Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ANEMIA

KEPERAWATAN DEWASA SISTEM PERNAFASAN


KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI

Dosen Pengampu:
Ns. Kgs. M. Faizal, M. kep

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
1. Windiani : 21100052
2. Arisa : 21100078
3. M. alamsyah : 21100056
4. Safera Eka Wangsa : 21100095
5. Nadia Fitriani : 21100067
6. Anggun Purnama Sari : 21100075
7. Miranti Febrianti : 21100096

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES CITRA DELIMA
BANGKA BELITUNG 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang mana kami telah diberikan Kesehatan serta
kekuatan atas rahmat dan karunianya, dalam mengerjakan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok Keperawatan Dewasa Sistem Pernafasan Kardiovaskuler dan Hematologi di
sertai dosen pengampu Ns. Kgs. M. Faizal, M. Kep Dengan judul materi (ANEMIA).
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki dan hanya mengandalkan informasi dari
internet. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
tentang materi ini. Dan kami berharap semoga materi ini dapat memberikan pengetahuan dan
manfaat bagi pembaca.
Kami meminta maaf atas kekurangan dan kesalahan atas tugas makalah ini.

Pangkalpinang, 23 September 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ANEMIA...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................1
D. Manfaat Masalah...........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Anemia........................................................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................................................3
C. Anatomi dan Fisiologi....................................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................................................8
E. Klasifikasi.......................................................................................................................................8
F. Patofisiologi..................................................................................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................................11
H. Komplikasi....................................................................................................................................12
I. Penatalaksanaan medis...............................................................................................................12
J. Asuhan Keperawatan..................................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................................................21
A. Kesimpulan..................................................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh manusia dan dapat
menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat. Namun
penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan
penanggulangan harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Dan pada masalah gizi pada anemia gizi disini merupakan kondisi sakit seseorang yang
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: perdarahan, kekurangan makanan yang
mengandung besi, dan lain-lain. Anemia gizi defisiensi besi dapat dilihat dari kadar Hb, dan
penderita yang sering mengalaminya yaitu pada wanita, disebabkan karena menstruasi,
kehamilan dan pada bayi: karena membutuhkan gizi zat besi yang tinggi karena proses
pertumbuhan yang cepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Anemia?
2. Apa Saja Etiologi Anemia?
3. Bagaimana Anatomi dan fisiologi?
4. Apa Saja Tanda dan Gejala Anemia?
5. Bagaimana Klasifikasi Anemia?
6. Bagaimana Patofisiologi Anemia?
7. Apa Saja Komplikasi Anemia?
8. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Medis?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Anemia?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Definisi Anemia.
2. Mengetahui Etiologi Anemia.
3. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi.
4. Mengetahui Tanda dan Gejala Anemia.
5. Mengetahui Klasifikasi Anemia.
6. Mengetahui Patofisiologi Anemia.
7. Mengetahui Komplikasi Anemia
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anemia.

1
9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis.
10. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anemia.

D. Manfaat Masalah
1. Memahami Definisi Anemia.
2. Memahami Etioogi Anemia.
3. Memahami Anatomi dan Fisiologi.
4. Memahami Tanda dan Gejala Anemia.
5. Memahami Klasifikasi Anemia.
6. Memahami Patofisiologi Anemia.
7. Memahami Komplikasi Anemia.
8. Memahami Pemeriksaan Penunjang Anemia.
9. Memahami Penatalaksanaan Medis.
10. Memahami Asuhan Keperawatan Anemia.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002: 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006:
256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
Anemia, dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria,
maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan
anemia. Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
1. Kadar Hb 10gram - 8gram disebut anemia ringan.
2. Kadar Hb 8gram - 5gram disebut anemia saedang.
3. Kadar Hb kurang dari 5gram disebut anemia berat.

Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah setiap ganguan pembentukan sel
darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Gangguan tersebut dapat terjadi "pabrik" pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan
karena kekurangan komponen penting seperti zat besi, asam folat maupun vitamin B 12.
(Soebroto Ikhsan, Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia, Cetakan 1, Yogyakarta 2009).

B. Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara
signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut
Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain:
1. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
2. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.

3
3. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
4. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit
kronis dan kekurangan.
Penyebab dari anemia antara:
1. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu
d. Inflitrasi sumsum tulang
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan
b. Kronis karena perdarahan
c. Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
b. Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
4. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi darah

4
\
Bagian-bagian darah menurun syaifuddin (1997) meliputi
a. Air: 91%
b. Protein: 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
c. Mineral: 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbont, garam fosfat, magnesium, kalsium
dan zat besi)
d. Bahan organic: 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, keatinin, kolestrol, dan asam amino)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu:
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron,
tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya 1 mikron. Eritosit mengandung
hemoglobin, yang memberinya warna merah.
2) Leukosit (sel darah putih)
Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Granulosit adalah leukosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir
kasar (granula), jenisnya adalah eosinophil, basofil dan netrofil.
b) Agrabnulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula,
jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
b. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.
2. Fisiologi darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh fungsi utamanya adalah mengangkat
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan
penyusun system imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Hormon-hormon dari system endokrin juga diedarkan melalui darah.

5
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai
merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein pernafasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk
heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul – moleku oksigen. Manusia memiliki
system peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan
disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menujuh paru – paru untuk
melepaskan sisa metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis,
lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Darah juga mengangkat bahan –
bahan sisa metabolism obat-obatan dan bahan kimia asing ke hari untuk dibuang sebagai
urine.
Komponen darah manusia dari dua komponen:
1. Kompuskular adalah unsur manusia darah yaitu sel-sel darah eritosit, leukosit, dan
trombosit.
a. Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkay, tanpa inti sel, berdiameter 7-8
mikrometer. Eritosir mengandung hemoglobin, yang memberinya warna merah.
Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen
hem (besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan sebagai ferritin
dan hemosiderin. Eritosit dibentuk di sumsum tulang merah, dari proeritroblas,
kemudian normoblas. Keduanya masih memiliki inti. Normoblas kehilangan intinya
dan masuk peredaran darah sebagai eritosit dewasa (Tambayong,2001).
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer hemoglobin, yang
selanjutnya membawa oksigen dan paru-paru ke jaringan. Sel darah merah
merupakan cakram biconkav yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8
mikron tebalnya 2 mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron atau
kurang, bentuk sel normal adalah suatu “kantong” yang dapat berubah menjadi
hampir semua bentuk karena sel normal mempunyai membrane, dan akibatnya
tidak merobek sel seperti yang akan terjadi pada sel-sel lainnya. Pada laki-laki
normal, jumlah rata-rata sel darah merah pemili liter kubik adalah 5.200.000 dan
pada Wanita normal 4.700.000. jumlah hemoglobin dalam sel dan transforoksigen,
bila hematokrit (prosentase darah yang berupa sel darah merah norma) darah
mengandung rata-rata 15gram hemoglobin. Tiap gram hemoglobin mampu
meningkat kira-kira 1,39ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal lebih dari
20 ml oksigen dapat diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiap-tiap 100
ml darah. Factor utama yang dapat merangsang produksi sel-sel darah merah adalah
hormone di dalam sirkulasi yang disebut Sebagai eritopoetin, yang merupakan
suatu glikoprotein. Pada orang normal 90 sampai 95 persen dari seluruh
eritropoietin di bentuk di dalam ginjal. Namun sampai sekarang belum pasti di
bagian ginjal yang mana. Jumlah yang dapat diekstraksikan dari bagian korteks
ginjal ternyata jauh lebih banyak dari pada yang bagian medulla. (Guyton, 1997).
b. Leukosit (sel darah putih)

6
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagoosit (pemakan) bibit
penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Misalnya radang paru-paru. Leukosit
merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru. Leukopenia
berkurangnya jumlah leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc darah. Leukositosiz
bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
Factor fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing atau
kuman juah dinluar pembuluh darah. Kemampuan leukosit untuk menembus
dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut
diapedesis. Gerakan leukosit mirip dengan amoeba disebut gerak amuboid.
Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir – butir
kasar (granula). Jenisnya adalah eosinophil, basofil, dan netrofil. Agranulosit adalah
leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya adalah linfosit dan
monosit.
1. Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna eosin) disebut juga
asidofil berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing)
2. Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa) berfungsi pada reaksi
alergi.
3. Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil segmen disebut juga
sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear berfungsi sebagai fagosit.
4. Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduannya berfungsi untuk
menyelanggarakan imunitas (kekebalan tubuh). Sel T adalah imunitas seluler
dan sel B adalah imunitas hormonal.
5. Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
c. Trombosit (keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang dewasa sekitar
200.000 -500.000 sel/cc. Didalam trombosit terdapat banyak sekali factor pembeku
(hemostasis) antara lain adalah factor VIII (anti hemophilic factor), jika seseorang
secara genetis trombositnya tidak mengandung factor tersebut, maka orang tersebut
menderita hemofili.
Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh permukaan yang
kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase (tromboplastin). Pada
masa embrio sel-sel darah dibuat di limpa dan hati (extra medullary haemopoesis)
setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu diambil alih oleh sumsung tulang.
d. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen,
cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam
serum darah inilah yang berfungsi sebagai antibody terhadap adanya benda asing
(antigen). Zat antibody adalah senyawa gama yang disebut globulin. Tiap antibody
bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
1. Antibody yang dapat mengumpulkan antigen disebut presiptin.
2. Antibody yang dapat menguraikan antigen adalah lisin.
3. Antibody yang dapat menawarkan racun adalah antitoksin.

7
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan
5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang
terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
(Price, 2000:256-264).
Area Manifestasi Klinis
Keadaan Umum Pucat, penurunan kesadaran, keletihan berat, kelemahan, nyeri kepala,
demam, dipsnea, vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit pucat, sianosis, kulit kering,
kuku rapuh, koylonychia, clubbing finger, CRT > 2 detik, elastisitaskulit
munurun, perdarahan kulit atau mukosa (anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera, konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi, atrofi papil
lidah, glossitis, lidah merah (anemia deficiency asam folat).
Paru-Paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja, anginapectoris
dan bunyi jantung murmur, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung
Gastointestinal Anoreksia, mual-muntah, hepatospleenomegali (pada anemiahemolitik)
Muskuloskeletal Nyeri pinggang, sendi
System Persarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunang-kunang, kelemahanotot,
irritable, lesu perasaan dingin pada ekstremitas.
E. Klasifikasi
Anemia Aplastik
1. Penyebab
 Obat-obatan (kloramphenikol, insektisida, anti kejang).
 Penyinaran yang berlebihan.
 Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.
2. Gejala Klinis
 Pucat
 Cepat lelah
 Lemah
 Gejala Icokopenia / trombositopeni

8
3. Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil kurang dari
300 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1% dan kepadatan
seluler sumsum tulang kurang dari 20%.
4. Pengobatan
 Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit berikan darah segar/
platelet concentrate.
 Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi.
 Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC (Britis Antilewisite
Dimercaprol).
 Transplantasi sumsum tulang
 Prednison dan testoteron (Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral, Testoteron dosis
1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral, Hemopocitik sebagai ganti testoteron dosis 1-2
mg/kg BB/hari per oral.
Anemia Definisi Zat Besi
1. Penyebab
 Masukan zat besi dalam makanan yang tidak adekuat
 Masukan makanan dari susu sapi secara tidak langsung
 Penyebab Hb yang tepat tidak terjadi
 Janin yang lahir dengan gangguan structural pada system pencernaan
 Kehilangan darah kronis akibat adanya lesi pada saluran pencernaan
2. Gejala Klinis
Tampak lelah dan lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabe dan tidak tampak sakit
karena perjalanan penyakit menahun, tampak pucat terutama pada inukosa bibir, faring,
telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau berwarna
putih mutiara dan jantung agak membesar.
3. Pemeriksaan Penunjang
Ferritin serum rendah kurang dari 30 mg/l, MCV menurun ditemukan gambaran
sel mikrositik hipokrom, Hb dan eritrosit menurun.
4. Pengobatan
Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral (sulfat, glukonat, fumarat),
preparat, besi secara parenteral besi dekstram, jika anak sangat anemis dengan Hb di
bawah 4 gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed cell, jika terjadi gagal jantung kongestif maka
pemberian modifikasi transfusi tukar packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi
furosemid.
Anemia Hemolitik
1. Penyebab
a. Faktor instrinsik
 Karena kekurangan bahan untuk membuat eritrosit

9
 Kelainan eritrosit yang bersifat congenital seperti hemoglobinopati
 Kelainan dinding eritrosit
 Abnormalita dari enzym dalam eritrosit
b. Faktor ekstrinsik
 Akibat reaksi non immunitas (akibat bahan kimia atau obat-obatan, bakteri)
 Akibat reaksi immunitas (karena eritrosit diselimuti anti body yang dihasilkan oleh
tubuh itu sendiri)
2. Gejala Klinis
Badan panas, menggigil, lemah, mual muntah, pertumbuhan badan yang
terganggu, adanya ikhterus dan spelenomegali.
3. Pemeriksaan Penunjang
Terjadi penurunan Ht; penggian bilirubin inderik dalam darah dan peningkatan
bilirubin total sampai 4 mg/dl dan peninggian urobilin.
4. Penatalaksanaan
Tergantung dari penyakit dasarnya, splenoktomi merupakan tindakan yang harus
dilakukan. Indikasi dan splenoktomi adalah:
 Sferositosis konginital
 Hipersplenisme
 Limfa yang terlalu besar sehingga menimbulkan gangguan mekanisme
Berikan kortikosteroid pada anemia hemolisis autoimum, transfusi darah dapat diberikan
jika keadaan berat.
F. Patofisiologi
- Jumlah besi meningkat
- Kebutuhan zat besi - Kerusakan sumsum - Faktor internal
meningkat tulang belakang - Faktor eksternal
- Gangguan penyerapan - Bahan kimia
- Obat-obat
- Infeksi

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Anemia
kebutuhan tubuh

Defisiensi Zat Besi Aplastik Hemolitik

GB 17 g/dl – curah jantung meningkat:


- Menurunnya retensi perifer
- Menurunnya jumlah volume sel
darah 10
- Naiknya tekanan darah
Cardiac output menurun

Kronis
Hipertropi jantung Kardiomegali

Pucat Infeksi sekunder Perfusi jaringan menurun

Perdarahan Nyeri akut Mobilitas fisik Kelelahan


menurun
Defisit volume
cairan Intoleransi
aktivitas

Gangguan
integritas kulit

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)
2. Jumlah eritrosit: menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit
(juta/mikro lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria.
3. Jumlah darah lengkap (JDL): hemoglobin dan hemalokrit menurun.
4. Jumlah retikulosit: bervariasi, misal: menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
5. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
6. LED: Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal: peningkatan kerusakan sel
darah merah: atau penyakit malignasi.
7. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal: pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
8. Tes kerapuhan eritrosit: menurun (DB).
9. SDP: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt): 6000–10.000
permokro liter
10. Jumlah trombosit: menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
 Nilai normal Trombosit (per mikro lt): 200.000–400.000 per mikro liter darah.
Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai normal
Hb (gr/dl): Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

11
11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
12. Besi serum: tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
13. TBC serum: meningkat (DB)
14. Feritin serum: meningkat (DB)
15. Masa perdarahan: memanjang (aplastik)
16. LDH serum: menurun (DB)
17. Tes schilling: penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografi: memeriksa sisi perdarahan: perdarahan GI
19. Analisa gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
20. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi: sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
H. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderitan anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batu – pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang Lelah, karena harus memopa darah lebih
kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan dapat menyebabkan
kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa
juga menganggu perkembangan organ – organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal
jantung kongesti dapat terjadi karena oto jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispoca, nafas pendek dan cepat
Lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan
oksigen (Price & Wilson, 2006).
I. Penatalaksanaan medis
1. Anemia Mikrositik Hipokrom
a. Anemia Defisiensi Besi
Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada. ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai. Pemberian preparat Fe:
1) Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, pada pasien yang
tidak kuat dapat diberikan bersama makanan. dapat dimulai dengan dosis yang
rendah dan dinaikkan bertahap.
2) Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi
terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak
dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3
mg/kg BB). Untuk tiap gram % penurun kadar Hb di bawah normal.
3) Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara intra muskular mula-mula
50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan
dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila
dalam 3-5 menit menimbulkan reaksi boleh diberikan 250-500 mg.
2. Anemia Hemolitik

12
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya Bila karena
reaksi toksik imunologik yang dapat diberikan adalah kortikosteroid (prednison,
prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat
diberikan obat-obat glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
3. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan seperti:
a. Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell Bila diperlukan trombosit,
berikan darah segar platelet concencrate.
b. Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik, dan higiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi.
c. Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombositopenia berat.
d. Androgen, seperti plaokrimesteron, testosteron, metandrostenolon dan nondrolon Efek
samping yang mungkin terjadi virilisasi. retensi air dan garam, perubahan hati dan
amenore.
e. Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin dkk menyarankan
penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun yang tidak dapat menjalani
transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat transfusi berulang.
f. Transplantasi sumsum tulang.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat

13
Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda: takikardia/ takipnae; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda: TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia: abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung: murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera: biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku: mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut: kering, mudah putus, menipis,
tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda: depresi
d. Eliminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda: distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat,
dan sebagainya (DB).
Tanda: lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit: buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir: selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut Pecah (DB).
f. Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.

14
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah; parestesia tangan/kaki (AP); klaudikasi.
Sensasi manjadi dingin.
Tanda: peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental: tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik: hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis:
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan
rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri abdomen samara: sakit kepala (DB).
h. Pernafasan
Gejala: riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala: riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda: demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Petikie
dan ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas
Gejala: perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang
libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda: serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidak efektifan Perfusi jaringan perifer b/d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
anoreksia
c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
d. Resiko infeksi
e. Resiko gangguan integritas kulit b/d keterbatasan mobilitas.
3. Discharge Planning
a. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara cara melindungi anak dari infeksi
1. Batasi kontak dengan agens terinfeksi
2. Identifikasi tanda dan gejala infeks
b. Berikan instruksi pada orang tua untukmemantau tanda tanda komplikasi
c. Berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian obat
1. Pantau respon terapeutik anak
2. Pantau adanya respon yang tidak menguntung
d. Berikan informasi tentang system penunjang masyarakat kepada anak dan keluarga
untuk adaptasi jangka panjang
1. Masuk kembali ke sekolah
2. Kelompok orang tua
3. Kelompok anak dansaudara kandungnya

15
4. Nasehat keuangan

N Diagnose keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


o Hasil
1. Risiko NOC: NIC:
ketidakefektifan Perfusi jaringan: PeripheralSensation Management
Perfusi jaringan perifer adekuat: (Manajemen sensasi perifer)
perifer b/d: 1. Capilary refil 1. Monitor adanya daerah tertentu
 Hipovolemia dbn (5) yang hanya peka terhadap
 Aliran arteri 2. Denyut nadi panas/dingin/tajam/tumpul
terputus perifer distal 2. Monitor adanya paretese
 Exchange adekuat (5) 3. Instruksikan keluarga untuk
problems 3. Denyut nadi mengobservasi kulit jika ada lsi atau
 Aliran vena perifer laserasi
terputus proksimal 4. Gunakan sarun tangan untuk
 Hipoventilasi adekuat (5) proteksi
 Reduksi 4. sensasi normal 5. Batasi gerakan pada kepala, leher
mekanik pada (5) dan punggung
vena 5. warna kulit 6. Monitor adanya tromboplebitis
normal (5) 7. Diskusikan menganai penyebab
 dan atau aliran
6. temperatur perubahan sensasi
darah arteri
ekstremitas
 Kerusakan
hangat (5)
transport
7. tidak terdapat
oksigen
edema perifer
 melalui (5)
alveolar dan 8. tidak terdapat
atau nyeri pada
 membran ekstremitas (5)
kapiler
 Tidak
sebanding
antara
 ventilasi
dengan aliran
darah
 Keracunan
enzim
 Perubahan
afinitas/ikatan
 O2 dengan Hb
 Penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah
2. Ketidakseimbangan NOC Pengelolaan nutrisi (Nutrion
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan Management):

16
kebutuhan tubuh tindakan 1. Monitor catatan masukan
Faktor-faktor yang keperawatan kandungan nutrisi dan kalori.
berhubungan: Nutritional Status 2. Anjurkan masukan kalori yang
Ketidakmampuan adekuat dengan tepat sesui dengan tipe tubuh dan
pemasukan atau kriteria hasil: gaya hidup.
mencerna makanan 1. Intake nutrisi 3. Berikan makanan pilihan.
atau mengabsorpsi baik (5) 4. Anjurkan penyiapan dan
zat-zat gizi 2. Intake makanan penyajian makanan dengan teknik
berhubungan dengan baik (5) yang aman.
factor biologis, 3. Asupan cairan 5. Berikan informasi yang tepat
psikologis atau cukup (5) tentang kebutuhan nutrisi dan
ekonomi. 4. Peristaltic usus bagaimana cara memperolehnya
normal (5) 6. Kaji adanya alergi makanan
5. Berat badan 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
meningkat (5) menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
8. Yakinkan diet yang dimakan
mengandungtinggi serat untuk
mencegah konstipasi
9. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian
10. Monitor adanya penurunan BB
dan Gula darah
11. Monitor lingkungan selama
makan
12. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidakselama jam makan
13. Monitor turgor kulit
14. Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
15. Monitor mual dan muntah
16. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
17. Monitor intake nuntrisi
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan

17
tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nutrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3. Defisit perawatan diri NOC: NIC:
Faktor yang Setelah dilakukan Self Care assistane: ADLs
berhubungan: tindakan 1. Monitor kemempuan klien untuk
kelemahan, kerusakan keperawaratan: perawatan diri yang mandiri.
kognitif atau Self care: Activity 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
perceptual, kerusakan of Daily Living alat bantu untuk kebersihan diri,
neuromuskular/ otot- (ADLs) terpenuhi berpakaian, berhias, toileting dan
otot saraf dengan kriteria hasil makan.
sebagai berikut: 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
1. Klien terbebas secara utuh untuk melakukan self-care.
dari bau badan (5) 4. Dorong klien untuk melakukan
2. Menyatakan aktivitas sehari-hari yang normal
kenyamanan sesuai kemampuan yang dimiliki.
terhadap 5. Dorong untuk melakukan secara
kemampuan mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
untuk melakukan tidak mampu melakukannya.
ADLs (5) 6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
3. Dapat melakukan mendorong kemandirian, untuk
ADLS dengan memberikan bantuan hanya jika pasien
bantuan (5) tidak mampu untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4. Resiko Infeksi NOC NIC:

18
Dengan faktor-faktor Setelah dilakukan Infection Control (Kontrol infeksi)
resiko: tindakan keperawatn 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
 Prosedur Infasif risiko infeksi pasien lain
 Ketidakcukupan terkontrol dengan 2. Pertahankan teknik isolasi
pengetahuan untuk kriteria hasil: 3. Batasi pengunjung bila perlu
menghindari 1. Klien bebas dari 4.Instruksikan pada pengunjung untuk
paparan pathogen tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan
 Trauma infeksi (5) setelah berkunjung meninggalkan
 Kerusakan jaringan 2.Menunjukkan pasien
dan kemampuan 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
peningkatan paparan untuk mencegah cuci tangan
lingkungan timbulnya 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
 Ruptur membran infeksi (5) sesudah tindakan keperawatan
amnion 3. Jumlah leukosit 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
 Agen farmasi dalam batas alat pelindung
(imunosupresan) normal (5) 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
4.Menunjukkan pemasangan alat
 Malnutrisi
perilaku hidup 9. Ganti letak IV perifer dan line central
 Peningkatan
sehat (5) dan dressing sesuai dengan petunjuk
paparan
umum
lingkungan pathogen
10. Gunakan kateter intermiten untuk
 Imonusupresi menurunkan
 Ketidakadekuatan infeksi kandung kencing
imum buatan 11. Tingktkanintakenutrisi
 Tidak adekuat 12. Berikanterapiantibiotikbilaperlu
pertahanan Infection Protection (proteksi terhadap
sekunder infeksi)
(penurunan Hb, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Leukopenia, sistemik dan lokal
penekanan respon 2. Monitor hitung granulosit, WBC
inflamasi) 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Tidak adekuat 4. Batasi pengunjung
pertahanan tubuh 5. Saring pengunjung terhadap penyakit
primer (kulit tidak menular
utuh, trauma 6. Partahankan teknik aspesis pada
jaringan, penurunan pasien yang beresiko
kerja silia, cairan 7. Pertahankan teknik isolasi k/p
tubuh statis, 8. Berikan perawatan kuliat pada area
perubahan sekresi epidema
pH, perubahan 9. Inspeksi kulit dan membran mukosa
peristaltic) terhadap
 Penyakit kronik kemerahan, panas, drainase
10. Ispeksikondisiluka/insisibedah
11. Dorongmasukkannutrisiyangcukup
12. Dorongmasukancairan
13. Dorongistirahat

19
14. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
15.Ajarkan pasien dan keluarga tanda
tanda gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
Resiko gangguan NOC: NIC: Pressure Management
integritas kulit Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
Dengan Faktor risiko tindakan pakaian yang
Eksternal: keperawatan Tissue longgar
 Hipertermia atau Integrity: Skin and 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
hipotermia Mucous Membranes 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
 Substansi kimia adekuat dengan dan kering
 Kelembaban udara kriteria hasil: 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
 Faktor mekanik 1.Integritaskulit setiap dua jam
(misalnya: yang baik bisa sekali
alat yang dapat dipertahankan (5) 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
menimbulkan luka, 2.Melaporkan 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
tekanan, restraint) adanya gangguan pada derah yang
 Immobilitas fisik sensasi tertekan
 Radiasi atau nyeri pada 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
daerah kulit yang pasien
 Usia yang ekstrim
mengalami 8. Monitor status nutrisi pasien
 Kelembaban kulit
gangguan (5) 9. Memandikan pasien dengan sabun dan
 Obat-obatan 3.Menunjukkan air hangat
Internal: pemahaman dalam
 Perubahan status proses
metabolic perbaikan kulit dan
 Tulang menonjol mencegah terjadinya
 Defisit imunologi sedera berulang (5)
 Faktor yang 4.Mampumelindung
berhubungan i kulit dan
dengan mempertahankan
perkembangan kelembaban kulit
 Perubahan sensasi dan perawatan alami
 Perubahan status (5)
nutrisi
 (obesitas,
kekurusan)
 Perubahan status
cairan
 Perubahan
pigmentasi
 Perubahan sirkulasi
 Perubahan turgor

20
(elastisitas kulit)

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006:
256). Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
4. Kadar Hb 10gram - 8gram disebut anemia ringan.
5. Kadar Hb 8gram - 5gram disebut anemia saedang.
6. Kadar Hb kurang dari 5gram disebut anemia berat.

Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.

B. Saran
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan
makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan Fe pada tubuh kita. Sehingga kita
terjauh dari penyakit terlebih anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk
memproduksi darah.

21
DAFTAR PUSTAKA
http://gejalapenyakitmu.blogspot.com/2013/05/gejala-anemia-penyebab-faktor risiko.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

http://anemia029.blogspot.com

http://registrasi.rscahyakawaluyan.com/bankdata/pdf/226959604-Standar-Asuhan-
Keperawatan.pdf
https://id.scribd.com/document/74355410/Askep-Anemia
https://id.scribd.com/doc/313228028/Askep-Anemia
https://id.scribd.com/doc/311324687/askep-anemia
https://id.scribd.com/doc/152071281/Askep-Anemia
https://id.scribd.com/document/510260679/ASKEP-ANEMIA-KMB-

22

Anda mungkin juga menyukai