DISUSUN OLEH:
AL KUSYAIRU
NIM. 201133005
AL KUSYAIRU
NIM. 201133005
Mengetahui,
ii
VISI DAN MISI
VISI
“Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020”
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperwatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan, dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
VISI DAN MISI....................................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
iv
BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi Penyakit
CKD adalah kondisi di mana ginjal rusak dan tidak dapat menyaring
darah dengan baik. Oleh karena itu, kelebihan cairan dan zat sisa dari darah
tetap berada di dalam tubuh dan dapat menyebabkan masalah kesehatan
lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke(Centers for Disease Control and
Prevention, 2020).
Penyakit ginjal kronis yaitu adanya kerusakan ginjal atau perkiraan laju
filtrasi glomerulus (eGFR) kurang dari 60 ml/menit/ 1,73 m2 yang
berlangsung selama 3 bulan atau lebih. CKD adalah keadaan hilangnya fungsi
ginjal secara progresif yang pada akhirnya memerlukan terapi penggantian
ginjal (dialisis atau transplantasi) (Vaidya & Aeddula, 2020).
B. Etiologi
Menurut Vaidya & Aeddula (2020), penyebab CKD bervariasi dan paling
umum yang dapat menyebabkan CKD adalah sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus tipe 1 dan 2
2. Hipertensi
3. Glomerulonefritis primer
4. Nefritis tubulointerstitial kronis
5. Penyakit keturunan
6. Glomerulonefritis atau vaskulitis sekunder
7. Diskrasia atau neoplasma sel plasma
1
2
C. Klasifikasi
Klasifikasi CKD berdasarkan derajat (stage) laju filtrasi glomerulus
(LFG) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/menit/1,73 m 2 dengan rumus
kockrof-gault sebagai berikut:
( 140−umur ) x berat badan
LFG=
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Vaidya & Aeddula (2020), stadium awal CKD tidak bergejala,
namun bermanifestasi pada stadium 4 atau 5. Beberapa gejala dan tanda
umum yang ada adalah sebagai berikut:
1. Mual dan muntah
2. Perasaan haus
3. Kehilangan selera makan
4. Kelelahan dan kelemahan
5. Gangguan tidur
6. Oliguria
7. Ketajaman mental menurun
8. Otot berkedut dan kram
9. Pembengkakam pada kaki dan pergelangan kaki
10. Pruritus persisten
11. Nyeri dada akibat perikarditis uremik
12. Sesak napas akibat edema paru karena kelebihan cairan
3
E. Komplikasi
Menurut Murabito & Hallmark (2018), beberapa komplikasi dari CKD
adalah:
1. Anemia
2. Penyakit ginjal kronis (gangguan mineral dan tulang)
3. Penyakit kardiovaskuler dan hipertensi
Menurut Centers for Disease Control and Prevention(2020), beberapa
komplikasi kesehatan lain dari CKD meliputi:
1. Anemia atau jumlah sel darah merah yang rendah.
2. Meningkatnya kejadian infeksi.
3. Kadar kalsium rendah, kadar kalium tinggi, dan kadar fosfor tinggi di
dalam darah.
4. Kehilangan nafsu makan atau makan lebih sedikit.
5. Depresi atau kualitas hidup yang lebih rendah.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stephens (2017), ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosa CKD, yaitu:
5
H. Penatalaksanaan
Menurut Sudoyo (2015), rencana tatalaksana penyakit gingal kronik
dibuat sesuai dengan derajatnya, yaitu:
11. Vitamin D
Penderita penyakit ginjal biasanya memiliki kadar vitamin D yang
rendah dimana vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang. Vitamin
D yang diperoleh dari matahari atau makanan harus diaktifkan oleh ginjal
sebelum tubuh dapat menggunakannya. Pasien mungkin diberikan
alfacalcidol atau kalsitriol.
12. Retensi Cairan
Kebanyakan pasien akan diminta untuk membatasi asupan
cairannya. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka pasien jauh
lebih rentan terhadap penumpukan cairan.
9
BAB II
WOC (WEB OF CAUSATION)
Nefron rusak
GFR menurun
Gangguan keseimbangan asam basa Asidosis Sindrom uremia Suplai darah dan O² ke
jaringan tidak adekuat
Produksi asam meningkat Hiperventilasi Pruritus (gatal)
Fituge (kelemahan umum)
Defisit nutrisi Pola Napas Tidak Efektif Sensasi menggaruk
Intoleransi
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Aktivitas
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Keperawatan
(Riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, dan alat bantu yang dipakai)
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
(Tingkat ketergantungan, sistem tubuh: pernapasan, kardiovaskuler,
persyarafan, GCS, refleks tendon, persepsi sensori, perkemihan,
pencernaan, tulang-otot-integumen, dan sistem endokrin)
4. Pola Aktivitas
5. Psikososial(Sosial/interaksi, spiritual, dan kebutuhan pembelajaran)
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Terapi Medis
(Jurusan Keperawatan Pontianak)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
2. Nyeri akut
3. Hipervolemia
4. Defisit nutrisi
5. Perfusi perifer tidak efektif
6. Intoleransi aktivitas
7. Keletihan
8. Gangguan integritas kulit/jaringan
9. Kecemasan
10. Risiko perdarahan
11. Risiko infeksi
(Nurarif & Kusuma, 2016)
10
11
C. Luaran Keperawatan
No. SDKI SLKI
1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
gas (D.0003) diharapkan masalah gangguan pertukaran gas
Penyebab: dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi Pertukaran Gas (L. 01003)
2. Perubahan membran 1. Tingkat kesadaran meningkat
alveolus-kapiler 2. Dispneu menurun
3. Bunyi napas menurun
4. Takikardi menurun
5. Pusing menurun
6. Penglihatan kabur menurun
7. Diaforesis menurun
8. Gelisah menurun
9. Napas cuping hidung menurun
10. PCO2 membaik
11. PO2 membaik
12. pH arteri membaik
13. Sianosis membaik
14. Pola napas membaik
15. Warna kulit membaik
2 Nyeri akut (D. 0077) Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
Penyebab: diharapkan masalah nyeri akut dapat teratasi
1. Agen pencidera dengan kriteria hasil:
fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, Tingkat Nyeri (L. 08066)
neoplasma) 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
2. Agen pencidera meningkat
kimiawi (mis. 2. Keluhan nyeri menurun
Terbakar, bahan kimia 3. Meringis menurun
iritan) 4. Sikap protektif menurun
3. Agen pencidera fisik 5. Gelisah menurun
(mis. Abses, amputasi, 6. Kesulitan tidur menurun
terbakar, terpotong, 7. Menarik diri menurun
mengangkat berat, 8. Berfokus pada diri sendiri menurun
prosedur operasi, 9. Diaforesis menurun
trauma, latihan fisik 10.Anoreksia menurun
berlebihan) 11.Perineum terasa tertekan menurun
12.Ketegangan otot menurun
13.Pupil dilatasi menurun
14.Muntah dan mual menurun
15.Frekuensi nadi, pola napas, dan tekanan
darah membaik
16.Proses berpikir dan fokus membaik
17.Nafsu makan dan pola pikir membaik
3 Hipervolemia (D. 0022) Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
Penyebab: diharapkan masalah hipervolemia dapat
1. Gangguan mekanisme teratasi dengan kriteria hasil:
regulasi
12
D. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SIKI
1 Gangguan pertukaran Pemantauan Respirasi (I. 01014)
gas (D.0003) 1. Observasi
Penyebab: a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
1. Ketidakseimbangan dan upaya napas
ventilasi-perfusi b. Monitor pola napas (seperti bradipneu,
2. Perubahan membran takipneu, hiperventilasi, kusmaul,
alveolus-kapiler checnestokes biot, ataksik)
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Monitor saturasi oksigen
g. Monitor nilai AGD
h. Monitor hasil thorax x-ray
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
13
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada
respons pasien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP
sebagai pola pikirnya (Keliat, 2011).
15
1. Subjektif
Respons subjektif pasien dan keluarga terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan.
2. Objektif
Respons objektif pasien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
3. Assesment
Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap, atau muncul masalah baru, atau bahkan ada
data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
4. Plan
Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil dari analisa pada
respons pasien dan keluarga.
Pada kasus dengan CKD terdapat beberapa diagnosa seperti gangguan
pertukaran gas, nyeri akut, dan hipervolemia. Dari diagnosa tersebut akan
didapatkan evaluasi dari kriteria hasil atau respons dari pasien dan keluarga
berupa:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Tingkat kesadaran meningkat, Dispneu menurun, bunyi napas menurun,
takikardi menurun, pusing menurun, penglihatan kabur menurun, diaforesis
menurun, gelisah menurun, napas cuping hidung menurun, PCO2 membaik, PO2
membaik, pH arteri membaik, Sianosis membaik, pola napas membaik,
warna kulit membaik.
2. Nyeri Akut
Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat, keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan
tidur menurun, menarik diri menurun, berfokus pada diri sendiri
menurun, diaforesis menurun, anoreksia menurun, perineum terasa
tertekan menurun, ketegangan otot menurun, pupil dilatasi menurun,
muntah dan mual menurun, frekuensi nadi, pola napas, tekanan darah
16
membaik, proses berpikir dan fokus membaik, nafsu makan dan pola
pikir membaik.
3. Hipervolemia
Asupan cairan meningkat, outpun urin meningkat, membran mukosa
lembab meningkat, asupan makanan meningkat, edema menurun, asites
menurun, konfusi menurun, tekanan darah membaik, frekuensi nadi
membaik, tekanan arteri rata-rata membaik, mata cekung membaik,
turgor kulit membaik, berat badan membaik.
Sumber:
Ahmed, S. E. S., & Younis, G. a. (2014). The effect of Relaxation Techniques
on Quality of Sleep for Patients with End-Stage Renal Failure
Undergoing Hemodialysis. International Journal of Innovative And
Applied Research, 2(7), 1–12.
Dayapoğlu, N., & Tan, M. (2015). Evaluation of the effect of progressive
relaxation exercises on fatigue and sleep quality in patients with multiple
sclerosis. Journal of Alternative and Complementary Medicine (New
York, N.Y.), 18(10), 983–7. https://doi.org/10.1089/acm.2011.0390
Smeltzer, S. C., Bare, B., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. 2015. Brunner &
Suddartth's Textbook of Medical Surgical Nursing. China: Lippincott
Williams & Wilkins
Shariati, A., Jahani, S., Hooshmand, M., & Khalili, N. (2012). The effect of
acupressure on sleep quality in hemodialysis patients. Complemen-tary
18
DAFTAR PUSTAKA
20
21
20