaan selanjutnya.
Pemeriksaan panggul luar
1) Tujuan :

29
a) Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
b) Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
c) Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
2) Pemeriksaan panggul dilakukan:
a) Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
b) Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada
persalinan yang lalu.
c) Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah
memeriksakan diri terutama pada primipara.
3) Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
a) Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior
kanan dan kiri ( normal: 23-26 cm).
b) Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca
kanan dan kiri (normal: 26-29).
c) Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas
simpisis dan ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke
lima) (normal: 10-20 cm).
4) Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina
illiaca anterior superior kanan ke pertengahan trochanter mayor
kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina
illiaca anterior superior kiri kemudian kembali ke atas simpisis
(normal : 80-90 cm).

F. Kepatuhan dalam Kunjungan


Pengertian kepatuhan dalam melakukan kunjungan antenatal
adalah ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan
untuk melakukan kunjungan ANC sesuai standar yang ditentukan oleh
pemerintah (Pranoto, 2012). Menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2016), indikator yang digunakan untuk
menggambarkan ANC adalah cakupan K1 dan K4 dengan tenaga
kesehatan sesuai standar dan waktu kunjungan yang telah ditetapkan.

30
G. Dampak Ketidakpatuhan Kunjungan
Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi
hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara
membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi
komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan
kelahiran dan memberikan pendidikan (Marmi, 2011). Sehingga
apabila antental tidak dilakukan sesuai dengan aturan atau prosedur
yang ditetapkan sebagaimana mestinya, maka akan mengakibatkan
dampak sebagai berikut:
1) Ibu hamil akan kurang mendapatkan informasi tentang status
kesehatan diri dan janinnya saat ini.
2) Ibu hamil akan kurang mendapatkan informasi tentang perawatan
kehamilan, perencanaan persalinan dan informasi lain seperti
kebutuhan nutrisi, kebersihan, tanda bahaya kehamilan, tanda-
tanda persalinan dan lain-lain.
3) Tidak terdeteksinya komplikasi kehamilan atau peyulit persalinan
secara dini. Seperti preeklampsi, perdarahan, infeksi, kelainan
panggung, gemeli, kelainan bawaan pada janin dan lain-lain.
4) Meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) ibu dan janin di wilayah tersebut.

31
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE

1. PENGKAJIAN

a. Data Demografi Pasien dan Penanggung Jawab Pasien


Meliputi nama, usia, tempat tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan,
alamat, agama, suku bangsa, riwayat obstetri, dan data penanggung
jawab pasien.

b. Aktivitas dan Istirahat


1) Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12
minggu) kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah
kehamilan terakhir.
2) Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM.
3) Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan peningkatan
volume episode singkope.
4) Varises
5) Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama
pada trisemester akhir)

c. Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri

32
d. Eliminasi
1) Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi
2) Peningkatan frekuensi perkemihan
3) Urinalisis: Peningkatan berat jenis
4) Hemoroid

e. Makanan/Cairan
1) Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati
umum terjadi
2) Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama,
trisemester kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb.
3) Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi
mudah berdarah
4) Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
5) Sedikit edema dependen
6) Sedikit glikosuria mungkin ada
7) Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir
kehamilan.

f. Nyeri dan Kenyamanan


Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi
Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung

g. Pernapasan
1) Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal
2) Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi;
pernapasan torakal.

h. Keamanan
1) Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC)

33
2) Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 –
12 minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu)
3) Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu.
Sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
4) Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.

i. Seksualitas
1) Penghentian menstruasi
2) Perubahan respon /aktivitas seksual
3) Leukosa mungkin ada.
4) Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis
pubis (pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30
minggu) agak ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu)
5) Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan
pigmentasi jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery,
sensasi kesemutan (trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan
strial gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu
6) Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema,
spicler nevi, strial gravidarum.
7) Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.

j. Integritas Sosial
1) Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi.
2) Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur
dengan stressor kehamilan
3) Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan
mendukung sampai disfungsional.

k. Penyuluhan/Pembelajaran

34
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan
tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas,
keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.

l. Pemeriksaan Diagnostik
1) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit)
2) golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko
terhadap inkompatibilitas
3) Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
4) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma
Reagen)
5) Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh
kutil vagina, lesi, rabas abnormal.
6) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
7) Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks
tipe 2
8) Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan
infeksi, diabetes penyakit ginjal)
9) Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG)
positif
10) Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
11) Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
12) Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl
(biasanya dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi
selanjutnya dari folus pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan
prenatal.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Trisemester I
a. Resiko perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah

35
c. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.
d. Resiko tinggi cidera terhadap janin b/d usia kehamilan yang muda
Trisemester II
a. Gangguan citra tubuh b/d persepsi perubahan diri
b. Ketidakefektifan pola napas b/d tekanan pada uterus
c. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap proses
kehamilan trimester II
Trisemester III
a. Ketidaknyamanan b/d keluhan kehamilan
b. Resiko tinggi cidera terhadap ibu b/d kehamilan
c. Perubahan pola eliminasi urine b/d tekanan pada uterus

3. RENCANA KEPERAWATAN
Trisemester I
a. Resiko perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah
Tujuan:
1) Mengikuti diet yang dianjurkan
2) Mengkonsumsi suplemen zat besi/vitamin sesuai resep.
Tindakan:
1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu atau sekarang
dengan menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut,
kuku, dan kulit.
Rasional : Kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi selama
kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan
2) Dapatkan riwayat kesehatan: catat usia (khususnya kurang dari 17
tahun atau lebih dari 35 tahun).

36
Rasional : Remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia dan klien
lansia mungkin cenderung obesitas/DM
3) Berikan informasi tertulis dan verbal yang tepat tentang diet.
Rasional : Materi referensi yang dapat dipelajari di rumah,
meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang
4) Timbang berat badan, pastikan berat badan pregravid biasanya.
Rasional : Ketidakadekuatan penambahan BB prenatal dan atau di
bawah berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan resiko
retardasi – pertumbuhan intraurine (IUGR) pada janin dengan berat
badan lahir rendah
5) Pantau kadar hemoglobin (Hb) / Ht.
Rasional : Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial
penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu

b. Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah


Tujuan :
1) Klien mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari
Tindakan:
1) Auskultrasi denyut jantung janin
Rasional : Adanya denyut jantung memastikan adanya janin bukan
mola hidatidosa
2) Tentukan frekuensi/beratnya mual atau muntah
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.
Peningkatan kadar Hormon Gonadotropin Korionik (HCG),
perubahan matabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas
gastric memperberat mual dan muntah pada trisemester pertama.
3) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain. (Misalnya
uklus, peptikum, gastritis, kolesistisis)
Rasional : Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain.
Untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi
intervensi

37
4) Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosa, TD, suhu, masukan
haluaran dan berat jenis urine.
Rasional : Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi
tingkat/kebutuhan hidrasi
5) Anjurkan peningkatan masukan minuman bikarbonat makan enam
kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi
karbohidrat
Rasional : Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan
menurunkan keasaman lambung.

c. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.


Tujuan :
1) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri
Tindakan:
1) Buat hubungan saling percaya antara perawat – klien
Rasional : Memberikan informasi dan meningkatkan hubungan
saling percaya
2) Klarifikasi kesalah pahaman
Rasional : Ketakutan biasanya timbul dari kesalahpahaman
informasi dan dapat mengganggu pembelajaran selanjutnya.
3) Tentukan derajat motivasi untuk belajar
Rasional : Klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar tersebut
jelas.
4) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan pasangan
Rasional : Penerimaan penting untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan.
5) Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari intervensi
Rasional: Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan
hasil positif ibu/bayi.

d. Resiko tinggi cidera terhadap janin


Tujuan :

38
1) Klien menunjukkan prilaku yang meningkatkan kesehatan diri
sendiri dan janin.
Tindakan:
1) Diskusikan pentingnya kesejahteraan ibu
Rasional : Kesejahteraan janin secara langsung berhubungan
dengan kesejahteraan ibu, khususnya selama trisemester pertama..
2) Anjurkan klien untuk melakukan latihan secukupnya
Rasional : Karena aktivitas keras dapat menurunkan aliran darah ke
uterus. Takikardia sementara, kemungkinan hiperkemia janin.
3) Anjurkan klien untuk melakukan hubungan seks yang lebih aman
seperti pemakaian kondom
Rasional : Untuk mengurangi terjadinya penyakit hubungan
seksual.
4) Catat masukan protein
Rasional : Masukan protein penting untuk perkembangan jaringan
otak janin
5) Berikan informasi untuk menghindari kontak dengan orang yang
diketahui mengalami infeksi Rubella
Rasional : Pemajanan dapat mempunyai efek negative pada
perkembangan janin, khususnya pada trisemester I
6) Anjurkan penghentian penggunaan tembakau
Rasional : Merokok mempengaruhi sirkulasi plasenta

Trisemester II
a. Gangguan citra tubuh b/d persepsi perubahan diri
Tujuan :
1) Klien mengungkapkan penerimaan/adaptasi bertahap untuk
mengubah konsep diri.
Tindakan :
1) Kaji sikap terhadap kehamilan

39
Rasional : Pada trisemester II perubahan bentuk tubuh telah
tampak efek-efek yang tampak, kloasma, strial, jerawat, perubahan
emosi
2) Berikan informasi tentang kenormalan perubahan
Rasional : Informasi dapat membantu klien memahami/menerima
apa yang terjadi
3) Anjurkan gaya dan sumber-sumber yang tersedia dari pakaian saat
hamil
Rasional : Situasi menandakan kebutuhan akan pakaian yang akan
meningkatkan penampilan klien untuk kerja dan melakukan
aktivitas yang menyenangkan.

b. Ketidakefektifan pola napas b/d tekanan pada uterus


Tujuan :
1) Klien melaporkan penurunan frekuensi/beratnya keluhan.
Tindakan :
1) Kaji status pernapasan
Rasional : Menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada
kira-kira 60 % klien prenatal, meskipun kapasitas vital meningkat.
Fungsi pernapasan diubah saat kemampuan diafragma untuk turun
pada inspirasi. Berkurang oleh pembesaran ulkus.
2) Anjurkan sering istirahat
Rasional : Menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan
yang disebabkan kelebihan
3) Anjurkan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk
Rasional : Pengubahan posisi tegak meningkatkan ekspansi paru.
4) Kaji Ht / Hb
Rasional : Peningkatan kadar plasma pada gestas minggu ke 24 –
32 mengencerkan kadar Hb. Mengakibatkan kemungkinan anemia
dan menurunkan kapasitas pembawa O2.

40
c. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap proses
kehamilan trimester II
Tujuan :
1) Klien mendemonstrasikan perilaku perawatan diri yang
mengakibatkan kesejahteraan.
Tindakan :
1) Tinjau ulang perubahan yang diharapkan selama trisemester II
Rasional : Pertanyaan timbul sesuai perubahan baru yang terjadi
tanpa memperhatikan apakah perubahan diharapkan atau tidak.
2) Lakukan / lanjutkan program penyuluhan
Rasional : Pengulangan menguatkan penyuluhan dan bila klien
belum melihat sebelumnya, informasi bermanfaat pada saat ini.
3) Identifikasi kemungkinan resiko kesehatan individu
Rasional : Membantu mengingatkan / informasi untuk klien
tentang potensial situasi resiko tinggi.
4) Diskusikan adanya obat-obatan yang mungkin diperlukan untuk
mengontrol atau mengatasi masalah medis.
Rasional : Membantu dalam memilih tindakan karena kebutuhan
harus ditekankan pada kemungkinan efek berbahaya pada janin.

Trisemester III
a. Ketidaknyamanan b/d keluhan kehamilan
Tujuan :
1) Klien melakukan aktivitas perawatan diri dengan tepat untuk
mengurangi ketidaknyamanan
Tindakan :
1) Kaji secara terus-menerus ketidaknyamanan. Klien dan metode
untuk mengatasinya
Rasional : Data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
2) Kaji status pernapasan klien
Rasional : Penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan
diafragma, mengakibatkan dispnea. Khususnya pada multigravida

41
yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan antara ibu dan bayi
dalam kandungan
3) Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan
perubahan cara jalan, anjurkan memakai sepatu hak rendah.
Rasional : Lordososis dan regangan otot disebabkan oleh pengaruh
hormon pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi
sesuai dengan pembesaran uterus.
4) Perhatikan keluhan frekuensi BAK dan tekanan pada daerah
kandung kemih.
Rasional : Pemberian uterus trisemester III menurunkan kapasitas
kandung kemih, mengakibatkan sering berkemih

b. Resiko tinggi cidera terhadap ibu b/d kehamilan


Tujuan :
1) Klien mengungkapkan pemahaman tentang janin dan faktor resiko
individu yang potensial
Tindakan :
1) Pantau TTV, periksa hipertensi
Rasional : Berbagai derajat masalah kardiovaskular terjadi pada
detensi natrium/air secara negative mempengaruhi ginjal sirkulasi
uterus, dan fungsi ssp
2) Dapatkan kultur vagina
Rasional : Infeksi vaginal atau PHS yang tidak diobati
menciptakan ketidaknyamanan berat pada klien
3) Tinjau ulang kebutuhan terhadap kelahiran
Rasional : Mencegah infeksi neonatus selama proses kelahiran
4) Dapatkan Hb/Ht pada gestasi minggu ke 28
Rasional : Mendeteksi anemia dengan hipoksemia/anoksia
potensial pada klien dan janin
5) Berikan pengawasan ketat dan terus-menerus terhadap klien
diabetik

42
Rasional : Wanita paling cenderung terhadap terhadap masalah
trisemester III yang berhubungan dengan asupsi plasenta, ISK,
lahir mati, penuaan plasenta dan ketoasidosis

c. Perubahan pola eliminasi urine b/d tekanan pada uterus


Tujuan :
1) Klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
Tindakan :
1) Berikan info tentang perubahan berkemih
Rasional : Membantu klien memahami perubahan fisiologi dari
frekuensi berkemih.
2) Anjurkan pada klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur
Rasional : Meningkatkan perfusi ginjal memobilisasi bagian yang
mengalami oedema.
3) Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau supine
Rasional : Posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom vena kava
dan menurunkan aliran ke vena
4) Berikan info tentang bahaya menggunakan diuretik
Rasional : Kehilangan / pembatasan natrimn dapat sangat
menurunkan regulator ennin-angiotensin-aklosteron dari kadar
cairan, mengakibatkan dehidrasi.

43
DAFTAR PUSTAKA

Hakimi, M., Prabandari, Y. S., & Mardikanto, T. (2011). Perawatan Kehamilan


dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok
Kecamatan Omben Kabupaten. Jurnal Promosi Kesehatan, 1(1), 50–62.

Kemenkes RI. (2012). Pedoman pelayanan antenatal terpadu. Direktorat Jendral


Bina Gizi Kesehatan Ibu Dan Anak.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia.


Profil Kesehatan Provinsi Bali.

Kusmiyati, et al. (2008). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Bina Pustaka.

Manuaba, I. B. G. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I. B. G. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:


EGC.

Marmi, S. (2011). Asuhan kebidanan pada masa antenatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Masriroh, Siti. (2013). Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium:
Yogyakarta.

Molika, E. (2015). 275 Tanya Jawab Seputar Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta:
Vicosta Publishing.

Mufdillah. (2009). Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Muhimah, N., & Safe’i, A. (2010). Panduan Lengkap Senam Sehat Khusus Ibu
Hamil. Yogyakarta: Power Books.

Pranoto, P. (2012). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Purwaningsih, Wahyu dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta:


Nuha Medika.

Rahayu, A. P. (2016). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Deepublish.

Rizki, A., & Subakti, Y. (2009). Panduan Pintar Kehamilan Untuk Muslimah.
Jakarta Selatan: Qultum Media.

44

Anda mungkin juga menyukai