SRI INTAN
JP 019 02 049
5. Manifestasi klinis
Menurut Widyanto (2014) Serangan gout pertama biasanya hanya
mengenahi satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Gejalnya
menghilangnya secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak
timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya. Namun gout cenderung
akan semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung
lebih lama, lebih sering terjadi, dan mengenahi beberapa sendi. Sendi yang
terkena dapat mengalami kerusakan yang permanen. Serangan lazimnya di
kaki (monoartritis). Namun, 3-14 % serangan dapat terjadi pada banyak sendi
(poliartritis). Pada serangan ulangan biasanya poliartritis, dengan urutan sendi
yang terkena adalah ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan
kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Nyeri hebat
dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa sendi. Sering kali serangan
terjadi pada malam hari. Biasanya hari sebelumnya penderita tampak segar
bugar tanpa gejala atau keluhan. Tiba- tiba pada tengah malem menjelang
pagi terbangun karena adanya rasa sakit yang hebat dan nyeri yang semakin
memburuk dan tak tertahankan.Sendi yang terserang membengkak dan kulit
diatasnya tampak merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat.
Menyentuh kulit diatas sendi yang terkena dapat menimbulkan nyeri yang luar
biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung beberapa hari sampai sekitar satu
minggu, lalu menghilang. Kristal dapat terbentuk di sendisendi perifer karena
persendian tersebut lebih dingin dibandingkan persendian ditubuh lainnya,
oleh karena itu asam urat cenderung membeku pada suhu dingin. Gout jarang
terjadi pada tulang belakang, tulang panggul maupun bahu (Widyanto, 2014).
Gejala lain dari arthritis gout akut adalah demam, menggigil, tidak
enak badan,dan denyut jantung cepat. Biasannya pada laki-laki gout timbul
pada usia pertengahan, sedangkan pada wanita gout muncul pada saat
pascamenopause. Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan
terjadinnya kelainan bentuk sendi
6. Komplikasi
Abiyoga (2016), menyatakan bahwa Komplikasi yang muncul akibat
gout arthritis (pirai) antara lain:
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi)
disekitar sendi yang sering meradang.Tofi adalah timbunan kristal
monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi,
sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak
dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal
tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia.terjadi
akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada
jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak
glomerulus.
c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa
menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau
infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran
magnesium, ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.
7. Penatalaksanaan
Menurut Majority dalam Dianatia (2013) Terapi untuk serangan gout yaitu:
a. Kolkisin Dosis: 0,5–0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal
dan diikuti 0,5–0,6 mg tiap dua jam sampai gejala penyakit hilang atau
mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat
diberikan dosis maksimum sampai 7–8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg
dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5–1,0 mg sehari.
b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Contohnya: indometasin,
fenilbutazon
c. Obat urikosurik/anti hiperurisemia Contohnya: alopurinol, probenesid,
sulfinpirazon, dan febuxostat.
d. Kortikosteroid Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan
gejala gout akut dan akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat
berguna bagi pasien yang dikontraindikasikan terhadap golongan
NSAID.Jika goutnya monarticular, pemberian antra-articular yang paling
efektif. Contohnmya: dexametason, hidrokortison, prednisone.
e. Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan yang dilakukan yaitu tentang
pola makan nutrisi osteoarthritis yang baik (mengendalikan pola makan
yang baik dan kadar purin yang normal).
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
b. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
c. Pemeriksaan darah lengkap
d. Pemeriksaan ureua dan kratinin
- kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
- kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga denga Asam Urat
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (WHO, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang
- Stressor jaangka yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan,
- Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : terdapat nyeri tekan pada kepala bagian belakang, ada
tidaknya oedema dan lesi, serta adakah kelainan bentuk kepala.
2) Mata : biasanya terdapat conjungtivitis, anemis.
3) Hidung : biasanya dapat dijumpai epistaksis jika sampai terjadi
kelainan vaskuler akibat dari hipertensi.
4) Mulut : biasanya ada perdarahan pada gusi.
5) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau pembesaran tonsil.
6) Dada : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan, inspeksi bentuk
dada, simetris atau tidak serta ictus cordis nampak atau tidak. Palpasi
didapatkan vocal fremitus hasilnya positif disemua kuadran. Perkusi
hasilnya sonor, dan auskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan.
7) Perut : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan. Inspeksi meliputi
bentuk perut. Palpasi didapatkan teraba kenyal atau supel, tidak
terdapat distensi. Perkusi hasilnya tympani, dan auskultasi terdengar
bising usus normal.
8) Ekstremitas atas dan bawah : pada pasien dengan hipertensi tidak
terjadi kelainan tonus otot, terkecuali jika sudah terjadi komplikasi
dari hipertensi itu sendiri seperti stroke, maka akan terjadi penurunan
tonus otot atau hemi parase.
2. Diagnose
Diagnosa Keperawatan Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas
maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus asam
urat adalah:
a. Nyeri akut
b. Hambatan mobiitas fisik
c. Defisiensi pengetahuan
3. Perencanaan (intervensi Keperawatan)
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, dr. Hasan. (2002). Mengenal Penyakit Asam Urat. Jakarta: Pustaka Jaya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Mengenal Gout Artritis,
(Online), (http:// depkes.co.id/goutartritis.html) diakses tanggal 20 Mei 2013
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &
Praktik, Edisi 5. Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Harmoko.
(2012).
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances.
ASUHAN KEPERAWATN KELUARGA PADA Ny. W
DENGAN DIAGNOSE GOUT ATRITIS (ASAM URAT)
DI PUSKESMAS MEPANGA
SRI INTAN
JP 019 02 049
Agama : Islam
Anggota Keluarga :
No Nama Hub. Umur JK Suku Pendidik Pekerjaa Status TTV Status Alat
Dengan KK an n Saat Ini Gizi Imunisasi Bantu
Terakhir Dasar Protesa
1. Tn. S Suami KK 65 thn L Jawa Tidak Petani Baik TD: 130/80 mmHg - -
sekolah N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S: 36,6 ˚C
2. Ny.W Istri 60 thn P Jawa Tidak IRT Baik TD: 140/90 mmHg - -
sekolah N : 76 x/menit
R : 18 x/menit
S: 36,8 ˚C
3. Ny. M Anak 1 30thn P Jawa SD Pedagang Baik TD: 120/80 mmHg - -
N : 77 x/menit
R : 20 x/menit
S: 36,4 ˚C
4. Tn. K Anak 2 28thn L Jawa SMP Swasta Baik TD: 120/80 mmHg - -
N : 86 x/menit
R : 19 x/menit
S: 36,6˚C
5. Sdr.A Anak 3 24 thn L Jawa SMA Swasta Baik TD: 110/80 mmHg Lengkap -
N : 78 x/menit
R : 20 x/menit
S: 36,5˚C
Lanjut
3 3
Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi : Pasien mengatakan makan normal 2-3 kali sehari, minum sehari 6-
7 gelas serhari.
2) Pola Eliminasi : Pasien mengatakan BAB dan BAK noram tetapi terganggu
karena sakit di lutut kanan dan kiri.
3) Pola tidur dan istirahat : pasien mengatakan tidur tidak nyenyak, sering
terbangun, dan susah tidur karena sakit lutut
4) Pola aktivitas
Kemampuan PerawatanDiri 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di Tempat Tidur √
Berpindah/Berjalan √
Ambulasi/ROM √
0: Mandiri; 1: Alat Bantu;2: Dibantu Orang Lain;3: Dibantu Orang Lain Dan
Alat Bantu; 4:TergantungTotal.
1. Nyeri kronis
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah Skala yang digunakan :
a. Wellness 3 2
b. Actual 3
c. Resiko 2
d. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala yang 1
digunakan : 2
a. Mudah 1
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat di ubah
3 Potensi masalah untuk dicegah Skala yang
digunakan : 3 2
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah
4 Menonjolnya masalah Skala yang digunakan :
a. Segera 2 1
b. Tidak perlu 1
c. Tidak dirasakan 0
Jumlah 6
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS
2. Defisiensi pengetahuan
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah Skala yang digunakan :
a. Wellness 3 2
b. Actual 3
c. Resiko 2
d. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala yang
digunakan : 2 1
a. Mudah 1
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat di ubah
3 Potensi masalah untuk dicegah Skala yang
digunakan : 3 1
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah
4 Menonjolnya masalah Skala yang digunakan :
d. Segera 2 1
e. Tidak perlu 1
f. Tidak dirasakan 0
Jumlah 5
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS
Hari pertama
Hari kedua
Hari ketiga