Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny.

C KHUSUSNYA PADA
Ny.C DENGAN HIPERTENSI DI DESA BULIAN KABUPATEN BULELENG
PADA TANGGAL 09 MARET – 15 MARET 2024

Kordinator Mata Kuliah “Ns. Ni Ketut Putri Marthasari, S.Kep., M.Kep”

Disusun Oleh:

I KOMANG ARI PUTRA MAHENDRA


NIM: 23089142007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny.C KHUSUSNYA PADA
Ny.C DENGAN HIPERTENSI DI DESA BULIAN KABUPATEN BULELENG
PADA TANGGAL 09 MARET – 15 MARET 2024

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Nilai Dalam Stase


Keperawatan Keluarga Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng

Disusun Oleh:

I KOMANG ARI PUTRA MAHENDRA


NIM: 23089142007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Tugas yang berjudul Asuhan keperawatan pada keluarga NY.M
dengan keluhan Hipertensi di Desa bulian, Kabupaten Buleleng. Tidak lupa penulis
mengucapkan banyak terimakasi atas bantuan pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan aspirasinya baik berupa materi ataupun asumsi – asumsi lainnya.
Harapan penulis makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.

Dalam kesempatan ini tak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang mendorong terbentuknya makalah ini. Ucapan terima kasih kepada
Ns. Ni Ketut Putri Marthasari, S.Kep., M.Kep Mentor dalam menyelesaikan makalah
ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik maupun saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
untuk kedepannya.

Buleleng 11 Maret 2024

Penyusun,
DAFTAR ISI

BAB I

1. Latar Belakang .......................................................................................... 3

BAB II

1. Tinjauan Teori........................................................................................................... 3

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................... 18


BAB I
LATAR BELAKANG

1. LATAR BELAKANG
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia
termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang
terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam
hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang
berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta
gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor
yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari
gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit
non infeksi (Anindya, 2009).
Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972
juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada
di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga
menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%)
dan pria (29%) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama
dinegara berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %.
Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang
minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9%
pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75
tahun.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup
yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki
penyakit akan menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia.
Beberapa ahli berpendapat bahwa bertambah umur, merupakan faktor
terjadinya Hipertensi. Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga
terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan darah sangat disarankan
agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012).

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari secara menyeluruh dan menggali lebih dalam tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.

2. Tujuan Khusus
a. Menggali secara rinci tentang pengkajian keperawatan keluarga
dengan hipertensi.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga yang muncul pada klien
hipertensi.
c. Membuat perencanaan keperawatan keluarga yang tepat pada klien
hipertensi.
d. Melaksanakan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan
keluarga yang telah direncanakan pada klien hipertensi.
e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga secara menyeluruh pada
klien hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergaung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam perannya
masing – masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Konsep keluraga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek
terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah
serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko tahun (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.
c. Reconstitud Nuclear
Pemebentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali, suami
/ istri tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak –anaknya, baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru datu
atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
d. Niddle Age /Aging Couple
Keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-
duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah / menikah / meniti karier.
e. Dyadic Nuclea
Keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak
yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
f. Single Parent
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian
atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau
di luar rumah.
g. Dual Carrier
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa
memiliki anak.
h. Three Generation
Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
i. Comunal
Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau
lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
j. Cohibing Couple
Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa ikatan perkawinan.
k. Composite
Keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.

l. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak – anak.
m. Unmarried Parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anak diadopsi.
n. Institutional
Anak – anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
o. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal berpisah pada jarak
tertentu keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu.

3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut Friedman (2010)
berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkunganya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak
– anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga
ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

4. Tugas Keluarga
Menurut Friedman (2010) pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga,
tugas pokok tersebut ialah :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedmen (2010) fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai – nilai budaya
keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

6. Tahap dan Perkembangan Keluarga


Menurut Harmoko (2012) perawat keluarga perlu mengetahui tentang
tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman
dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga
serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu
tahap ke tahap berikutnya.
a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan
yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan
yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20)
Tugas perkambangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui
perkawinan anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
maupundari istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi,
memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan
yang memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh
hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang
akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap
menjaga komunikasi dengan anak-anak.
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan
yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi
perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan
untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan,
keluarga mempunyai tugas - tugas dalam bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
c. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak
mampu membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang
terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang
naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah
keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik
terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara
terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi sering juga
diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
a. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan
Diastolik (Smeltzer, et al, 2012)
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
b. Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
(Triyanto, 2014)
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

3. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara
bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan
berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau
esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, factor keturunan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan seperti: stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan
seperti kontrasepsi oral dan kartikosteroid.
4. Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan
tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua
yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih
tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah
sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolik karena merupakan
prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa
depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan
penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper
sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar
rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan factor
faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat
seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara
langsung.

5. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi
ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut.
Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah
dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain
reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon
iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon
perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan pengaturan
hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis
ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga
mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri
tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada
arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan
darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan
aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan
gangguan fungsi diastolic karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Hull,
1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak
terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume
cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian
terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah
tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi
gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
6. Pathways
7. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).’
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejal
sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila
jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar rennin
dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
(Anonim, 2013)

9. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan
tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam
tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.

10. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5
mmHg.
3) Batasi konsumsi alcohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alcohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko
mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang
tidak meminum berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium
yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan
sebanyak 3 - 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan
potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi,
tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
rokok karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya
pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur
energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka
risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin
II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke
kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu social
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas,
serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang
dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan
dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang
dirasa: keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan
yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol
kesehatan (Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan
yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan
yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi
makanan kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang
dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan
penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga
dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam
memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan
peningkatan status kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

2. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan
aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan
mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.

Diagnosa yang bisa didapat dari (Doengoes, 2010), (Nanda, 2014) dan
(Friedman, 1998 dalam muhlisin 2012) :
a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah hipertensi.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal penyakit hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.

Skala Prioritas Masalah (Baylon & Maglaya, 1978 dalam Padila, 2012)
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
2
a) Mudah 2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
1
b) Cukup 2
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah:
a) Masalah dirasakan dan perlu segera 2
ditangani 1
1
b) Masalah dirasakan tapi tidak perlu 0
segera ditangani
c) Masalah tidak dirasakan
Total Skor

Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai
Angka tertinggi dalam skor Cara melakukan Skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua criteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.

3. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan umum : nyeri hilang.
Tujuan khusus: keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi khususnya
yang mempunyai nyeri.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang diketahui atau yang ada dirumah
untuk membantu perawatan nyeri.
3) Ajarkan teknik relaksasi bagi keluarga yang menderita hipertensi.
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan nyeri.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang
menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.
Tujuan khusus : keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya untuk
mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat
diterima.
Intervensi :
1) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan
lingkungan.
2) Pertahankan pembatasan aktifitas, seperti istirahat ditempat tidur/kursi.
3) Lakukan tindakan tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepala di tempat tidur.
4) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktifitas pengalihan.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal penyakit hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu mencegah resiko injury (jatuh).
Tujuan khusus: keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya pada
masalah resiko injury (jatuh).
Intervensi :
1) Beri informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
perawatan hipertensi.
2) Kaji ulang visus klien, tanyakan keluhan terhadap pandangan kabur.
3) Dorong sikap emosi yang sehat dalam menghadapi penyakit
hipertensi.
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan Umum : agar tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi
khususnya yang mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk membantu
perawatan intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah intoleransi aktivitas.
4) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi, dan kolesterol.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi .
Tujuan Umum : volume cairan kembali normal.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi khususnya
yang mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk membantu
perawatan intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah intoleransi aktivitas.
BAB II

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

Nama Puskesmas - No. Register -

Nama Perawat I Komang Ari Putra Mahendra Tanggal Pengkajian 09 Maret 2024

A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Ny.C Bahasa sehari-hari Indonesia/ Bali

Alamat Rumah & Telp Banjar dinas Bantes, desa Bulian Yankes terdekat, Jarak Puskesmas pembantu, ± 500 M

Pekerjaan Petani Alat transportasi Sepeda motor

Agama & Suku Hindu - Bali Status Kelas Sosial Kelas kebawah

DATA ANGGOTA KELUARGA


N Nama Hub Umur JK Suku Pendidika Pekerjaan Status Gizi TTV Status
o Dgn n Terakhir Saat Ini (TB, (TD, N, S, Imunisasi
KK BB, RR) Dasar
BMI)
1 Tn. R Kepala 51 L Bali SLTA/SEDER Petani Tidak terkaji (Td 120/70 mmhg, Lengkap
keluarga AJAT N 80X/mnt, S 36,5 c,
rr 20x/mnt)
2 Ny. C Istri 49 p Bali SLTA/SEDER Petani Tidak terkaji (Td 170/80 mmhg, Lengkap
AJAT N 80X/mnt, S 36,5 c,
rr 20x/mnt)
3 Tn. D Anak 22 L Bali SMA Belum bekerja Tidak terkaji (Td 120/60 mmhg, Lengkap
N 80X/mnt, S 36,5 c,
rr 20x/mnt)
4 Ny. L Anak 18 P Bali SMA Pelajar/Mahasiswa Tidak terkaji (Td 110/70 mmhg, Lengkap
N 80X/mnt, S 36,5 c,
rr 20x/mnt)

LANJUTAN

N Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi


o Status Kesehatan Saat ini

1 Ny.C - Hipertensi Hipertensi

Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU :

B. GENOGRAM (TIGA GENERASI)

x
C. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini

Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tdk Dijalankan

D. Bila Tdk dijalankan, sebutkan:.............................................................................................................

E. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : Baik DisfungsionalPeran

Dalam Keluarga : Tdk Ada Masalah Ada Masalah

Nilai/Norma KLg : Tdk ada konflik nilai Ada Konflik

Pengambilan keputusan dalam keluarga :

F. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi

Fungsi Sosial : Berfungsi Tdk Berfungsi

Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik

G. POLA KOPING KELUARGA


Mekanisme koping : Efektif Tidak EfektifStressor
yg dihadapi keluarga : keluarga mengatakan tidak memiliki stressor yang berarti

DATA PENUNJANG KELUARGA

Rumah dan Sanitasi Lingkungan


PHBS Di Rumah Tangga
Kondisi Rumah
Jika ada Bunifas, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Type Rumah : permanen /semi permanen
Ya/Tidak...................................................................................................................
Lantai : tanah/plester/keramis, lainnya......
Kepemilikan rumah : sendiri / menu mpang *
 jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
 Ventilasi : Ya/ Tidak* ..............................................................................
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak*  Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* Ya/ Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
Pencahayaan Rumah :  Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:Ya/
Baik/ Tidak* Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
 Saluran Buang Limbah :  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Tertutup/terbuka* Ya/ Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
Air Bersih :  Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :Ya/
Sumber air bersih: Tidak*
sumur/PAM/sungai/lain-lain*, ..........................................................................................
sebutkan.....  Menjaga lingkungan rumah tampak bersih ya/tidak
Kualitas air: Cukup baik ........................................................................................... (observasi
 Jamban dan validasi)
Memenuhi Syarat  Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :Ya/ tidak
: Kepemilikan
jamban :
ya/tidak*
Jenis jamban : leher angsa/cemplung*
Jarak septic tank dengan sumber ...........................................................................................
air : < 10 meter  Menggunakan jamban sehat :

Ya/ Tidak*
 Tempat Sampah: ...........................................................................................
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak*  Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Jenis : Tertutup/Terbuka * Ya/ Tidak* (menguras, mengubur, menutup)
…………………………………… ...........................................................................................
 Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*
 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah ........................................................
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak *  Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak*
……………………………………… .....................................................
…………
Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*
............................................................
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/tidak
...................................................................................

KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA

1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:  Ada  Tidak karena

pasien mandiri berobat ke pelayanan kesehatan karena hanya tinggal berdua dg istrinya, dan anak-anaknya tinggal jauh

2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :  Ya  Tidak

3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:

 Ya  Tidak , keluarga kurang terpapar informasi

4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :

 Ya  Tidak , keluarga kurang terpapar informasi

5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :

 Ya  Tidak, keluarga kurang terpapar informasi

6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:

 Keluarga  Tetangga , ……………………………………………………………

 Kader  Tenaga kesehatan, yaitu saat kontrol berobat ke puskesmas

7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:

 Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya

 Perlu berobat ke fasilitas yankes

 Tidak terpikir

8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana
bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),
 Ya  Tidak,jelaskan : hanya mengkonsumsi obat dokter, itupun bila sakitnya dirasa kambuh

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya :

 Ya  Tidak , Jelaskan pasien tidak ingin meropatkan keluarganya

10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya:  Ya  Tidak, jelaskan

Dengan kontrol dan minumobat

11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:

  Ya  Tidak, jelaskan kurang terpapar informasi

12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang
mengalamimasalah kesehatan :
  Ya  Tidak, jelaskan ...................................................................................................................................

13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarganya :

  Ya  Tidak, jelaskan, meminta pendapat dengan kader yang ada


KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV


PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU:

No Nama Organ Ny.C


Tanda-Tanda Vital TD: 170/100 mmHg
N: 80 x/ menit
RR: 20 x/ menit
S: 36.5 °C
1. Kepala: Bentuk normochepaly
a. Rambut Lurus, hitam, agak pendek
b. Mata Simetris, konjungtiva an anemis, pupil isokor, sklera anikterik
c. Hidung Tidak ada secret, tidak ada sinusitis
d. Mulut dan Bibir lembab, gigi sedikit kuning
gigi
e. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2 Thorax Bentuk normochest
a. Paru Ekspansi dada simetris, suara vesikuler
b. Jantung S1 S2 reguler lub dub
3 Abdomen Suara timpani, bising usus 10 x per menit
4 Ekstremitas Kekuatan otot kuat, 555
5 Integument Warna kulit sawo matang, agak kering
Anggota Keluarga 1 2 3 4 5 Gangg.Keseimb - -
Nyeri spesifik: Tidak Tidak
ada ada Sistem pencernaan: 1 2 3 4 5
Lokasi - - Intake cairan kurang - -
Tipe - - Mual/muntah - -
Durasi - - Nyeri perut - -
Intensitas - - Muntah darah - -
Status mental: 1 2 3 4 5 Flatus - -
Bingung - - Distensi abdomen - -
Cemas - - Colostomy - -
Disorientasi - - Diare - -
Depresi - - Konstipasi - -
Menarik diri - - Bising usus 10 x 8x
Sistem integumen: 1 2 3 4 5 Terpasang Sonde - -
Cianosis - - Sistem persyarafan: 1 2 3 4 5
Akral Dingin - - Nyeri kepala - -
Diaporesis - - Pusing - -
Jaundice - - Tremor ya -
Luka - - Reflek pupil anisokor - -
Mukosa mulut kering - - Paralisis : Lengan - -
Kapiler refil time - - kiri/ Lengan kanan/
lebih 2 detik
Sistem Pernafasan 1 2 3 4 5 Kaki kiri/

Stridor - - Kaki kanan

- - Anestesi daerah - -
Wheezing
Ronchi - - Perifer

- -
Riwayat 1 2 3 4 5
Akumulasi sputum
pengobatan
Sistem perkemihan: 1 2 3 4 5 Alergi Obat - -

Disuria - - Jenis obat yang -


Amlodip
Hematuria - - Dikonsumsi in
Frekuensi - -

Retensi - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Inkontinensia - -

Sistem 1 2 3 4 5
muskuloskeletal
Tonus otot kurang - - Pemeriksaan 1 2 3 4 5
Paralisis - - Laboratorium
GDP/2JPP/acak - -
Hemiparesis - -
Asam Urat - -
ROM kurang - -
Cholesterol - -

Hb - -
ANALISA DATA

No Data Etiologi Diagnosa

1 DS: Ketidakmampuan Defisit Pengetahuan

keluarga mengenal
- Klien mengatakan menderita hipertensi
masalah kesehatan
sejak 5 tahun yang lalu
keluarga

- Klien sering mengalami pusing dan kaku

pada tengkuk lehernya dan pusingnya

hilang timbul.

- Klien tidak mengetahui tentang penyakit

hipertensi hanya mengetahui bahwa

dirinya memiliki hipertensi.

DO:

- Klien bertanya tentang bagaimana cara

mengurangi nyeri pada tengkuk lehernya -

Klien tampak masih bingung dengan

penyakitnya.

- TTV: TD: 170/100 mmHg N: 80 x/mnt

S: 36,5C - RR : 20 x/m

2 DS: ketidakmampuan Manajemen kesehatan

- Klien dan Keluarga mengatakan belum keluarga merawat keluarga tidak efektif

mengerti tentang penyebab tanda atau anggota keluarga yang

gejala serta cara perawatan Hipertensi sakit dengan hipertensi.

yang baik dan benar.

- Klien mengatakan di dalam keluarga

tidak ada makanan pantangan yang di

berikan dan keluarga dalam merawat


- Klien masih memberikan makanan yang

sama dengan anggota keluarga yang lain.

- Klien mengatakan minum obat

hipertensi secara rutin, minum obat hanya

pada saat tekanan darahnya naik saja.

DO :

- Keluarga tampak bertanya mengenai

penyebab, tanda dan gejala serta cara

merawat hipertensi yang benar.

- TTV : TD : 180/100 mmHg N : 80x/m -

RR : 20x/m - S : 36,5C

2. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit pengetahuan pada keluarga Ny.C khususnya pada Tn.R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga

b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Ny.C khususnya Tn.R

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

dengan hipertensi.

SKORING
1. Diagnosa Keperawatan: Defisit pengetahuan pada keluarga Ny.C khususnya pada
Tn.R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
keluarga
No Kriteria Score Pembenaran

1 Sifat masalah Skor x bobot = 2x1 1


Skala: Angka 3
tertinggi
- Aktual
- Risiko
- Potensial
2 Kemungkinan masalah Skor x bobot = 1x2 2
Angka 2
dapat diubah:
tertinggi

- hanya sebagian

- tidak dapat

3 Potensial masalah untuk 1


Skor x bobot = 2x1
dicegah:
Angka 3
-Tinggi tertinggi

- cukup

- tidak dapat

4 Menonjolnya masalah: 1
Skor x bobot = 2x1
- masalah berat harus Angka 2
ditanggani tertinggi
- masalah tidak perlu segera
ditanggani
- masalah tidak dirasakan

Total skor 5

2. Diagnosa Keperawatan: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga


Ny.C khususnya Tn.R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit dengan hipertensi.
No Kriteria Score Pembenaran

1 Sifat masalah Skor x bobot = 2x1 1


Skala: Angka 3
tertinggi
- Aktual
- Risiko
- Potensial

2 Kemungkinan masalah Skor x bobot = 1x2 2


Angka 2
dapat diubah:
tertinggi
- hanya sebagian

- tidak dapat

3 Potensial masalah untuk 1


Skor x bobot = 2x1
dicegah:
Angka 3
-Tinggi tertinggi

- cukup

- tidak dapat

4 Menonjolnya masalah: 1
Skor x bobot = 2x1
- masalah berat harus Angka 2
ditanggani tertinggi
- masalah tidak perlu segera
ditanggani
- masalah tidak dirasakan

Total skor 5

➢ Prioritas masalah

1) Defisit pengetahuan pada keluarga Ny.C khususnya pada Tn.R berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Ny.C khususnya pada

Tn.R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit dengan hipertensi.


3. Perencanaan

Diagnosa Luaran Dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil (SIKI)
(SLKI)

Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Proses Penyakit


pada keluarga Ny.C (L.12111)
khusunya pada Tn. R Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
ketidakmampuan keperawatan selama 3 x 60 - Identifikasi kesiapan dan
keluarga mengenal menit keluarga mampu kemampuan menerima informasi
masalah kesehatan mengenal masalah dengan
keluarga. kriteria hasil : - Kaji pengetahuan keluarga
tentang hipertensi
1) Keluarga Tn.R
mengenal masalah Terapeutik
hipertensi.
- Berikan edukasi tentang hipertensi
- Pengertian Hipertensi - Berikan kesempatan bertanya
Edukasi
- Tanda dan Gejala
Hipertensi - Jelaskan pegertian, penyebab dan
factor resiko penyakit
- Komplikasi hipertensi
- Jelaskan proses patofisologi
- Pengobatan hipertensi timbulnya penyakit

- Penyebab Hipertensi - Jelaskan tanda dan gejala yang di


timbulkan penyakit
2) Klien dan keluarga siap
dan mampu menerima - Jelaskan kemungkinan terjadinya
informasi komplikasi

3) Klien dan keluarga - Jelaskan terkait pengobatan


mampu menyebutkan hipertensi non farmakologis dan
tentang penyakit hipertensi farmakologis

- Informasikan kondisi klien saat


ini.
Manajemen kesehatan Status Kesehatan Dukungan keluarga
keluarga tidak efektif Keluarga (L.12108) merencanakan perawatan
pada keluarga Ny.C
khususnya pada Tn.R Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 60
ketidakmampuan menit status kesehatan - Monitor tanda-tanda vital ( TTV )
keluarga merawat keluarga meningkat dengan - Identifikasi tindakan yang dapat
anggota keluarga yang kriteria hasil : dilakukan keluarga.
sakit dengan
hipertensi. - Klien dan keluarga Terapeutik
mampu merawat anggota
keluarga yang sakit dengan - Gunakan sarana dan fasilitas yang
hipertensi. ada dalam keluarga

- Mengerti tentang - Berikan dukungan keluarga dalam


pentingnya pengobatan merencanakan perawatan.
penyakit hipertensi
Edukasi
- Dapat melakukan terapi
non farmakologis untuk - Berikan edukasi pengobatan
anggota keluarga dengan hipertensi dan kontrol rutin.
hipertensi.
- Berikan terapi non farmakologis
- Memeriksakan dengan
rutin ke pelayanan - Anjurkan melakukan posisi semi
fowler untuk mengurangi sesak

- Anjurkan menggunakan fasilitas


kesehatan yang ada

4. Implementasi

Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


Keperawatan Formatif

Sabtu, 09 Defisit 1. Mengkaji S : - Klien Ari


mengatakan tidak
Maret pengetahuan pengetahuan keluarga mengetahui apa itu
hipertensi secara
2024 dan klien tentang jelas

hipertensi O : - Klien tampak


bingung

S : - Klien dan
2. Memberikan keluarga megatakan
dapat memahami
penyuluhan kesehatan apa yang sudah
dijelaskan oleh
tentang pengertian perawat

hipertensi, penyebab, O : - Klien dan


keluarga tampak
tanda dan gejala, kooperatif saat
menerima
komplikasi, cara penyuluhan

merawat keluarga, dan S : - Klien dan


keluarga menjawab
akibat jika hipertensi pertanyaan sambil
berdiskusi
tidak dirawat

3. Menanyakan kembali
O : - Keluarga dan
pengertian dari klien tampak
berdiskusi dalam
hipertensi, penyebab, menjawab
pertanyaan dan
tanda dan gejala, mampu menjawab
pertanyaan sampai
komplikasi, cara 80%, tampak
kooperatif dan dapat
merawat keluarga, dan memahami isi
informasi.
akibat jika hipertensi

tidak dirawat

Ari
Sabtu, 09 Manajemen 1. Memonitor TTV S : - Klien
mengatakan
Maret kesehatan klien memiliki tensi
tinggi
2024 keluarga tidak
O : - TD : 140/90
efektif pada Mmhg

keluarga 2. Mengajarkan
S : - Klien
keluarga tentang Diet mengatakan
“sebelumnya pernah
rendah garam untuk mendengar manfaat
diit rendah garam”
menurunkan hipertensi O : - Klien tampak
kooperatif
mendengarkan dan
sesekali bertanya
jika ada yang
kurang dimengerti
di sela-sela
penjelasan.

3. Memotivasi klien dan


S:
keluarga untuk O : - Klien tampak
mampu
menyebutkan kembali menyebutkan
dengan benar
cara pembuatan ramuan

tradisional untuk

hipertensi

5. Evaluasi

No Hari/Tgl Diagnosa Evaluasi (Sumatif) TTD


Keperawatan

1 Jumat, 15 Defisit pengetahuan S: Ari

Maret 2024 pada keluarga


- Klien mengatakan setelah
diberikan pendidikan kesehatan
tentang hipertensi klien dan
keluarga sudah sedikit paham.

- Klien dan keluarga tampak


sudah paham dan mau untuk
bertanya.

- Klien mengatakan akan


menjaga pola makan dengan baik
dan mengubah gaya hidup

O:

- Klien dan keluarga tampak


sudah paham dan mengerti
tentang hipertensi

- Klien dan keluarga tampak


kooperatif saat diwawancarai

A : - Masalah teratasi

P : - Pertahankan kondisi

- Anjurkan keluarga dan klien


untuk selalu menjaga kesehatan

- Anjurkan klien untuk selalu


mengingat materi tentang
hipertensi yang sudah diberikan.
2 Jumat, 15 Manajemen kesehatan S: Ari

Maret 2024 keluarga tidak efektif


- Klien mengatakan tensinya naik
turun

- Klien mengatakan setelah


meminum seduhan air jahe badan
lebih segar dan nyeri sedikit
berkurang

- Klien mengatakan sudah merasa


nyaman, rileks dan tidur lebih
nyenyak

O : - Klien tampak kooperatif dan


patuh saat edukasi.

- Klien tampak nyaman dan rileks


- TTV - TD: 140/80 mmHg

- Nadi: 80 x/mnt

- RR: 20x/mnt

A : - Masalah teratasi

P : - Pertahankan kondisi

- Anjurkan klien agar rutin


memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC


Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for Positive
outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta
Doengoes. M. E, Et. Editor Monica, E. 2010. Nursing Care Plans Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: Kariasa IM.
Jakarta: EGC
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &
Praktik. Jakarta : EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: IKAPI
Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :
EGC
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Muttaqin A. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke.
Majority
Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicines.

Anda mungkin juga menyukai