C KHUSUSNYA PADA
Ny.C DENGAN HIPERTENSI DI DESA BULIAN KABUPATEN BULELENG
PADA TANGGAL 09 MARET – 15 MARET 2024
Disusun Oleh:
2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny.C KHUSUSNYA PADA
Ny.C DENGAN HIPERTENSI DI DESA BULIAN KABUPATEN BULELENG
PADA TANGGAL 09 MARET – 15 MARET 2024
Disusun Oleh:
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Tugas yang berjudul Asuhan keperawatan pada keluarga NY.M
dengan keluhan Hipertensi di Desa bulian, Kabupaten Buleleng. Tidak lupa penulis
mengucapkan banyak terimakasi atas bantuan pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan aspirasinya baik berupa materi ataupun asumsi – asumsi lainnya.
Harapan penulis makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.
Dalam kesempatan ini tak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang mendorong terbentuknya makalah ini. Ucapan terima kasih kepada
Ns. Ni Ketut Putri Marthasari, S.Kep., M.Kep Mentor dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
1. Tinjauan Teori........................................................................................................... 3
1. LATAR BELAKANG
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia
termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang
terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam
hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang
berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta
gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor
yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari
gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit
non infeksi (Anindya, 2009).
Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972
juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada
di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga
menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat
jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%)
dan pria (29%) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama
dinegara berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %.
Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang
minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9%
pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75
tahun.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup
yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki
penyakit akan menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia.
Beberapa ahli berpendapat bahwa bertambah umur, merupakan faktor
terjadinya Hipertensi. Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga
terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan darah sangat disarankan
agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012).
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari secara menyeluruh dan menggali lebih dalam tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali secara rinci tentang pengkajian keperawatan keluarga
dengan hipertensi.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga yang muncul pada klien
hipertensi.
c. Membuat perencanaan keperawatan keluarga yang tepat pada klien
hipertensi.
d. Melaksanakan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan
keluarga yang telah direncanakan pada klien hipertensi.
e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga secara menyeluruh pada
klien hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergaung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam perannya
masing – masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Konsep keluraga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum : meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek
terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah
serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko tahun (2012) yaitu sebagai berikut :
a. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.
c. Reconstitud Nuclear
Pemebentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali, suami
/ istri tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak –anaknya, baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru datu
atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
d. Niddle Age /Aging Couple
Keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-
duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah / menikah / meniti karier.
e. Dyadic Nuclea
Keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak
yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
f. Single Parent
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian
atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau
di luar rumah.
g. Dual Carrier
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa
memiliki anak.
h. Three Generation
Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
i. Comunal
Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau
lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
j. Cohibing Couple
Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa ikatan perkawinan.
k. Composite
Keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.
l. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak – anak.
m. Unmarried Parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anak diadopsi.
n. Institutional
Anak – anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
o. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal berpisah pada jarak
tertentu keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu.
3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut Friedman (2010)
berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkunganya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak
– anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga
ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
4. Tugas Keluarga
Menurut Friedman (2010) pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga,
tugas pokok tersebut ialah :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedmen (2010) fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai – nilai budaya
keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang
naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah
keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik
terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara
terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi sering juga
diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
a. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan
Diastolik (Smeltzer, et al, 2012)
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
b. Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
(Triyanto, 2014)
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
3. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara
bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan
berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau
esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, factor keturunan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan seperti: stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan
seperti kontrasepsi oral dan kartikosteroid.
4. Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan
tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua
yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih
tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah
sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolik karena merupakan
prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa
depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan
penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper
sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar
rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan factor
faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat
seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara
langsung.
5. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi
ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut.
Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah
dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain
reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon
iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon
perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan pengaturan
hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis
ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga
mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri
tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada
arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan
darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan
aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan
gangguan fungsi diastolic karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Hull,
1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak
terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume
cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian
terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah
tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi
gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
6. Pathways
7. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).’
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejal
sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila
jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar rennin
dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
(Anonim, 2013)
9. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan
tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam
tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
10. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5
mmHg.
3) Batasi konsumsi alcohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alcohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko
mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang
tidak meminum berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium
yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan
sebanyak 3 - 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan
potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi,
tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
rokok karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya
pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur
energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka
risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin
II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
Diagnosa yang bisa didapat dari (Doengoes, 2010), (Nanda, 2014) dan
(Friedman, 1998 dalam muhlisin 2012) :
a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah hipertensi.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal penyakit hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Skala Prioritas Masalah (Baylon & Maglaya, 1978 dalam Padila, 2012)
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
2
a) Mudah 2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
1
b) Cukup 2
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah:
a) Masalah dirasakan dan perlu segera 2
ditangani 1
1
b) Masalah dirasakan tapi tidak perlu 0
segera ditangani
c) Masalah tidak dirasakan
Total Skor
Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai
Angka tertinggi dalam skor Cara melakukan Skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua criteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Nama Perawat I Komang Ari Putra Mahendra Tanggal Pengkajian 09 Maret 2024
A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Ny.C Bahasa sehari-hari Indonesia/ Bali
Alamat Rumah & Telp Banjar dinas Bantes, desa Bulian Yankes terdekat, Jarak Puskesmas pembantu, ± 500 M
Agama & Suku Hindu - Bali Status Kelas Sosial Kelas kebawah
LANJUTAN
x
C. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini
E. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : Baik DisfungsionalPeran
F. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Ya/ Tidak*
Tempat Sampah: ...........................................................................................
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak* Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Jenis : Tertutup/Terbuka * Ya/ Tidak* (menguras, mengubur, menutup)
…………………………………… ...........................................................................................
Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah ........................................................
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak * Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak*
……………………………………… .....................................................
…………
Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*
............................................................
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/tidak
...................................................................................
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada Tidak karena
pasien mandiri berobat ke pelayanan kesehatan karena hanya tinggal berdua dg istrinya, dan anak-anaknya tinggal jauh
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana
bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),
Ya Tidak,jelaskan : hanya mengkonsumsi obat dokter, itupun bila sakitnya dirasa kambuh
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya :
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya Tidak, jelaskan
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang
mengalamimasalah kesehatan :
Ya Tidak, jelaskan ...................................................................................................................................
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarganya :
- - Anestesi daerah - -
Wheezing
Ronchi - - Perifer
- -
Riwayat 1 2 3 4 5
Akumulasi sputum
pengobatan
Sistem perkemihan: 1 2 3 4 5 Alergi Obat - -
Retensi - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Inkontinensia - -
Sistem 1 2 3 4 5
muskuloskeletal
Tonus otot kurang - - Pemeriksaan 1 2 3 4 5
Paralisis - - Laboratorium
GDP/2JPP/acak - -
Hemiparesis - -
Asam Urat - -
ROM kurang - -
Cholesterol - -
Hb - -
ANALISA DATA
keluarga mengenal
- Klien mengatakan menderita hipertensi
masalah kesehatan
sejak 5 tahun yang lalu
keluarga
hilang timbul.
DO:
penyakitnya.
S: 36,5C - RR : 20 x/m
- Klien dan Keluarga mengatakan belum keluarga merawat keluarga tidak efektif
DO :
RR : 20x/m - S : 36,5C
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit pengetahuan pada keluarga Ny.C khususnya pada Tn.R berhubungan dengan
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Ny.C khususnya Tn.R
dengan hipertensi.
SKORING
1. Diagnosa Keperawatan: Defisit pengetahuan pada keluarga Ny.C khususnya pada
Tn.R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
keluarga
No Kriteria Score Pembenaran
- hanya sebagian
- tidak dapat
- cukup
- tidak dapat
4 Menonjolnya masalah: 1
Skor x bobot = 2x1
- masalah berat harus Angka 2
ditanggani tertinggi
- masalah tidak perlu segera
ditanggani
- masalah tidak dirasakan
Total skor 5
- tidak dapat
- cukup
- tidak dapat
4 Menonjolnya masalah: 1
Skor x bobot = 2x1
- masalah berat harus Angka 2
ditanggani tertinggi
- masalah tidak perlu segera
ditanggani
- masalah tidak dirasakan
Total skor 5
➢ Prioritas masalah
2) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Ny.C khususnya pada
4. Implementasi
S : - Klien dan
2. Memberikan keluarga megatakan
dapat memahami
penyuluhan kesehatan apa yang sudah
dijelaskan oleh
tentang pengertian perawat
3. Menanyakan kembali
O : - Keluarga dan
pengertian dari klien tampak
berdiskusi dalam
hipertensi, penyebab, menjawab
pertanyaan dan
tanda dan gejala, mampu menjawab
pertanyaan sampai
komplikasi, cara 80%, tampak
kooperatif dan dapat
merawat keluarga, dan memahami isi
informasi.
akibat jika hipertensi
tidak dirawat
Ari
Sabtu, 09 Manajemen 1. Memonitor TTV S : - Klien
mengatakan
Maret kesehatan klien memiliki tensi
tinggi
2024 keluarga tidak
O : - TD : 140/90
efektif pada Mmhg
keluarga 2. Mengajarkan
S : - Klien
keluarga tentang Diet mengatakan
“sebelumnya pernah
rendah garam untuk mendengar manfaat
diit rendah garam”
menurunkan hipertensi O : - Klien tampak
kooperatif
mendengarkan dan
sesekali bertanya
jika ada yang
kurang dimengerti
di sela-sela
penjelasan.
tradisional untuk
hipertensi
5. Evaluasi
O:
A : - Masalah teratasi
P : - Pertahankan kondisi
- Nadi: 80 x/mnt
- RR: 20x/mnt
A : - Masalah teratasi
P : - Pertahankan kondisi