Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN GOUT ARTHRITIS DI RT 05 RW 01 DUSUN KRAJAN DESA


BEDEWANG KECAMATAN SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI
TAHUN 20223

Oleh:

DELA NASTASIA YUNITA


2023.04.038

PROGRAM STUDI ROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN GOUT ARTHRITIS DI RT 05 RW 01 DUSUN KRAJAN DESA
BEDEWANG KECAMATAN SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI
TAHUN 20223
Telah diterima dan disetujui pada tanggal . . . .

Mengetahui:

MAHASISWA

DELA NASTASIA YUNITA


2023.04.038

PEMBIMBING INSTITUSI

ESSY SONONTIKO, S.Kep., Ns


NIK : 060130907
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN GOUT ARTHRITIS DI RT 05 RW 01 DUSUN KRAJAN DESA
BEDEWANG KECAMATAN SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI
TAHUN 20223
Telah diterima dan disetujui pada tanggal . . . .

Mengetahui:

MAHASISWA

DELA NASTASIA YUNITA


2023.04.038

PEMBIMBING INSTITUSI

ESSY SONONTIKO, S.Kep., Ns


NIK : 060130907
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gout artritis atau yang dikenal dengan istilah asam uratmerupakan

peradangan persendian yang disebabkan olehtingginya kadar asam urat dalam

tubuh (hiperurisemia), sehingga terakumulasinya endapan kristal monosodium urat

yang terkumpul di dalam persendian, hal ini terjadi karena tubuh mengalami

gangguan metabolisme purin (Padila, 2013). Selain hal tersebut, konsumsi purin

yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah (Huda Nurarif

& Kusuma, 2015). Rentang kadar asam urat pada pria yaitu 3,5-8,0 mg/dL

sedangkan wanita yaitu 2,8-6,8 mg/dL (LeFever Kee, 1997).

Kebiasaan konsumsi purin yang tinggi seperti (makanan atau minuman

yang mengandung alkohol, daging, dan beberapa jenis sayuran yang mengandung

purin seperti, bayam, kangkung, dan kacang-kacangan) disertai dengan gangguan

metabolisme purin dalam tubuh, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat

yang akan menghasilkan akumulasi asam urat berlebih di plasma darah

(hiperurisemia) (Hamijoyo, 2011 ; Padila, 2013) . Kelebihan asam urat dalam

tubuh, akan ditransfer ke organ –organ tubuh tertentu dan diendapkan menjadi

kristal-kristal monosodium asam urat monohidrat pada persendian dan jaringan di

sekitanya maka akan terjadi peradangan dengan rasa nyeri yang bersifat akut pada

persendian. Seringkali pada pergelangan kaki, kadang-kadang pada persendian

tangan, lutut, dan pundak atau jari-jari tangan (Winasih, 2015).


Keberadaan keluarga merupakan hal terpenting bagi pasien gout artritis

karena keluarga selalu dekat dengan pasien dan orang yang menemani pasien

hampir 24 jam. Fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarganya adalah

dengan memelihara dan merawat anggota keluargannya yang sakit serta mengenali

kondisi setiap anggota keluarganya (Henny Achjar, 2010). Keluarga dalam bidang

kesehatan memiliki tugas yaitu mampu memberikan perawatan pada anggota

keluarga yang sakit misalnya meningatkan atau memonitor waktu minum obat,

mengontrol persediaan obat, mengantarkan pasien kontrol, meningkatkan

kesehatan lingkungan pasien, dan pemenuhan kebutuhan psikologis pasien

(Marilyn, 1998).

Selain peran keluarga, peran pemerintah juga sangat penting dalam hal

memberikan penyuluhan mengenai pola hidup sehat yang harus dijalani setiap

masyarakat. Salah satu penyuluhan tersebut adalah penyuluhan mengenai

GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang dimana mengajak

masyarakatnya untuk selalu melakukan pola hidup sehat.

Terdapat juga peran perawat untuk mengoptimalkan kemamuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang dengan gout artritis agar pasien maupun

keluarga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Maka dari itu pentingnya

pemberian asuhan keperawatan untuk menangani manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI, 2014).
Menurut Friedman (2010), keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional
serta yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga.

2. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010) keluarga memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Fungsi Afektif
Fungsi ini berhubungan dengan fungsi – fungsi internal
keluarga, perlindungan dan dukungan psikososial bagi para
anggotanya. Keluarga melaksanakan tugas – tugas yang
menunjang pertumbuhan yang sehat bagi para anggotanya
mulai dari tahun – tahun awal kehidupan individu dan terus
berkembang sepanjang hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif
ini merupakan basis sentral bagi pembentukan dan kelanjutan
dari keluarga. Komponen fungsi afektif diantaranya adalah
memelihara saling asuh, saling menghormati, pengertian dan
identifikasi. Dengan terpenuhinya fungsi ini, maka keluarga
akan menjalankan tujuan – tujuan psikososial yang utama,
yaitu membentuk sifat – sifat kemanusiaan dalam diri
mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku kemampuan
menjalin hubungan secara lebih akrab.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dimulai dari pada saat lahir dan hanya diakhiri
dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang
berlangsung seumur hidup, dimana individu secara terus
menerus mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap
situasi yang terpola secara sosial yang merekaalami.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk
keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomis
Dalam fungsi ini keluarga harus mampu untuk mengadakan
sumber – sumber ekonomi yang memadai bagi kehidupan
seluruh anggotanya, serta dapat mengalokasikan sumber –
sumber tersebut secaraefektif.
e. Fungsi PerawatanKesehatan
Dalam fungsi ini termasuk didalamnya kebutuhan –
kebutuhan fisik : makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat dan
perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamalkan.
Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang yang
bersifat preventif dan bersama – sama merawat anggota
keluarga yangsakit.
Tugas kesehatan keluarga adalah :
a. Mengenal masalahkesehatan
Perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga
secaratidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila adanya perubahan perlu
segera dicatat perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besarperubahannya.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai keadaan keluarga
dengan pertimbangan siapa diantara anggota keluarga
yang mempunyai kemampuanmemutuskan.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan pertolongan
pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakanlanjut.
f. Memodifikasi / memelihara lingkungan yangsehat
g. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan
fasilitas kesehatan Lebih jauh, keluarga mempunyai
tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para
professional perawatkesehatan.

3. Tipe dan Bentuk Keluarga


a. Beberapa tipe keluarga menurut (Friedman, 2010), antara lain

adalah sebagaiberikut:

1. Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri

dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggunganya

dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak

keluargalainnya. keluarga Extended Family (besar), yaitu

satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti

yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu

samalain.

2. Single parent family, yaitu satu keluarga yang dikepalai


oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-

anak yang masih bergantungkepadanya.

3. Nuclear dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang

suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yangsama.

4. Blended family, yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari

perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah

dan membawa anak hasil perkawinanterdahulu.

5. Three generation family, yaitu keluarga yang terdiri dari tiga

generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu

rumah.

6. Single adult living alone, yaitu bentuk keluarga yang hanya

terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalamrumahnya.

7. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang

terdiri dari sepasang suami istri paruhbaya.

b. Beberapa bentuk keluarga menurut (Sussman et al, 2010)

antara lainadalah sebagaiberikut:

1. Keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari suami (pencari

nafkah), seorang istri (Ibu rumah tangga), dananak-anak.

2. Keluarga besar tradisional, yaitu bentuk keluarga yang

pasangan suami istri sama-sama melakukan pengaturan dan

belanja rumah tangga dengan orang tua, sanak saudara, dan

kerabat lain dalam keluargatersebut.


3. Keluarga dengan orang tua tunggal, yaitu keluarga ini hanya

memiliki satu kepala rumah tangga, ayah atau ibu

(duda/janda/belummenikah)

4. Individu dewasa yang hidup sendiri, yaitu bentuk ini banyak

terdapat di masyarakat. Mereka hidup berkelompok seperti

dipanti wreda, tetapi ada juga yang menyendiri. Mereka ini

membutuhkan layanan kesehatan dan psikososial karena tidak

mempunyai sistempendukung.

5. Keluarga dengan orang tua tiri, orang tua menghadapi 3

masalah yang paling menonjol, yaitu pendisiplinan anak,

penyesuaian diri dengan kepribadian anak, penyesuaian diri

dengan kepribadian anak, dan kebiasaan serta penerimaan

terhadap pemikiranhati.

6. Keluarga binuklear, yaitu keluarga merujuk pada bentuk

keluarga setelah cerai sehingga anak menjadi anggota dari

suatu sistem keluarga yang terdiri dari dua rumah tanggainti.

7. Bentuk variasi keluarga nontradisional, yaitu bentuk variasi


nontradisional meliputi bentuk keluarga yang sangat
berbeda satu sama lain, baik dalam struktur
maupundinamikanya.

4. Struktur Keluagra
Struktur keluarga oleh Friedman (2010) di gambarkan sebagai
berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik
selesai dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi
pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima
pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, danvalid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila
tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu
hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi
keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak
jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai.
Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif
(bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau
tidakvalid.
1) Karakteristik pemberi pesan :
a) Yakin dalam mengemukakan suatupendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas danberkualitas.
c) Selalu menerima dan meminta timbalbalik.
2) Karakteristikpendengar
a) Siapmendengarkan
b) Memberikan umpanbalik
c) Melakukanvalidasi
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran
bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi
individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper
power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan
efektif power.
d. Struktur nilai dannorma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma
adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
sekitar keluarga.
1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau
tidak dapat mempersatukan anggotakeluarga.
2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalamkeluarga.
3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
5. Tahap Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-

tahapan.Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan

dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami

tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-

tahapperkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller

(Friedman, 2010) adalah:

a. Tahap 1 : Keluarga pemula


Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah
keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan
baru yang intim.
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berumur 30 bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan
kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga.
Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa
hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah
tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan
yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya
sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
c. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5
tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang,
dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara,
anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan
berbeda.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal
dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari
siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama
6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan
rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap
ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa
banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak
yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
g. Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia
pertengahan dari bagi oarngtua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika
orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat
seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah
satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir
dengan pasangan lain meninggal.
6. Struktur dan PeranKeluarga
a. Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran Ibu
Sebagi istri dan ibi dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak- anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya

c. Peran Anak

Anak melaksanakan peran psiko sosialnya sesuai dengan tingkat


perkembangannya baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Peran Formal Keluarga
Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam
struktur peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan
masing – masing posisi keluarga formal adalah peran terkait
atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen.
Keluarga membagi peran kepada anggota keluarganya dengan
cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi perannya:
berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran
terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran
membutuhkan ketrampilan atau kemempuan khusus: peran
yang lain kurang kompleks dan dapat diberikan kepada
mereka yang kuarang terampil atau jumlah kekuasaanya paling
sedikit.
b. Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada
permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan
emosional anggota keluarga dan/atau memelihara
keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi
dari kelompok keluarga.
7. Proses dan koping keluarga
Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga
berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi
fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif,
sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai
secara adekuat
a. Stresor yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan
ekonomi dan sosial, apakah keluarga ini bisa memastikan
lamanya dan kekuatan dari stresor yang dialami oleh keluarga,
apakah keluarga mampu menghadapi stresor tersebut dan
ketegangan setiapharinya.
b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang
objektif dan realistis terhadap situasi yang mendukungstress.
c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang mendukung
stress, strategi koping bagaimana tindakan yang diambil oleh
keluarga, apakah setiap anggota keluarga memiliki koping yang
berbeda-beda dalam cara menghadapistress.
8. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan
keluarga
a. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari
pendekatan intervensi keperawatan keluarga yang utama.
Pendidikan dapat mencakup berbagai bidang, isi dan fokus,
termasuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, masalah
kesakitan/disabilitas dan dampaknya, serta dinamika keluarga.
(Friedman, 2010)
Watson (1985) menekankan bahwa pendidikan memberikan
informasi kepada klien, dengan demikian, membantu mereka
untuk dapat mengatasi secara lebih efektif terhadap perubahan
kehidupan dan peristiwa yang menimbulkan stres. Mendapatkan
informasi yang berarti, membantu anggota keluarga lebih
merasa memegang kendali dan mengurangi stres. Hal ini juga
memungkinkan mereka untuk mengartikan lebih jelas pilihan
mereka dan lebih berhasil menyelesaikan masalah mereka.
(Friedman,2010)
b. Konseling
Konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor
dan klien yang ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati,
ketulusan, dan keselarasan. Hubungan ini terdiri dari
serangkaian interaksi sepanjang waktu berupa konselor yang
melalui berbagai teknik aktif dan pasif,berfokus pada kebutuhan,
masalah atau perasaan klien yang telah memengaruhi perilaku
adaptif klien. (Bank, 1992 dalam Friedman 2010)
Elemen inti konseling adalah empati atau menyelami atau
merasakan perasaan dan perilaku orang lain; penerimaan positif
terhadap klien; dan selaras atau tulus, tidak berpura-pura dan
jujur dalam hubungan klien-perawat. ( Friedman, 2010)
c. Membuat kontrak
Suatu cara efektif bagi perawat yang berpusat pada
keluarga agar dapat dengan realistik membantu individu dan
keluarga membuat perubahan perilaku adalah dengan cara
membuat kontrak.
Kontrak adalah persetujuan kerjasama yang dibuat antara
dua pihak atau lebih, misalnya antara orang tua dan anak. Aar
tepat waktu dan relefan, kontrak waktu dapat dinegosiasi secara
terus menerus dan harus mencakup area sebagai berikut : tujuan,
lama kontrak, tanggung jawab klien, langkah untuk mencapai
tujuan, dan penghargaan terhadap pencapaian tujuan (Sloan dan
Schommer, 1975; Steiger dan Lipson, 1985 dalam
Friedman2010).
Biasanya kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, singkat,
sederhana dan tanpa paksaan (Goldenbergh & Goldenbergh,
2000 dalam Friedman 2010).
d. Menejemen kasus
Menejemen kasus memiliki riwayat
perkembangansebagaibagian dari peran perawat kesehatan
masyarakat; terakhir dugunakanditatanan layanan kesehatan
yang bersifat akut. (Carry 1996
dalamFriedman2010).Pertumbuhan perawatan terkelola telah
menjadikekuatanutama munculnya menejemen kasus. Perawatan
terkelola yangmenekankanpada pengendalian biaya dan
peningkatan efisiensiperawatan,sementara memelihara
kualitas perawatan dan kepuasan klien, benar-benar
membentuk cara menejemen kasus berfungsi ( Jones, 1994;
MacPhee&Hoffenbergh, 1996 dalam Friedman 2010)
e. Advokasi klien
Komponen utama dari menejemen kasus adalah advokasi klien
(Smith, 1993 dalam Friedman 2010). Advokasi adalah
seseorang yang berbicara atas nama orang atau kelompok lain.
Peran sebagai advokat klien melibatkan pemberian informasi
kepada klien dan kemudian mendukung mereka apapun
keputusan yang mereka buat (Bramlett, Gueldener, dan Sowell,
1992; Kohnke, 1982 dalam Friedman2010)
Perawat keluarga dapat menjadi advokat klien dengan sedikitnya
empat cara, yaitu :
1) Dengan membantu klien memperoleh layanan yang mereka
butuhkan dan menjadi hakmereka
2) Dengan melakukan tindakan yang menciptakan sistem
layanan kesehatan yang lebih responsif terhadap
kebutuhanklien
3) Dengan memberikan advokasi untuk memasukan pelayanan
yang lebih sesuai dengansosial-budaya.
4) Dengan memberikan advokasi untuk kebijakan sosial yang
lebih responsive (Canino dan Spurlock, 1994 dalam
Friedman, 2010).
f. Koordinasi
Salah satu peran advokasi klien yang diterima secara luas adalah
koordinator. Karena inti dari menejemen kasus adalah juga
koordinasi, pengertian advokasi dan koordinasi pada pokonya
saling tumpang tindih. Pada kenyataannya menejemen kasus
sering kali diartikan sebagai koordinasi (khususnya di bidang
kerja sosial), dan dirancang untuk memberikan berbagai
pelayanan kepada klien dengan kebutuhan yang kompleks di
dalam suatu pengendali tunggal. (Sletzer, Litchfield, Lowy &
Levin, 1989 dalam Friedman, 2010)
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga
sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
g. Kolaborasi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan
yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal. Kolaborasi tidak hanya dialukakan sebagai perawat di
rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitaspun dapat
dilakukan. Kolaborasi menurut Lamb dan Napadano (1984)
dalam Friedman (2010) adalah proses berbagi perencanaan dan
tindakan secara berkelanjutan disertai tanggng jawab bersama
terhadap hasil dan kemampuan bekerjasama untuk tujuan sama
menggunakan teknik penyelesaian maslaah.
h. Konsultasi
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada
perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan
Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
Konsultasi termasuk sebagai intervensi keperawatan keluarga
karena perawat keluarga sering berperan sebagai konsultan bagi
perawat, tenaga profesional, dan para profesional lainnya ketika
informasi klien dan keluarga serta bantuan diperlukan.
(Friedman, 2010).
B. Konsep Gout Atritis
1. Definisi

Gout adalah jenis radang sendi/arthritis yang disebabkan oleh


penumpukan kristal asam urat pada sendi. Asam urat merupakan
produk pemecahan dari purin yang merupakan bagian dari
makanan yang kita makan. Kelainan dalam menangani asam urat
dan kristalisasi dari senyawa ini dalam sendi dapat menyebabkan
serangan radang sendi yang menyakitkan.

Menurut Mutia Sari (2010) asam urat merupakan akibat


tingginya kadar asam urat di tubuh. Silvia S (2009) berpendapat
bahwa asam urat adalah asam yang berbentuk kristal yang
merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan
nukeloprotein) yaitu salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat pada inti sel-sel tubuh.

Sedangkan Khomsan (2008) mengatakan asam urat ialah


terjadinya penumpukan kristal asam urat pada daerahpersendian.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan asam urat merupakan
bagian metabolisme purin. Dalam keadaan normal dan jika tidak
Berlangsung normal asam urat akan menumpukdalam jaringan
tubuh. Akibatnya, terjadi penumpukan kristal asam urat
pada daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit yang
luar biasa.

2. Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout antara lain:

a. Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah


keluarga.
b. Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan
makanan kaya senyawa purin lainnya. Purin adalah senyawa
yang akan dirombak menjadi asam urat dalamtubuh.
c. Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah
satu sumber purin yang juga dapat menghambat pembuangan
urin melaluiginjal.
d. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit
tertentu, terutama gangguan ginjal. Pasien disarankan
meminum cairan dalam jumlah banyak . minum air sebanyak
2 liter atau lebih tiap harinya membantu pembuangan urat,
dan meminimalkan pengendapan urat dalam salurankemih.
e. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam
urat, terutama diuretika (furosemid danhidroklorotiazida).
f. Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan
berkembangnya jamur, bakteri dan virus yang lebihganas.
g. Penyakit tertentu dalam darah ( anemia kronis ) yang
menyebabkan terjadinya gangguan metabolism tubuh, missal
berupa gejala polisitomia danleukemia.
h. Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi
dan olahragaberlebihan.
3. Klasifikasi
a. Stadium Arthritis Gout Akut
1) Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
2) Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah
dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah. Penyakit asam urat adalah bentuk arthritis
(peradangan pada sendi) yang dikenal masyarakat dengan
istilah encok. Kondisi ini sangat menyakitkan karena terlalu
banyak kadar purin di dalam tubuh. Purin adalah protein
yang ada diproduksi di dalam tubuh dan juga terkandung
pada banyak makanan. Semakin banyak makan makanan
yang mengandung purin, semakin besar juga tubuh
memproduksi asam urat atau uric acid. Nah, kadar purin
yang tinggi ini akan mengalir di dalam darah dan akhirnya
mengubah asam urat menjadi kristal. Semakin lama, kristal
akan menumpuk di sekitar sendi dan jaringan lunak tubuh
lainnya. Akibatnya, sendi dan otot akan terasa linu serta
nyeri bahkan bengkak, terasa hangat dan kemerahan.
3) Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-
kacangan, rempelo dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.
4) Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol
atau obat urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.
b. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana
terjadi periode interkritikal asimptomatik.
c. Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri
sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada
dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar
sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus
ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini
akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di
sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak
akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan
sepatu lagi.
4. Patofisiologi
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam
urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung
melalui beberapa fase secara berurutan.
a. Presipitasi kristal monosodium urat
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila
kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler
misalnya bursa,tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang
bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai
macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukankristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler(PMN)
c. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan
terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

d. Fagositosis

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom


dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu
dan membran leukositik lisosom.

e. Kerusakan lisosom

Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi

ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom,


peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan
enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
f. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom
dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan
kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan
perubahan kadar asam urat serum, meninggi ataupun menurun.
Pada kadar urat serum yang stabil, jarang mendapat serangan.
Pengobatan dini dengan alopurinol yang menurunkan kadar urat
serum dapat mempresipitasi serangan gout akut. Pemakaian
alkohol berat pada pasien gout dapat menimbulkan fluktuasi
konsentrasi urat serum. Penurunan urat serum dapat mencetuskan
pelepasan Kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi
(crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau yang dengan
hiperurisemia asimptomatik Kristal urat ditemukan pada sendi
metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya
tidakpernahmendapat serangan akut. Dengan demikian, gout
seperti juga pseudogout, dapat timbul pada keadaan
asimptomatik.Terdapat goutakut. Menurunnya kelarutan sodium
urat pada temperatur elebih rendah pada sendi perifer seperti kaki
dantangan ,dapat menjelaskan mengapa Kristal MSU
diendapkan pada kedua tempat tersebut.Predileksi untuk
pengendapan Kristal MSU pada metatarsofalangeal- 1 (MTP-1)
berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang- ulang
pada daerah tersebut. Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi
penting pada arthritis gout terutama pada gout akut. Reaksi inni
merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk
menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab.
Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat penumpukan
agen penyebab yaitu Kristal monosodium urat pada sendi.
Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti. Hal ini
diduga oleh peranan mediator kimiadan selular. Pengeluaran
berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui berbagai
jalur, antara lain aktivitas komplemen (C) dan selular.
5. Pathway
Faktor genetik

Konsumsi Penyakit dan


makanan  purin obat – obatan

Produksi asam Sekresi asam urat


urat  

Gangguan
Metabolisme
purin Respons  Suhu Tubuh
inflamasi

HIPERUREMIA Thopi / Tofas Hipertermi


( N : Pria ( 3.0 – 7 ) Wanita ( 2.4 -6 ) mengendap di
bagian perifer
Nefropati Gout Akumulasi pada Penimbunan kristal monoatrium di tubuh
ginjal sendi

GOUT
Perubahan pada bentuk
tubuh pada tulang dan
sendi Pembentukan
Pelepasan medioator Sirkulasi pd  Permeabilitas tukas pd sendi
kimia oleh sel Mast : daerah inflamasi kapiler
bradikinin, histamin, 
prostagladin deformitas Tofus – Tofus
mengering
Akumulasi cairan ke
Vasodilatasi dr jaringan intertisial 
kapiler Membatasi
Hipotalamus pergerakan sendi
Edema Gg. Identitas
Diri
Eritema, rasa
panas Gg.
Menekan jaringan pada Mobilitas
Nyeri Akut sendi
Fisik

Gg. Perfusi Penipisan pd


Jaringan Perifer Kulit

Kerusakan
integritas kulit
Tanda danGejala

Menurut Mutia Sari (2010 : 33) biasanya asam urat mengenai


sendi ibu jari ,tetapi bisajuga pada tumit, pergelangan kaki dan
tangan atau siku. Kebanyakan asam urat muncul sebagai
serangan kambuhan.Penyakit ini timbul dari kondisi
hiperurikemi, yaitu keadaan di manakadar asam urat dalam darah
di atas normal.Kadar asam urat normal pada priaberkisar3,5-
7mg/dL,sedangkan pada wanita 2,6 - 6 mg/dL. Serangan asam
urat biasanya timbulsecara mendadak/akut, kebanyakan
menyerang pada malam hari. Jika asam urat menyerang, sendi-
sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit
diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang sangat hebat, dan
persendian sulit digerakan. Serangan pertama asa m urat pada
umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari
kaki, dan seringkali hanya satu sendi yang diserang. Namun,
gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti
pada tumit, lutut, siku danlain-lain.
Asam urat yang berlebih kemudian akan terkumpul pada
persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
Kadang-kadang, kita pun sering merasa nyeri atau pegal-pegal dan
sejenisnya. Anda bias memastikan apakah Anda terkena asam urat
atau tidak dengan cara mengetahui gejala-gejala asam urat.
Adapun gejala-gejalanya, yaitu:
a. Kesemutan danlinu.
b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat banguntidur.
c. Sendi yang terkena asam urat akan terlihat bengkak,
kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada malam danpagi.
d. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulangkali.

e. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan,


dengkul,tumit,pergelangan tangan serta siku.
f. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat
sakitsaatakan bergerak
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam
ureum, kreatinin.. Peningkatan kadar asam urat serum
(hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada urine 24 jam,
Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat
monosodium, Peningkatan kecepatan waktu pengendapan
b. Pemeriksaan X-Ray
Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan jaringan
lunak
8. Penatalaksanaan

Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah

serangan berulang, dan pencegahan komplikasi (Mutia Sari, 2010)

a. Sendi diistirahatkan (imobilisasipasien)


b. Kompres hangat
c. Diet rendah purin dan rendahlemak
d. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
e. Diet tinggikarbohidrate
f. Perbanyak asupancairan
g. Kompres jahe

C. Konsep Askep Keluarga Asam Urat


6. Pengkajian
Pengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses
perawatan keluarga dengan masalah Asam Urat menurut Friedman
(2010) meliputi data dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga dan fungsi
perawatan kesehatan.
a. Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: nama
keluarga, alamat dan nomor telepon, komposisi keluarga, tipe
keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religi,
status kelas keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu
senggangkeluarga.
b. Data lingkungan keluarga, data yang perlu dikaji antara lain:
karakteristik rumah, karakteristik dan lingkungan sekitar dan
komunitas yang lebih besar, mobilitas geografi keluarga,
perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta
sistem-sistem pendukungkeluarga.
c. Struktur keluarga yang terdiridari:
1) pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah
observasi seluruh anggota keluarga dalam berhubungan
satu sama lain, apakah komunikasi dalam keluarga
berfungsi atau tidak, seberapa baik setiap anggota keluarga
menjadi pendengar, jelas dalam penyampaian, perasaan
terhadap komunikasi dan interaksi, apakah keluarga
melibatkan emosi atau tidak dalam penyampaian pesan.
2) Struktur kekuatan keluarga: yang perlu dikaji antara lain:
siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga, siapa
yang mengambil keputusan penting seperti anggaran
keluarga, pindah kerja, tempat tinggal, mengatur disiplin
dan aktivitas anak serta proses dalam pengambilan
keputusan dengan concerisus tawar- menawar
dansebagainya.
3) Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam
peran formal adalah peran dan posisi formal setiap anggota
keluarga tidak ada konflik dalam peran, bagaimana
perasaan terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah
peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah dalam peran
siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang
memberikan mereka penilaian tentang pertumbuhan,
pengalaman baru, peran dan tekhnikkomunikasi.
4) Peran informal: peran informal dan peran yang tidak jelas
apa yang ada di dalam keluarga. Bagaimana anggota
keluarga melaksanakan perannya, apakah sudah sesuai
posisi keluarga dengan peran yang dilaksanakannya,
apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang
biasanya melaksanakan peran tersebut sebelumnya dan
apapengaruhnya.
5) Nilai dan budaya, data yang dapat dikaji adalah nilai-nilai
yang dominan yang dianut oleh keluarga, nilai keluarga
seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah,
kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa
depan, kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada
kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan komunitas yang
lebih luas, apakah ada kesesuaian antara nilai- nilai
keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga, bagaimana
pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah keluarga
menganut nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak,
apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu
sendiri, bagaimana nilai-nilai mempengaruhi
kesehatankeluarga.
d. Fungsikeluarga
1) Fungsi afektif, atau yang dapat dikaji antara lain: pola
kebutuhan keluarga dan respon, apakah anggota keluarga
merasakan keutuhan individu lain dalam keluarga, apakah
orang tua/pasangan mampu menggambarkan kebutuhan
persoalan lain dan anggota yang lain, bagaimana
sensitifnya anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda
yang berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang
lain, apakah anggota keluarga mempunyai orang yang
dapat dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana
anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,
bagaimana mereka sating mendukung, apakah terdapat
perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan
keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga dengan
anggota yang lain, apakah adakedekatan khusus anggota
keluarga dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan
dan keterikatan, bagaimana keluarga menanamkan
perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga, apakah
sudah sesuai perpisahan yang terjadi di keluarga dengan
tahap perkembangan di keluarga.
2) Fungsi sosial, data yang perlu dikaji adalah: bagaimana
keluarga membesarkan anak dan keluarga dalam area
orang: kontrol perilaku, disiplin, penghargaan, hukuman,
otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta
serta latihan perilaku sesuai dengan usia, siapa yang
menerima tanggung jawab.
3) Fungsi sosialisasi atau peran membesarkan anak/fungsi
anak, apakah fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana
cara pengaturannya, bagaimana anak-anak dihargai oleh
keluarga kebudayaan yang dianut dalam membesarkan
anak, apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat
masalah dalam membesarkan anak, faktor resiko apa yang
memungkinkan, apakah lingkungan memberikan dukungan
dalam perkembangan anak seperti tempat bermain dan
istirahat (kamar tidursendiri).
4) Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji, berapa jumlah
anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak,
metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian
jumlahanak.
e. Stress dan koping keluarga hal yang perlu dikaji, stressor
jangka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga
berespondalam masalah, strategi koping yang digunakan,
strategi adaptasi difungsional dan pemeriksaan fisik dilakukan
secara head tohead.
f. Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi:
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data
yang perlu dikaji, pengetahuan keluarga tentang masalah
kesehatan asam urat yang meliputi pengertian, faktor
penyebab, tanda dan gejala dan persepsi keluarga
terhadapmasalah.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah asam urat,
hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga tentang
pengertian, sifat dan luasnya masalah asam urat, apakah
masalah dirasakan keluarga. apakah keluarga pasrah
terhadap masalah, apakah keluarga akut dan akibat
tindakan penyakitnya, apakah keluarga mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, apakah ada informasi
yang salah terhadap tindakan dalam menghadapimasalah.
3) Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan asam urat, data yang perlu dikaji adalah
sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit,
bagaimana sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga
mengetahui sumber-sumber yang ada, sikap keluarga
terhadapsakit.

4) Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan


rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah
pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang
dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan
atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana
keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi, keluarga
mengetahui upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap
atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, sejauh
mana kekompakankeluarga.
5) Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
keuntungan-keuntungan dari fasilitas kesehatan, tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan atau
fasilitas kesehatan, ada pengalaman yang kurang baik
terhadap fasilitas kesehatan yang terjangkau olehkeluarga.
7. Diagnosa Keluarga
a. Gaya Hidup Tidak Aktif berhubungan dengan rendahnya
pengetahuan, kesadaran dan minat
Tujuan : setelah di lakukan perrtemuan slama 3 kali tatap muka
di harapkan gaya hidup mulai aktif
Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat
anggota keluarga yang menderita asam urat
Intervensi :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asamurat.


a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asamurat.
b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan
pada keluarga.
d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas
jawaban yang benar.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan
masalah asamurat.
a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil
keputusan dengan tindakan masalah asam urat.
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
mengenai masalah asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan masalah asamurat.
a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota
keluarga dengan masalah asam urat.
b) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
c) Beri reinforcement jika jawabanbenar.
4) Ketidakmampuankeluarga memodifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga dengan masalah asamurat.

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan


yang nyaman bagi penderita asamurat.
b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita
asamurat.
c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan
kembali penjelasan yang telah disampaikan.
5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitaskesehatan.
a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat
pelayanan kesehatan yangada.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat
pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya
datang ke pelayanan kesehatan yang ada.
c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan tentang manfaat fasilitaskesehatan.
d) Beri reinforcement positif jika jawabanbenar
b. Ketidakefektifan Manajemen Rigmen terapeutik Keluarga
berhubungan dengan sistem perawatan keluarga tidak efetif
Tujuan : setelah di lakukan pertemuan slama 3x tatap muka di
harapkan manajemen rigmen terapeutik menjadi efektif
Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat anggota
keluarga yang menderita asam urat
Intervensi :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asamurat.


a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asamurat.
b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan
pada keluarga.
d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas
jawaban yang benar.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan
masalah asamurat.
a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil
keputusan dengan tindakan masalah asam urat.
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
mengenai masalah asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan masalah asamurat.
a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota
keluarga dengan masalah asam urat.
b) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
c) Beri reinforcement jika jawabanbenar.
4) Ketidakmampuankeluarga memodifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga dengan masalah asamurat.

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan


yang nyaman bagi penderita asamurat.
b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita
asamurat.
c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan
kembali penjelasan yang telah disampaikan.
5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitaskesehatan.
a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat
pelayanan kesehatan yang ada.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat
pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya
datang ke pelayanan kesehatan yang ada.
c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan tentang manfaat fasilitaskesehatan.
d) Beri reinforcement positif jika jawabanbenar
c. Kurangnya Dukungan Sosisal berhubungan dengan adanya
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah
asam urat.
Tujuan : setelah di lakukan pertemuan slama 3x tatap muka di
harapkan dukungan sosial bertambah
Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat anggota
keluarga yang menderita asam urat
Intervensi :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat.


a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asam urat.
b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab asam
urat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan
pada keluarga.
d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas
jawaban yang benar.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan
masalah asam urat.
a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil
keputusan dengan tindakan masalah asam urat.
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
mengenai masalah asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan masalah asam urat.
a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota
keluarga dengan masalah asam urat.
b) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
c) Beri reinforcement jika jawabanbenar.
4) Ketidakmampuankeluarga memodifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga dengan masalah asamurat.

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan


yang nyaman bagi penderita asamurat.
b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita
asamurat.
c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan
kembali penjelasan yang telah disampaikan.
5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitaskesehatan.
a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat
pelayanan kesehatan yangada.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat
pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya
datang ke pelayanan kesehatan yang ada.
c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan tentang manfaat fasilitaskesehatan.
d) Beri reinforcement positif jika jawabanbenar
d. Kesiapan meningatkan pengambilan keputusan emansipasi
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarag merawat anggota
keluarga dengan asam urat
Tujuan : setelah di lakukan pertemuan slama 3x tatap muka di
harapkan telah siap mengambil keputusan emansipasi
Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat anggota
keluarga yang menderita asam urat
Intervensi :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asamurat.


a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asamurat.
b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan
pada keluarga.
d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas
jawaban yang benar.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan
masalah asamurat.
a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil
keputusan dengan tindakan masalah asam urat.
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
mengenai masalah asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan masalah asamurat.
a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota
keluarga dengan masalah asam urat.
b) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
c) Beri reinforcement jika jawabanbenar.
4) Ketidakmampuankeluarga memodifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga dengan masalah asamurat.

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan


yang nyaman bagi penderita asamurat.
b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita
asamurat.
c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan
kembali penjelasan yang telah disampaikan.
5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitaskesehatan.
a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat
pelayanan kesehatan yangada.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat
pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya
datang ke pelayanan kesehatan yang ada.
c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan tentang manfaat fasilitaskesehatan.
d) Beri reinforcement positif jika jawabanbenar
e. Resiko Cidera Lingkungan berhubungan dengan
Ketidakmampuankeluarga memodifikasi lingkungan untuk
anggota keluarga dengan masalah asamurat.
Tujuan : setelah di lakukan pertemuan slama 3x tatap muka di
harapkan resiko cidera lingkungan tidak terjadi
Kriteria Hasil : Keluarga dan penderita mampu merawat anggota
keluarga yang menderita asam urat
Intervensi :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asamurat.


a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asamurat.
b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan
pada keluarga.
d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas
jawaban yang benar.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan
masalah asamurat.
a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil
keputusan dengan tindakan masalah asam urat.
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
mengenai masalah asamurat.
c) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan masalah asam urat.
a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota
keluarga dengan masalah asam urat.
b) Evaluasi kembali penjelasan yang telahdisampaikan
c) Beri reinforcement jika jawabanbenar.
4) Ketidakmampuankeluarga memodifikasi lingkungan
untuk anggota keluarga dengan masalah asamurat.

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan


yang nyaman bagi penderita asamurat.
b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita
asamurat.
c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan
kembali penjelasan yang telah disampaikan.
5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitaskesehatan.
a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat
pelayanan kesehatan yangada.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat
pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya
datang ke pelayanan kesehatan yang ada.
c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan tentang manfaat fasilitaskesehatan.
d) Beri reinforcement positif jika jawabanbenar
1) IMPLEMENTASI
Intervensi keperawatan keluarga berdasarkan macam masalah:
a. Masalah tugas perkembangan keluarga
b. Masalah sosial budaya
c. Masalah kesehatan lingkungan
d. Masalah komunikasi keluarga
e. Masalah struktur peran keluarga
f. Masalah kekuatan keluarga
g. Intervensi pada fungsi sosialisasi keluarga
h. Intervensi padfas masalah koping keluarga
i. Intervensi terhadap masalah fungsi perawatan
keluarga

Perubahan pemeliharaan kesehatan

a. Tingkat pemahaman keluarga tentang prilaku atau kebiasaan


yang tidak sehat:
- Intervensi aspek aspek negatif dan kebiasaan yang tidak sehat
- Intervensi aspek aspek yang positif dari kebiasaan yang tidak
sehat(fisik, lingkungan, sosial, finansial,psikologis)
b. Berikan informasi tentang resiko yang akan timbul
darikebiasaan tidak sehat:
- Resiko terhadap yang bersangkutan
- Resiko terhadap orang lain
- Keuntungan merubah perilaku tidak sehat
c. Diskusikan bersama keluarga strategi yang dapat di gunakan
untuk merubah kebiasaan yang tidak sehat.
d. Derikan dorongan dan dukungan pada keluarga untuk
mencapai keberhasilan
e. Bantu klaien untuk mengupayakan lingkungan yang dapat
mendukung perubahan kebiyasaan yang tidak sehat
f. Ajarkan keluarga untuk mengatur nutrisi yang seimbang dan
pola makan yang sehat.
g. Ajarkan tentang latihan latihan tertentu yang berkaitan dengan
masalah
h. Bantukeluargamenyusunprogramlatihan dan jadwalpelatihan
i. Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesui indikasi
Masalah prilaku mencari bantuan
a. Tingkatkan prilaku hidup sehat
b. Lakukan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesuai dengan
masalah
c. Diskusikan strategi yang dapat di gunakan untuk
mengembangkan jangkauan layanan kesehatan yang tersedia di
masyarakat
d. Beri informasi tentang macam macam layanan kesehatan
e. Dorong keluarga meningkatkan hubungan dengan layanan
kesehatan yang ada
Masalah pelaksanaan aturan terapiutikTingkat kepercayaan dan
kekuatan keluarga dalam menyalurkan aturan terapiutik Bantun
keluarga menganalisis kehilangan dalam proses pembentukan untuk
menjalankan aturan terapiutik secara efektif
Evaluasi perubahan perilaku atau gaya hidup keluarga untuk
membutuhkan pencapaian hasil belajar yang di harapkan

2) EVALUASI
Kegiatan evaluasi meliputi pengkajian, status kesehatan keluarga ,
membandingkan respon dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan masalh dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan
keluarga. Dalam menelaah kemajuan keluarga dalm pencapaian hasil
perawatan akan mencatat salah satu dari keputusan berikut dalam
lembar evaluasi dalam catatan kemajuan:
- Lanjutkan:diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standart
relevan
- Direvisi: diagnosa masih berlaku,tujuan dan tindakan keperawatan
memerlukan perbaikan
- Teratasi: tujuan keperawatan telah di capai dan rencanakan
keperawatan tindak lanjut
- Dipakai lagi: diagnosa yang teratasi di pakai lagi
Mengevaluasi tujuan keperawatan:
- Apakah respon keluarga sesuai dengan kriteria standard yang di
terapkan
- Apakah tujuan yang telah di capai sudah menggambarkan fokus
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta :


EGC

Diagnosa IPKKI Provinsi Jawa Timur

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori,


dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Harmoko. 2012. Asuhan keperawatan Keluarga. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Khomsan, Ali dan yuni Herlinawati. 2011. Terapi Jus Untuk


Rematik dan Asam Urat. Deppok: Puspaswara

Santun Setiawan. Dermawan, Agus Citra. 2012. Penuntun Praktis


Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media (TIM)

Sari, Mutia . 2010. Sehat dan Bugar Tanpa Asam Urat.


Yogyakarta: Araska Publisher

Anda mungkin juga menyukai