Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA TN. H DENGAN DIABETES MELLITUS


DI RT 10 RW 07 KELURAHAN SUNGAI ULIN
WILAYAH KERJA SUNGAI ULIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners Pada Stase
Keperawatan Keluarga

Tanggal 5 Februari s/d 10 Maret 2024

Oleh:
Liza Trie Octiza Agyzty, S. Kep
NIM. 2230913320082

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2024
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA TN. H DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RT 10 RW 07 KELURAHAN SUNGAI ULIN
WILAYAH KERJA PUSKESMA SUNGAI ULIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners Pada Stase
Keperawatan Keluarga

Tanggal 5 Februari s/d 10 Maret 2024

Disusun Oleh :

Liza Trie Octiza Agyzty, S. Kep


NIM. 2230913320082

Banjarbaru, Februari 2024


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kurnia Rachmawati, Ns., MNSc Hj. Laraswati, S.Kep.,Ns


NIP. 19810523 200803 1 002 NIP. 19720425 199503 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pola penyakit pada negara berkembang telah terjadi perubahan, dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular yang berkaitan dengan
demografis dari masyarakat di suatu negara dan aspek gizi. Menurut
laporan WHO (2018), pada tahun 2016 sekitar 40 juta jiwa di seluruh
dunia mengidap penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, kanker,
penyakit pernafasan kronik, diabetes melitus dan trauma. Penyakit tidak
menular dapat menyebabkan kematian terutama penyakit kardiovaskular
hingga 17,3 juta jiwa di setiap tahunnya, kanker mencapai jumlah 7,6
juta jiwa, penyakit pernafasan kronis sebanyak 4,2 juta jiwa dan diabetes
melitus berjumlah 11,3 juta jiwa.
Diabetes melitus terjadi karena terganggunya metabolisme karena
meningkatnya kadar gula darah. Dimana individu dengan diabetes
memiliki risiko masalah kesehatan serius yang dapat mengancam jiwa,
penurunan kualitas hidup dan dapat meningkatkan kematia. Diabetes
melitus salah satu penyakit silent killer disease, banyak dari penderita
diabetes tidak menyadari penyakit yang dideritanya sebelum terjadi
komplikasi. American Diabetes Association menyatakan diabetes melitus
dibagi menjadi 4 macam jenis antara lain diabetes melitus tipe 1, diabetes
melitus tipe 2, diabetes melitus gestasional dan diabetes melitus tipe lain.
Diabetes melitus tipe 2 merupakan diagnosa diabetes paling sering
jumpai. Lebih 90% dari semua jenis penderita diabetes di Indonesia.
Diabetes melitus tipe 2 muncul dengan gejala yang mirip dengan diabetes
melitus tipe 1, tetapi kondisi diabetes melitus tipe 2 umumnya tidak
menunjukkan gejala sama sekali, dan di waktu yang tidak dapat
ditentukan. Akibatnya, pada tahap pra-diagnosis di mana sepertiga dari
setengah populasi diabetes melitus tipe 2 itu tidak terdiagnosis.
Penundaan diagnosis yang terlalu lama dapat menyebabkan komplikasi
seperti hilangnya ketajaman penglihatan, ulkus diabetik, penyakit jantung
dan stroke. Penyakit diabetes melitus tidak hanya dapat diobati denngan
farmakologis namun dapat juga dilakukan pengendalian dengan metode
yang lebih mudah seperti dengan senam kaki diabetik.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan keluarganya
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi
oleh keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menanggulangi masalah- masalah kesehatan dasar
dalam keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi
masalah kesehatan para anggotanya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya.
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam
meningkatkan mutu hidupnya
f. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk
melakukan intervensi mandiri dengan Senam Kaki
diabetik untuk menurunkankadar glukosa darah
C. MANFAT
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi keluarga dimulai dari
pengkajian, penemuan diagnose keperawatan keluarga,
perencanaan, pelaksanaan dan teknik evaluasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
asuhan keperawatan pada keluarga
b. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan Masyarakat
c. Bagi instansi kesehatan
Menjadi salah satu infomrasi mengenai status
kesehtaan warga di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Ulin
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


1. Definisi
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan. Keluarga,
yaitu unit terkecil dari komunitas yang didalamnya ada individu-individu
saling berinteraksi dengan hubungan emosional, psikososial, budaya, dan
spiritual. Keluarga mengacu pada dua atau lebih individu yang
bergantung satu sama lain untuk dukungan emosional, fisik, dan
ekonomi. Keluarga adalah kata yang memunculkan gambaran yang
berbeda untuk setiap individu dan kelompok, dan kata tersebut telah
berkembang maknanya dari waktu ke waktu (Joanna et al, 2015) Definisi
berbeda menurut disiplin, misalnya (Joanna et al, 2015):
a. Hukum: keluarga adalah hubungan melalui ikatan darah, adopsi,
perwalian, atau pernikahan
b. Biologis: keluarga merupakan jaringan biologis genetik di antar dan di
antara manusia
c. Sosiologis: keluarga ialah sekelompok orang yang hidup bersama
dengan atau tanpa ikatan hukum atau biologis
d. Psikologis: keluarga yaitu kelompok dengan ikatan emosional yang
kuat
2. Tujuan Dasar Keluarga
a. Memujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan
memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran
masyarakat.
b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual.
c. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat.
d. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya.
e. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu menjadi
anggotanya.
3. Ciri-Ciri Keluarga
Ada beberapa ciri-ciri keluarga menurut (Nasrul Effendi, 2007)
sebagai berikut:
a. Terikat dalam satu perkawinan
b. Ada ikatan batin
c. Ada tanggung jawab masing anggota
d. Ada pengambilan keputusan
e. Kerjasama di antara anggota keluarga
f. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
4. Tipe-Tipe Keluarga
Tipe keluarga terbagi menjadi dua, tradisional dan modern, dengan
pembagian adalah sebagai berikut (Siti dan Wahyu, 2016):
a. Tipe keluarga tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak
angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak (belum mempunyai anak atau
tidak mempunyai anak)
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat).
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa (tidak menikah)
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan,
seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga modern
1) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan
2) Homosexual family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami
istri.
3) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
4) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
5) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri
atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
5. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2010), fungsi keluarga ada 5 yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih
akrab, dan hargadiri.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang
dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peransosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan Keluarga
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan Kesehatan
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
6. Istilah dalam Keluarga
a. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
1) Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB
2) Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi
dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
3) Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung
dan memperoleh informasi.
4) Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian
sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
5) Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan
sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
b. Kemandirian Keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian
masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran
dan mengembangkan kualitas dan kesejahteraan keluarga, berdasarkan
kesadaran dan tanggung jawab.
1) Keluarga Mandiri Tingkat I
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
2) Keluarga Mandiri Tingkat II
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
3) Keluarga Mandiri Tingkat III
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4) Keluarga Mandiri Tingkat IV
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
7. Struktur Keluarga
Struktur keluarga adalah gambaran bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat (Harnilawati, 2013).
Berikut macam-macam Struktur Keluarga:
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan jalur garis ayah
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan jalur garis ibu
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri
(Harnilawati, 2013).
Sedangkan menurut (Friedman, 2010), struktur keluarga terbagi
menjadi 4 yaitu :
a. Struktur Kekuatan dalam Keluarga
Kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain (anggota
keluarganya). Terdapat beberapa macam struktur kekuatan, sebagai
berikut.
1) Legitimate pawer/authority (hak untuk mengontrol) seperti
orang tua terhadap anak.
2) Referent power (seseorang yang ditiru)
3) Resource or expert power (pendapat, ahli dll)
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan
yang akan diterima)
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai
keinginanannya)
6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui persuasi)
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)
b. Komunikasi dalam Keluarga
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan
jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran
positif, dan (4) tidak mengulang- ulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam
komponen komunikasi seperti sender, channel-media, massage,
environment, dan receiver. Komunikasi di dalam keluarga yang
berfungsi, sebagai berikut.
1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu
atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, dan
selalu meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan
balik, melakukan validasi.
c. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa
anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah
kemana atau malah berdiam diridirumah.
d. Nilai-nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku
yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.
8. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Friedman (2010) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan
baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
9. Tugas Perkembangan Sesuai dengan Tahap
Perkembangan
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan
antara anggotanya disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut
disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan
perkembangan.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak
keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang
yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi. Masing- masing belajar hidup Bersama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur,
bangun pagi dan sebagainya. Adapun tugas perkembangannya
sebagai berikut.
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;
2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Adapun tugas
perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini, sebagai berikut.
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap;
2) Mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
3) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga;
4) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
5) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Adapun tugas perkembangannya, sebagai
berikut.
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan;
2) Mensosialisasikan anak;
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di
luar keluarga.
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat
sendiri, begitu pula orang tua. Adapun tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini, sebagai berikut.
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan;
2) Mensosialisasikan anak lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas;
3) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di
luar keluarga.
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya memberikan tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Adapun tugas perkembangan keluarga pada tahap ini, sebagai
berikut.
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri;
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa/pelepasan (launching center
family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini
tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas
perkembangan pada tahap ini, sebagai berikut.
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan;
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
atau istri.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut,
perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak-anak;
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini,
sebagai berikut.
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan;
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).
10. Keperawatan kesehatan keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah proses penyediaan
kebutuhan perawatan kesehatan keluarga yang berada dalam lingkup
praktek keperawatan. Asuhan keperawatan ini dapat ditujukan kepada
keluarga sebagai konteks, keluarga secara keseluruhan, keluarga sebagai
suatu sistem, atau keluarga sebagai komponen masyarakat (Joanna et al,
2015).
Keperawatan keluarga mempertimbangkan empat pendekatan untuk
keluarga dengan tujuan untuk mempromosikan, memelihara, dan
memulihkan kesehatan. Kerangka kerja ini menggambarkan konsep yang
saling bersilangan dari individu, keluarga, keperawatan, dan masyarakat
(Joanna et al, 2015).
a. Keluarga sebagai konteks
Pendekatan pertama untuk asuhan keperawatan keluarga berfokus
pada penilaian dan perawatan klien individu di mana keluarga adalah
konteksnya. Label pendekatan ini adalah berpusat pada keluarga atau
berfokus pada keluarga. Keluarga berfungsi sebagai konteks bagi
individu baik sebagai sumber daya atau stresor untuk kesehatan dan
penyakit individu. Kebanyakan teori atau model keperawatan yang
ada awalnya dikonseptualisasikan menggunakan individu sebagai
fokus. Pendekatan ini berakar pada spesialisasi keperawatan ibu-
anak dan mendasari filosofi banyak pengaturan perawatan kesehatan
ibu dan anak. Seorang perawat yang menggunakan fokus ini
mungkin berkata kepada klien individu: "Siapa di keluarga Anda
yang akan membantu Anda dengan pengobatan malam Anda?"
“Bagaimana Anda akan menyediakan penitipan anak ketika Anda
menjalani operasi punggung?” atau “Sungguh luar biasa bagi Anda
bahwa istri Anda sangat tertarik pada manajemen diabetes Anda dan
telah mengubah semua persiapan makanan agar sesuai dengan
kebutuhan diet Anda” (Joanna et al, 2015).
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga dipandang sebagai jumlah anggota keluarga individu, dan
fokusnya terkonsentrasi pada setiap individu. Perawat menilai dan
memberikan perawatan kesehatan untuk setiap orang dalam
keluarga. Pendekatan ini terlihat biasanya di klinik perawatan primer
di komunitas di mana dokter perawatan primer (PCP) atau praktisi
perawat (NP) memberikan perawatan dari waktu ke waktu untuk
semua individu dalam keluarga tertentu. Dari perspektif ini, perawat
mungkin bertanya kepada anggota keluarga yang baru saja jatuh
sakit: “Bagaimana diagnosis diabetes remaja Anda memengaruhi
individu lain dalam keluarga Anda?” “Apakah kebutuhan obat setiap
malam Anda akan menjadi masalah bagi anggota keluarga Anda
yang lain?” "Siapa di keluarga Anda yang mengalami waktu paling
sulit dengan diagnosis Anda?" atau “Bagaimana anggota keluarga
Anda menyesuaikan diri dengan rejimen pengobatan baru Anda?”
(Joanna et al, 2015).
c. Keluarga sebagai system
Fokus dalam pendekatan ini adalah pada keluarga secara keseluruhan
sebagai klien; di sini, keluarga dipandang sebagai sistem
interaksional di mana keseluruhan lebih dari jumlah bagian-
bagiannya. Dengan kata lain, interaksi antar anggota keluarga
menjadi sasaran intervensi keperawatan. Intervensi mengalir dari
penilaian keluarga secara keseluruhan. Pendekatan sistem
keperawatan keluarga berfokus pada individu dan keluarga secara
bersamaan. Penekanannya adalah pada interaksi antar anggota
keluarga, misalnya interaksi langsung antara diad orang tua atau
interaksi tidak langsung antara diad orang tua dan anak. Semakin
banyak anak dalam sebuah keluarga, semakin kompleks interaksi ini
(Joanna et al, 2015).
d. Keluarga sebagai komponen social
Keluarga sebagai komponen masyarakat, di mana keluarga
dipandang sebagai salah satu dari banyak institusi dalam masyarakat.
Keluarga secara keseluruhan berinteraksi dengan institusi lain untuk
menerima, bertukar, atau memberikan komunikasi dan layanan.
Pertanyaan yang mungkin ditanyakan perawat dalam pendekatan ini
meliputi: “Sudahkah Anda mempertimbangkan untuk bergabung
dengan kelompok pendukung untuk keluarga dengan ibu yang
menderita kanker payudara? Keluarga lain telah menemukan ini
sebagai sumber yang bagus dan cara untuk mengurangi stres.”
(Joanna et al, 2015).
11. Konsep Asuhan keperawatan Keluarga
Menurut (Santi et al., 2021), konsep asuhan keperawatan keluarga
meliputi
a. Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan
metode :
1) Wawancara keluarga
2) Observasi fasilitas rumah
3) Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke
ujung kaki)
4) Data sekunder, seperti contoh hasil laboratorium, hasil X-Ray,
pap smear dan lain-lain
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
1) Data Umum
a) Nama kepala keluaga
b) Usia
c) Alamat dan telepon
d) Pekerjaan kepala keluarga
e) Pendidikan kepala keluarga
f) Komposisi keluarga
g) Genogram
h) Tipe Keluarga
i) Suku bangsa
j) Agama
k) Status sosial ekonomi
l) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
3) Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga komunitas
c) Mobilitas keluarga
d) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4) Pengkajian Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga
c) Struktur peran
d) Nilai atau norma keluarga
5) Fungsi Keluarga
a) Pengkajian Fungsi Afektif
b) Fungsi Sosialisai
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
d) Fungsi Reproduksi
e) Fungsi Ekonomi
6) Stress dan Koping Keluarga
a) Stresor jangka pendek dan Panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
c) Strategi koping konstruktif yang digunakan
d) Strategi adaptasi disfungsional
7) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap secara head to toe (kepala sampai
ujung kaki)
8) Harapan Keluarga
Keinginan atau impian yang diinginkan keluarga terhadap
keuarganya atau individu-individu yang berada dalam keluarga.
b. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
1) Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan.
2) Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan.
3) Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan. Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga
berdasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan kesehatan
keluarga. Khusus untuk mendiagnosis keperawatan potensial
(sejahtera / “wellness”) boleh menggunakan/ tidak
menggunakan etiologi.
No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran
1 Sifat masalah ancaman
kesehatan
1 = Sejahtera
2 = Risiko
3 = Wellness
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah :
2 = Mudah
1 = Sebagian
0 = Tidak dapat diubah
3 Potensial masalah untuk diubah:
3 = TInggi
2 = Cukup
1 = Rendah
4 Menonjolnya masalah
2 =Harus segara diatasi
1 = Tidak perlu segera
0 = Masalah tidak dirasakan oleh
keluarga
Total
c. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
yang menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi
dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan
pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
d. Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah
ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a) Memberikan informasi
b) Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang
Kesehatan
c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat.
a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.
a) Mendemonstrasikan cara perawatan
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
a) Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarg
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara :
a) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
e. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah
pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi
kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang
saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan
tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi
proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung
dan evaluasi basil merupakan basil dan pemberian asuhan
keperawatan. Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah
sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling
valid untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi
yang subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan
instrument yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan
mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah
laku yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada
keluarga yang berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan
kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat
keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP
sebagai tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi, sebagai
berikut.
a) Subjektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber
lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau
kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.
b) Objektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat
dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan
sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.
c) Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
d) Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan
merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang
dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan
inovasi dan modifikasi bagi perawat.
B. KONSEP PENYAKIT DIABETES MELITUS
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu
kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula
darah puasa di atas atau sama dengan 130 mg/dl. Diabetes Melitus
merupakan salah satu penyakit akibat fungsi atau struktur dari jaringan
atau organ tubuh yang secara progresif menurun dari waktu ke waktu
karena usia atau pilihan gaya hidup. Penyakit ini juga dikenal sebagai
penyakit akibat dari pola hidup modern di mana orang lebih suka makan
makanan siap saji, kurangnya aktivitas fisik karena lebih memanfaatkan
teknologi seperti penggunaan kendaraan bermotor dibandingkan dengan
berjalan kaki sehingga kelebihan berat badan juga merupakan risiko
menderita Diabetes Mellitus (Kusnanto et al., 2019).
Diabetes Melitus terbagi menjadi 2 tipe yaitu diabetes melitus tipe I
dan diabetes melitus tipe II. Diabetes melitus tipe I adalah penyakit
gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah
akibat destruksi (kerusakan) sel beta pankreas karena suatu sebab tertentu
yang menyebabkan produksi insulin tidak ada sama sekali sehingga
penderita sangat memerlukan tambahn insulin dari luar, sedangkan
diabetes melitus tipe II adalah penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas dana tau fungsi insulin (resistensi insulin) (Yosmar
et al., 2018).

Diagnosis Kadar Glukosa


Glukosa puasa normal < 100 mg/dl
Pradiabetes 110 – 126 mg/dl
Diabetes (dua pemeriksaan >126 mg/dl
terpisah)

Diabetes (sesudah makan) >200 mg/dl


2. Klasifikasi
Menurut (Chaidir et al., 2017), klasifikasi diabetes melitus dibagi
menjadi :
a. Tipe 1 : Destruksi sel beta, umumnya berhubungan dengan pada
defisiensi insulin absolut (autoimun, idiopatik)
b. Tipe 2 : Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin
c. Diabetes melitus gestasional : Diabetes yang didiagnosis pada
trimester kedua atau ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan
tidak didapatkan diabetes
Tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain :
a. Sindroma diabetes monogenic (diabetes neonatal, maturity-onset
diabetes of young (MODY)).
b. Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatitis)
c. Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan
glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah transplantasi
organ)
3. Etiologi
Penyebab DM adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin
dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal
atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam
mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa
dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang normal).
Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian
kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta dalam kelenjar penkreas yang
berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
DM sebagai berikut (Larasati et al., 2019) : a. Genetik atau Faktor
Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih
besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang
tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM
merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-
laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan
sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada
anakanaknya.
a. Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan DM adalah rubella, mumps, dan human
coxsackie virus B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum
bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
b. Bahan Toksin atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin
(produk dari sejenis jamur).
c. Asupan Makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan
dengan asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab maupun
pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan merupakan faktor
risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Salah satu asupan
makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan
asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya DM.
d. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau
obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut
gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang
digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari
keadaan pada waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan
resistensi terhadap insulin.
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darah
terganggu , insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula
dalam darah bertambah tinggi. Peningkatan kadar glukosa darah akan
menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat
mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan didalam air
kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan
kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi
jika ini terjadi maka terjadilah diabetes mellitus. Insulin berfungsi untuk
mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin kecukupan gula yang
disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga proses-
proses kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin
dihambat oleh adanya hormon – hormon tertentu lainnya, terutama
adrenalin dan nonadrenalin, yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin, dan somatostatin.
4. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung
dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di
pecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi
glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak.
Ketiga zat makan itu akan diserap oleh usus dan kemudian masuk ke
dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk
dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus
masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makan
terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil
akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting
yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya
dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau
hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.
Pada DM type II jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang. Reseptor insulin ini dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang
kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan
sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa
di dalam pembuluh darah meningkat.
5. Faktor Risiko
Menurut (Yosmar et al., 2018), beberapa faktor risiko diabetes
melitus yaitu :
a. Ras dan etnik
b. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
c. Umur : risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring
dengan meningkatnya usia
d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau
riwayat pernah menderita diabetes melitus gestasional
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, <2500 gram
f. Berat badan lebih
g. Kurang aktivitas fisik
h. Diabetes melitus
i. Dyslipidemia
j. Diet tidak sehat (diet tinggi glukosa dan rendah serat)
6. Tanda dan Gejala
Diabetes memiliki beberapa keluhan baik yang khas maupun tidak
khas. Keluhan khas pada diabetes terdiri dari (Rusdi, 2020) :
a. Poliuria (berkemih berlebihan)
b. Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)
c. Polifagia (lapar)
d. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
e. Lemah
f. Kesemutan
g. Gatal
h. Mata kabur
i. Disfungsi ereksi pada pria
j. Pruritus vulvae pada wanita
7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan
glukosa darah dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan
untuk membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan
Cpeptide (Fajrunni’mah & Purwanti, 2021). a. Pemeriksaan glukosa
darah
a. Glukosa Plasma Vena
Sewaktu Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe
II dilakukan pada pasien DM tipe II dengan gejala klasik seperti
poliuri dan polifagia. Gula darah sewaktu diartikan kapanpun tanpa
memandang terakhir kali makan. Dengan pemeriksaan gula darah
sewaktu sudah dapat menegakan diagnosis DM tipe II. Apabila kadar
glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (plasma vena) maka penderita
tersebut sudah dapat disebut DM. Pada penderita ini tidak perlu
dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa.
b. Glukosa Plasma Vena Puasa
Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan
8-12 jam sebelum tes dengan menghentikan semua obat yang
digunakan, bila ada obat yang harus diberikan perlu ditulis dalam
formulir. Intepretasi pemeriksan gula darah puasa sebagai berikut :
kadar glukosa plasma puasa < 110 mg/dl dinyatakan normal, ≥126
mg/dl adalah diabetes melitus, sedangkan antara 110- 126 mg/dl
disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Pemeriksaan gula
darah puasa lebih efektif dibandingkan dengan pemeriksaan tes
toleransi glukosa oral.
c. Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)
Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang
mengandung 100gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan
merokok serta berolahraga. Glukosa 2 jam Post Prandial
menunjukkan DM bila kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl, sedangkan
nilai normalnya ≤ 140. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) apabila
kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200 mg/dl.
d. Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila
pada pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-
200 mg/dl untuk memastikan diabetes atau tidak. Sesuai kesepakatan
WHO tahun 2006, tatacara tes TTGO dengan cara melarutkan 75
gram glukosa pada dewasa, dan 1,25 mg pada anak-anak kemudian
dilarutkan dalam air 250300 ml dan dihabiskan dalam waktu 5
menit.
e. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang
tersimpan dan bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari
sesuai dengan umur eritrosit. Kadar HbA1c bergantung dengan kadar
glukosa dalam darah, sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata
kadar gula darah selama 3 bulan. Sedangkan pemeriksaan gula darah
hanya mencerminkan saat diperiksa, dan tidak menggambarkan
pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah diperlukan
untuk pengelolaaan diabetes terutama untuk mengatasi komplikasi
akibat perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.
1) HbA1c 30 HbA1c < 6.5 % = Kontrol glikemik baik
2) HbA1c 6.5 -8 % = Kontrol glikemik sedang
3) HbA1c > 8 % = Kontrol glikemik buruk
8. Pencegahan dan Penatalaksaan Diabetes Melitus
Kegiatan untuk mencapai program pencegahan penyakit pada
penderita diabetes melitus yaitu (Silalahi, 2019):
a. Diet yaitu menkonsumsi makanan yang berserat tinggi, rendah gula,
dan banyak air putih.
b. Olahraga yang teratur.
c. Olahraga intermiten (1 – 3 – 1) untuk mengelola kadar glukosa darah
dan memperbaiki propel lipid. Perbandingan irama gerak 1
d. (anerob), 3 (aerob), dan 1 (anaerob)
e. Stretching dan loosening untuk kelenturan sendi dan lancarnya aliran
darah tepi.
f. Meditasi dan Senam Pernafasan.
Olahraga yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah olahraga
aerobic low impact dan rithmis seperti senam, jogging, berenang dan
naik sepeda. Porsi latihan juga harus diperhatikan, latihan yang
berlebihan akan merugikan kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu
sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan porsi latihan tersebut harus
memperhatikan intensitas latihan, lama latihan dan frekuensi latihan.
Penatalaksanaan diabetes melitus dimulai dengan menerapkan pola
hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan
intervensi farmakologis dengan obat anti hipergilkemia secara oral dan /
atau suntikan. Terapi yang dapat diberikan untuk DM adalah terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dari golongan
spesifik yaitu, Acarbose (menghambat glukosa di usus), Sulfonilurea
(merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi insulin), Biguanid
(menurunkan fibrinogen plasma). Pedoman utama yang diperlukan
adalah pengendalian DM dengan pedoman 4 pilar pengendalian DM
yang terdiri dari edukasi, pengaturan makan, olahraga, kepatuhan
pengobatan. Dengan tujuan agar penderita DM dapat hidup lebih lama,
karena kualitas hidup kebutuhan. Diet adalah terapi non farmakologi
pada DM maka setiap penderita seharusnya mempunyai sikap yang
positif (mendukung) terhadap diet agar tidak terjadi komplikasi baik akut
maupun kronis. Untuk mempertahankan kualitas hidup dan menghindari
komplikasi dari DM tersebut maka setiap penderita harus menjalankan
gaya hidup yang sehat, yaitu menjalankan diet DM dan olahraga.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. H DENGAN
DIABETES MELITUS DI RT 10 RW 07 KELURAHAN SUNGAI ULIN
BANJARBARU

A. PENGKAJIAN

1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. H
b. Umur : 71 th
c. Alamat Kepala Keluarga : RT. 10 RW 07
d. Pekerjaan : Pensiunan
e. Pendidikan : S1
f. Komposisi Keluarga :

No. Nama L/P Umur Hubungan Keluarga Pekerjaan Pendidikan


1 Tn. H L 71 tahun Kepala keluarga Pensiunan S1
2 Ny. M P 69 tahun Isteri IRT SMP
3 An. M P 28 tahun Cucu Swasta S1
4 An. H L 2 tahun Cucu Swasta SMK
Genogram:

Keterangan :
: Perempuan : Laki-laki : Klien

: Meninggal
Tn. H merupakan anak kedua dari 6 bersaudara dan Istri Tn. H merupakan anak
pertama dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan. Tn. H memikili 3 orang
anak, ketiga anak Tn. H sudah menikah dan Tn. H tinggal bersama cucu dari anak
yang pertama.

2. Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn. H adalah keluarga extended, yaitu terdapat Sepasang


suami istri dan keluarga tambahan berupa cucu.

3. Suku Bangsa

Tn. H bersuku Banjar. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Tn. H yaitu
Bahasa Banjar. Tn. H mengatakan jika sakit biasanya berobat dulu ke
rumah sakit atau puskesmas, jika sudah tahu penyakit apa dan dapat obat
dari rumah sakit, Ny. M (istri) membantu membuatkan minuman herbal.

4. Agama

Agama yang dianut Tn. H dan keluarga adalah Islam, tidak ada keyakinan
yang berdampak buruk pada kesehatan. Tidak ada perbedaan dalam
keyakinan agama, Tn. H mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat 5
waktu, mengikuti kegiatan keagamaan seperti pengajian.

5. Status Sosial Ekonomi


a. Anggota Keluarga yang mencari nafkah : Anak
b. Penghasilan : Penghasilan yang diperoleh keluarga Tn. H (pensiunan)
setiap bulan Rp.3.000.000
c. Upaya lain : Tn. H dibantu oleh anak-anaknya
d. Harta benda yang dimiliki: Harta benda yang dimiliki keluarga Tn. H
yakni seperti televisi, kulkas, mesin cuci, kompor, serta sepeda motor
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Tn. H mengatakan untuk
kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan biasanya hanya berupa
kebutuhan makan sehari-hari dan juga keperluan rumah tangga

6. Rekreasi keluarga

Rekreasi yang dilakukan keluarga Tn. H yaitu terkadang berkumpul


bersama keluarga dan cucu-cucu atau bisa juga pergi bermain catur di
dekat kolam renang Idaman.

7. Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan Keluarga Tn. H berada pada tahap ke VIII. Tahap
ini adalah tahap pasangan sudah memasuki pensiun.
b. Tahap Perkembangan yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan yang belum di lewati tidak ada atau sudah
terpenuhi.

8. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

Anggota Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Saat Ini


Keluarga Dahulu
Tn. H Tn. H mengatakan dulu Tn. H mengatakan baru-baru
merokok terus-terusan sejak ini jika banyak beraktivitas
tahun 1969-2000. Tn. H mulai langsung napas pendek dan
berhenti merokok karena batuk ada suara napas saat tarik
dan kasihan dengan anak napas “ngik-ngik”

Tn. H mengatakan memang Sejak diabetes, berat badan


meiliki riwayat kencing manis naik dari 75 ke 75 kg. Saat
dari puluhan tahun yang lalu. diperiksa kembali hasil GDS
Tn. H kencing manis sejak Tn. H 354. Tn. H mengatakan
tahun 2006, awal mula sadar belum ada makan siang ini,
karena sering buang air kecil makan terakhir saat pagi dan
lalu cek kesehatan di sudah suntik insulin
puskesmas. Tn. H mengatakan Pemeriksaan :
kemungkinan kencing manis • TD :145/89 mmHg.
karena suka mengkonsumsi • GDS: 354 mg/dL
yang manis-manis dahulu.

Ny. M mengatakan pernah


operasi usus tahun 2020, dan
sejak kemoterapi, pendengaran
Tn. H berkurang hingga
sekarang telinga kanan Tn. H
tidak mendengar
Ny. M Ny. M mengatakan tahun 2023 Ny. S mengeluhkan baru
pernah cek darah GDS, AU, menyadari tangan atau jari-jari
dan Kolesterol. Saat tangan sering terasa kesemuan
pemeriksaan asam urat Ny. M atau kebas tiba-tiba.Saat
tinggi dilakukan cek darah GCU, hasil
asam urat Ny. M normal 5,5
mg/dL
• TD : 135/44
• AU : 5,5 mg/dL
An. M Ny. M mengatakan An. M tidak An. M tidak memiliki keluhan
ada riwayat penyakit serius saat ini
sebelumnya
An. H Ny. M mengatakan An. H tidak An. H tidak memiliki keluhan
ada riwayat penyakit serius saat ini
sebelumnya

9. Riwayat Kesehatan Keluarga sebelumya

Tn. H mengatakan di dalam keluarganya tidak ada penyakit keturunan


seperti Tn. H atau yang lainnya

10. Data Lingkungan


a. Karakteristik rumah
1) Luas Rumah : Perkiraan 10 x 14 m2
2) Tipe rumah : Permanen
3) Kepemilikan : Milik sendiri
4) Jumlah dan rasio ruangan : jumlah ruangan di rumah keluarga Tn. H
terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 wc
dan 1 kamar mandi
5) Pemanfaatan ruangan : Tn. H mengatakan untuk pemanfaatan
ruangan dipakai sesuai kebutuhan namun ruang tamu biasanya sering
digunakan untuk berkumpul
6) Pembuangan kotoran : keluarga Tn. H menggunakan WC berupa WC
jongkok serta septitank
7) Sumber air minum : Sumber air minum dari galon
8) Pembuangan sampah : Pengelolaan sampah dilakukan dengan cara
dikumpulkan dan dibuang oleh petugas sampah ke TPS, sampah
dilingkungan tempat tinggal keluarga Tn. H biasanya diambil
langsung oleh petugas sampah
9) Lingkungan di dalam rumah : lingkungan dalam rumah nampak
bersih dan, terdapat jendela dan ventilasi di setiap ruangan dan lantai
terbuat dari ubin
10) Lingkungan diluar rumah: lingkungan diluar rumah nampak cukup
bersih dan terdapat beberapa tanaman yang berada didepan rumah
keluarga Tn. H
11) Denah Rumah (gambar)

WC Dapur Kamar 1

Ruang
Ruang
Kamar 2 keluarga tamu

12) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Desa :


Tn. H tinggal di daerah perkotaan, akses menuju rumah Tn. H cukup
mudah bisa dilalui roda dua maupun roda empat, jalan menuju rumah
Tn. H beraspal, mayoritas warga adalah wiraswasta.
Fasilitas yang ada di komunitas adalah Mushola, yang mana jarak
rumah Tn. H ke Mushola ± 500 meter dari rumah. Jarak rumah
dengan puskesmas terdekat ± 2 km dan bisa ditempuh dengan mobil
atau motor, adapun jarak ke Posyandu terdekat yaitu ±1,5 km dapat
ditempuh dengan berjalan kaki maupun dengan sepeda motor.

11. Mobilitas Geografis Keluarga :

Keluarga Tn. H sejak dulu bertempat tinggal dirumahnya tersebut, yang


mana rumah tersebut merupakan rumah miliki Tn. H sendiri.

12. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

Tn. H mengatakan jarang berkumpul dalam acara yang dilaksanakan


warga karena jika beraktivitas banyak bisa sesak. Namun, Tn. H saat siang
hari biasanya pergi sendiri dengan sepeda motor bermain catur di depan
kolam Idaman.

13. Sistem pendukung keluarga :

Sistem pendukung adalah keluarga sendiri. Keluarga Tn. H saling


mendukung satu sama lain. Anak, menantu dan cucu Tn. H juga
merupakan system pendukung keluarga.
14. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Komunikasi dilakukan dengan terbuka. Keluarga biasanya
menggunakan bahasa banjar saat berkomunikasi. Dalam menghadapi
suatu permasalahan biasanya dilakukan semacam musyawarah kecil
dengan istri Tn. H sebelum memutuskan suatu permasalahan.
Terkadang Tn. sedikit kesulitan dalam berkomunikasi karena
pendengaraan Tn. H yang kurang mendengar sehingga orang yang
berbicara dengan Tn. H harus mengeraskan sedikit suaranya
b. Struktur kekuatan
Pengambilan keputusan dalam keluarga ini biasa dilakukan oleh Tn. H.
Namun sebelum mengambil keputusan, biasanya keluarga Tn. H
melakukan diskusi terlebih dahulu. Jika keputusan yang diambil Tn. H
terasa kurang tepat, maka anggota keluarga akan melakukan negosiasi
atau menyanggah keputusan tersebut dengan berbagai pertimbangan
yang tepat.
c. Struktur Peran (formal dan informal) :
Tn. H berperan sebagai kepala keluarga. Namun, terkadang Tn. H
sedikit kesulitan dalam berkomunikasi karena pendengaraan Tn. H yang
kurang mendengar sehingga orang yang berbicara dengan Tn. H harus
mengeraskan sedikit suaranya.
d. Nilai dan Norma keluarga :
Nilai dan norma budaya keluarga Tn. H sesuai dengan nilai dari suku
Banjar dan agama islam yang mereka anut, serta nilai dan norma
masyarakat sekitarnya. Tn. H lebih menekankan kepada ibadah shalat 5
waktu. Keluarga Tn. H menjunjung nilai-nilai yang diajarkan agama
yang di anutnya. Saat sakit, keluarga Tn. H berobat ke RS ataupun ke
pelayanan kesehatan seperti puskesmas.

15. Fungsi Keluarga


a. Fungsi keluarga
Asah : Tn. H memenuhi kebutuhan keluarganya mulai dari tempat
tinggal, pendidikan anak-anaknya dimulai SD hingga lulus perguruan
tinggi.
Asuh : Pemeliharaan dan perawatan kesehatan keluarga Tn. H
dilakukan dengan cukup baik agar kesehatan selalu terpelihara. Terlihat
dari bagaimana Tn. H sering memeriksakan kesehatannya karena
mengetahui memiliki riwayat diabetes melitus ke RS Ratu Zalecha tiap
bulannya terutama apabila Tn. H memiliki keluhan
Asih : Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn. H cukup rukun dan
jarang terjadi konflik. Namun, kehidupan Tn. H biasanya hanya dengan
Ny. M, karena cucu Tn. H bekerja keduanya, dan anak Tn. H bekerja
dan sudah berumah tangga sendiri
b. Fungsi ekonomi :
Penghasilan keluarga didapatkan dari Tn. H sebagai pensiunan dan juga
dibantu oleh anak-anak Tn. H, yang mana dari pekerjaan tersebut
diperoleh penghasilan dengan kisaran diatas Rp. 3.000.000 /bulan
c. Fungsi mendapatkan status sosial :
Keluarga Tn. H sering berinteraksi dengan warga sekitar dan diterima
oleh warga disekitar tempat tinggalnya.
d. Fungsi pendidikan :
Tn. H hanya dapat menyelesaikan sekolah hingga S1. Tn. H mempu
menyekolahkan keempat anaknya dari SD hingga ke perguruan tinggi
e. Fungsi sosialisasi :
Tn. H lebih banyak menghabiskan waktu didalam rumah dan terkadang
bermain catur di luar.
f. Fungsi afektif :
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn. H cukup rukun dan jarang
terjadi konflik. Dalam keluarga juga tidak terdapat jarak maupun
batasan yang dibangun, sehingga masing-masing anggota keluarga tetap
bisa mencurahkan isi hati kepada siapa dia ingin bercerita dalam
keluarga.
g. Fungsi Pemenuhan (Perawatan/pemeliharaan Kesehatan) :
1) Mengenal Masalah :
Tn. H sudah mengenal masalah kesehatan. Hal ini ditandai dengan
Tn. H yang mengetahui bahwa dirinya memiliki penyakit gula darah
tinggi atau diabetes melitus (kering). Tn. H sudah mengetahui terkait
dengan tanda gejala serta penatalaksanaan dari penyakit diabetes
mellitus. Tn. H mengatakan kemungkinan besar penyebab dari
diabetes yang diderita adalah karena suka konsumsi yang manis.
Namun, Tn. H. Mengatakan tidak percaya dengan alat GCU karena
menggunakan baterai/ mesin, sehingga hasil tidak akurat. Tn. H lebih
mempercayai pemeriksaan darah lengkap di vena daripada
menggunakan GCU. Tn. H juga mengatakan, sesak napas yang
kadang muncul tersebut efek dari kebiasaan Tn. H merokok dari
tahun 1969-2000. Tn. H sudah ada mengkonsultasikan sesak napas ke
RS saat kontrol diabetes, dan diberi obat symbicort sejak 3 bulan
yang lalu, namun sampai saat ini Tn. H tidak mengkonsumsinya
karena tidak tahu cara memakainya
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan :
Dalam keluarga Tn. H dalam mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan kesehatan seperti melakukan pengobatan dengan pergi
bersama istri dengan sepeda motor ataupun diantar anak/ cucu.
Apabila Tn. H sakit maka Tn. H yang akan memberi tahu istrinya dan
berunding untuk mengambil keputusan apakah mau dibawa berobat
ke pelayanan kesehatan atau di rumah. Istri Tn. H mengungkapkan
suka membuatkan herbal untuk Tn. H agar gula darah Tn. H
membaik.
3) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit:

Istri Tn. H selalu mengingatkan Tn. H untuk rutin memeriksakan


kesehatan ke RS dan menyuntikkan insulin di rumah. Istri Tn. H juga
rutin memasak makanan rendah gula seperti kentang rebus atau
minuman herbal dari daun kersen untuk menurunkan gula darah Tn.
H.
4) Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat :
Keluarga Tn. H sudah mampu memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat. Kebersihan ruangan juga cukup bersih, barang-barang sebagian
sudah terletak pada tempatnya.
5) Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan :
Keluarga Tn. H mampu menggunakan pelayanan kesehatan. Tn. H
mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ke
tempat dokter praktik terdekat ataupun ke puskesmas terdekat di
lingkungan mereka

16. Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang :
Tn. H mengatakan tidak ada stressor yang berlebih pada keluarga.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :
Terhadap stressor yang dialami Tn. H biasanya akan lebih mendekatkan
diri kepada Allah swt. serta berdoa untuk diberi kemudahan dalam
mengahadapi masalah serta diberi penyelesaian yang terbaik.
c. Strategi koping yang digunakan :
Koping anggota keluarga Tn. H baik yaitu saling mendukung dan
merespon bila terjadi masalah dalam keluarga
d. Strategi adaptasi fungsional :
Keluarga Tn. H apabila ada yang sakit memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan seperti RS dan puskesmas.

17. Harapan Keluarga

Terhadap masalah kesehatannya Tn. H berharap agar Tn. H dan


keluarganya semua dapat selalu sehat, keluarga dapat lebih tahu tentang
kesehatan, membantu menyelesaikan masalah kesehatan di keluarga dan
bisa lebih mematuhi apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.

18. Tingkat Kemandirian keluarga

Keluarga mandiri tingkat 1


- Menerima petugas perawatan komunitas
- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
19. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
No Komponen Tn. H
1. Kepala Inspeksi: rambut tipis dan terdapat uban, rambut tampak bersih

2. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dapat mengikuti arah.
3. Hidung Nampak simetris, tidak terlihat sekret atau kemerahan
4. Telinga Kedua telinga simetris, tidak ada serumen. Telinga sebelah kanan tidak
mendengar
5. Mulut Mukosa bibir cukup lembab, gigi ada yang ompong
6. Leher & Tenggorokan Tidak nampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak deviasi trakea
7. Dada Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
8. Abdomen Perut datar, tidak ada massa teraba
9. Punggung Tidak ada kelainan pada bagian tulang belakang
10. Ekstremitas Tidak terdapat kelainan pada ekstremitas atas maupun bawah

11. Kulit Tidak ada kelainan pada kulit


12. Kuku Kuku tampak pendek dan bersih
13. Tanda- tanda vital TD: 145/89 mmHg
HR: 90x/menit
RR: 18x/menit

14. BB : 75 kg
BB, TB/PB TB: 163 cm
15. Pemeriksaan Lab GDS: 354 mg/dl

16. Keadaan Umum Kesadaran kompos mentis


No Komponen Ny. M
1. Kepala Inspeksi: rambut bersih, terdapat uban

2. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dapat mengikuti arah.
3. Hidung Nampak simetris, tidak terlihat sekret atau kemerahan
4. Telinga Kedua telinga simetris, tidak ada serumen
5. Mulut Mukosa bibir cukup lembab, gigi ada yang ompong
6. Leher & Tenggorokan Tidak nampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak deviasi trakea
7. Dada Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
8. Abdomen Perut datar, tidak ada massa teraba
9. Punggung Tidak ada kelainan pada bagian tulang belakang
10. Ekstremitas Tidak terdapat kelainan pada ekstremitas atas maupun bawah

11. Kulit Tidak ada kelainan pada kulit


12. Kuku Kuku tampak pendek dan bersih
13. Tanda- tanda vital TD: 135/44 mmHg
HR: 89x/menit
RR: 14x/menit

14. BB : 65 kg
BB, TB/PB TB: 156 cm
15. Pemeriksaan Lab AU: 5,5 mg/dl

16. Keadaan Umum Kesadaran kompos mentis

Pemeriksaan fisik pada kedua cucu tidak terkaji karena saat pengkajian kedua cucu klien tidak ada di rumah sedang bekerja hingga
selesai pengkajian, namun keterangan dari Ny. M tidak ada keluhan sakit dari kedua cucu
Status Kognitif/Afektif/Sosial
1. SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
(SPMSQ)
Nama Klien : Tn. H Tanggal Wawancara : 27 Februari 2024
Umur : 71 th Pewawancara : Liza Trie Octiza A., S.Kep

Skor
Pertanyaan Jawaban
+ 1. Tanggal berapa hari ini? 27 Februari 2024
+ 2. Hari apa sekarang ini? Selasa
+ 3. Apa nama tempat ini? Rumah
+ 4. Di mana alamat anda? Komp. Perumahan
Kavling Jl. Dukuh
+ 5. Berapa umur anda? 71 th
+ 6. Kapan anda lahir? Lupa tanggal, tahun 1953
+ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Joko Widodo
+ 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
+ 9. Siapa nama ibu anda? Ny. S
+ 10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 20, 17, 14, 11, 8, 5, 2
dari setiap angka baru, semua secara menurun !
Jumlah Kesalahan Total 1
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan
ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan
sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan
berat
Kesimpula : Fungsi intelektual utuh
n
Keterangan : kesalahan 1
Level I : Riwayat pendidikan tingkat SD
Level II : Riwayat pendidikan tingkat SLTP dan SLTA
Level III : Riwayat pendidikan tingkat tinggi (Diploma I, II, III, S1, S2, S3)
2. MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF MMSE (Mini Mental Status Exam)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Jawaban
Tahun : 2024
Musim : hujan/pancaroba)
Tanggal: 27
Hari : Selasa
Bulan : Februari
2. Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada?
Jawaban
Negara : Indonesia
Propinsi: Kalsel
Kabupaten/kota: Banjarbaru
Kelurahan : Sungai ulin
3. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal:
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab:
a. pintu, baju, bantal
4. Perhatian dan 5 5 Meminta klien berhitung mulai
kalkulasi dari 100 kemudian kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban:
100, 93, 86, 79, 72
5. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke 2
(tiap poin nilai 1).
a. baju, pintu, bantal
6. Bahasa 9 7 a. Menanyakan pada klien
tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut):
pintu
b. Minta klien untuk
mengulangi kata berikut:
baju berwarna putih
c. Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
3 langkah
Angkat tangan, pegang
rambut, angkat jempol
d. Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai
satu poin). Tutup mata

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
e. Perintahkan kepada klien
untuk menulis kalimat atau
menyalin gambar.

Jawab

Total nilai 30 28
Interpretasi hasil :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 - 17 : Gangguan kognitif berat

3. INVENTARIS DEPRESI BECK


Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat
3
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
2
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan
0
diri sendiri
H. Menarik Diri Dari Social
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
3
pada mereka
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
2
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – Raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya
2
dan in membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Total Nilai : 2
Penilaian : 0 - 4 Depresi tidak ada
5 - 7 Depresi ringan
8 - 15 Depresi sedang
> 16 Depresi berat
Kesimpulan : nilai 0 yang berarti tidak depresi

4. APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skor
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
(teman – teman) saya untuk membantu pada waktu 2
sesuatu menyusahkan saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman) 2
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman – teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman) 2
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi – emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama – sama
Total 10
Penilaian: Selalu = 2, Kadang – kadang = 1, Hampir tidak pernah = 0

Nilai < 3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi.

4-6 : Disfungsi keluarga sedang.

> 7 : Tidak ada disfungsi keluarga.

Pengkajian Lansia
(Four-Stage Balance Test)

Four-Stage Balance Test


Tes ini akan mengkaji kemampuan keseimbangan lansia pada 4 sikap yang
berbeda, dengan tingkat kesulitan yang terus meningkat.
Alat yang dibutuhkan:
1. Stopwatch
Instruksi:
1. Minta lansia untuk berdiri, mata terbuka, tanpa menggunakan alat bantu
berjalan, dan tanpa alas kaki
2. Pemeriksa berdiri di samping lansia, tapi tidak boleh memberikan bantuan.
Pemeriksa bersiap membantu lansia apabila lansia tidak mampu menahan
keseimbangan.
3. Minta lansia mencoba setiap posisi ini dan masing-masing posisi ditahan
selama 10 detik. Mulai dari posisi pertama, jika lansia berhasil menahan posisi
pertama selama 10 detik, lanjutkan dengan posisi kedua dan bertahap sampai
dengan posisi terakhir.
Jika lansia tidak mampu menahan satu posisi selama 10 detik, maka hentikan testnya

4. Lansia boleh menggunakan lengannya, atau menggerakkan tubuhnya untuk


menjaga keseimbangan, tapi tidak boleh memindahkan posisi kaki.
5. Lansia yang tidak mampu melakukan “tandem stand” selama 10 detik, maka
dianggap memiliki risiko jatuh

Kesimpulan
Dari beberapa tes yang dilakukan pada Tn. H untuk melihat kemampuan
keseimbangan Tn. H pada keempat posisi selama 10 detik setiap posisi didapatkan
hasil Tn. H mampu melakukannya yang artinya Tn. H tidak memiliki risiko jatuh.
B. Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah


1 DS : Kurang pengetahuan Ketidakefektifan
1. Tn. H mengatakan dulu merokok terus- tentang manajemen Manajemen
terusan sejak tahun 1969-2000 penyakit Kesehatan pada
2. Tn. H mengatakan baru-baru ini jika Tn. H di RT 10
banyak beraktivitas langsung napas RW 07
pendek dan ada suara napas saat tarik
napas “ngik-ngik”
3. Tn. H mengatakan jarang berkumpul
dalam acara yang dilaksanakan warga
karena jika beraktivitas banyak bisa
sesak
4. Kehidupan Tn. H biasanya hanya
dengan Ny. M, karena cucu Tn. H
bekerja keduanya, dan anak Tn. H
bekerja dan sudah berumah tangga
sendiri
5. Tn. H sudah ada mengkonsultasikan
sesak napas ke RS saat kontrol diabetes,
dan diberi obat symbicort sejak 3 bulan
yang lalu, namun sampai saat ini Tn. H
tidak mengkonsumsinya karena tidak
tahu cara memakainya
DO :
1. TD : 134 / 84 mmHg
2. RR : 16x / menit
3. Nadi : 85x/menit
DS: Kurang pemantauan Risiko
1. Istri Tn. H mengungkapkan suka glukosa darah Ketidakstabilan
membuatkan herbal untuk Tn. H agar mandiri Kadar Glukosa
gula darah Tn. H membaik Darah pada Tn.
2. Tn. H sering memeriksakan H di RT 10 RW
kesehatannya karena mengetahui 07
memiliki riwayat diabetes melitus ke
RS Ratu Zalecha tiap bulannya
terutama apabila Tn. H memiliki
keluhan
3. Tn. H sudah mengetahui terkait dengan
tanda gejala serta penatalaksanaan dari
penyakit diabetes mellitus
4. Istri Tn. H selalu mengingatkan Tn. H
untuk rutin memeriksakan kesehatan ke
RS dan menyuntikkan insulin di rumah.
No. Data Penyebab Masalah
5. Istri Tn. H juga rutin memasak
makanan rendah gula seperti kentang
rebus atau minuman herbal dari daun
kersen untuk menurunkan gula darah
Tn. H
6. Tn. H. Mengatakan tidak percaya
dengan alat GCU karena menggunakan
baterai/ mesin, sehingga hasil tidak
akurat.
7. Tn. H lebih mempercayai pemeriksaan
darah lengkap di vena daripada
menggunakan GCU
DO:
GDS: 354 mg/dl

C. Skoring Diagnosa Keperawatan


1) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pada Tn. H di RT 10 RW 07
No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx.
1 Sifat masalah: 3/3 x 1 = 1 Tn. H mengatakan dulu merokok terus-
Wellness terusan sejak tahun 1969-2000, dan baru-
baru ini jika banyak beraktivitas langsung
napas pendek dan ada suara napas saat
tarik napas “ngik-ngik”
Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Tn. S mengatakan kondisi tersulit yaitu
dapat diubah: mudah jarang berkumpul dalam acara yang
dilaksanakan warga karena jika beraktivitas
banyak bisa sesak
Potensi masalah untuk Masalah ini muncul sejak Tn. H
dicegah: cukup memutuskan untuk berhenti merokok. Dan
terus memburuk hingga sekarang
Menonjolnya Keluarga tidak terlalu banyak memberikan
masalah : solusi, karena tidak tahu cara penggunaan
segera obat yang sudah diresepkan. Namun, jika
sakit keluarga membantu untuk pergi ke
pelayanan kesehatan.
Total skor 5

2) Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah pada Tn. H di RT 10 RW 07


No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx.
1 Sifat masalah: 3/3 x 1 = 1 Ny. M berkeinginan untuk mendapatkan
Wellness informasi kesehatan yang lebih tentang
penanganan penyakit Tn. H.
Kemungkinan masalah 1/2 x2 = 1 Masalah dapat ditangani dengan melakukan
dapat diubah: sebagian pendekatan kepada Tn. H dan Ny. M
Potensi masalah untuk Masalah dapat diminimalkan dengan
dicegah: cukup pemberian informasi yang adekuat dan
dukungan keluarga
Menonjolnya Keluarga melihat masalah merupakan
masalah : permasalahan yang harus ditangani dan
segera penting.
Total skor 4

D. Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


1 Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pada Tn. H di RT 5
10 RW 07
2 Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah pada Tn. H 4
di RT 10 RW 07
E. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSIS RENCANA
KEPERAWATAN
KEPERAWATAN NOC NIC
Kode Hasil Kode Intervensi
Ketidakefektifan 1837 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5510 NIC: Pengajaran (Pendidikan Kesehatan)
Manajemen selama 1 kali pertemuan, Tn. H mengerti 1. Berikan pendidikan kesehatan tentang
Kesehatan pada dan memahami manajemen kesehatan sesak nafas/ asma, cara mencegah dan
Tn. H di RT 10 keluarga dengan kriteria: pengobatannya (latihan pernapasan
RW 07 Kel. NOC : Pengetahuan Manajemen Buteyko)
Sungai Ulin Penyakit 2. Dorong Tn. H untuk berpartisipasi
1. Manfaat manajemen penyakit (2-4) aktif, ajak keluarga Tn. H untuk
2. Strategi mencegah dan mengobati (2- berpartisipasi jika ada
4) 3. Evaluasi keefektifan dari tindakan
3. Tanda dan gejala (3-4) yang dilakukan

Keterangan:
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan terbatas
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
3107 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6608 NIC: Pengajaran: Peresapan Diet
Risiko selama 1 kali pertemuan, diharapkan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Ketidakstabilan diabetes mellitus pada Tn. H bisa diatasi mengenai diet yang disarankan
Kadar Glukosa dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan kepada klien mengenai tujuan
Darah pada Tn. NOC: Manajemen Diri : Diabetes kepatuhan terhadap diet yang
H di RT 10 RW (1619) disarankan terkait dengan diabetes
07 1. Menjalani aturan pengobatan sesuai mellitus
resep 3. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
2. Mengobati gejala hiperglikemia dengan rebusan daun jambu biji untuk
terapi komplementer yang disarankan membantu menurunkan diabetes
Keterangan: mellitus
DIAGNOSIS RENCANA
KEPERAWATAN
KEPERAWATAN NOC NIC
Kode Hasil Kode Intervensi
Skala 1: Tidak pernah menunjukkan
Skala 2: Jarang menunjukkan
Skala 3: Kadang - kadang menunjukkan
Skala 4: Sering menunjukkan
Skala 5: Secara konsisten menunjukkan
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari / Tanggal Diagnosis Implementasi Evaluasi TTD
Kegiatan Keperawatan
Hari pertama
Senin, 4 Maret Ketidakefektifan NIC: Pengajaran (Pendidikan Kesehatan) S: Liza Trie
2024 Manajemen 1. Melakukan pendidikan kesehatan 1. Tn. H mengatakan memahami apa yang sudah Octiza
Kesehatan pada Tn. H tentang sesak nafas/ asma, cara dijelaskan Agyzty,
di RT 24 RW 06 Kel. mencegah dan pengobatannya (latihan 2. Pasien mengatakan pernah mencoba terapi S.Kep
Sungai Ulin pernapasan Buteyko) nafas seperti yang diajarkan namun sambil
2. Memotivasi Tn. H untuk berpartisipasi menyebut nama Allah (terapi nafas dzikir)
aktif, ajak keluarga Tn. H untuk 3. Tn. H mengatakan terapi nafas dzikir di waktu
berpartisipasi jika ada santai naum tidak rutin
4. Tn. H mengatakan masih sesak walaupun
sudah terapi nafas dzikir
O:
1. Tn .H mengikuti aktivitas non-farmako yang
diberikan
2. RR: 22x/ menit
A:
Masalah teratasi
P:
- Evaluasi keefektifan terapi nafas buteyko yang
diajarkan
- Dorong pasien melakukan rutin terapi nafas
buteyko
Hari kedua
Selasa, 5 Maret Ketidakefektifan NIC: Pengajaran (Pendidikan Kesehatan) S: Liza Trie
2024 Manajemen 1. Memotivasi Tn. H untuk berpartisipasi 1. Pasien mengatakan sekali-sekali saja jika ingat Octiza
Kesehatan pada Tn. H aktif, ajak keluarga Tn. H untuk terapi nafas Agyzty,
di RT 10 RW 07 Kel. berpartisipasi jika ada 2. Tn. H mengatakan masih sesak seperti S.Kep
Sungai Ulin 2. Mengevaluasi keefektifan dari tindakan sebelumnya jika beraktivitas berat
yang dilakukan O:
1. RR: 20x/ menit
A:
Masalah tidak teratasi
P:
- Evaluasi keefektifan terapi nafas buteyko yang
diajarkan
- Dorong pasien melakukan rutin terapi nafas
buteyko
Selasa, 5 Maret Risiko NIC: Pengajaran: Peresapan Diet S: Liza Trie
2024 Ketidakstabilan Kadar 1. Mengkaji apa saja makanan yang 1. Tn. H mengatakan tiap sebelum sarapan Octiza
Glukosa Darah pada dimakan Tn. H sejak diabetes disuntik insulin Agyzty,
Tn. H di RT 10 RW 2. Menjelaskan kenapa Tn. H harus patuh 2. Tn. H mengatakan sudah mengurangi makan S.Kep
07 nasi dan yang manis-manis
terhadap diet yang disarankan terkait
3. Ny. M mengatakan biasanya merebuskan air
dengan diabetes mellitus daun kersen dan akan mencoba daun jambu
3. Menganjurkan klien untuk biji
mengkonsumsi rebusan daun jambu biji O:
untuk membantu menurunkan diabetes 1. GDS: 220
mellitus A:
Masalah teratasi

P:
- Monitor gula darah pasien
Hari ke tiga
Rabu, 6 Maret Ketidakefektifan NIC: Pengajaran (Pendidikan Kesehatan) S: Liza Trie
2023 Manajemen 1. Memotivasi Tn. H untuk berpartisipasi 1. Tn. H mengatakan ada mencoba terapi nafas Octiza
Kesehatan pada aktif, ajak keluarga Tn. H untuk dzikir saat pagi Agyzty,
Tn. H di RT 10 berpartisipasi jika ada 2. Tn. H mengatakan masih sesak jika S.Kep
RW 07 Kel. 2. Mengevaluasi keefektifan dari tindakan beraktivitas banyak
Sungai Ulin yang dilakukan O:
1. RR: 20x/ menit
A:
Masalah teratasi
P:
- Evaluasi keefektifan terapi nafas buteyko yang
diajarkan
- Dorong pasien melakukan rutin terapi nafas
buteyko
Rabu, 6 Maret Risiko NIC: Pengajaran: Peresapan Diet S: Liza Trie
2023 Ketidakstabilan Kadar 1. Menganjurkan klien untuk 1. Ny. M mengatakan sudah ada mencoba Octiza
Glukosa Darah pada mengkonsumsi rebusan daun jambu biji memberikan daun jambu biji Agyzty,
Tn. H di RT 10 RW untuk membantu menurunkan diabetes O: S.Kep
07 2. GDP: 213
mellitus
A:
Masalah teratasi

P:
Monitor gula darah pasien
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai