Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


ANEMIA DI RUANG INTERNE WANITA RSUP DR M DJAMIL PADANG”

Disusun Oleh :
INDAH MAYANG SARI
2114901018

Preceptor Akademik Preceptor Akademik

( ) ( )

Preceptor Klinik

( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS STIKES ALIFAH PADANG


TAHUN AJARAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mengenai “ANEMIA” dengan tepat
waktu. Tugas ini disusun guna memenuhi tugas siklus interne Program Studi
Pendidikan Profesi Ners STIKes Alifah Padang. Penyusunan tugas ini tentu tidak lepas
dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak.
Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas ini banyak kekurangan dari teknik
penulisan dan kelengkapan materi yang jauh dari sempurna. Kami juga menerima kritik
dan saran yang membangun sebagai bentuk pembelajaran agar meminimalisir kesalahan
dalam tugas berikutnya.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan tugas ini dari awal hingga akhir. Semoga tugas
ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya

Padang , November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan penelitian........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Amenia........................................................................... 3
2.2 Definisi Anemia........................................................................................... 10
2.3 Etiologi Anemia........................................................................................... 10
2.4 Klasifikasi Anemia ...................................................................................... 11
2.5 Patosifiologi Anemia.................................................................................... 13
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Anemia................................................................. 16
2.7 Pathway........................................................................................................ 17
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
3.1 Pengkajian.................................................................................................... 18
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................ 18
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................ 19
BAB IV PENUTUP
4.1Kesimpulan.................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1
1.1 Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu factor penyebab tidak langsung kematian ibu
hamil.Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah derajat tertinggi bila
dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.Perempuan yang meninggal Karena
komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun
2013 sebesar 289.000 orang.Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75%
antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan mengalami anemia
akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang
menderita anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah
(kurangdari 2,5 kg). Selainitu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik pada
ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan (Rajab, 2009).
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama
negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.
Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil.
Anemia pada remaja putri sampai saat ini masik cukup tinggi, menurut World
Health Organization (WHO, 2013), prevelensi anemia dunia berkisar 40-88%.
Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di indonesia sebesar 26,2% yang
terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Indonesia merupakan salahsatu dari 45besar negara dengan jumlah
penderita Anemiaterbanyak.Pada tahun 2014, Negara yang tergolong tengah
berkembang ini baru menempati peringkat ke30, dengan jumlah penduduk yang
pernah menderita Anemiasebanyak 3,2juta jiwa. Peringkat ini diprediksi akan naik
duatingkat (menjadiperingkatke-28) pada tahun 2025.
Sumatera Barat yang mengalami anemia sebesar 72%.Dari hasil laporan
Dinas Kesehatantahun 2013kejadian anemia adalah 18,7%, tahun 2014 sebanyak
11,2% (Dinas KesehatanSumbar, 2013).Jenis anemia yang dialami dan gangguan
yang dialami oleh klien atau bila keadaan klien memburuk. Anemia bias
menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen, lebih berbahaya dari kerusakan
sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan
seperti semula. Dari data yang didapatkan dari klien dan status penulis mencoba
menganalisa masalah yang sedang dialami oleh Ny.Y yang dirawat di ruangan
Interne Wanita RSUDdr. Ahmad Muchtar Bukittinggi.

2
1.2 Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan pada
pasien dengan Anemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar dari Anemia (definisi, etiologi, epidemiologi,
tanda dan gejala, komplikasi, prognosis, patofisiologi, pengobatan,
penatalaksanaan medis, dan pencegahan).
b. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Anemia (Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi, Evaluasi).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Anemia


1. Anatomi sistem hematologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa.Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lainkarena berbentuk cairan.Darah merupakan medium
transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan
normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap
orangtidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau
pembuluh darah. (Patrick Davay, 2015)
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini.
3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± red blood cell).

Gambar 2.1 Sel Darah

4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).
5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet.

Tabel 2.1
Kriteria kadar / nilai HB pada Anemia

4
No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin
1 laki-laki <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil <12gr/dl
3 Perempuan <11gr/dl
4 Anak usia 6-14 tahun <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun <11gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada


umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.
1. Hemoglobin<10gr/dl
2. Hematokrit <30%
3. Eritrosit <2,8juta
Tabel 2.2

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) >11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL

Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL


Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
< 6.5 g/Dl

2. Sel darah merah (Eritrosit)


Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7
mikron.Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel
secara cepatdengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel.Warna
kuning kemerahan-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang
dsebut Hemoglobin. Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit, sistem
enzim; enzim G6PD ( Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan hemoglobin

5
yang terdiri atas heme dan globin.Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa
kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb
laki-laki 13,0 mg%.
Sel darah merah memiliki bermacam antigen :
1) Antigen A, B dan O
2) Antigen Rh
Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses
penuaan dan proses patologis. Hemolisis yang tejadi pada
eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen
hemoglobin yaitu komponen protein dan komponen heme.
3. Sel Darah Putih (Leukosit)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan
kaki kapsul(pseudopodia). Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga ia
dapat dibedakan menurut inti selnya serta warna bening (tidak berwarna). Sel
darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis jenis dari
golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan
B ; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu :
1) Eosinofil
2) Basofil
3) Neutrofil

Fungsi sel darah putih :


1) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit
penyakit, bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem
retikulo endotel).
2) Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari
dinding ususmelalui limpa terus ke pembuluh darah.
Jenis sel darah putih
1) Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter
10- 12mikron. Dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya :
• Neutrofil
Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai,

6
kadangseperti terpisah pisah, protoplasmanya banyak
berbintik- bintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60-70%.
• Eusinofil
Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.
• Basofil
Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil
daripadaeosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur.
Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit dalam
mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.
2) Granulosita
a) Limfosit
Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan menempati
sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe.
 Limfosit T
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan
berkembang lama,kemudian bermigrasi menuju timus.
Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam darah
sampai mereka bertemu dengan antigen dimana mereka telah
di program untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh
antigennya, sel- sel ini menghasilkanbahan-bahankimia yang
menghancurkan mikrooranisme dan memberitahu sel darah
putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.
 Limfosit B
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam
darah sampaimenjumpai antigen dimana mereka
telah diprogram untuk mengenalinya.Pada tahap ini limfosit
B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi sel
plasma serta menghasilkan antibodi.
b) Monosit
Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses
pematanganmenjadi makrofag setelah msuk ke jaringan. Fungsinya
sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel

7
darah putih.
4. Keping Darah (Trombosit)
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum
tulang yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup
sekitar 10 hari. Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan
darah. Fungsi lain dalam trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas
setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.
5. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuning- kuningan.Hampir 90% plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh
dengan memutar sel darah, plasma diberikan secara intravenauntuk:
mengembalikan volume darah, menyediakan substansi yang hilang dari darah
klien.
6. Limpa
Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu
kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae.
Limpa memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma
dan permukaan medialyang konkaf serta berhadapan dengan lambung,
fleksura, linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula jaringan
fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah ( jaringan
ikat, sel eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang keluar dari
arteri coeliaca.(Carpenito, 2017)
Fungsi Limpa
a. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
b. Destruksi sel eritrosit tua.
c. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.
d. Produksi bilirubin dari eritrosit.
e. Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.
7. Fisiologi sistem hematologia.
Sebagai alat pengangkut yaitu :
 Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

8
 Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikankeseluruh jaringan/alat tubuh.
 Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
 Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
 Mengatur panas tubuh.
 Berperan serta dala, mengatur pH cairan tubuh
 Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
 Mencegah perdarahan.

9
2.2 Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurun Hean kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges,
Jakarta, 2016 )
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.

2.3 Etiologi Anemia


1. molisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper

10
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid,
pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan
sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

2.4 Klasifikasi Anemia


Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik

11
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf
pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.)

12
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

13
2.5 Patosifiologi Anemia
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

2.6 Manifestasi Klinis Anemia


Selain beratnya anemia, bebagai faktor mempengaruhi berat dan adanya
gejala:( Smelzer, Suzanne C, 2017 )
a. Kecepatan kejadian anemia
b. Durasinya (misal. Kronisitas)
c. Kebutuhan metabolisme pasien
d. Adanya kelainan lain atau kecacatan
e. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta yang mengakibatkan anemia.

14
Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada
orang yang normal penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokirt
tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara bertahap
biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan kehilangan cepat sebanyak
30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama. Individu
yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama dengan kadar
hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak
ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispnea latihan
biasanya terjadi hanya dibawah 7,5 g/dl, kelemahan hanya terjadi dibawah 6
g/dl, dispnea istirahat dibawah 3 g/dl, dan gagal jantung hanya pada kadar
sangat rendah 2-2,5 g/dl.
Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami berat mengalami
gejala, dibanding orang yang tenang. Pasien dengan hipotiroidisme dengan
kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa
takikardia atau peningkatan curah jantung, pada kadar hemoglobin dibawah 10
g/dl.
Tanda dan gejala anemia sebenarnya bisa dideteksi . Sebenarnya kita
bisa mengenali tanda anemia itu salah satu cara untuk bisa menangani semenjak
awal anemia ini dan juga memberikan pengobatan anemia itu sendiri. Tanda
anemia bisa berupa :
a) Klien terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa
keseluruh tubuh berkurang karena media transport hemoglobin
berkurang sehingga tentunya yang membuat energy berkurang dan
dampaknya adalah lemah, letih dan lesu
b) Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas,
karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta
oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada indra penglihatan
dengan pandangan mata yang berkunang-kunang
c) Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi
d) Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit
e) Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka klien bisa
menunjukkan tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada

15
tangan dan kaki.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Anemia


Pemeriksaan Diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV
dan MCH menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik
(DB), peningkatan (AP), pansitopenia (aplastik).
2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP),
meningkat
(hemolisis
).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal
/
tinggi (hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa
anemia. f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang
(aplastik). i. LDH serum : mungkin
meningkat (AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi
gaster, menunjukan perdarahan akut / kronis (DB)

16
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan
tak adanya asam hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe
anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan, perdarahan GI.

2.8 WOC

17
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

1. Lakukan pengkajian fisik


2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
 Kelemahan otot
 Mudah lelah
 Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
 Sakit kepala
 Pusing
 Kunang-kunang
 Peka rangsang
 Proses berpikir lambat
 Penurunan lapang pandang
 Apatis
 Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
 Perfusi perifer buruh
 Kulit lembab dan dingin
 Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
 Peningkatan frekwensi jatung
B. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan

18
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

C. Rencana Keperawatan

DIANGOSA
N KEPERAWATA TUJUAN DAN
INTERVENSI
O N DAN KRITERIA HASIL
KOLABORASI
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan Peripheral Sensation
tidak efektif b/d tindakan keperawatan Management
penurunan selama jam perfusi (Manajemen sensasi
konsentrasi Hb dan jaringan klien adekuat perifer)
darah, suplai dengan kriteria :   Monitor adanya
oksigen berkurang -  Membran mukosa merah daerah tertentu yang
-  Konjungtiva tidak anemis hanya peka terhadap
-  Akral hangat panas/dingin/tajam/t
-  Tanda-tanda vital dalam umpul
rentang normal   Monitor adanya
paretese
  Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi kulit
jika ada lesi atau
laserasi
  Gunakan sarun
tangan untuk
proteksi
  Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
  Monitor
kemampuan BAB
  Kolaborasi
pemberian analgetik
  Monitor adanya
tromboplebitis
  Diskusikan
menganai penyebab
perubahan sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC :

19
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Nutrition
kebutuhan tubuh selama status nutrisi  Management
b/d intake yang klien adekuat dengan   Kaji adanya alergi
kurang, anoreksia kriteria : makanan
  Adanya peningkatan   Kolaborasi dengan
berat badan sesuai ahli gizi untuk
dengan tujuan menentukan jumlah
  Beratbadan ideal sesuai kalori dan nutrisi
dengan tinggi badan yang dibutuhkan
  Mampumengidentifikasi pasien.
kebutuhan nutrisi   Anjurkan pasien
  Tidk ada tanda tanda untuk meningkatkan
malnutrisi intake Fe
  Menunjukkan   Anjurkan pasien
peningkatan fungsi untuk meningkatkan
pengecapan dari protein dan vitamin
menelan C
  Tidak terjadi penurunan   Berikan substansi
berat badan yang berarti gula
  Pemasukan yang   Yakinkan diet yang
adekuat dimakan
  Tanda-tanda malnutri si mengandung tinggi
  Membran konjungtiva serat untuk
dan mukos tidk pucat mencegah konstipasi
  Nilai Lab.:   Berikan makanan
Protein total: 6-8 gr% yang terpilih ( sudah
Albumin: 3.5-5,3 gr % dikonsultasikan
Globulin 1,8-3,6 gr % dengan ahli gizi)
HB tidak kurang dari 10 gr   Ajarkan pasien
% bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
  Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
  Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
  Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
  BB pasien dalam
batas normal
  Monitor adanya
penurunan berat

20
badan
  Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
  Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
  Monitor lingkungan
selama makan
  Jadwalkan
pengobatan  dan
tindakan tidak
selama jam makan
  Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
  Monitor turgor kulit
  Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
  Monitor mual dan
muntah
  Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
  Monitor makanan
kesukaan
  Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
  Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
  Monitor kalori dan
intake nuntrisi
  Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
  Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

21
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC :
diri b/d kelemahan tindakan keperawatan Self Care assistane :
fisik selama jam kebutuhan ADLs
mandiri klien terpenuhi   Monitor
dengan kriteria : kemempuan klien
  Klien terbebas dari bau untuk perawatan diri
badan yang mandiri.
  Menyatakan   Monitor kebutuhan
kenyamanan terhadap klien untuk alat-alat
kemampuan untuk bantu untuk
melakukan ADLs kebersihan diri,
  Dapat melakukan berpakaian, berhias,
ADLS dengan bantuan toileting dan makan.
  Sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan self-care.
  Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
  Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
  Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan
bantuan hanya jika
pasien tidak mampu
untuk
melakukannya.
  Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
  Pertimbangkan usia
klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari. 

22
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan NIC :
tindakan keperawatan Infection Control
selama jam status imun (Kontrol infeksi)
klien meningkat dengan   Bersihkan
kriteria : lingkungan setelah
  Klien bebas dari tanda dipakai pasien lain
dan gejala infeksi   Pertahankan teknik
  Menunjukkan isolasi
kemampuan untuk   Batasi pengunjung
mencegah timbulnya bila perlu
infeksi   Instruksikan pada
  Jumlah leukosit dalam pengunjung untuk
batas normal mencuci tangan saat
  Menunjukkan perilaku berkunjung dan
hidup sehat setelah berkunjung
meninggalkan
pasien
  Gunakan sabun
antimikrobia untuk
cuci tangan
  Cuci tangan setiap
sebelum dan
sesudah tindakan
kperawtan
  Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
  Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
  Ganti letak IV
perifer dan line
central dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
  Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
  Tingktkan intake
nutrisi
  Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection

23
(proteksi terhadap
infeksi)
  Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
  Monitor hitung
granulosit, WBC
  Monitor kerentanan
terhadap infeksi
  Batasi pengunjung
  Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
  Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
  Pertahankan teknik
isolasi
  Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
  Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
  Ispeksi kondisi luka
/ insisi bedah
  Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
         Dorong
masukan cairan
  Dorong istirahat
  Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
  Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
  Ajarkan cara
menghindari infeksi
  Laporkan
kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur
positif

5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Toleransi aktivitasi


b.d tindakan keperawatan 1.  Menentukan

24
ketidakseimbangan selama klien dapat penyebab intoleransi
suplai dan beraktivitas dengan aktivitas&menentuk
kebutuhan oksigen kriteria an apakah penyebab
- Berpartisipasi dalam dari fisik,
aktivitas fisik dgn TD, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai 2.  Observasi adanya
- Menyatakan gejala pembatasan klien
memburuknya efek dari dalam beraktifitas.
OR&menyatakan 3.  Kaji kesesuaian
onsetnya segera aktivitas&istirahat
- Warna kulit klien sehari-hari
normal,hangat&kering 4.  ↑ aktivitas secara
Memverbalisa-sikan bertahap, biarkan
pentingnya aktivitasseca- klien berpartisipasi
ra bertahap dapat perubahan
Mengekspresikan posisi, berpindah &
pengertian pentingnya perawatan diri
keseimbangan 5.   Pastikan klien
latihan&istira mengubah posisi
Hat secara bertahap.
-  Peningkatan toleransi Monitor gejala
aktivitas intoleransi aktivitas
6.  Ketika membantu
klien berdiri,
observasi gejala
intoleransi spt mual,
pucat, pusing,
gangguan
kesadaran&tanda
vital
7.  Lakukan latihan
ROM jika klien
tidak dapat
menoleransi
aktivitas
8.   Bantu klien
memilih aktifitas
yang mampu untuk
dilakukan

25
BAB IV
PENUTUP

4.1Kesimpulan
Keberhasilan dari asuhan keperawatan tergantung pada pemberi asuhan
keperawtan, sarana dan prasarana yang tersedia serta keadaan pasien, karena pada
dasarnya pemberian asuhan keperawatan meliputi hubungan antara perawat, psien
dan anggota keluarga pasien.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2016. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2017. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2016. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2015, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2017. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai