Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KEPERAWATAN DEWASA SISTEM KARDIOVASKULER,


RESPIRATORI DAN HEMATOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DAN

PENATALAKSANAAN ANEMIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8/3B
1. FITRIYA ANGGRAINI 1130021051
2. CHANTIKA ROSDIANA PUTRI 1130021057
3. AZIZAH PUTRI PARAMITHA 1130021058
4. M. RIZAL ALFIANSYAH 1130021060

DOSEN FASILITATOR:
RAHMADANIAR ADITYA PUTRI, S.Kep.Ns.,M.Tr.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahm
at-Nya sehingga makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGU
AN DAN PENATALAKSANAAN ANEMIA” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak y
ang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikir
annya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Dewasa. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan ag
ar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dal
am makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga ma
kalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Surabaya,30 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................3
2.1 Konsep Anemia.............................................................................................3
2.1.1 Definisi....................................................................................................3
2.1.2 Klasifikasi................................................................................................3
2.1.3 Etiologi....................................................................................................8
2.1.4 Patofisiologi.............................................................................................9
2.1.5 WOC......................................................................................................11
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................................12
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………13
2.1.8 Komplikasi............................................................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan....................................................................................13
2.2 Asuhan Keperawatan Teori......................................................................14
2.2.1 Pengkajian..............................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................17
2.2.3 Intervensi Keperawatan........................................................................18
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................28
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................28
BAB 3 APLIKASI TEORI..................................................................................29
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................31
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................40

iii
3.1 Kesimpulan...................................................................................................40
3.2 Saran.............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41

iv
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anemia yaitu suatu keadaan dimana berkurangnya hemoglobin dalam tubu


h. Hemoglobin yaitu metaloprotein di dalam sel darah merah yang mengandung z
at besi yang fungsinya sebagai pengangkut oksigen dari paru - paru ke seluruh tub
uh (Wiwit Dwi Nurbadriyah 2019). Menurut (Yustisia et al., 2020) Anemia bukan
merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan gejala awal suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Gejala yang sering dialami antara lain: lesu,
lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia merupakan suat
u penyakit yang tidak bisa diabaikan, jika tidak ditangani dengan baik akan menga
kibatkan dampak negative bagi kesehatan tubuh. Salah satu dampaknya antara lain
jika hemoglobin ( Hb ) dan sel darah merah sangat rendah dapat mengakibatkan ki
nerja pengangkutan oksigen menjadi berkurang. Kondisi ini yang dapat mengakib
atkan kerja organ-organ penting , salah satunya otak .
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel dar
ah merah konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menur
ut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan
di bawah 12 g% pada wanita.1 Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria
National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anem
ia pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit.
Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. A
namnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dal
am evaluasi penderita anemia (Surachman et al. 2022)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari anemia?


2. Apa klasifikasi dari anemia
3. Apa etiologic dari anemia?
4. Apa manifestasi klinis dari anemia
5. Bagaimana patofisiologi dari anemia

1
6. Bagaimana WOC dari anemia?
7. Apa komplikasi dari anemia
8. Apa pemeriksaan penunjang dari anemia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan secara teori pada anemia?
10. Apa isi jurnal keperawatan terkait anemia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari anemia


2. Mengetahui klasifikasi anemia
3. Mengetahui etiologic dari anemia
4. Mangetahui manifestasi klinis dari anemia
5. Mengetahui patofisiologi dari anemia
6. Mengetahui bagaimana WOC dari anemia
7. Mengetahui komplikasi pada anemia
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari anemia
9. Mengatahui isi jurnal keperawatan terkait anemia

1.4 Manfaat

1. Dapat memahami definisi dari anemia


2. Dapat memahami klasifikasi anemia
3. Dapat memahami etiologic dari anemia
4. Dapat memahami manifestasi klinis dari anemia
5. Dapat memhami patofisiologi dari anemia
6. Dapat memahami bagaimana WOC dari anemia
7. Dapat memahami komplikasi pada anemia
8. Dapat memahami pemeriksaan penunjang dari anemia
9. Dapat memahami isi jurnal keperawatan terkait anemia

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Anemia

Konsep dasar anemia adalah kondisi medis dimana jumalah sel darah
merah atau hemoglobin yang kurang dari normal. Konsentrasi hemoglobin normal
umumnya berbeda pada laki - laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadaar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/dl dan pada
wanita sebagai hemooglobin < 11 gram/dl. (Proverawati, 2011).

Anemia merupakan sebuah tanda dari proses penyakit itu sendiri. Hal ini
biasanya dapat digolongkan baik kronis atau akut. Anemia kronis terjadi selama
jangka waktu panjang, anemia akut terjadi dengan cepat (Proverawati, 2011).

Anemia pada masa kehamilan merupakan anemia yang terjadi akibat


kurangnya zat besi dan beresiko membahayakan ibu dan anak dalam kandungan
(Manuaba, 2010).

2.1.1 Definisi

Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari nor


mal mengakibatkan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh berkurang
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglo
bin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-la
ki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemo
globin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang
dari 12,0 gram/100ml (Brunner & Suddarth, 2013).
Anemia atau kekurangan sel darah merah yaitu suatu kondisi dimana jumlah s
el darah merah atau hemoglobin (protein yang membawa oksigen) dalam sel darah
merah berada di bawah normal. Sel darah merah itu sendiri mengandung hemoglo
bin yang berperan untuk mengangkut oksigen dari paru – paru dan mengantarkan
ke seluruh bagian tubuh. (Hasdianah & Suprapto, 2016)
Anemia adalah menurunnya massa eritrosit yang menyebabkan ketidakmamp
uannya untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke jaringanperifer. Secara klinis, ane
mia dapat diukur dengan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eri

3
trosit, namun yang paling sering digunakan adalah pengujian kadar hemoglobin
(Bakta, 2015).

2.1.2 Klasifikasi

Anemia dapat dikelompokkan menjadi ke dalam tiga kategori yakni, dikatakan


anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr % ,
anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan
anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr % . Secara
morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang
dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan menjadi :

1) Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana


jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik
dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan vitamin
B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non megaloblastik
yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas
permukaan membran.

2) Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan heme
serta gangguan metabolisme besi lainnya.

3) Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih,
penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.

4
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut :

1) Anemia defisiensi zat besi

Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat besi
sehingga terjadi penurunan sel darah merah.

Gambar1 Anemia defisiensi zat besi

2) Anemia pada penyakit kronik

Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi
zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.

Gambar 2 Anemia pada penyakit kronik

3) Anemia pernisius

Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari
kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.

5
Gambar 3 Anemia pernisius

4) Anemia hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang
lebih cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah
normalnya adalah 120 hari.

Gambar 4 Anemia hemolitik

6
5) Anemia defisiensi asam folat

Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa kehamilan,


kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.

Gambar 5 Anemia defisiensi asam folat

6) Anemia aplastic

Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam


membentuk sel darah merah.

Gambar 6 Anemia aplastic

7
7) Anemia sel sabit

Anemia sel sabit termasuk dalam klasifikasi anemia karena keturunan.


Jenis anemia ini disebabkan oleh kerusakan genetik pada gen pembentuk
hemoglobin dalam darah

Gambar 7 Anemia sel sabit

8) Anemia thalassemia

Thalasemia juga termasuk salah satu jenis anemia yang diturunkan dalam
keluarga. Thalasemia terjadi saat tubuh membuat bentuk hemoglobin yang
tidak normal. Akibatnya, sel-sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan
benar dan tidak membawa cukup oksigen. Sel darah abnormal disebabkan oleh

8
mutasi genetik atau hilangnya gen penting tertentu dalam faktor pembuatan
darah.

Gambar 8 Anemia thalassemia

2.1.3 Etiologi

Menurut Syafruddin (2011) anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak mem
buat sel darah merah secukupnya, anemia juga dapat disebabkan kehilangan atau
kerusakan pada sel tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemi
a meliputi :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat.
b. Anemia megaloblastik disebabkan kekurangan asam folat.
c. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam satu siklus haid pada pe
rempuan.
d. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik) 16
e. Infeksi, misalnya infeksi HIV dan infeksi oportunistik terkait peny
akit HIV.
f. Obat-obatan, seperti obat yang dipakai untuk mengobati HIV dan i
nfeksi terkait yang menyebabkan anemia.
g. Kehamilan, pada kehamilan terjadi proses hemodilusi (pengencera
n darah) yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

2.1.4 Patofisiologi

Anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan karena gangguan homeostasis z


at besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam tubuh diatur oleh absropsi besi y
ang dipengaruhi asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss. Kurangnya asupan z
at besi/iron intake, penurunan absropsi, dan peningkatan hilangnya zat besi dapat
menyebabkan ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh sehingga menimbulkan an
emia karena defisiensi besi.

Zat besi yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan d
alam darah bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan dalam
bentuk ferritin dan transferin.

9
Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan
memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero
memasuki sel dengan bantuan transporter metal divalent/divalent metal
transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk ke dalam enterosit akan
berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan digunakan dalam
proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah untuk
reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan
transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem
pencernaan atau berada di dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh masih
belum diketahui dengan pasti. Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi
dipengaruhi oleh homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat
besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun dihancurkan bersama
sel darah.

Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah penyebab utama hilangnya


zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat mikro atau okulta tidak disadari dan
berlangsung kronis, sehingga menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah
dan lama-kelamaan menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang.
Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac, post-operasi gastrointestinal yang
mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi terganggu dan
menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu.

Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi ya


ng berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap
akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang.

(Fitriany and Saputri 2018) Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari t
erjadinya anemia
Sampai dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui beberapa
tahap:
a. Tahap I Terdapat kekurangan zat besi ditempat-tempat cadangan besi (depo
tion), tanpa disertai dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsen
trasi besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapat kadar ferritin berkuran
g

10
b. Tahap II Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat ya
ng diikuti dengan penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) trans
ferin. Pada tahap ini mungkin Anemia sudah timbul,tetapi masih ringan sekali
dan bersifat normokrom normositik. Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang
kekurangan zat besi (iron deficient erythropoiesis).
c. Tahap III Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tam
bah nyata dengan gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
d. Tahap IV Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sum sum tulang tidak mengand
ung lagi cadangan besi, kadar besi plasma (SI) berkurang. Jenuh transferrin tu
run dan eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik. Pada stadium ini kekur
angan besi telah mencapai jaringan-jaringan. Gejala klinisnya sudah nyata.

11
2.1.5 WOC
- Perdarahan - Defisiensi asam folat
- Pembuluh darah pecah - Defisiensi B12
- Kecelakaan - Defisiensi gangguan arteri

ANEMIA

1
```
2.1.6 Manifestasi Klinis

(Haribowo 2008) Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anem
B1 B3 umum anemia atau
B2 syndrome. Gejala B4 syndrom anemia B5adalah gejal B6
ia atau Anemic
a yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menur
Kadar Hb un sedemikian
O2 dalamrupa dibawahpansitopenia O2 keginjal
titik tertentu. Semua anemia menyebabkan terjadinya O2 ke fe
O2 ke usus
menurun menurun menurun (besi)
gejaladarah turun
klasik dari penurunan Oxygen Carrying Capacity, yaitu lelah, kelemahan, s
mengikat O2
Gangguan
esak napas, terutama dyspnea saat beraktivitas. Gejala ini timbul karena anoksia o
fungsi Tekanan
rganO2target dan mekanisme
ke jaringan kompensasi
metabolik tubuh terhadap penurunan
keginjal Tekanan ke
hemoglobin. GTekanana ke
usus
tergangguorgan yang terkena. tulang
O2 dalam otak dantersebut
ejala-gejala prifer apabila diklasifikasikan menurut
terganggu terganggu
darah turun menurun Penurunan
1. Sistem kardiovaskular: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nap
hemoglobin
as saat beraktivitas, angina pektoris, danBAK
gagal jantung.
Pucat, Susah MK: Kelemahan
Respon 2.sianosism
Sistem saraf sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunan
Defisit otot
fisiologis perfier
g,kunang, kelemahan
MK: Risikootot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
tubuh Nutrisi
dingin, crt>3 Konfusi MK: Gangguan
ekstremitas.
detik Akut Eliminasi Urin
3. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun. Epitel: warnaMK:Intoleransi
p
Usaha untuk MK: Perfusi Aktifitas
meningkatkan ucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipi
Perifer Tidak
O2 s dan halus.
Efektif

MK: Pola Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor Keletihan


Napas Tidak Trombositopenia/
Efektif • Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
Lacukositopenia
• Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif)

MK:Pasokan oksigen
Resiko Infeksidapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan meka
nisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantu
ng pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di
bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangg
uan mekanisme kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya.
Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigu
e, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan
roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, d
an komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ atau infa
rk miokard).

2
Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi be
rkurangnya volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejal
a mudah lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut m
enjadi postural dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotens
i persisten, syok, dan kematian

Kebanyakan anak-anak dengan defisiensi besi tidak menunjukkan gejala dan


baru terdeteksi dengan skrining laboratorium pada usia 12 bulan. Gejala khas dari
anemia defisiensi besi adalah:

1. Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok: kuku berubah menjadi rapuh dan b
ergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip dengan sendok.
2. Akan terjadi atropi lidah yang menyebabkan permukaan lidah tampak licin
dan mengkilap yang disebabkan oleh menghilangnya papil lidah
3. Angular cheilitis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tamp
ak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring.
Defisiensi besi memiliki efek sistemik non-hematologis. Efek yang paling me
ngkhawatirkan adalah efek terhadap bayi dan remaja yaitu menurunnya fungs
i intelektual, terganggunya fungsi motorik dapat muncul lebih dahulu sebelu
m anemia terbentuk. Telah banyak penelitian dilakukan mengenai hubungan a
ntara keadaan kurang besi dan uji kognitif. di Guatemala terhadap bayi berum
ur 6-24 bulan, ditemukan bahwa terdapat perbedaan skor mental dan skor mot
oric antara kelompok anak dengan anemia defisiensi besi dan dengan anak no
rmal. Penelitian juga dilakukan terhadap anak usia 3-6 tahun di Inggris yang
menunjukkan bahwa anak dengan anemia defisiensi besi menunjukkan skor y
ang lebih rendah terhadap uji oddity learning jika dibandingkan kelompok ko
ntrol. Terdapat bukti bahwa perubahan-perubahan tersebut dapat menetap wal
aupun dengan penanganan, sehingga pencegahan menjadi sangat penting. Pic
a, keinginan untuk mengkonsumsi bahan-bahan yang tidak dapat dicerna, atau
pagofagia, keinginan untuk mengkonsumsi es batu merupakan gejala sistemik
lain dari defisiensi besi. Pica dapat menyebabkan pengkonsumsian bahan-bah
an mengandung timah sehingga akan menyebabkan plumbisme (Oehadian 20
12)

3
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)


2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korp
uskularrerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik
denganeritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai
normal
eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mik
roliterpada pria
3. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
4. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sum
sum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
5. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat men
gindikasikan tipe khusus anemia).
6. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakansel darah merah : atau penyakit malignasi.
7. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, mi
sal : padatipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pen
dek.
8. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
9. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meni
ngkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6
000–10.000permokro liter
10. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (he
molitik)
a. Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000 per mikro liter darah.
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai nor
mal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik)
11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubunganden
gandefisiensi masukan/absorpsi
12. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
13. TBC serum : meningkat (DB)
14. Feritin serum : meningkat (DB)
15. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
16. LDH serum : menurun (DB)

4
17. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdar
ahanGI
19. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asa
mhidroklorik bebas (AP). 20. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel m
ungkin tampak berubahdalamjumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedak
an tipe anemia, misal: peningkatanmegaloblas (AP), lemak sumsum dengan penur
unan sel darah (aplastik).

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi sebagai dampak dari pemeriksaan diagnosti


k tersebut adalah sebagai berikut.
1. Gagal jantung akibat anemia berat.
2. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut terk
ena.
3. Sulit untuk beraktivitas karena tubuh yang mudah lelah.
4. Komplikasi kehamilan, antara lain kelahiran prematur atau bayi ter
lahir dengan berat badan rendah.
5. Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-a
nak atau bayi.
6. Rentan terkena infeksi
7. Masalah pada paru-paru.

2.1.9 Penatalaksanaan
Medis :
1. Memperbaiki penyebab dasar.
2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)
3. Transfusi darah. Faktor-faktor penyebab : penyakit kronis, faktor k
eturunan, kurang nutrisi, kehilangan darah.
4. Terapi besi oral
5. Terapi besi parenteral
Terapis:
1. Terapi gawat darurat

5
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jant
ung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi se
l darah merah yang dimanfaatkan (PRC) untuk mencegah perburuk
an payah jantung tersebut.
2. Terapi khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya p
reparat besi untuk anemia defisiensi besi.
3. Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar ya
ng menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yan
g disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat ant
i-cacing tambang.
4. Terapi ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan,
jika terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi ini
hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencuk
upi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi denga
n ketat. Jika terdapat respons yang baik, terapi diteruskan, tetapi jik
a tidak terdapat respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.(C
ynara 2020)

2.2 Asuhan Keperawatan Teori


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses kepera
watan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dala
m menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , me

6
ngidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat di
peroleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laborat
orium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnesa
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerj
aan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, ta
nggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, ke
lelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dengan anemia datang ke rumah sakit, biasanya dengan k
eluhan berupa: adanya keletihan, kelemahan, malaise umum, m
embutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak, sakit kepala,
nyeri mulut dan lidah, anoreksia, BB menurun, serta sulit untu
k berkonsentrasi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang mempengar
uhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat, adanya riwaya
t hehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, men
struasi berat,angina, CHF. Selain itu terdapat juga riwayat peny
akit antara lain endokarditis, pielonefritis, gagal ginjal,riwayat
TB, abses paru, kanker. Riwayat penyakit hati, masalah hemato
ligi, pembedahan dan penggunaan anti konvulsan masa lalu ata
u sekarang juga akan mempengaruhi anemia.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kesehatan keluarga yang berhubungan dengan anemia, sperti k
ecendrungan keluarga untuk anemia, adanya anggota keluarga
yang menderita anemia. Apakah anggota keluarga pasien memi
liki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes militus, penyak
it jantung, struk?.

7
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tangga
pan keluarga terhadap penyakit penderita.

2.2.2 Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum


Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat ba
dan dan tanda – tanda vital. Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, d
ispnea, vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
2. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, adaka
h gangguan pendengaran.

3. Pemeriksaan fisik persistem

a. Sistem Pernafasan

Pada klien anemia aplastik akan ditemukan pernafasan nafas

pendek pada istirahat dan aktivitas.

b. Sistem Kardiovaskular

Pada klien anemia aplastik akan ditemukan peningkatan

sistolik dengan diastolik stabil.

c. Sistem Persarafan

Pememriksaan sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo,

tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi. Penurunan

penglihatan, dan kelmahan, serta keseimbangan buruk.

d. Sistem Perkemihan

Terdapat hematuria atau kencing yang ditandai adanya darah

pada urine, warna urine gelap.

8
e. Sistem Pencernaan

Disfagia kesulitan menelan, anoreksia nafsu makan menurun,

membran mukosa kering, konstipasi diare, dan BAB

menghitam.

f. Sistem Integumen

Konjungtiva pucat, perdarahan pada gusi dan hidung, adanya

petekie (keunguan), ekimosis (luka memar) pada kulit, turgor

kulit kurang, kulit kering. Kulit seperti berlilin, pucat atau

kuning lemon terang.

g. Sistem Muskuloskeletal

Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak

tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan

tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.

4. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Tes penyaring
1. Kadar hemoglobin
2. Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)
3. Hapusan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin
1. Laju endap darah
2. Hitung deferensial
3. Hitung retikulosit

5. Pemeriksaan sumsum tulang

6. Pemeriksaan atas indikasi khusus

1. Anemia defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin


2. Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

9
3. Anemia hemolitik : tes Coomb, elektroforesis Hb
4. Leukemia akut : pemeriksaan sitokimia
5. Diatesa hemoragik : tes faal hemostasis

7. Pemeriksaan laboratorium non hematologi

Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam urat, kultur bakteri

8. Pemeriksaan penunjang lainnya

1. Biopsy kelenjar à PA
2. Radiologi : Foto Thoraks, USG, CT-Scan

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Pola Napas Tidak Efektif b.d hambatan upaya napas O2 dalam darah turun d.d pola
napas abnormal.

2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin,


penurunan aliran arteri dan/vena d.d nadi perifer menurun atau tidak teraba.
3. Risiko Konfusi Akut d.d Gangguan fungsi metabolic (mis, penurunan
hemoglobin)
4. Gangguan Eliminasi Urin b.d O2 ke ginjal menurun Penurunan kapasitas
kandung kemih d.d susah buang air kecil berkemih tidak tuntas.
5. Defisit nutrisi b.d O2 keusus menurun ketidak mampuan mencerna makanan
d.d diare.
6. Intoleransi Aktifitas b.d Kelemahan Ketidak cukupan energi untuk melakukan
aktivitas sehari hari d.d merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1. (B1) (B1) (B1)


Pola Napas Tidak Pola Napas Manajemen Jalan
Efektif (L.01004) Napas
(D.0005) Definisi: (I.01011)
Definisi: Insiprasi dan/atau Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang Mengidentifikasi dan
ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi mengelola kepatenan
memberikan ventilasi adekuat. jalan napas.

10
adekuat. Setelah dilakukan Tindakan:
Tindakan
Penyebab: keperawatan Observasi:
1. Hambatan upaya diharapkan
napas 2. Penurunan 1. Monitor pola napas
pernapasan pada (frekuensi,kedalaman,
energi 3. pasien meningkat
Gangguan neurologis usaha napas
dan menurun dengan 2. Monitor bunyi napas
4. Kecemasan kriteria hasil: tambahan
5. Posisi tubuh yang 1. Ortopnea dari (mis.gurgling, mengi,
menghambat skala 1 meningkat wheezing,
ekspansi paru menjadi skala 5 ronkhikering)
menurun 3. Monitor sputum
Gejala dan tanda (jumlah, warna, aroma
mayor: 2. Ekskursi dada dari
Subjektif: skala 1 memburuk Tarapeutik;
1. Dispnea menjadi skala 5 1. Pertahankan
Objektif: membaik kepatenan jalan.
1. Fase ekspirasi 3. Kapasitas vital 2.Posisikan semi fowler
memanjang dari skala 1 atau fowler
2. Pola napas memburuk menjadi 3. Berikan minum
abnormal skala 5 membaik hangat.
4. Lakukan fisioterapi
Gejala dan tanda 4. Tekanan ekspirasi dadah.
minor dari skala 1 5. Lakukan
Subjektif: memburuk menjadi penghisapan lender
1. Ortopnea skala 5 membaik kurang dari15 detik
Objektif : 6. Berikan oksigen
1. Tekanan ekspirasi 5. Tekanan inspirasi
menurun dari skala 1 Edukasi:
2. Tekanan inspirasi memburuk menjadi 1. Anjurkan teknik
menurun skala 5 membaik batuk efektif
3. Kapasitas vital
menurun 6.Dispnea dari skala Kolaborasi:
4. Ekskursi dada 1 meningkat menjadi 1. Kolaborasi
berubah skala 5 menurun pemberian
bronkodilator,ekspektor
an, mukolitik jika perlu
2. (B2) (B2) (B2)
Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
Efektif Meningkat (I.02079)
(D.0009) (L.02011) Definisi:
Definisi: Setelah dilakukan mengidentifikasi dan
penurunan sirkulasi Tindakankeperawata merawat area local
darah pada level n dengan keterbatasan
kepiler yang dapat diharapkan tingkat sirkulasi perifer
mengganggu pertukaran gas pada
metabolism tubuh. pasien meningkat Tindakan :
dan menurun Observasi:
Penyebab:

11
1.penurunan kriteria hasil: 1.Periksa sirkulasi
kosentrasi perifer seperti Nadi
hemoglobin 1.Denyut nadi perifer perifer, pengisian
2.kekurangan volume dari skala 1 menurun kalpiler, warna, suhu,
cairan menjadi skala 5 dan angkle brachial
3.penurunan aliran meningkat. index.
arteri dan/vena 2.Identifikasi faktor
2. Sensasi dari skala resiko gangguan
Gejala & tanda 1 menurun menjadi sirkulasi
mayor skala 5 meningkat. 3.Monitor panas,
Objektif: kemerahan, nyeri, atau
1.nadi perifer 3. Kelemahan otot bengkak pada
menurun dari skala 1 ekstremitas
2. warna kulit pucat meningka menjadi
3.turgor kulit skala 5 menurun. Tarapeutik:
menurun
4. Pengisian kapiler 1. Lakukan hidrasi
Gejala & tanda minor dari skala 1 2.lakukan pencegahan
Subjektif: memburuk menjadi infeksi
1.parastesia skala 5 membaik. 3.hindari pemasangan
2. nyeri ekstremitas infus diarea
5. Akral dari skala 1 keterbatasan perfusi
Objektif:
1.edema memburuk menjadi Edukasi:
2, bruit femoral skala 5 membaik. 1.Informasikan tanda
3.indeks ankle- 6. Turgor kulit dari dan gejala darurat yang
brachial <0,90 skala 1 memburuk harus dilaporkan
menjadi skala 5 2.anjurkan minum obat
membaik. pengontrol tekanan
darah
7. Tekanan darah dan
tekanan arteri rata-
rata dari skala 1
memburuk menjadi
skala 5 membaik.

8. Indeks Ankle-
brachial dari skala 1
memburuk menjadi
skala 5 membaik.
3. (B3) (B3) (B3 )
Risiko Konfusi Akut Tingkat Konfusi Manajemen
(D.0068) (L.06054) Nyeri
Definisi : Setelah dilakukan (1.08238)
Beresiko mengalami tindakan Definisi
gangguan kesadaran, keperawatan Mengidentifikasi
perhatian, kognisi diharapkan tingkat dan mengelola
dan persepsi yang konfusi pada pasien pengalaman
revelsibel dan terjadi menurun-meningkat sensorik atau

12
dalam periode waktu membaik dengan emosional yang
singkat. kriteria: berkaitan dengan
1. Fungsi kognitif, kerusakan jaringan
Faktor Risiko dari skala 2 cukup atau fungsional
1. Usia di atas 60 menurun Menjadi dengan onset
tahun menjadi cukup mendadak atau
2. Perubahan fungsi meningkat skala 4 lambat dan
kognitif benintensitas
3. Perubahan siklus 2. Tingkat ringan hingga berat
tidur-bangun kesadaran, dari dan konstan.
4. Dehidrasi skala 2 cukup
5. Demensial menurun Menjadi Tindakan
6. Riwayat stroke menjadi cukup Observasi
7. Gangguan fungsi meningkat skala 4 - Identifikasi
metabolik (mis. lokasi,
azotemia, penurunan 3. Aktivitas karakteristik,
hemoglobin Psikomotorik durasi, frekuensi,
ketidakseimbangan kualitas, intensitas
elektrolit, 4. Motivasi, dari nyeri
peningkatan nitrogen skala 2 cukup - Identifikasi skala
urea darah menurun Menjadi nyeri
[BUN]/kreatinin) menjadi cukup - Identifikasi
8. Gangguan meningkat skala 4 respons nyeri non
mobilitas memulai/menyelesa verbal
9. Penggunaan ikan perilaku terarah - Identifikasi faktor
restraint yang tidak yang memperberat
tepat 5. Perilaku dan memperingan
10. Infeksi halusinasi, dari Identifikasi
11. Malnutrisi skala 2 cukup pengetahuan dan
12. Nyeri meningkat menjadi kayaninan tentang
13. Efek agen cukup menurun nyeri
farmakologis skala 4 - Identifikasi
14. Deprivasi sensori pengaruh budaya
15. Penyalahgunaan 6. Gelisah, dari terhadap respon
zat skala 2 cukup nyeri Identifikasi
meningkat menjadi pengaruh nyeri
cukup menurun pada kualitas hidup
skala 4 - Monitor
keberhasilan terapi
7. Respons terhadap komplementer
stimulus, dari skala yang sudah
2 cukup memburuk diberikan
menjadi skala 4 -Monitor efek
cukup membaik samping
penggunaan
analgetik
Terapeutk
- Berikan teknik

13
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis, suhu
ruangan,
pencahayaan,kebis
ingan)
-Fasilitasi istirahat
dan tidur
-Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
-Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika

14
perlu
4. (B4) (B4) (B4)
Gangguan Eliminasi Eliminasi Urine Manajemen
Urine (L.04034) Eliminasi Urine
(D.0040) Setelah dilakukan (1.04152)
Definisi : tindakan Definisi
Disfungsi eliminasi keperawatan Mengidentifikasi
urine. diharapkan dan mengelola
Penyebab: eliminasi urine pada gangguan pola
1. Penurunan pasien meningkat eliminasi urine
kapasitas kandung dan menurun
kemih dengan Tindakan
2. Iritasi kandung kriteria hasil: Observasi
kemih 1.Sensasi berkemih -Identifikasi tanda
3.Penurunan dari skala 1 dan gejala retensi
kemampuan menurun menjadi atau inkontinensia
menyadari tanda- skala 5 meningkat urine
tanda gangguan - Identifikasi faktor
kandung kemih 2. Desakan berkemih yang menyebabkan
4. Efek tindakan (urgensi) dari skala retensi atau
medis dan diagnostik 1 meningkat inkontinensia urine
(mis. operasi ginjal, menjadi skala 5 -Monitor eliminasi
operasi saluran menurun urine (mis.
kemih, anestesi, dan frekuensi,
obat-obatan) 3.Distensi kandung konsistensi, aroma,
5. Kelemahan otot kemih dari skala 1 volume, dan
pelvis meningkat menjadi warna)
6.Ketidakmampuan skala 5 menurun
mengakses toilet Berkemih tidak Terapeutik
(mis. imobilisasi) tuntas (hesitancy) - Catat waktu-
7 Hambatan dari skala 1 waktu dan haluaran
Lingkungan meningkat menjadi berkemih
8.Ketidakmampuan skala 5 menurun -Batasi asupan cairan,
mengkomunikasikan jika
4.Volume residu perlu
kebutuhan eliminasi urine dari skala 1 -Ambil sampel urine
9. Outlet kandung meningkat menjadi tengah
kemih tidak lengkap skala 5 menurun (midstream) atau
(mis. anomali Kultur
saluran kemih 5.Urin manotes
kongenital) (dribbling) dari Edukasi
10. Imaturitas (pada skala 1 meningkat -Ajarkan tanda dan
anak usia < 3 tahun) menjadi skala 5 gejala infeksi saluran
menurun kemih
Gejala dan Tanda - Ajarkan mengukur
Mayor: 6.Nokturia dari skala asupan cairan dan
Subjektif: 1 meningkat haluaran urine Ajarkan
1. Desakan berkemih menjadi skala 5 Mengambil spesimen

15
(Urgensi) menurun urine midstream
2. Urin menetes - Ajarkan mengenali
(dribbling) 7.Mengompol dari tanda
3. Sering buang air skala 1 meningkat berkemih dan waktu
kecil 4. Nokturia menjadi skala 5 yang tepat untuk
5. Mengompol menurun berkemih
6. Enuresis -Ajarkan terapi
Objektif: 8.Enuresis dari skala modalitas
1. Distensi kandung 1 meningkat penguatan otot-otot
Kemih menjadi skala 5 panggul/berkemihan
2. Berkemih tidak menurun Anjurkan minum
tuntas yang cukup, jika tidak
(hesitancy) 9.Disuria dari skala 1 ada
3. Volume residu meningkat menjadi kontraindikasi
urin skala 5 menurun -Anjurkan mengurangi
meningkat Anuna dari skala 1 minum menjelang tidur
meningkat menjadi
skala 5 menurun Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
5. (B5) (B5) (B5)
Defisit Nutrisi status nutrisi Manajemen Nutrisi
(D.0019) L. 03030 1.03119
Definisi : Setelah dilakukan Definisi
Asupan nutrisi tidak tindakan Mengidentifikasi
cukup untuk keperawatan dan mengelola
memenuhi diharapkan status asupan nutrisi yang
kebutuhan nutrisi pada pasien seimbang
metabolisme menurun meningkat-
membaik dengan Tindakan
Penyebab: kriteria: Observasi
1. Ketidakmampuan 1. Porsi makan yang - Identifikasi status
menelan makanan dihabiskan dari nutrisi -Identifikasi
2. Ketidakmampuan skala 2 cukup alergi dan
mencerna makanan menurun menjadi intoleransi
3. Ketidakmampuan cukup meningkat makanan
mengabsorbsi skala 4 - Identifikasi
nutrien makanan disukai
4. Peningkatan 2. Pengetahuan - Identifikasi
kebutuhan tentang pilihan kebutuhan kalori
metabolisme makanan yang sehat dan jenis nutrien
5. Faktor ekonomi dari skala 2 cukup - Identifikasi
(mis. finansial tidak menurun menjadi Perlunya penggunaan
mencukupi) cukup meningkat selang
6. Faktor psikologis skala 4 nasogastrik
(mis stres, - Monitor asupan
keengganan untuk 3. Perasaan cepat makanan Monitor

16
makan) kenyang dari skala 4 berat badan
cukup menurun - Monitor hasil
Gejala dan Tanda menjadi cukup pemeriksaan
Mayor: meningkat skala 2 laboratorium
Objektif:
1. Berat badan 4. Frekuensi makan, Terapeutik
menurun minimal dari skala 2 cukup - Lakukan oral
10% di bawah memburuh menjadi hygiene sebelum
rentang ideal cukup membaik makan, jika perlu
skala 4 - Fasilitasi
Gejala dan Tanda Menentukan pedoman
Minor: 5. Nafsu makan, diet (mis. piramida
Subjektif: dari skala 2 cukup makanan)
1 Cepat kenyang memburuk menjadi - Sajikan makanan
setelah makan cukup membaik secara menarik dan
2. Kram/nyeri skala 4 suhu yang sesuai
abdomen -Berikan makanan
3. Nafsu makan tinggi serat untuk
menurun mencegah konstipasi
Objektif: - Berikan makanan
1 Bising usus tinggi kalori dan tinggi
hiperaktif protein
2. Otot pengunyah - Berikan suplemen
lemah makanan jika perlu
3. Otot menelan - Hentikan pemberian
lemah makan melalui selang
4. Membran mukosa nasogatrik jika asupan
pucat oral dapat ditoleran
5. Sariawan
6. Serum albumin Edukasi
turun 7. Rambut - Anjurkan posisi
rontok berlebihan duduk, jika mampu
8. Diare - Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis, Pereda
nyeri, antiemetik), jika
pertu

- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
6. (B6) (B6) (B6)

17
Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
(D.0056) (L.05047) (1.06186)
Definisi : Setelah dilakukan Observasi :
Ketidakcukupan tindakan 1. Identifikasi defisit
energi untuk keperawatan Tingkat aktivitas
melakukan aktivitas diharapkan aktivitas 2. Identifikasi Kemamp
sehari-hari pada pasien uan berpartisipa
meningkat dengan si dalam aktivitas terten
Penyebab : kriteria: tu
1. Tirah baring 1. Frekuensi nadi dar 3. Monitor respon
Berhubungan dengan i skla 1 Menurun me emosional fisik,sosial
ketidakcukupan ener njadi skala 5 mening dan spiritual terhadap a
gi untuk melakukan a kat ktivitas
ktivitas
sehari-hari. 2. Saturasi Terapeutik :
2. Kelemahan berhub oksigen dari 1. Fasilitasi memilih
ungan dengan skala 1 Aktivitas dan tetapkan
ketidakcukupan ener menurun tujuan aktivitas
gi untuk melakukan menjadi skla yang konsisten
Frekuensi 4 cukup sesuai kemampua
jantung meningkat Meningkat n fisik, psikologis,
>20% dari kondisi dan sosial
Aktivitas sehari-hari. 3. Kemudahan 2. Koordinasi kan
dalam melakukan pemilihan aktivitas
Gejala dan Tanda aktivitas sehari-hari sesuai usia fasilitasi
Mayor : dari skala 1menurun makna aktivitas yang
Subjektif: menjadi skala 4 cuku dipilih
1. Mengeluh Lelah p meningkat 3. Fasilitasi aktivitas
Objektif: fisik rutin
1. Istirahat 4. Keluhan lelah dari (mis ambulance
skala 1 meningkat mobilisasi
Gejala dan Tanda menjadi skla Dan perawatan diri),
Minor: sesuai kebutuhan
Subjektif: 4. Fasilitasi aktivitas
1. Merasa Lemah pengganti saat
Objektif: mengalami
1. Tekanan Keterbatasan waktu
Darah berubah >20% energi atau gerak
dari kondisi istirahat 5. Fasilitas aktivitas
motoric untuk
mereaksi
otot
Edukasi :
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari
-Ajarkan Cara
melakukan

18
Aktivitas yang dipilih
2. Anjurkan melakukan
Aktivitas fisik, sosial,
Spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
3. Anjurkan terlibat
Dalam aktivitas
kelompok atau terapi
4. Anjurkan
Keluarga untuk
Memberi penguatan
positif atau partisipasi
dalam aktivitas

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
Terapi okupasi dalam
Merencana kan dan
memonitor program
aktivitas.
2. Rujuk pada Pusat
atau program
Aktivitas komunitas.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam
tindakan keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam,
2009). Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :

1. Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk


mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang
ada pada klien.

19
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh
pengetahuan baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau
penatalaksanaan penyimpangan.

3. Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan


kesehatannya.

4. Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan professional lainnya


agar memperoleh arahan yang tepat dan benar.

5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,


mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.

6. Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari- hari.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Menurut Capernito, 1999:28) Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik at
au terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilak
ukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan ten
aga kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah infeksi tidak te
rjadi, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien dapat mempertahankan atau meni
ngkatkan aktivitas, 27 peningkatan perfusi jaringan perifer, dapat mempertahanka
n integritas kulit, pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diag
nostik dan rencana pengobatan.

BAB 3

APLIKASI TEORI

3.1 Aplikasi Teori

Jurnal yang di dapat adalah jurnal dengan judul “SEGMENTASI CITRA


SEL SABIT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST
NEIGHBOR UNTUK DETEKSI PENYAKIT ANEMIA” Jurnal ELEMENTER
Vol. 3, No. 1, Mei 2017.

20
Sebagai cairan tubuh yang sangat penting bagi kehidupan manusia, darah
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang melalui
berbagai tes dan analisis darah. Misalnya analisis terkait penghitungan jumlah
sel-sel darah baik sel darah merah, sel darah putih, maupun trombosit. Jumlah
sel-sel darah tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk
untuk diagnosis penyakit yang diderita oleh pasien.

Perkembangan teknologi mikroskop elektron memungkinkan akuisisi citra


darah mikroskopis secara digital untuk selanjutnya dilakukan analisis; dan juga
menjadi dimungkinkan untuk dilakukan analisis oleh operator dari jarak jauh
(dengan mengirimkan citra darah tanpa harus melihat langsung sampel darah
pasien). Di lain pihak, teknik pengolahan citra digital dan teknik klasifikasi serta
pengenalan pola menyediakan berbagai algoritma yang dapat digunakan untuk
membantu mengolah dan mengidentifikasi penyakit darah dengan melakukan
analisis citra darah (Febrianti 2017).

Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia) merupakan penyakit kekurangan sel
darah merah normal yang disebabkan oleh kelainan genetik pada tubuh manusia
dimana sel-sel darah merah berbentuk sabit. Sulit bagi sel darah merah
berbentuk sabit untuk melewati pembuluh darah, terutama di bagian pembuluh
darah yang menyempit atau pada persimpangan pembuluh darah. Perkembangan
teknologi yang pesat telah memberikan banyak manfaat dalam kemajuan
diberbagai macam aspek, salah satunya adalah aspek kesehatan. Sistem
identifikasi manual dengan waktu yang lama menjadi alasan untuk membuat
penelitian yang dapat mempercepat proses identifikasi. Penelitian ini dirancang
ini mengidentifikasi citra darah masukan yang terlebih dahulu telah mengalami
proses pengolahan citra (grayscle,thresholding) untuk mendapatkan data
numberik citra, setelah itu citra masukan akan di identifikasi menggunakan
algoritma K-NN untuk mngetahui apakah scitra darah masukan tersebut
termasuk dalam sel sehat atau sel sabit. Algoritma k-nearest neighbor (k-NN
atau KNN) adalah sebuah metode untuk melakukan klasifikasi terhadap objek
berdasarkan data pembelajaran yang jaraknya paling dekat dengan objek
tersebut. Dekat atau jauhnya tetangga biasanya dihitung berdasarkan jarak
Euclidean.

21
berdasarkan citra sel darah masukan, yang kemudian akan di bedakan
antara sel sehat dan sel sabit. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan. Tahapan
pertama adalah pengolahan citra (grayscle, thresholding, resize image) yang
akan digunakan sebagai masukan untuk tahapan kedua. Tahapan kedua adalah
deteksi anemia sel sabit untuk mengidentifikasi anemia sel sabit, menggunakan
algoritma k-nearest neighbor.

3.1.1 Grayscale
Citra grayscale adalah citra yang hanya menggunakan warna pada
tingkatan warna abu- abu. Warna abu-abu adalah satu-satunya warna pada ruang
RGB dengan komponen merah, hijau dan biru mempunyai intensitas yang sama.
Pada citra beraras keabuan hanya perlu menyatakan nilai intensitas untuk tiap
piksel sebagai nilai tunggal, sedangkan pada citra berwarna perlu tiga nilai
intensitas untuk tiap pikselnya.

Gambar 3.1.1 proses grayscale

3.1.2 Thresholding
Thresholding adalah proses mengubah citra berderajat keabuan menjadi
citra biner atau hitam putih sehingga dapat diketahui daerah mana yang termasuk
obyek dan background dari citra. Setelah dilakukan proses Thresholding maka
citra sel darah berwarna hitam dan citra latar berwarna putih, kemudian citra
biner tersebut diinvers untuk menghasilkan citra sel darah berwarna putih dan

22
citra latar berwarna hitam. Proses thresholding sering disebut dengan proses
binerisasi.

3.1.2 proses thresholding

3.1.3 Resize Image


Mengubah ukuran horizontal dan vertikal suatu citra. Pada tahap ini
dilakukan perubahan dan menetapkan satu ukuran resolusi citra. Resolusi citra
biasanya dinyatakan dalam satuan piksel. Cara kerja ini merubah ukuran
sebenarnya menjadi satu ukuran yang sudah di tetapkan pada sistem. Ada kalanya
ukuran citra berubah menjadi lebih kecil dari file aslinya, namun bisa juga terjadi
yang sebaliknya.

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Jurnal

Pada penelitian ini penulis menggunakan sistem identifikasi anemia sel


sabit dengan menggunakan citra darah sebagai masukan, kemudian akan diolah
dengan menggunakan beberapa proses pengolahan citra digital seperti
grayscale, thresholding untuk mendapatkan data numberik dari citra tersebut.
Setelah mengalami proses pengolahan citra, maka citra masukan akan diproses

23
dengan Algoritma k-nearest neighbor (k-NN atau KNN) untuk mengetahui
apakah citra tersebut termasuk sel sehat atau sel sabit.

Pembahasa ringkas terkait isi jurnal adalah Algoritma k-nearest neighbor


(k-NN atau KNN) adalah sebuah metode untuk melakukan klasifikasi terhadap
objek berdasarkan data pembelajaran yang jaraknya paling dekat dengan objek
tersebut. Tiap data learning merepresentasikan sebuah titik, yang ditandai
dengan c, dalam ruang n-dimensi. Jika sebuah data query yang labelnya tidak
diketahui diinputkan, maka K-Nearest Neighbor akan mencari k buah data
learning yang jaraknya paling dekat dengan data query dalam ruang n-dimensi.
Jarak antara data query dengan data learning dihitung dengan cara mengukur
jarak antara titik yang merepresentasikan data query dengan semua titik yang
merepresentasikan data learning dengan rumus Euclidean Distance. Nilai k yang
terbaik untuk algoritma ini tergantung pada data, secara umumnya, nilai k yang
tinggi akan mengurangi efek noise pada klasifikasi.

4.1.1 Flowchat algoritma K-NN

Start

Tentukan Jumlah Tetangga


Terdekat K (K= DitentukanOlehUser)

Hitung Jarak Test Data Ke Training

data
Data

Urut Data Berdasarkan Data Yang Mem


punyai Jarak Euclid Terkecil

Tentukan Kelompok Test Data Ber


dasarkan Label Mayoritas pada K

END

24
Menurut kelompok bahwasannya teori Algoritma k-nearest neighbor (k-
NN atau KNN) dapat mengidentifikasi sel darah yang berbentuk sabit dan sel
darah sehat. Identifikasi anemia sel sabit dengan menggunakan citra darah sebagai
masukan, kemudian akan diolah dengan menggunakan beberapa proses
pengolahan citra digital seperti grayscale, thresholding untuk mendapatkan data
numberik dari citra tersebut. Setelah mengalami proses pengolahan citra, maka
citra masukan akan diproses dengan Algoritma k-nearest neighbor (k-NN atau
KNN) untuk mengetahui apakah citra tersebut termasuk sel sehat atau sel sabit.

BAB 5

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel dar


ah merah konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menur
ut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan
di bawah 12 g% pada wanita.1 Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria
National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada Wanita. Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia)

25
merupakan penyakit kekurangan sel darah merah normal yang disebabkan oleh
kelainan genetik pada tubuh manusia dimana sel-sel darah merah berbentuk sabit.

3.2 Saran

Penyakit Anemia adalah masalah kesehatan yang terjadi saat jumlah sel da
rah merah dalam tubuh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah normalnya. Tak
hanya itu, anemia juga bisa terjadi saat hemoglobin yang terkandung dalam sel dar
ah merah tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuh, seperti halnya protein kaya z
at besi yang memberi warna merah pada darah.
Protein tersebut akan membantu sel darah merah membawa oksigen ke sel
uruh tubuh. Inilah mengapa, tubuh yang tidak mendapatkan cukup asupan darah y
ang tinggi oksigen akan rentan mengalami anemia. Kondisi tersebut mengakibatka
n tubuh mudah lelah dan lemah. Selain itu, kamu juga bisa merasakan sakit kepala
dan sesak napas. Untuk pencegahannya adalah dengan cara mengonsumsi makana
n yang mengandung zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Kami sebagai penulis b
erharap kepada pembaca, agar dapat sedikit menambah wawasan mengenai penya
kit Anemia tersebut. Dikarnakan kita tahu sendiri mengenai setiap anak sebaiknya
mencukupi untuk zat besi apalagi untuk remaja putri yang setiap bulannya menstr
uasi dan rentan mengalami anemia sehingga memerlukan asupan zat besi yang cu
kup.(Stefani 2019)

DAFTAR PUSTAKA

Cynara, Ailsa Clarissa. 2020. “Pengaruh Program Pemberian Tablet Tambah Dara
h, Faktor Intrapersonal Dan Sosial Terhadap Asupan Gizi Pencegahan Anemi
a Pada Remaja Putri SMA/MAN Di Yogyakarta: Aplikasi Health Belief Mod
el.” https://digilib.uns.ac.id/dokumen/82159/Pengaruh-Program-Pemberian-T
ablet-Tambah-Darah-Faktor-Intrapersonal-dan-Sosial-Terhadap-Asupan-Giz
i-Pencegahan-Anemia-pada-Remaja-Putri-SMAMAN-di-Yogyakarta-Aplika
si-Health-Belief-Model.
Febrianti, Katarina. 2017. “Segmentasi Citra Sel Sabit Dengan Menggunakan Alg
oritma K-Nearest Neighbor Untuk Deteksi Penyakit Anemia.” Jurnal Elektro
Dan Mesin Terapan 3 (1): 11–19. https://doi.org/10.35143/elementer.v3i1.17
1.

26
Fitriany, Julia, and Amelia Intan Saputri. 2018. “Anemia Defisiensi Besi. Jurnal.”
Kesehatan Masyarakat 4 (1202005126): 1–30.
Haribowo, Ners. Wiwik Handayani S.Kep. dan dr. Andi Sulistyo. 2008. “Buku Aj
ar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Hematologi - Google Buku.”
2008. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=PwLdwyMH9K4C&o
i=fnd&pg=PT70&dq=asuhan+keperawatan+gangguan+dan+penataksanaan+
anemia&ots=-D7G2KcQN6&sig=YlQhnn4e6pZXx8mF27ypBeOvrQY&redi
r_esc=y#v=onepage&q=asuhan keperawatan gangguan dan penataksanaan a
nemia&f.
Oehadian, Amaylia. 2012. “Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia” 39 (6): 40
7–12.
Corwin E. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. 2009.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (20118). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Stefani, verona indi andani 101511233013. 2019. “APLIKASI HEALTH BELIEF
MODEL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI, POLA K
ONSUMSI ZAT BESI DAN NILAI HEMOGLOBIN SISWI SMAK SANT
O STANISLAUS.” http://lib.unair.ac.id.
Mersil S. Stomatitis sebagai Manifestasi Oral dari Anemia Defisiensi Zat Besi dis
ertai Trombositosis. e-GiGi. 2021 Jul 14;9(2):181-7.
Mersil S, Pradono SA. Manifestasi klinis rongga mulut sebagai penanda awal pen
yakit iron deficiency anemia (IDA). Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran
Gigi. 2017;13(2):1-4
Surachman, Agus, Derrida Magista Pariputra, Aris Aji Kurniawan, Maulina Triani,
Anindita Laksitasari, Aditya Priagung, Bagian Bedah Mulut, et al. 2022. “La
poran Kasus: Glossitis Pada Penderita Anemia Defisiensi Besi.” JOURNAL,
55–58.
Wiwit Dwi Nurbadriyah. 2019. Anemia Defisiensi Besi. https://www.google.co.id/
books/edition/Anemia_Defisiensi_Besi/j824DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&d
q=ANEMIA&printsec=frontcover.

27

Anda mungkin juga menyukai