OLEH :
Reza Amelia
(NIM G1A160015)
Telah melalui proses bimbingan dan disetujui oleh pembimbing lapangan dan
pembimbing akademik pada tanggal 29 Febuari 2020.
Mengetahui
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Konsep Keluarga..............................................................................................3
C. Konsep Lansia................................................................................................56
BAB IV PENUTUP...............................................................................................96
A. KESIMPULAN...........................................................................................96
B. SARAN.......................................................................................................96
LAMPIRAN – LAMPIRAN..................................................................................98
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan laporan kegiatan praktik lapangan yang kami uraikan, maka
rumusan masalah yang akan di bahas dalam laporan ini adalah asuhan
keperawatan keluarga pada Ny. A yang menderita hipertensi di Kp.
Mengger Desa Rancamulya
1
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada Ny. A
yang menderita hipertensi di Kp. Mengger Desa Rancamulya
D. Manfaat
Melalui hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
siapa saja yang membaca laaporan ini. Semoga laporan ini bisa
bermanfaat.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan didalam perannya masing - masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
sutau tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Depkes RI, 2014).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekumpulan orang yang tinggal satu atap rumah yang terikat oleh
ikatan perkawinan dan mempunyai ikatan darah.
2. Fungsi keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi
5 yaitu :
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang ertujuan untuk
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status kepada anggota keluarga.
3
c. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat
d. Fungsi Ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik - makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan (Marliyn M. Friedman, hal 86; 2010)
berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992 PP No. 21 Tahun 1994 tertulis
fungsi keluarga dalam delapan bentuk
f. Fungsi Keagamaan
1) Membina norma ajaran – ajaran agama sebagai dasar dan tujuan
hidup seluruh anggota keluarga
2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari
kepada seluruh anggota keluarga.
3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam
pengalam ajaran agama.
4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya di sekolah atau di
masyarakat.
5) Membina rasa sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama
sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
g. Fungsi Budaya
1) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma – norma dan budaya masyarakat dan bangsa
yang ingin dipertahankan.
2) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
4
3) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya mencari pemecahan masalah dari pengaruh negatif
globalisasi dunia.
4) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai
dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan
globalisasi.
5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbag
dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
6) Fungsi Cinta Kasih
1. Menumbuhkembangkan potensi kasih saying yang telah ada
antar anggota keluarga kedalam symbol- sibol nyata secara
optimal dan terus – menerus.
2. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga
secara kuantitatif dan kualitatif.
3. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dn
ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.
4. Mebina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup
ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
h. Fungsi Perlindungan
1. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak amanyang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
2. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan dari luar.
3. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga
sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejatera.
5
Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan, keluarga sesuai dengan fungsi
pemeliharaan mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami
dan dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dankarena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya sekecil
apapun perubahan tersebut.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagia keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah sehat (dari segi
fisik, psikis, sosial ekonomi) hal yang perlu dikaji sejauh mana
mengetahui sumber-sumber yang dimiliki keluarga, sejauh mana
keluarga memperoleh keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya dan
sanitasi, sejauh mana keluarga mngenal upaya pencegahan
penyakit, sejauh mana sikap atau pandangan keluarga hygiene dan
sanitasi, dan sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga.
6
e. Memanfaatkan fasilitan pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang
perlu dikaji : sejauh mana keluarga memahami keuntungan-
keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauh
mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan
fasilitas kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang
baik terhadap petugas kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan
yang ada terjangkau oleh keluarga (Friedman, 2010).
7
Suami sebagai pencari uang. Istri dirumah/kedua-duanya bekerja
di rumah, anak - anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawianan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/salah satu bekerja dirumah.
f. Single Parent
Satu orangtua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
g. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Communer Married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu,keduanya saing mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
l. Communal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah
dengan yang lain dan semua adalah orangtua dari anak-anak.
8
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya di
adopsi.
o. Cohibing Couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan (Friedman,2010).
Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut:
1) Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai
dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila
tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal,
dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi
keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak
jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima
pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat
negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
a. Karakter pemberi pesan
a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
c) Selalu menerima dan minta timbal balik
b. Karakteristik pendegar
a) Siap mendengarkan
b) Memberikan umpan balik
c) Melakukan validasi
9
2) Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa
bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu
dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.
3) Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu
untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang
lain. Hak (lagimate power), ditiru (referent power), keahlian
(experpower), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan
efektif (efektif power).
4) Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
dapat mempersatukan aggota keluarga. Norma, pola perilaku yang
baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya, kupulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi,
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
(Friedman, 2010).
10
suatu sistem sosial. Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Peran formal keluarga
Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam
struktur peran keluarga (ayah,suami dll) yang terkait dengan
masing-masing posisi keluarga
formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang
lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada anggota
keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat
membagi perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya
performa peran terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa
peran membutuhkan ketrampilan atau kemampuan khusus:
peran yang lain kurang kompleks dan dapat diberikan kepada
mereka yang kurang terampil atau jumlah kekuasaannya paling
sedikit.
b. Peran informal keluarg
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak
pada permukaannya, dia diharapkan memenuhi kebutuhan
emosional anggota keluarga dan/atau memelihara
keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari kelompok
keluarga.
c. Proses dan strategi koping keluarga
Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga
berfungsi sebagai proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi
fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi
afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak
dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi
koping keluarga mengandung proses yang mendasari yang
memungkinkan keluarga mengukuhan fungsi keluarga yang
diperlukan.
11
a) Keluarga sebagai klien
Menurut Suprajitno (2012) keluarga dijadikan unit
pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling
berkaitan dan saling berhubungan masyarakat secara
keseluruhan. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan :
1) Kelurga Keluarga merupakan bagian dari masyarakat
yang dapat dijadikan sebagai gambaran manusia.
2) Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan,
tetapi dapat pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi
sumber daya pencegah masalah kesehatan.
3) Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling
mempengaruhi terhadap individu dalam keluarga.
4) Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk
mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.
5) Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam
mengatasi masalah.
6) Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam
menyalurkan dan mengembangkan kekuatan kepada
masyarakat.
d. Siklus penyakit dan kemiskinan dalam masyarakat
Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih
ditekankan pada keluarga - keluarga dengan status sosial ekonomi
yang rendah. Alasannya adalah keluarga dengan ekonomi yang
rendah umumnya berkaitan dengan ketidakmampuan dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka terhadap
gizi, perubahan dan lingkungan yang sehat dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya. Semua ini akan menimbulkan berbagai
masalah kesehatan (Suprajitno, 2012).
12
Tahap dan perkembangan keluarga
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi
keluarga tersebut membntuk keluarga baru. Suami istri yang
membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing
pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya
dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok
sosial pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Misalnya kebiasaa makan, tidur, bangun pasi, bekerja
dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu
yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang
diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Membina hubungan intim dan memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain teman dan kelompok
sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
4) Menetapkan tujuan bersama
5) Merencanakan anak (KB)
6) Menyesuaika diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
Masalah Kesehatan Yang Muncul : Penyesuaian seksual
dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB, Penyakit
kelamin baik sebelum/sesudah menikah. Konsep perkawinan
tradisional : dijodohkan, hukum adat.
13
Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk agar saling
memahami satu sama lain.
b. Tahap perkembangan keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena faktor perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:
1) Persiapan menjadi orangtua.
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4) Mempersiapkan dana atau biaya untuk child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
Masalah kesehatan keluarga : Pendidikan maternitas fokus
keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling perkembangan
anak, KB, pengenalan & penanganan masalah kesehatan fisik
secara dini. Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas
perawatan ibu & anak.
14
c. Tahap keluarga ketiga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orangtua
beradaptasi terhadap kebutuhan- kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung
pada orangtua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa, sehingga kebutuhn anak, suami/istri, dan
pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orangtua
menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh
dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antar suami
istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat , baik didalam maupun
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
15
Masalah kesehatan keluarga : Masalah kesehatan fisik :
penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan & kecelakaan dan
lain- lain.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia (families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan beakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua
yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu,
keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orangtua) perlu belajar
berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,
pendidikan dan semangat belajar.
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
3) Mendorong anak untuk mencapai pegemabangan daya intelektual.
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Menyesuaikan pada aktifita komunitas dan mengikutsertakan
anak.
Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu: Kecelakaan
dan injuri pada anak, Kanker terutama leukemia pada usia 1-
14 tahun, Bunuh diri, HIV-AIDS.
Peran perawat pda tahap ini adalah: diskusi keselamatan anak
dengan orangtua, melakukan screening atau pemeriksaan diri
melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan diri.
16
e. Tahap kelima keluarga dengana anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Memberikan kebebasan yang seimang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambahdan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Peruahan sistem peran peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
Masalah-masalah kesehatan : Masalah kesehatan fisik keluarga
biasanya baik,tapi promosi kesehatan tetap perlu diberikan.
Perhatian gaya hidup keluarga yang sehat : penyakit jantung
koroner pada orangtua (usia 35 th ). Pada remaja kecelakaan,
penggunaan obat-obatan,alkohol, mulai menggunakan rokok
sebagai alat pergaulan, kehamilan tidak dikehandaki. Konseling
Dan pendidikan tentang sex education menjadi sangat penting.
Terdapat beda persepsi antara orangtua dengan anak remaja
tentang sex education : konseling harus terpisah antara
orangtua dengan anak Persepsi remaja tentang sex education:
uji kehamilan, AIDS, alat kontrasepsi dan aborsi.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak pada
keluarga atau jika anak belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
17
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempesiapkan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orangtua akan
merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa ksong
karena anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna
mengatasi keadaan ini orangtua perlu melakukan aktifitas kerja,
meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara
hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Memperluas keluarga int menjdi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orangtua suami atau istri yang sedang sakit
dan memasuki masa tua.
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan sebagai suami, istri, kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
Masalah kesehatan : Masalah komunikasi anak dengan orangtua,
perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis, Hipertensi,
Kolesterol, Obesitas, menopause, DM dll.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kekuatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
18
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
Masalah kesehatan : Kebutuhan Promosi Kesehatan : istirahat
cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutrisi, olahraga
teratur, berat badan ideal, smoking. Masalah hubungan
perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman sebaya,
masalah ketergantungan perawatan diri.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal.
Proses usia lanjut dan pensiun merupakan ralitas yang tidak
dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang
harus dialami keuarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan
pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi
kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut
umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
19
4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian. (Suprajitno, 2012).
Masalah kesehatan pada tahap ini yaitu : Menurunnya fungsi dan
kekuatan fisik, sumber-sumber financial yan tidak memadai, isolasi
sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya yang dialami
lansia menunjukan adanya kerentanan psikofisiologi dari
lansia. Peran perawat pada tahap ini yaitu: memfasilitasi
perawatan kesehatan bagi lansia.
20
ketulusan, dan keselarasan. Hubungan ini terdiri dari serangkaian
interaksi sepanjang waktu tanpa konselor yang melalui berbagai
teknik aktif dan pasif, berfokus pada kebutuhan masalah atau
perasaan klien yang telah memengaruhi perilaku adaptif klien.
(Bank, 1992 dalam Friedman 2010).
Elemen inti konseling adalah empati atau menyelami atau
merasakan perasaan dan perilaku orang lain; penerimaan positif
terhadap klien; dan selaras atau tulus; tidak berpura-pura dan jujur
dalam hubungan klien-perawat (Friedman, 2010).
c. Membuat kontrak
Suatu cara efektif bagi perawat yang berpusat pada keluarga agar
dapat dengan realistik membantu ndividu dan keluarga membuat
perubahan perilaku adalah dengan cara membuat kontak.
Kontrak adalah perjuangan kerjasama yang dibuat antara dua
pihak atau lebih, misalnya antara orangtua dan anak. Agar tepat
waktu dn relevan, kontrak waktu dapat dibegoisasi secara terus
menerus dan harus mencakup area sebagai berikut: tujuan, lama
kontrak, tanggung jawab klien, langkah untuk mencapai tujuan,
dan penghargaan terhadap pencapaian tujuan (Sloan dan
Schommer, 1975; steiger dan Lispon, 1985 dalam Friedman
2010). Biasanya kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, sederhana dan
tanpa paksaan (Goldnbergh & Goldenbergh, 2000 dalam Friedman
2010).
d. Manajemen kasus
Manajemen kasus memiliki riwayat perkembangan sebagai
bagian dari peran perawat kesehatan masyarakatterakhir digunakan
di tatanan layanan kesehatan yang bersifat akut. (Cary 1996 dalam
Friedman 2010).
Pertumbuhan perawatan terkelola telah menjadi kekuatan
utama munculnya manajemen kasus. Perawatan terkelola yang
menekankan pada pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi
21
perawatan, sementara memelihara kualitas perawatan dan
kepuasan klien. Benar-benar membentuk cara manajemen kasus
berfungsi (Jones, 1994; MacPhee & Hoffenbergh, 1996 dalam
Friedman 2010).
e. Advokasi klien
Komponen utama dari manajemen kasus adalah advokasi klien
(Smith, 1993 dalam Friedman 2010). Advokasi adalah seseorang
yang berbicara atas nama orang atau kelompok lain.
Peran sebagai advokat klien melibatkan pemberian informasi
kepada klien dan kemudian mendukung mereka apapun keputusan
yang mereka buat (Bramlett, Gueldener, dan Sowell, 1992; kohnke,
1982 dalam Friedman 2010). Perawat keluarga dapat menjadi
advokat klien dengan sedikitnya empat cara, yaitu:
1) Dengan membantu klien memperoleh layanan yang mereka
butuhkan dan menjadi hak mereka.
2) Dengan melakukan tindakan yang menciptakan sistem layanan
kesehatan yang lebih responsive terhadap kebutuhan klien.
3) Dengan memberikan advokasi untuk memasukan pelayanan yang
lebih sesuai dengan sosial – budaya.
4) Dengan memberikan advokasi untuk kebijakan sosial yang lebih
rensponsive (Canino dan Spurlock, 1994 dalam Friedman, 2010).
f. Koordinasi
Salah satu peran advokasi klien yang diterima secara luas
masalah koordinator. Karena ini dari manajemen kasus adalah juga
koordinasi, pengertian advokasi dan koordinasi pada pokoknya saling
tumpang tindih. Pada kenyataannya manajemen kasus sering kali
diartikan sebagai koordinasi (khususnya dibidang kerja sosial), dan
dirancang untuk memberikan berbagai pelayanan kepada klien
dengan kebutuhan yang kompleks di dalam suatu pengendali tunggal.
(Smeltzer, Litchfield, Lowy & Levin, 1989 dalam Friedman 2010).
22
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari
berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih atau
pengulangan.
g. Kolaborasi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan
rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk
mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak
hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga di
keluarga dan komunitaspun dapat dilakukan. Kolaborasi menurut
Lamb and Napadano (1984) dalam Friedman (2012) adalah
proses berbagi perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan
disertai tanggung jawab bersama terhadap hasil dan kemampuan
bekerjasama untuk tujuan sama menggunakan tekhnik
penyelesaian masalah.
h. Konsultasi
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada
perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan
baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka
dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya
(BHSP) antara perawat dan keluarga.
Konsultasi termasuk sebagai intervensi keperawatan keluarga
karena perawat keluarga sering berperan sebagai konsultan bagi
perawat, tenaga profesional, dan para profesional lainnya ketika
informasi klien dan keluarga serta bantuan diperlukan Friedman,
2010).
23
B. Konsep Askep Keluarga
Pengkajian Keluarga
Proses Pengkajian
24
distorsi infomasi, dan bisa memberikan kesempatan kepada setiap
orang/anggota keluarga untuk mengemukakan persepsinya, dan memberikan
kesempatan kepada perawat untuk melihat interaksi di antara para anggota
keluarga (Holamn, 1983). Wawancara tersebut harus terfokus, berdasarkan
tujuan wawancara dan disusun dalam berbagai struktur.
25
sumbernya. ASpek persiapan kunjungan ke rumah merupakan hal penting bagi
keberhasilan pengkajian keperawatan keluarga.
Kekuatan-kekuatan Keluarga
1. Keterampilan Komunikasi
- Kemampuan mendengar
26
2. Keterampilan Komunikasi
- Kemampuan mendengar
27
Diambil dari Power et al (1988)
28
Tabel 3.2 Diagnosa-diagnosa pilihan dari NANDA yang Cocok
untuk praktik keperawatan keluarga
Kekurangan pengetahuan
Peran-pola hubungan
Konflik keputusan
Berduka diantisipasi
Berduka disfungsional
Isolasi sosial
29
Menurun
4. Daftar yang ada sekarang tidak lengkap dan tidak mencakup sebagian
besar masalah/diagnosa yang potensial dan aktual dari keperawatan
keluarga.
Lingkungan
30
2. Risiko terhadap edera (lingkungan)
Struktur Komunikasi
Struktur Peran
2. Berduka disfungsional
3. Isolasi sosial
Fungsi Afektif
31
6. Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
Fungsi Sosial
8. Kurang pengetahuan
9. Isolasi sosial
12. Ketidakpatuhan
32
5. Risiko terhadap penularan penyakit
Strategi Koping
4. Kurangnya motivasi
33
11. Ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga
Menentukan Prioritas
1. Sifat Masalah 1
Skala: Aktual 3
Risiko 2
Keadaan sejahtera 1
Skala: Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
34
Skala: Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala:
Skoring:
35
3. Sumber daya perawat: dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu;
B. PERENCANAAN
Penyusunan Tujuan
36
kemungkinan sumber-sumber keluarga dalam perawatan mandiri.
Menggambarkan pendekatan-pendekatan alternatif dalam pemecahan masalah.
Menyeleksi intervensi-intervensi keperawatan dan bersifat spesifik.
37
1. Apakah pendekatan-pendekatan yang diajukan akan menyebabkan
meningkatnya ketergantungan atau kemandirian pada pihak keluarga?
38
Tipologi intervensi Keperawatan
Tabel 3.4 Klasifikasi Intervensi menurut Wright dan Leahay yang Diarahkan
pada Tiga Tingkat Fungsi Keluarga
Kognitif
Intetvensi diarahkan pada aspek kognitif pada fungsi keluarga, yang meliputi
pemberian informasi, gagasan baru tentang suatu keadaan dan
mengemukakan pengalaman.
Afektif
39
mengubah emosi keluarga agar dapat memecahkan masalah secara efektif.
Misal: mengurangi kecemasan orang tua terhadap anaknya yang sakit.
Perilaku
40
Pemahaman itu sendiri tidak menyebabkan perubahan.
Pembuatan kontrak
Manajemen/koordinasi kasus
Stategi-stategi kolaboratif
Modifikasi lingkungan
41
Advokasi keluarga
Model peran
Suplementasi peran
42
Ketidaktegasan
Dalam hal ini, keluarga Nampaknya tidak apatis, tetapi juga tidak
tegas. Ketidaktegasan dikibatkan oleh ketidakmampuan melihat keuntungan
dan kerugian dari suatu tindakan. Apa yang dikerjakan, keuntungan dan
kerugian tampaknya sama saja. Kondisi ini bisa jadi terjadi akibat dari
perasaan ketakutan yang tidak terpecahkan. Dalam hal, itu perawat perlu
membantu keluarga memecahkan masalah dengan mengenal alternative
pemecahan masalah yang bersifat pro dan kontra serta perasaan dan koping
keluarga.
43
4. Pahami norma-norma keluarga dan norma masyarakat setempat
dan anjurkan keluarga untuk meyelesaikannya.
5. Bantu keluarga untuk mendapatkan akses dengan masyarakat,
dengan memfasilitasi antara keluarga dengan tokoh-tokoh
masyarakat setempat
b. Masalah finalsial
1. Bantu keluarga dalam memperoleh informasi tentang sumber-
sumber pembiayaan kesehatan baik swasta maupun pemerintah
2. Jelaskan pada keluarga tentang tatanan pelayanan kesehatan
dan konsekuensi biayanya agar keluarga mempunyai
pertimbangan untuk mengambil keputusan.
3. Beri penyuluhan tentang cara-cara mengurangi pembiayaan
yang tidak perlu dan cara mengalokasikan biaya kesehatan
keluarga secara aman.
4. Bantu keluarga untuk melihat situasi keuangan keluarga secara
objektif dan pemecahan masalah kesehatan secara efektif.
5. Rujuk keluarga ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
c. Masalah rekreasi atau penggunaan waktu luang
1. Tunjukan pada keluarga bahwa perawat menjadi model bagi
keluarga dalam gaya hidup yang sehat
2. Bombing keluarga dalam meningkatkan aktivitas
rekreasi/penggunan waku luang dengan memodifikasi
perilaku/gaya hidup keluarga.
3. Masalah kesehatan lingkungan keluarga
a. Pencegahan primer : peningkatan kesehatan lingkungan.
1 Bantu keluarga untuk mampu merasakan “kerentanan”
terhadap bahaya kecelakaan, luka atau sakit.
2 Anjurkan keluarga untuk meningkatkan tanggung jawab diri
keluarga dalam mencegah stressor dan meningkatkan kesehatan
dan keselamatan lingkungan.
3 Beri penyuluhan tentang cara mencegah resiko-resiko:
44
a) Mengatur perabot, memasang pegangan pada tangga,
menempelkan kabel listrik//alat elektronik secara aman,
memasang penerangan yang memadai untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
b) Mencegah terjadinya kebakaran, memeriksa kabel-kabel
listrik yang beresiko konsleting, memeriksa kebocoran gas,
kompor gas dan mematikannya bila berpergian dll.
c) Menganjurkan keluarga berhati-hati dalam menggunakan
alat/mengangkat benda berat.
d) Menghindari terjadinya keracunan, memasang kabel pada
botol obat/bahan kimia, membuang obat yang sudah
kadaluarsa, menyimpan obat/bahan kimia secara aman.
e) Memastikan anak-anak tidak menggunakan alat/bahan
berbahaya untuk bermain.
f) Anjurkan keluarga memiliki kotak P3K dan ajarkan cara
penggunaannya.
b. Pencegahan sekunder pada masalah lingkungan
1. Ajarkan keluarga tentang cara mendeteksi secara dini masalah
masalah/penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat.
2. Jelaskan pada keluarga tentang prosedur pemanfaatan fasilitas
kesehatan gawat darurat (gawat darurat/IRD) dalam
penanganan masalah penyakit/kecelakaan
3. Ajarkan keluarga tentang cara penanganan/pertolongan pertama
jika timbul kecelakaan/masalah kesehatan.
c. Pencegahan tersier. Stategi modifikasi lingkungan dikhususkan
bagi keluarga yang memiliki anggota yang lansia, cacat fisik atau
kelemahan.
1. Menjaga lantai rumah, kamar mandi agar tidak licin
2. Menata perabot rumah untuk memudahkan jalan
3. Memberi pegangan pada dinding, kamar mandi untuk
membantu berjalan
45
4. Memasang penerangan yang memadai
5. Memodifikasi kamar mandi, WC dengan jenis pancuran, WC
duduk.
46
masalah sehingga meyelesaikan sesuatu masalah perlu
mempertimbangkan masing masing persepsi individu.
2 Focus tingkat afektif
Tujuan:
a. Membantu keluarga berbagi perasaan satu sama lain agar
kebutuhan emosional dapat tersampaikan dan direspons
dengan baik
b. Komunikasi keluarga menjadi jelas dan efektif
c. Mempermudah pemecahan masalah
Menganjurkan orang tua untuk terbiasa
mengungkapkan perasaan positif dan negative kepada
anak-anaknya.
Dukungan orang tua yang mendukung anak-anaknya
menjadi komunikator yang baik (bebas
mengungkapkan perasaannya dan belajar untuk
mendengar)
47
e. Ajarkan keluarga teknik komunikasi untuk mengatasi konflik
secara produktif:
Mencoba untuk tidak terlibat dalam percekcokan yang
sepele.
Berbicara terhadap suatu isu-isu bukan masalah
kepribadian.
Jadilah seorang pendengar yang baik/aktif
Carilah jalan keluar yang menenagkan kedua belah pihak
Ketidakbahagiaan pasangan bukan hanya masalah salah
seorang saja.
f. Anjurkan keluarga untuk memanfaatkan lembaga konseling
untuk membantu memecahkan masalah.
5. Masalah struktur kekuatan keluarga (konflik keputusan dalam
keluarga)
a. Kurangnya pengalaman dalam pengambilan keputusan yang
efektif.
1. Beri kesempatan keluarga mengungkapkan pola kebiasaan
dalam mengambil suatu keputusan
2. Fasilitasikan proses pengambilan keputusan yang logis
Buat daftar alternative pemecahan masalah
Bantu mengidentifiksi dampak dari masing masing
alternative (finalsial,social,nilai,kepercayaan)
Beri kesempatan keluarga mengambil keputusan dari
beberapa alternative tersebut
3. Dorong anggota terdekat keluarga untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan.
4. Yakinkan pada keluarga bahwa keputusan yang telah
diambil akan dipatuhi/dilaksanakan.
5. Ajarkan teknik relaksasi bila keputusan yang diambil
menimbulkan kecemasan.
b. Konflik nilai
48
1. Beri kesempatan keluarga menggali nilai nilai keluarga dan
pengaruhnya terhadap suatu keputusan.
2. Bantu keluarga mengkarifikasikan nilai nilai :
Identifikasi suatu yang berharga, kegiatan yang disukai
dalam keluarga
Refleksikan hal tersebut pada keluarga
Ulangi keputusan keputusan yang telah lalu dan
respons penerimaan keluarga
Mencoba menilai kepuasan terhadap masalah
kontroversial (baik-buruknya)
Identifikasi nilai-nilai yang membanggakan keluarga
3. Anjurkan keluarga memutuskan berdasarkan nilai yang paling
penting dalam keluarga
4. Jika masih terjadi konflik nilai, rujuk kepada ahlinya :
rohaniawan, konsultan dll
c. Takut terhadap akibat dari suatu keputusan
1. Klarifikasi tentang kemungkinan yang terjadi akibat suatu
keputusan
2. Identifikasi resiko-resiko bila keputusan tidak diambil
3. Beri kesempatan keluarga mengungkapkan rasa takutnya
kepada orag terdekat.
4. Dorong keluarga untuk yakin dan percaya diri terhadap
keputusannya/yakinkan keputusan tersebut adalah benar dan
orang lain akan meghargainya.
d. Ketidakcukupan informasi
1. Beri informasi yang memadai terhadap suatu masalah
2. Betulkan/luruskan informasi yang salah
3. Berikan kesempatan keluarga untuk mengetahui lebih banyak
tetang suatu masalah
4. Pastikan keluarga mengerti dengan jelas alternative-alternatif
dan arah keputusan yang akan diambil
49
5. Anjurkan keluarga untuk memperoleh “opini ke dua” dari ahli
yang lain.
e. Kontroversi system pendukung
1. Yakinkan keluarga bahwa integritas keluarga tidak bisa ditekan
oleh orang lain.
2. Anjurkan keluarga untuk tidak melibatkan orang lain
memengaruhi kepercayaan keluarga dalam suatu keputusan
3. Identifikasi system dukungan utama keluarga dalam
pengambilan keputusan.
6. Masalah struktur peran keluarga
a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi ”syarat-syarat” dari
individu dan maksudnya
b. Bantu mengidentifikasi harapan-harapan keluarga terhadap suatu
peran
c. Perkuat kemampuan keluarga untuk melaksanakan peran peran
baru
d. Beri penghargaan terhadap perilaku melaksanakan peran yang
sesuai
e. Bantu memodifikasi suatu peran agar selaras dengan harapan
keluarga
f. Beri kesempatan orang lain untuk memberikan penguatan terhadap
pelaksanaan peran peran keluarga
g. Intervensi untuk konflik peran keluarga
1. Identifikasi jenis konflik peran dan sumber sumber stress dalam
keluarga
2. Beri kesempatan keluarga mengungkapkan perasaan terhadap
konflik peran
3. Diskusikan dengan keluarga tentang peran yang masih
“dipertanyakan”
4. Diskusikan tentang persepsi keluarga dalam memecahkan
masalah, alternative-alternatif pemecahannya
50
5. Bantu menyusun prioritas dari alternative-alternative
pemecahan masalah konflik peran
6. Bantu keluarga mengeksplorasi harapan-harapan terhadap
peran yang berbeda.
h. Intervensi untuk kegagalan peran
1. Mempersilahkan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
kekecewaan terhadap peran yang telah dijalankan
2. Mendorong keluarga untuk mengajukan pertanyaan pertanyaan,
harapan harapan tentang peran yang baru
3. Identifikasi kembali potensi/kekuatan dalam keluarga untuk
mendukung peran yang baru
4. Identifikasi tugas tugas dalam peran yang baru
5. Dorong keluarga untuk konsisten terhadap tugas tugas dalam
peran yang akan dijalankan.
7. Masalah masalah fungsi afektif
a. Intervensi yang diarahkan pada pola kebutuhan respons.
1. Dorong masing masing individu dalam keluarga
mengungkapkan kebutuhan psikologisnya, kemudian keluarga
memberi respons.
2. Berikan penjelasan pada keluarga bahwa setiap individu
mempunyai kebutuhan psikologis yang berbeda sehingga
responsnya juga berbeda.
3. Anjurkan orang tua untuk lebih sensitive terhadap kebutuhan
psikologis anggota keluarga.
b. Intervensi memelihara saling asah.
1. Kaji kembali pola komunikasi dalam keluarga.
2. Ajarkan orang tua untuk menghentikan pola komunikasi yang
disfungsional : permusuhan, sering memarahi anak dll.
3. Anjurkan untuk memulai komunikasi saling menghormati
pendapat individu
51
4. Tunjukan bahwa perawat dapat berperan sebagai model
komunikator yang efektif
c. Intervensi untuk membantu keluarga pada masalah kedekatan
keterpisahan.
1. Jelaskan pada keluarga bahwa keakraban, kedekatan yang
berlebihan dapat lebih menimbulkan masalah dibanding dengan
kerenggangan hubungan.
2. Jelaskan pada keluarga proteksi yang belebihan pada anak
dapat menimbulkan gangguan dalam perkembangan anak.
3. Rujuk intervensi pada masalah tugas perkembangan keluarga
d. Intervensi untuk membantu yang berkabung.
1. Anjurkan keluarga untuk tetap melibatkan anggota keluarga
yang mendekati ajal dalam hal pengambilan keputusan
keputusan.
2. Anjurkan keluarga untuk siap menghadapi realita resiko
berpisah/kehilangan orang yang dicintai.
3. Motivasi keluarga untuk merealokasi peran yang baru
sehubungan dengan kehilangan salah satu anggotanya.
4. Jelaskan keluarga perlu meyelesaikan perasaan yang timbul
akibat kondisi anggota yang mendekati ajal/kematian
(sedih,bersalah,kenangan dll)
5. Anjurkan keluarga mempunyai persiapan seandainya ajal sudah
menjemput (kematian) dari angota angotanya : pemakaman,
keuangan yang dibutuhkan.
6. Anjurkan keluarga untuk selalu berada di dekat anggota yang
mendekati ajal dengan memberikan dukungan spiritual
7. Ajarkan keluarga untuk mengetahui tanda tanda kematian
biologis
8. Masalah pada fungsi sosialisasi keluarga
a. Intervensi untuk mendukung orang tua
52
1. Beri keyakinan pada keluarga bahwa, semua orang tua bisa
menjadi orang tua yang baik
2. Beri dukungan kepada orang tua untuk berani dalam
menghadapi anak/membesarkan anak
3. Jelaskan pada orang tua tentang tugas yang harus dijalankan
terhadap perkembangan social anak
4. Anjurkan orang tua untuk sering terlibat dalam kegiatan orang
tua-anak 9di sekolah, di lingkungan).
b. Intervensi khusus
1. Stategi suplementasi peran :
Menganjurkan orang tua untuk mengetahui fase fase
perkembangan anak dalam mengasuh anak.
Menganjurkan orang tua untuk menggunakan
buku/literature tentang perawatan anak untuk meningkatkan
pengetahuannya.
2. Prinsip modifikasi perilaku
Anjurkan orang tua untuk mengetahui permasalahan
perilaku anak dan memberikan penguatan positif terhadap
perilaku anak yang ingin diubah)
Anjurkan orang tua untuk bekerjasama dengan sekolah,
lembaga kesehatan untuk mengkoordinasikan masalah
perilaku anak.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
53
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali
seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum
perencanaan dikembangkan dan dimodifikasi, perawat bersama keluarga perlu
melihat tindakan tindakan keperawatan tertentu, apakah tindakan keperawatan
tersebut benar benar membantu.
54
2. Keluarga masih dalam proses pencapaian hasil yang ditentukan
sehingga diperlukan penambahan waktu, resources, dan intervensi
sebelum tujuan berhasil.
3. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga
perlu :
a. Mengkaji ulang masalah atau respoms yang lebih akurat
b. Membuat outcome yang baru, mungkin outcome yang pertama tidak
realistis
c. Evaluasi intervensi keperawatan dalam hal ketepatan untuk mencapai
tujuan
Modifikasi
55
C. Konsep Lansia
1. Definisi
2. Ciri-Ciri Lansia
56
psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki
motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
c. Perubahan peran
57
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
58
7. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang
mengandung alkohol.
8. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan –
bahan yang segar dan mudah dicerna.
10. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng –
gorengan.
11. Makan disesuaikan dengan kebutuhan
b. Minum air putih 1.5 – 2 liter
Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh
kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan
minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus
dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-
penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan
sebagainya.
59
c. Olah raga teratur dan sesuai
e. Menjaga kebersihan
60
lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut
tinggal. Yang term asuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2
kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah
mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas
minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan,
membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar,
anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan
pakailah pakaian yang bersih. Kebersihan lingkungan, dihalaman
rumah, jauh dari sampah dan genangan air.
61
beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk
dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan
dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.
1) Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran
menjadi tenang.
2) Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,
merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga
dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma,
darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
3) Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan
fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan
lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan
positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan.
Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang
tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.
Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat
menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.
i. Rekreasi
Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama
seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal,
dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat
dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman
rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan
62
anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat
menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah
karena aktivitas sehari-hari.
Definisi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Tensi (tekanan darah) adalah banyaknya darah yang dipompakan
jantung dikalikan tahanan di pembuluh darah perifer. Adapun hipertensi
(tekanan darah tinggi) adalah keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau tekanan sistolik lebih tinggi
dari 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Wijoyo, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas dan angka kematian (mortalitas). Tekanan
yang abnormal tinggi pada pembuluh darah menyebabkan meningkatnya
risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan
ginjal (Rusdi, et al, 2009).
Klasifikasi hipertensi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan
2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi secondary.
63
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula
seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-
orang yang kurang olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
2) Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita
penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil tekanan darah secara umum
meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang
berat badannya diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Etiologi
64
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada (Ritu Jain, 2011) :
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
65
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Rahmawati, 2012).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2010)
Manifestasi klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya
berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut (Kristanti, 2013):
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
66
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera. Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K
Chung, 2013).
Komplikasi
67
darah normal, penderita hipertensi memiliki risiko terserang penyakit jantung
koroner 2 kali lebih besar dan risiko yang lebih tinggi untuk terserang stroke.
Apabila tidak diobati, kurang lebih setengah dari penderita hipertensi akan
meninggal akibat penyakit jantung dan sekitar 33% akan meninggal akibat stroke
sementara 10 sampai 15 % akan meninggal akibat gagal ginjal. Oleh sebab itu
pengontrolan tekanan darah merupakan hal yang sangat penting (Junaidi, 2010).
Faktor Resiko
Menurut Fauzi (2014) tekanan darah tinggi memiliki beberapa faktor resiko antara
lain:
68
2) Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih
besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi, yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar diatas
65 tahun.
Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi,
dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi
dibandingkan dengan wanita, rasio sekitar 2.29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik.
Keturunan
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi,
terutama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor
genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain,
yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi.
Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson
bila kedua orang tua menderita hipertensi maka sekitar 45%
akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke
anak-anaknya.
b. Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko dapat diubah yaitu faktor risiko yang diakibatkan
perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain (Depkes RI,
2006) :
1) Status gizi
69
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk
5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya
normal.
2) Psikososial dan stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa (bersalah) dapat merangsang kelenjar
anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih kuat dan cepat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi
atau penyakit maag.
3) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
mengakibatkan proses artereoskelerosis, dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan
merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh
darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
peda penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko
kerusakan pembuluh darah arteri.
4) Olahraga
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada
orang tertentu dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur
dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan
turun.
70
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kartisol, dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikkan tekanan darah.
6) Konsumsi garam berlebih
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan
darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.
Hiperlipedimea / Hiperkolestrolemi
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL,
dan/atau penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah.
Kolestrol merupakan faktor penting dalam terjadinya
ateroskelerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan
perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.
Penatalaksanaan Medis
b. Aktivitas
71
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan
yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretik,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
72
IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
Penatalaksanaan Keperawatan
d. Eliminasi
73
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,
glikosuria.
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,
subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman
tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis,
penyakit jantung, DM. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-
74
amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone lain,
penggunaan alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri
TD/perubahan dalam terapi obat.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson, 2011
(Berdasarkan NANDA 2011)
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai, dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
4. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan
transport O2, gangguan aliran arteri dan vena.
75
BAB III
STUDI KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama kepela keluarga (KK) : Ny. A
b. Alamat dan telepon : Kp Mengger Rw 06/Rt 03
Desa Rancamulya
c. Pekerjaan kepala keluarga : Buruh Harian Lepas
d. Pendidikan kepala keluarga : SD
A. Komposisi Keluarga
76
B. Genogram
KET :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Menikah
: Tinggal Serumah
77
C. Tipe Keluarga
D. Suku Bangsa
78
G. Aktivitas Rekreasi Keluarga
79
2. Ny. A 64 - Tidak Sehat - Ada Berobat
An. A 25 - Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
An. C 19 - Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
I. Pengkajian Lingkungan
A. Karakteristik Rumah
80
ada petugas kebersihan yang dating ke tempat tersebut untuk
mengambil sampah setiap minggu atau bulannya.
a. Kepemilikan sendiri.
h. Sampah dibakar.
81
6. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat: Ny. O
rajin mengikuti pertemuan di masyarakat, yaitu pengajian setiap
hari Minggunya.
8. Struktur keluarga:
2. Fungsi Keluarga
82
2. Fungsi sosialisasi:
4. Fungsi reproduksi:
b. Akseptor: tidak.
d. Keterangan lain: -
5. Fungsi Ekonomi:
83
2. Stressor jangka panjang ingin sembuh dari penyakit darah tinggi
tersebut.
5. Harapan Keluarga
NO. VARIABLE
84
4. Riwayat penyakit Tidak ada
sebelumnya
85
: simetris, tidak terdapat nyeri dada, auskultasi
Dada
tidak terdapat bunyi nafas yang abnormal.
ANALISA DATA:
DO :
86
N: 90 x/mnt
R 24 x/ mnt
S 36 C
Ketidaktahuan keluarga
2. DS = Ny. A mengatakan belum banyak tau
dalam mengenal penyakit
obat tradisional yang digunakan untuk
hipertensi pada Ny. A
mengatasi penyakit tekanan darah
tingginya.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN:
87
stabil.
2. Kemungkinan 2/2x2 -2 Kemungkinan masalah dapat diatasi,
masalah dapat karena Ny.A ada kemauan dan dekat
diubah = mudah dengan akses puskesmas serta
pelayanan kesehatan.
3. Potensial 2/3x1 = 2/3 Ny.A mengganggap pusingnya sebagai
masalah untuk tanda kalau tekanan darahnya naik,
dicegah = dan malam yang kurang istirahat atau
cukup/sedang kecapaian
4. Menonjolnya 2/2x1 = 1 Ny.A menganggap masalah ini dapat
masalah = segera mengganggu aktivitasnya dan tidak
ditangani menginginkan terjadi komplikasi
Jumlah 4 2/3
88
perlu segera
ditangani
Jumlah 4½
INTERVENSI
89
Vital sign stabil. - Beri analgetik untuk
mengurangi nyeri
Keluarga sikap
sesuai dengan terapi
kerjasama yang
yang ada (kolaborasi
baik, saat
dengan dokter)
dianjurkan untuk
Respon
membuat - Tingkatkan istirahat
verbal
lingkungan tenang dan beri lingkungan
- Anjurkan untuk
Keluarga menyebut
minum obat secara
pengertian
Respon teratur dari petugas
hipertensi,
afektif kesehatan.
penyebab,
perawatannya.
Repson
Keluarga akan
psikomotor
merubah pola
hidup sehat dan
mendampingi Ny.A
Respon Keluarga
verbal mendemonstrasika
n kembali
perawatan yang
diajarkan perawat.
Keluarga
menyebutkan pola
90
hidup sehat untuk
Ny.A
2. Keluarga a. Keluarga Respon Keluarga - Memberikan
mengerti mamahami afektif menyikapi dengan pendidikan kesehatan
penyakit pengertian, antusias adanya seputar hipertensi
klien dan penyebab, dan pelayanan
- Mengidentifikasi
perawatann akibat lanjut kesehatan
tingkat pengetahuan
ya. pennyakit klien
klien dan keluarga,
apabila tidak
serta hal-hal yang
segera
sudah diketahui
ditangani.
tentang penyakitnya.
b. Keluarga
- Menjelaskan
mampu
pengertian, factor
memahami dan
penyebab, dan
memutuskan
perawatan hipertensi,
tindakan
serta komplikasi.
perawatan
penyakit klien.
c. Keluarga
mampu
merawat klien
dengan tepat.
d. Keluarga
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan yang
ada.
91
IMPLEMENTASI
manajemen TD:160/100mmHg
P : lanjutkan
intervensi
- Menguragi factor
presipitasi nyeri
- mengajarkan teknik
non farmakologi :
napas dalam,
92
relaksasi, distraksi.
Dan pemberian obat
herbal
- meningkatkan
istirahat dan beri
lingkungan yang
nyaman.
2 Ketidaktahuan Setelah dilakukan 25/01/ - Mengidentifikasi S : klien mengatakan
2020
keluarga dalam tindakan keluarga : tingkat kurang mengetahui
mengenal Keluarga pengetahuan pantangan makan apa
penyakit mamahami klien dan saja yang tidak boleh
hipertensi pada pengertian, keluarga, serta dikonsumsinya, klien
Ny. A penyebab, dan hal-hal yang juga mengatakan tidak
akibat lanjut sudah diketahui mengetahui tanda
pennyakit klien tentang gejala yang pasti pada
apabila tidak segera penyakitnya. hipertensi
ditangani.
O: klien tampak
kebingungan
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Memberikan
pendidikan
kesehatan seputar
hipertensi
- Menjelaskan
pengertian, factor
penyebab, dan
perawatan
93
hipertensi, serta
komplikasi.
94
lingkungan yang R :20 x/menit
nyaman. N :85 x/menit
S :36 C
A : Masalah gangguan
rasa nyaman nyeri
teratasi
P : hentikan intervensi
EVALUASI
95
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah atap dalam keadaan saling
ketergantungan Keperawatan Keluarga merupakan bidang khusus
spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang
keperawatan praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai
pemberian keperawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan
sakit penekanan praktek Keperawatan Keluarga adalah berorientasi
kepada kesehatan bersifat holistik sistemik dan interaksional
menggunakan kekuatan keluarga pemberian keperawatan yang
menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-
anggotanya dalam situasi sehat dan sakit tidak terlepas dari peran
serta sebagai lembaga kesehatan
B. SARAN
1. Petugas Kesehatan
Dengan adanya penulisan ini pada pasien hipertensi ini
disarankan petugas kesehatan lebih peka dengan masalah
kesehatan yang diderita pasien dan memberikan pelayanan yang
terbaik pada setiap pasien.
2. Mahasiswa
96
Diharapkan mampu memahami tentang pengelolahan kasus
Keperawatan pada pasien hipertensi dari mulai tahap pengkajian
hingga ke tahap akhir evaluasi.
3. Instutusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas
tentang Asuhan keperawatan dan lebih banyak menyediakan
referensi-referensi buku tentang kasus-kasus beserta asuhannya
salah satunya tentang kasus penyakit hipertensi yang penulis
97
LAMPIRAN – LAMPIRAN
98
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Oleh :
BANDUNG
2020
99
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal,
hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Menurut
data WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus
hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi
pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari
total penduduk dunia. Secara global.
Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih
dari 800 juta orang. Sebanyak 10-30 % dari jumlah penduduk dewasa
hampir di setiap Negara. Berdasarkan data Lancet (dalam McMarthy,
2010), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di
India, penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan
diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di China, 98,5 juta orang
dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia,
tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diperkirakan
menjadi 67,4 juta orang tahun 2025. Di Indonesia, mencapai 17-21% dari
populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi.(wir-
nursing.blogspot.com/2011/04/antara-kopi-rokok-dan-tekanan-darah.html)
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15%
pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial.
Hari hipertensi di dunia diperingati setiap tanggal 17 Mei. Tanggal
ini ditetapkan oleh WHO sejak 2005.
100
B. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
1. Tujuan
a. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi
di harapkan masyarakat mampu mengidentifikasi tentang penyakit
dan sebab Hipertensi serta dampak hipertensi.
.
b. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit
diharapkandapat :
1. Menjelaskan tentang pengertian Hipertensi
2. Menjelaskan tentang gejala Hipertensi
3. Menjelaskan tentang penyebab Hipertensi
4. Menjelaskan pengobatan pengobatan hipertensi
2. Manfaat
Diharapkan masyarakat dapat menambah pemahaman dan wawasan
tentang Hipertensi dan sebab Hipertensi serta dampak hipertensi
3. Pokok Bahasan
Pentingnya memahami tentang kesehatan Hipertensi penyakit dan
sebab Hipertensi serta dampak hipertensi pada kehamilan.
5. Sasaran
Keluarga Ny. A
101
6. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
8. Media Penyuluhan
Leaflet / Brosur
9. Susunan Panitia
No Nama Divisi
1 Reza Amelia Pemateri
Tahap Kegiatan
Kegiatan Peserta Waktu
Kegiatan Pemateri/Penyuluh
Pembukaan Memberi salam dan Memperhatikan,
memperkenalkan diri mendengarkandan
membalas salam
3 Menit
Menyampaikan tujuan Memperhatikan dan
mendengarkan
102
Kegiatan Membagikan leaflet / Menerima, melihat dan
Inti brosur membaca leaflet/
brosur
Menjelaskan Penyebab
Hipertensi Memperhatikan dan
mendengarkan
Menjelaskan Gejala
Hipertensi Memperhatikan dan
mendengarkan
Menjelaskan
pengobatan/pencegahan Memperhatikan dan
Hipertensi mendengarkan
103
Referensi
104
Hipertensi sedang dan >180 >105
berat
Hipertensi sistolik >14 0 <90
terisolasi
Hipertensi sistolik 140-160 <90
perbatasan
105
Sejalan dengan bertambahnya usia hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah. Tekanan darah sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun, sedangkan tekanan darah diastolic terus meningkat sampai
usia 55-60 tahun,kemudian berkurang secara perlahan/bahkan menurun
drastis.
B. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan
gejala. Meskipun demikian secara tidak sengaja beberapa gejala
terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi
(padahal sebenarnya tidak). Gejala yang di maksud adalah sakit
kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati
bisa timbul gejala berikut :
- Gelisah
- kepala pusing
- Jantung berdebar – debar
- Tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg
- Gangguan penglihatan
- Sulit konsentrasi
- Mual
C. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang tidak atau
belum di ketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi
idiopaik. Tedapat 95% kasus. Banyak faktor yang
106
mempengaruhi seperti genetik,lingkungan,hiperativitis
susunan simpatis,system renin-angiotensis,defek dalam
ekskresi Na,peningkatan Na dan Ca intraselular,dan factor-
faktor yang meningkatkan risiko,seperti obesitas,
alcohol,merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder . Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,penyakit
ginjal,hipertensi vascular renal,hiperaldosteronisme
primer,dan sindrom cushing,feokromositomo,koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubung dengan kehamilan, dan
lain-lain
Gaya hidup tak sehat
Konsumsi garam berlebih
Merokok
Minum-minuman beralkohol
Kurang olahraga
Kegemukan
Stres / banyak pikiran
Stroke
Gagal jantung
Kerusakan gagal ginjal
Kerusakan jaringan otot
Kebutaan/penglihatan menurun
Kematian
e. Komplikasi Hipertensi
Stroke
Gagal jantung
Kerusakan gagal ginjal
Kerusakan jaringan otot
Kebutaan/penglihatan menurun
107
Kematian
108
Saran :
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih baik dalam pembuatan Satuan
Acara Penyuluhan dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Penulis memberikan saran yang sangat bermanfaat dan
dapat dijadikan acuan bagi pembaca (peserta) agar mampu
memberikan edukasi terhadap masyarakat.
Kritik dan saran dari pembaca (peserta) sangat diharapkan
demi kesempurnaan penulisan Satuan Acara Penyuluhan.
109
110
111
112