Anda di halaman 1dari 11

Nursing intervention pada

sistem perkemihan

“ BLADDER TRAINING”

RIMA RIANTI, SST., M.MB

POLTEKES KEMENKES PONTIANAK


PENDAHULUAN

• Pada pasien yang terpasang kateter dalam jangka waktu yang


lama, pasien dapat mengalami penurunan sensai ingin berkemih
atau miksi.
• Jika hal ini terjadi, makan pasien dapat mengalami kesulitan
mengontrol rasa berkemih sehingga mengompol atau megalami
inkontinensia urin (Istanti, 2014)
PENDAHULUAN

• Kateter yang dipasang intermiten akan menyebabkan kandung


kemih tidak terisi penuh sehingga tonus otot berkurang.

• Bladder trainig adalah suatu tindakan untuk melaatih


tonus otot kandung kemih agar berfungsi normal, tidak terjadi
atrofi dan penurunan tonus otot akibat pemasangan kateter
TUJUAN BLADDER TRAINING

• Training bladder merupakan salah satu terapi yang efektif di


antara terapi non-farmakologi lainnya.
• Bertujuan untuk memperpanjang interval berkemih yang normal
dengan teknik distraksi atau relaksasi (Pramantara dkk, 2009)
• Berguna untuk mengembalikan kandung kemih yang mengalami
gangguan ke keadaan normal atau fungsi optimal
• Mengembalikan kotrol terhadap keinginan berkemih
• Tujuan Utama adalah untuk menjaga atau meningkatkan fungsi
kandung kemih
TUJUAN BLADDER TRAINING

• Dilakukan latihan untuk mengosongkan bladder dalam jangka


waktu tertentu.
• Pada awal latihan dicoba untuk menahan selama satu jam.
Kemudian periode penundaan ditingkatkan secara bertahap
(Collein, 2012)
Prosedur Bladder Training – Hari pertama

• Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bias
mencapai waktu 2 jam kecuali pasien merasa kesakitan)
• Kosongkan uri bag
• Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau
tidak toleren terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka
kurangi waktunya dan tingkatkan secara bertahap
• Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau
tidak toleren terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka
kurangi waktunya dan tingkatkan secara bertahap
Prosedur Bladder Training, cont….

• Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari


kandung kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
• Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem
lagi 1-2 jam
• Lanjutkan prosedur ini hingga 24 jam pertama
Prosedur Bladder Training – Hari kedua dan
ketiga

• Hari kedua-
• Tingkatkan lama klem 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem
ulang. Lakukan prosedur ini hinhha 24 jam
• Hari ketiga –
• Tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15
menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini hingga 24 jam
Prosedur Bladder Training – Harikeempat

• Lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter


dilepas
• Anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 24 jam
(Istanti, 2014)
Conclusion…

• Bladder training yang dilakukan rutin setiap hari, hasilnya sangat


membantu dalam mempertahankan kondisi normal maupun
mengembalikan ke keadaan semula pada pasien gangguan pola
berkemih akibat kateterisasi (Widiastuti, 2012)
Sumber :

• Collein I. 2012. Pengalaman lansia dalam penanganan


Inkontinensia Urine di Wilayah kerja puskesma kamonji. Jurnal
keperawatan Soedirman (The soedirman Jurnal of Nursing),
Volume 7, No. 3.
• Istanti YP. 2014. Sistem perkemihan (N351). ISBN 978-602-9420-71-
5. Tim PSIK FKIK UMY: Yogyakarta
• Widiastuti, A. 2012. Perbedaan kejadian Inkontinensia Urin Pada
Pasien Post Kateterisasi yang dilakukan Bladder Training Setiap
Hari dengan Bladder Traing sebelum kateter di Buka DI BPK RSU
Tidar Magelang. Jurnal Kebidanan, Vol No IV

Anda mungkin juga menyukai