Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

GOUT ATRITIS (ASAM URAT)

SRI INTAN
JP 019 02 049

CI. Puskesmas Mepanga

Tita Lubri Wennita, S.Kep.Ners


NIDN. 199302062019082001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PALU, 2019/2020
A. Konsep keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang
yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, tingga bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan
bersama, mempunyai generasi peneus, saling pengertian dan saling
menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010) Keluarga
merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan
2. Fungsi Keluarga
Fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarga
a. Asih Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepala anggota sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
sesuai usia dan kebutuhannya
b. Asuh Adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesalahannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadi mereka
anak-anak yang sehat, baik fisik, sosial, mental dan spiritual.
c. Asah Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak
yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada
anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan
yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian,
dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan
praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
3. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
4. Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain adalah
a. Pengenal kesehatan (health monitor) Perawat membantu keluarga
untuk mengenal penyimpangan dari keadaan normal tentang
kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif serta membuat
keluarga sadar akan akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
b. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan
memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,
yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga
baik secara berkelompok maupun individu.
d. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu
mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan
pemecahannya.
e. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku
tidak sehat menjadi perilaku sehat. Penyuluh dan konsultan, yang
berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan
dasar dalam keluarga.
5. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga
Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan
kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-
keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan.
B. Konsep Dasar Gout Arthritis
1. Definisi
Menurut American College of Rheumatology (2012), gout arthritis adalah
suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah
dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri
inflamasi satu sendi.
Gout arthritis adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout arthritis tidak terbatas
pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki,
pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada
satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat
mempengaruhi beberapa sendi. Gout arthritis merupakan istilah yang dipakai
untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Penyakit gout arthritis merupakan
penyakit akibat penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh sehingga
menyebabkan nyeri sendi disebut gout artritis.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Gout primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini
diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat. Hiperurisemia atau berkurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan
terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular
yang masih belum jelas diketahui.
b. Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
kelainan yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan
yang menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam
nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.
Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri
dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada
syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada
glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim
fructose-1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia
sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaan
yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam
nukleat dari dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk
AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purine nucleotide dalam
metabolism purin, sedangkan hiperurisemia akibat penurunan ekskresi
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa
ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid
clearence dan pemakaian obat-obatan
3. Faktor Risiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout arthritis :
a. Suku bangsa /ras
b. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
c. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.
Misalnya Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi,
dislipidemia.
d. Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia.
Misalnya Diuretik, antihipertensi, aspirin
e. Diet tinggi purin
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap
dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang, penumpukan
kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian
perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan
Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat
dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau
dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi
metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat
serangan akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan
asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk
timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur
lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan
mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut.
Predileksi untuk pengendapan kristalmonosodium urat pada
metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang
berulang-ulang pada daerah tersebut
Patway

5. Manifestasi klinis
Menurut Widyanto (2014) Serangan gout pertama biasanya hanya
mengenahi satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Gejalnya
menghilangnya secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak
timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya. Namun gout cenderung
akan semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung
lebih lama, lebih sering terjadi, dan mengenahi beberapa sendi. Sendi yang
terkena dapat mengalami kerusakan yang permanen. Serangan lazimnya di
kaki (monoartritis). Namun, 3-14 % serangan dapat terjadi pada banyak sendi
(poliartritis). Pada serangan ulangan biasanya poliartritis, dengan urutan sendi
yang terkena adalah ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan
kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan siku. Nyeri hebat
dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa sendi. Sering kali serangan
terjadi pada malam hari. Biasanya hari sebelumnya penderita tampak segar
bugar tanpa gejala atau keluhan. Tiba- tiba pada tengah malem menjelang
pagi terbangun karena adanya rasa sakit yang hebat dan nyeri yang semakin
memburuk dan tak tertahankan.Sendi yang terserang membengkak dan kulit
diatasnya tampak merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat.
Menyentuh kulit diatas sendi yang terkena dapat menimbulkan nyeri yang luar
biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung beberapa hari sampai sekitar satu
minggu, lalu menghilang. Kristal dapat terbentuk di sendisendi perifer karena
persendian tersebut lebih dingin dibandingkan persendian ditubuh lainnya,
oleh karena itu asam urat cenderung membeku pada suhu dingin. Gout jarang
terjadi pada tulang belakang, tulang panggul maupun bahu (Widyanto, 2014).
Gejala lain dari arthritis gout akut adalah demam, menggigil, tidak
enak badan,dan denyut jantung cepat. Biasannya pada laki-laki gout timbul
pada usia pertengahan, sedangkan pada wanita gout muncul pada saat
pascamenopause. Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan
terjadinnya kelainan bentuk sendi
6. Komplikasi
Abiyoga (2016), menyatakan bahwa Komplikasi yang muncul akibat
gout arthritis (pirai) antara lain:
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi)
disekitar sendi yang sering meradang.Tofi adalah timbunan kristal
monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi,
sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak
dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal
tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia.terjadi
akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada
jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak
glomerulus.
c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa
menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau
infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran
magnesium, ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.
7. Penatalaksanaan
Menurut Majority dalam Dianatia (2013) Terapi untuk serangan gout yaitu:
a. Kolkisin Dosis: 0,5–0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal
dan diikuti 0,5–0,6 mg tiap dua jam sampai gejala penyakit hilang atau
mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat
diberikan dosis maksimum sampai 7–8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg
dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5–1,0 mg sehari.
b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Contohnya: indometasin,
fenilbutazon
c. Obat urikosurik/anti hiperurisemia Contohnya: alopurinol, probenesid,
sulfinpirazon, dan febuxostat.
d. Kortikosteroid Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan
gejala gout akut dan akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat
berguna bagi pasien yang dikontraindikasikan terhadap golongan
NSAID.Jika goutnya monarticular, pemberian antra-articular yang paling
efektif. Contohnmya: dexametason, hidrokortison, prednisone.
e. Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan yang dilakukan yaitu tentang
pola makan nutrisi osteoarthritis yang baik (mengendalikan pola makan
yang baik dan kadar purin yang normal).
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
b. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
c. Pemeriksaan darah lengkap
d. Pemeriksaan ureua dan kratinin
- kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
- kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga denga Asam Urat
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (WHO, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang
- Stressor jaangka yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan,
- Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : terdapat nyeri tekan pada kepala bagian belakang, ada
tidaknya oedema dan lesi, serta adakah kelainan bentuk kepala.
2) Mata : biasanya terdapat conjungtivitis, anemis.
3) Hidung : biasanya dapat dijumpai epistaksis jika sampai terjadi
kelainan vaskuler akibat dari hipertensi.
4) Mulut : biasanya ada perdarahan pada gusi.
5) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau pembesaran tonsil.
6) Dada : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan, inspeksi bentuk
dada, simetris atau tidak serta ictus cordis nampak atau tidak. Palpasi
didapatkan vocal fremitus hasilnya positif disemua kuadran. Perkusi
hasilnya sonor, dan auskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan.
7) Perut : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan. Inspeksi meliputi
bentuk perut. Palpasi didapatkan teraba kenyal atau supel, tidak
terdapat distensi. Perkusi hasilnya tympani, dan auskultasi terdengar
bising usus normal.
8) Ekstremitas atas dan bawah : pada pasien dengan hipertensi tidak
terjadi kelainan tonus otot, terkecuali jika sudah terjadi komplikasi
dari hipertensi itu sendiri seperti stroke, maka akan terjadi penurunan
tonus otot atau hemi parase.
2. Diagnose
Diagnosa Keperawatan Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas
maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus asam
urat adalah:
a. Nyeri akut
b. Hambatan mobiitas fisik
c. Defisiensi pengetahuan
3. Perencanaan (intervensi Keperawatan)

No Diagnose Noc Nic


1. Nyeri akut NOC NIC
o Pain Level Pain Management
o Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
o Comfort level secara komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
mampu menggunakan faktor presipitasi
tehnik nonfarmakologi 2. Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mnecari bantuan) ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan tehnik
berkurang dengan komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri pasien
manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon
(skala intensitas, nyeri
frekuensi dan tanda 5. Evaluasi pengalaman
nyeri) nyeri masa lampau
4. Menyatakan rasa nyaman 6. Evaluasi bersama pasien
setelah nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
2. Hambatan Noc : Noc :
o Joint movement : active Exercise Therapy: Ambulation
mobilitas
o Mobility level 1. Monitor TTV sebelum /
fisik o Self Care: ADLs sesudah latihan dan lihat
o Transfer performance respon pasien saat latihan
Kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan
1. Klien meningkat dalam terapi fisik tentang
aktivitas fisik rencana ambulasi sesuai
2. Mengerti tujuan dari dengan kebutuhan
peningkatan mobilitas 3. Kaji kemampuan pasien
3. Memverbalisasikan dalam mobilisasi
perasaan dalam 4. Latih pasien dalam
meningkatkan kekuatan pemenuhan kebutuhan
dan kemampuan ADLs secara mandiri
berpindah sesuai kemampuan
4. Memperagakan 5. Berikan alat bantu jika
penggunaan alat bantu klien memerlukan
untuk mobilisasi
3. Defisiensi NOC : NIC :
pengetahuan  Kowlwdge : disease Teaching : Dissease Process
proceses 1. Kaji  tingkat pengetahuan
 Kowledge : health klien dan keluarga tentang
Behavior proses penyakit
Kriteria Hasil : 2. Jelaskan tentang
1. Pasien dan keluarga patofisiologi penyakit,
menyatakan pemahaman tanda dan gejala serta
tentang penyakit, kondisi, penyebabnya
prognosis dan program 3. Sediakan informasi tentang
pengobatan kondisi klien
2. Pasien dan keluarga 4. Berikan informasi tentang
mampu melaksanakan perkembangan klien
prosedur yang dijelaskan 5. Diskusikan perubahan
secara benar gaya hidup yang mungkin
3. Pasien dan keluarga diperlukan untuk
mampu menjelaskan mencegah komplikasi di
kembali apa yang masa yang akan datang
dijelaskan perawat/tim dan atau kontrol proses
kesehatan lainnya penyakit
6. Jelaskan alasan
dilaksanakannya tindakan
atau terapi

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, dr. Hasan. (2002). Mengenal Penyakit Asam Urat. Jakarta: Pustaka Jaya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Mengenal Gout Artritis,
(Online), (http:// depkes.co.id/goutartritis.html) diakses tanggal 20 Mei 2013

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &
Praktik, Edisi 5. Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Harmoko.
(2012).

Arina. (2003). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Surakarta: Buku Ajar Muhammad, As’Adi. (2011).
Waspadai Asam Urat. Yogyakarta:

Diva Press Muhlisin, Abi. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen


Publising Reeves, Charlene J., Gayle, Roux., & Lockhart, Robin. (2002).
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika Suprajitno. (2004).
Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances.
ASUHAN KEPERAWATN KELUARGA PADA Ny. W
DENGAN DIAGNOSE GOUT ATRITIS (ASAM URAT)
DI PUSKESMAS MEPANGA

SRI INTAN
JP 019 02 049

CI. Puskesmas Mepanga Dosen Pembimbing

Tita Lubri Wennita, S.Kep.Ners


NIDN. 199302062019082001 NIDN.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PALU, 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GOUT ATRITIS ( ASAM URAT)

Nama mahasiswa : Sri Intan NPM : JP 019 02 049


1. Data Keluarga
Nama KK (inisial) : Tn. S

Bahasa sehari-hari : Jawa

Alamat/No. Telp. : Desa Sumber Agung

Agama : Islam

Jarak YanKes terdekat : 7 km

Alat transportasi : Sepeda motor

Anggota Keluarga :

No Nama Hub. Umur JK Suku Pendidik Pekerjaa Status TTV Status Alat
Dengan KK an n Saat Ini Gizi Imunisasi Bantu
Terakhir Dasar Protesa
1. Tn. S Suami KK 65 thn L Jawa Tidak Petani Baik TD: 130/80 mmHg - -
sekolah N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S: 36,6 ˚C
2. Ny.W Istri 60 thn P Jawa Tidak IRT Baik TD: 140/90 mmHg - -
sekolah N : 76 x/menit
R : 18 x/menit
S: 36,8 ˚C
3. Ny. M Anak 1 30thn P Jawa SD Pedagang Baik TD: 120/80 mmHg - -
N : 77 x/menit
R : 20 x/menit
S: 36,4 ˚C
4. Tn. K Anak 2 28thn L Jawa SMP Swasta Baik TD: 120/80 mmHg - -
N : 86 x/menit
R : 19 x/menit
S: 36,6˚C
5. Sdr.A Anak 3 24 thn L Jawa SMA Swasta Baik TD: 110/80 mmHg Lengkap -
N : 78 x/menit
R : 20 x/menit
S: 36,5˚C
Lanjut

No Nama Penampilan Status Kesehatan Riwayat Analisa Masalah Kesehatan Individu


umum saat ini Penyakit/Alergi
1. Tn. S Baik Sehat Tidak ada alergi Tidak ada
2. Ny. W Baik Sakit Tidak ada alergi Asam urat
3. Ny. M Baik Sehat Tidak ada alergi Tidak ada
4. Tn. K Baik Sehat Tidak ada alergi Tidak ada
5. Sdr. A Baik Sehat Tidak ada alergi Tidak ada
2. Data Penunjang Keluarga
a. Rumah dan Sanitasi Lingkungan
- Kondisi rumah : bersih dan rapi
- Ventilasi : Cukup terang
- Pencahayaan rumah : Baik dan terang
- Saluran pembuangan limbah : di buang diselokan
- Sumber air bersih : Sehat, menggunakan air dari Pam untuk memasak dan
mencuci
- Jamban memenuhi syarat : YA
- Tempat sampah : sampah dibuang dibelakang rumah
b. PHBS di Rumah Tangga
- Menggunakan air bersih untuk makan dan minum : YA
- Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri : YA
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun : Kadang-kadang
- Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya : YA
- Menjaga lingkungan, rumah tampak bersih : YA
- Mengkonsumsi lauk pauk tiap hari: kadang-kadang
- Menggunakan jamban sehat : YA
- Memberantas jentik dirumah seminggu sekali : kadang-kadang
- Makan buah dan sayur setiap hari : mengkonsumsi buah jarang
- Melakukan aktivitas fisik setiap hari : YA, melakukkan pekerjaan rumah
- Tidak merokok dalam rumah : merokok dalam rumah
c. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota
Keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit ?
YA
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya ? tidak, pasien mengatakan sering sakit lutut, sakit
seperti tertusuk-tusuk dibagian lutut, skala 5
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya ? tidak, pasien hanya tahu penyebab asam urat
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarganya ? tidak, pasien dan keluarga tidak
mengetahui tentang tanda dan gejalanya penyakit Ny.W
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya bila tidak dirawat/diobati? Tidak keluarga dan
pasien hanya tahu jika tidak diobati Ny. W selalu merasa nyeri pada
lutut
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarganya ? Tenaga kesehatan, yaitu
Bidan desa, pada saat memeriksakan diri ke pustu atau puskesmas
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya : Perlu berobat ke fasilitas yankes
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami
anggota keluarga secara aktif ? tidak, karena keluarga tidak tahu
bagaimna cara meningkatkan kesehatan secara efektif
9) Keluarga tidak mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga
dengan masalah kesehatan yang dialaminya ? keluarga hanya menyuruh
Ny. W untuk beristirahat
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarganya ?tidak karena keluarga tidak dapat
melakukan pencegahan terjadinya penyakit
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan
yangn mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan ? keluarga tidak dapat memelihara dan memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan pasien
Hasil Pembinaan Berdasarkan Tingkat Kemandirian Keluarga

Kunjungan pertama (K – 1) : Perkenalan dengan keluarga Tn.S dan memberitahukan


tujuan kunjungan
Kunjungan ke dua (K – 2) : Mengkaji masalah yang diderita keluarga Tn. S

Kunjungan ke tiga (K – 3) : melakukkan penyuluhan kepada keluarga Tn. S

Data Pengkajian Individu Yang Sakit Dalam Keluarga

Nama individu yang sakit : Ny. W


Sumber dana kesehatan : BPJS
Diagnosa medik : Gout atritis (Asam urat)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum Baik
Kesadaran Composmentis
GCS 15
Kepala Bentuk kepala normal, tidak ada pembengkakan, warna rambut
hidan bercampur putih, kulit kepala agak kotor, rambut
berminyak
Mata Simetris kanan dan kiri, penglihatan agak kabur, pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis
Hidung Rongga hidung simetris kakan dan kiri, penciuman baik, hidung
bersih
Telinga Simetris kanan dan kiri, bersih
Mulut Gigi tidak lengkap sudah ada yang tanggal, terdapat caries
Leher Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Dada  Dada :
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Perkembangan dada simetris kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara paru-paru vesikuler
 Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus kordis nampak pada spetium intercosta (SIC)
ke V disebelah mideal midclavikula sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 dan tidak ada bunyi
jantung tambahan
Abdomen Tidak ada benjolan atau masa, bising usus 9 kali/menit, bunyi
timpany
Ektremitas Nyeri pada ekstremitas bawah (Lutut)
Musculoskeletal Kekuatan otot baik
4 4

3 3

Kulit Warna kulit saomatang, Kulit keriput

Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi : Pasien mengatakan makan normal 2-3 kali sehari, minum sehari 6-
7 gelas serhari.
2) Pola Eliminasi : Pasien mengatakan BAB dan BAK noram tetapi terganggu
karena sakit di lutut kanan dan kiri.
3) Pola tidur dan istirahat : pasien mengatakan tidur tidak nyenyak, sering
terbangun, dan susah tidur karena sakit lutut
4) Pola aktivitas

Kemampuan PerawatanDiri 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di Tempat Tidur √
Berpindah/Berjalan √
Ambulasi/ROM √
0: Mandiri; 1: Alat Bantu;2: Dibantu Orang Lain;3: Dibantu Orang Lain Dan
Alat Bantu; 4:TergantungTotal.

5) Pola sensori kognitif


a) Penglihatan (Mata)
Pasien mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas
b) Pendengaran (Telinga)
Pasien mengatakan masih dapat mendengar dengan jelas
c) Pengecapan (Mulut)
Pasien mengatakan masih dapat membedakan rasa dari makanan yang
ia makan
d) Sensasi (Kulit)
Pasien mengatakan kulit sudah mualai mengkerut, masih bisa
merasakan panas dan dingin
e) Penciuman (Hidung)
Pasien mengatakan masih dapat mencium bau makanan dan yang lain
dengan baik
ANALISA DATA

Nama mahasiswa : Sri Intan NPM : JP 019 02 049


No Symptom Etiologi Problem
1. Ds : Ketidakmampuan keluarga Nyeri kronis
- Pasien mengatakan sering sakit lutut, sakit seperti merawat anggota keluarga
tertusuk-tusuk dibagian lutut, skala 5 sakit
Do :
- Ku : baik
- TTV
TD: 140/90 mmHg
N : 76 x/menit
R : 18 x/menit
S: 36,8 ˚C
2. Ds : Ketidak mampuan keluarga Defisiensi
- Pasien dan keluarga tidak mengetahui penyebab mengenal masalah pengetahuan
masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya kesehatan pada anggota
- Pasien dan keluarga tidak mengetahui tentang tanda keluarga yang sakit
dan gejalanya penyakit Ny.W
- Keluarga dan pasien hanya tahu jika tidak diobati Ny.
W selalu merasa nyeri pada lutut
Do :
- TTV
TD: 140/90 mmHg
N : 76 x/menit
R : 18 x/menit
S: 36,8 ˚C
3. Ds : Ketidak mampuan keluarga Menejemen
- Keluarga tidak tahu bagaimna cara meningkatkan dalam merawat anggota keluarga tidak
kesehatan secara efektif keluarga yang sakit efektif
- Keluarga tidak mengetahui kebutuhan pengobatan
masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga
- keluarga tidak tahu cara merawat anggota keluarga
dengan masalah kesehatan yang dialaminya, keluarga
hanya menyuruh Ny. W untuk beristirahat
- Keluarga tidak dapat melakukan pencegahan
terjadinya penyakit
- Keluarga tidak dapat memelihara dan memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan pasi
Do :
- TTV
TD: 140/90 mmHg
N : 76 x/menit
R : 18 x/menit
S: 36,8 ˚C
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS

1. Nyeri kronis
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah Skala yang digunakan :
a. Wellness 3 2
b. Actual 3
c. Resiko 2
d. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala yang 1
digunakan : 2
a. Mudah 1
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat di ubah
3 Potensi masalah untuk dicegah Skala yang
digunakan : 3 2
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah
4 Menonjolnya masalah Skala yang digunakan :
a. Segera 2 1
b. Tidak perlu 1
c. Tidak dirasakan 0
Jumlah 6
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS

2. Defisiensi pengetahuan
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah Skala yang digunakan :
a. Wellness 3 2
b. Actual 3
c. Resiko 2
d. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala yang
digunakan : 2 1
a. Mudah 1
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat di ubah
3 Potensi masalah untuk dicegah Skala yang
digunakan : 3 1
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah
4 Menonjolnya masalah Skala yang digunakan :
d. Segera 2 1
e. Tidak perlu 1
f. Tidak dirasakan 0
Jumlah 5
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS

3. Menejemen keluarga tidak efektif


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah Skala yang digunakan :
e. Wellness 3 2
f. Actual 3
g. Resiko 2
h. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala yang
digunakan : 2 1
d. Mudah 1
e. Sebagian 0
f. Tidak dapat di ubah
3 Potensi masalah untuk dicegah Skala yang
digunakan : 3 1
g. Tinggi 2
h. Cukup 1
i. Rendah
4 Menonjolnya masalah Skala yang digunakan :
j. Segera 2 1
k. Tidak perlu 1
l. Tidak dirasakan 0
Jumlah 5
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama mahasiswa : Sri Intan NPM : JP 019 02 049

Nama Individu : Ny. W Nama KK : Tn. S Alamat : Sumber agung

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


.
Tgl
1. Nyeri kronis NOC NIC
o Pain Level Pain Management
o Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
o Comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu presipitasi
penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk mengurangi 3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
nyeri, mnecari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri pasien
2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
berkurang dengan menggunakan 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
manajemen nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
3. Mampu mengenali nyeri (skala lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda masa lampau
nyeri) 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
4. Menyatakan rasa nyaman setelah dan menemukan dukungan
nyeri berkurang 8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
2. Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
 Kowlwdge : disease proceses Teaching : Dissease Process
 Kowledge : health Behavior 1. Kaji  tingkat pengetahuan klien dan keluarga
Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
1. Pasien dan keluarga menyatakan 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda
pemahaman tentang penyakit, dan gejala serta penyebabnya
kondisi, prognosis dan program 3. Sediakan informasi tentang kondisi klien
pengobatan 4. Berikan informasi tentang perkembangan
2. Pasien dan keluarga mampu klien
melaksanakan prosedur yang 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
dijelaskan secara benar mungkin diperlukan untuk mencegah
3. Pasien dan keluarga mampu komplikasi di masa yang akan datang dan
menjelaskan kembali apa yang atau kontrol proses penyakit
dijelaskan perawat/tim kesehatan 6. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan
lainnya atau terapi
3. Menejemen keluarga NOC NIC
tidak efektif Knowledge: health promotion 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
Kriteria hasil: keluarga terkait dengan proses penyakit yang
1. Health Education tentang spesifik
hipertensi 2. Berikan edukasi pasien dan keluarga
2. Klien dan keluarga menyatakan mengenai tanda dan gejala serta pencegahan
pemahaman tentang penyakit
3. Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama mahasiswa : Sri Intan NPM : JP 019 02 049

Nama Individu : Ny. W Nama KK : Tn. S Alamat : Sumber Agung

Hari pertama

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tgl keperawatan
1. Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif S: pasien mengatakan nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang, skala 4
kualitas dan faktor presipitasi O: Ku baik
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari TD : 140/80 mmHg.
ketidaknyamanan A : masalah belum teratasi
3. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan P : lanjutkan intervensi
menemukan dukungan
4. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
5. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi
6. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
7. Meningkatkan istirahat
8. Kolaborasikan dengan dokter
2. Defisiensi 1. Mengkaji  kembali tingkat pengetahuan klien dan S : pasien dan keluarga tidak
pengetahuan mengetahui proses terjadinya
keluarga tentang proses penyakit
penyakit patofisiologi, tanda
2. Mendiskusikan kembali perubahan gaya hidup yang dan gejala dan penyebab
penyakit asam urat
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
O : pasien nampak mengerti
masa yang akan datang dan atau kontrol proses dengan edukasi yang
diberikan
penyakit
A : masalah belum teratasi
3. Menjelaskan kembali alasan dilaksanakannya tindakan P : lanjutkan intervensi
atau terapi
3. Ketidakefektifan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga S : pasien dan keluarga baru
manajemen terkait dengan proses penyakit yang spesifik mengetahui resiko terjadinya
kesehatan keluarga 2. Memberikan edukasi pasien dan keluarga mengenai komplikasi
tanda dan gejala serta pencegahan O : pasien nampak memahami
3. Mengajarkan keluarga dan pasien untuk melakukan apa yang dijelaskan
kompres hangat pada lutut A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama mahasiswa : Sri Intan NPM : JP 019 02 049

Nama Individu : Ny. W Nama KK : Tn. S Alamat : Sumber Agung

Hari kedua

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tgl keperawatan
1. Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif S: pasien mengatakan nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang, skala 4
kualitas dan faktor presipitasi O: Ku baik
2. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi TD : 130/80 mmHg.
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan A : masalah belum teratasi
kebisingan P : lanjutkan intervensi
3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Meningkatkan istirahat
6. Kolaborasikan dengan dokter
2. Defisiensi 1. Menkaji  tingkat pengetahuan klien dan keluarga S : pasien dan keluarga tidak
pengetahuan mengetahui proses terjadinya
tentang proses penyakit
penyakit patofisiologi, tanda
2. Memberikan informasi tentang perkembangan klien dan gejala dan penyebab
penyakit asam urat
3. Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
O : pasien nampak mengerti
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang dengan edukasi yang
diberikan
akan datang dan atau kontrol proses penyakit
A : masalah belum teratasi
4. Menjelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau P : lanjutkan intervensi
terapi
3. Ketidakefektifan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga S : pasien dan keluarga baru
manajemen terkait dengan proses penyakit yang spesifik mengetahui resiko terjadinya
kesehatan keluarga 2. Memberikan edukasi pasien dan keluarga mengenai komplikasi
tanda dan gejala serta pencegahan O : pasien nampak memahami
3. Mengajarkan keluarga dan pasien untuk melakukan apa yang dijelaskan
kompres hangat pada lutut A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama mahasiswa : Sri Intan NPM : JP 019 02 049

Nama Individu : Ny. W Nama KK : Tn. S Alamat : Sumber Agung

Hari ketiga

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tgl keperawatan
1. Nyeri kronis 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif S: pasien mengatakan nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang, skala 2
kualitas dan faktor presipitasi O: Ku baik
2. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri TD : 120/80 mmHg.
3. Meningkatkan istirahat A : masalah belum teratasi
4. Kolaborasikan dengan dokter P : lanjutkan intervensi
2. Defisiensi 1. Memberikan informasi tentang perkembangan klien S : pasien dan keluarga sudah
pengetahuan 2. Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin tahu tentang penyakit asam
urat
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
O : pasien nampak mengerti
akan datang dan atau kontrol proses penyakit
dengan edukasi yang
3. Menjelaskan alasan dilaksanakannya tindakan ataudiberikan
terapi A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3. Ketidakefektifan 1. Memberikan edukasi pasien dan keluarga mengenai S : pasien dan keluarga sudah
manajemen tanda dan gejala serta pencegahan mengetahui pencegahan dan
kesehatan keluarga 2. Mengajarkan keluarga dan pasien untuk melakukan cara merawat pasien
kompres hangat pada lutut O : pasien nampak melakukan
kompres hangat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai