Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN ANEMIA


DEFISIENSI BESI DI RUANG ANAK RSUD KOTA SERANG”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penugasan Matakuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Riyana Vini Alvionita


18215265

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
Riyana Vini Alvionita1
Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Yatsi
Jl. Arya Santika, No.42 Tangerang Banten

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di negara-


negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia. Prevalensi
anemia di perkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara berkembang prevalensinya
43%dengan total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar
orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4% dan 305 juta anak sekolah diseluruh
dunia menderita anemia (WHO,2013). Sementara di Indonesia prevalensi anemia menurut
Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yaitu sebesar 11,9% dan sebagian besar yang terkena
anemia adalah anak-anak usia 1 sampai 4 tahun yaitu sebesar 27,7%, sementara penderita
anemia pada usia 5 tahun keatas prevalensinya lebih rendah yaitu 9,4%. Sehingga dibutuhkan
peran tenaga kesehatan dalam hal ini perawat agar dapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian akibat anemia dengan melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh bagi
penderita anemia dimulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
anemia yang terjadi di Ruang Anak RSUD Kota Serang. Metode yang digunakan dalam studi
kasus ini adalah dengan menggunakan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara langsung.
Hasil dari studi kasus ini adalah diharapkan agar masyarakat dapat membantu mengurangi
angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh anemia yang terjadi pada anak.
Kesimpulan dari studi kasus ini adalah angka kesakitan dan kematian akibat anemia yang
terjadi pada anak dapat diminimalkan dengan melakukan upaya promotif dengan penyuluhan
kesehatan, pemberian makanan yang berwarna hijau, dan pemberian suplemen penambah
darah.

Kata kunci: Anemia, Asuhan Keperawatan, Anak

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat
dan karunianNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada An. A dengan Anemia Defisiensi Besi di Ruang Anak RSUD Kota
Serang” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Anak. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam menyusunnya, penulis
mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Ria Setia Sari, S.Kep, M.Kep selaku dosen mata Keperawatan Anak yang telah
memberikan tugas makalah ini dan memberi pengarahan kepada penulis.
2. Teman-teman kelas program studi sarjana Keperawatan non reguler Stikes Yatsi
Tangerang telah membantu dan memberikan dorongan untuk menyusun makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu tersusunnya
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu penulis meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan saran
ataupun masukan dari para pembaca. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Serang, Maret 2021


Penulis

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1………………………………………………………………………………………5
Tabel 2.2 …………………………………………………………………………………….13
Tabel 3.1 …………………………………………………………………………………….27
Tabel 3.2 …………………………………………………………………………………….29
Tabel 3.3 …………………………………………………………………………………….30
Tabel 3.4 …………………………………………………………………………………….32
Tabel 3.5 …………………………………………………………………………………….33
Tabel 3.6 …………………………………………………………………………………….33
Tabel 3.7 …………………………………………………………………………………….34
Tabel 3.8 …………………………………………………………………………………….34
Tabel 3.9 …………………………………………………………………………………….35
Tabel 3.10 …………………………………………………………………………………...35
Tabel 3.11 …………………………………………………………………………………...36
Tabel 3.12 …………………………………………………………………………………...41
Tabel 3.13 …………………………………………………………………………………...42
Tabel 3.14 …………………………………………………………………………………...43
Tabel 3.15 …………………………………………………………………………………...45
Tabel 3.16 …………………………………………………………………………………...50

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1…………………………………………………………………………………10
Gambar 3.1…………………………………………………………………………………28

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………......i
ABSTRAK………………………………………………………………………………….....ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………….iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………….....v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….....1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………....2
1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat Makalah……………………………………………………………………….....3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi………………………………………………………………………………….....5
2.2 Klasifikasi…………………………………………………………………………………5
2.3 Etiologi………………………………………………………………………………….....8
2.4 Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………8
2.5 Patofisiologis……………………………………………………………………………...9
2.6 Pathway…………………………………………………………………………………..10
2.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………….11
2.8 Pengkajian………………………………………………………………………………..11
2.9 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………..12
2.10 Intervensi Keperawatan………………………………………………………………...13
2.11 Implementasi Keperawatan……………………………………………………………..23
2.12 Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………………..25

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian……………………………………………………………………………….26
3.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………..45
3.3 Intervensi Keperawatan……………………………………………………………….....45
3.4 Catatan Perkembangan…………………………………………………………………...50

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………...56
4.2 Saran……………………………………………………………………………………..57

DAFTAR PUSTAKA

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.
(WHO,2015). National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa
anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati,
Syafiq, & Veretamala, 2017).
Anemia merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di negara-
negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia.
Prevalensi anemia di perkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara berkembang
prevalensinya 43%. Anak-anak dan wanita usia subur merupakan kelompok yang paling
beresiko. Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet
dan atau kehilangan darah akibat infeksi parasit yang dapat membawa dampak yang
besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Sementara WHO
dalam Worldwide Prevalence of Anemia melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk
dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak
sekolah dasar 25,4% dan 305 juta anak sekolah diseluruh dunia menderita anemia
(WHO,2013).
Di Indonesia sendiri masalah anemia juga merupakan salah satu masalah utama.
Prevalensi anemia secara nasional menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007)
yaitu sebesar 11,9% dan sebagian besar yang terkena anemia adalah anak-anak usia 1
sampai 4 tahun yaitu sebesar 27,7%, sementara penderita anemiapada usia 5 tahun keatas
prevalensinya lebih rendah yaitu 9,4% (Riskesdas, 2007).
Di Provinsi Banten, angka kejadian anemia masih sangat tinggi dengan prevalensi 37,1
%. Adapun hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Serang pada anak
usia sekolah di Kota serang ditemukan hasil, sebanyak 92,4 % anak menderita anemia.
Survei dilakukan kepada 1.280 sampel anak sekolah. Hasilnya hanya 98 anak tergolong
bebas dari masalah kesehatan itu. Survei dilakukan pada 16 sekolah di Kota Serang.  Jadi
hanya 7,6 persen yang bebas dari masalah anemia (Dinas Kesehatan Kota Serang, 2021).

Usia anak sekolah merupakan golongan yang rentan terhadap masalah gizi karena anak
berada dalam masa pertumbuhan dan aktivitas yang tinggi sehingga memerlukan asupan
gizi yang tinggi pula. Umumnya anemia asemtomatoid pada kadar hemoglobin diatas 10
2

g/dL, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya
anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan juga organ
tubuh lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian.
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi karena
itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi. Dampak anemia pada
anak balita dan anak sekolah adalah meningkatnya angka kesakitan dan kematian,
terhambatnya pertumbuhan fisik dan otak, terhambatnya perkembangan motorik, mental
dan kecerdasan. Anak-anak yang menderita anemia terlihat lebih penakut dan menarik
diri dari pergaulan sosial, tidak bereaksi terhadap stimulus dan lebih pendiam. Kondisi ini
dapat menurunkan prestasi belajar anak disekolah (Kusumawati,2005).
Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah anemia dilakukan agar terpenuhinya
kebutuhan cairan dan nutrisi pada anak dengan anemia. Di harapkan agar perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak dengan anemia dengan
memperhatikan aspek preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya dan pencegahan anemia kepada anak
dan juga orang tua, pemberian sayur dan buah hijau dan juga pemberian suplemen
penambah darah agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan
dari penyakit anemia.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran
asuhan keperawatan pada An. A dengan Anemia Defisiensi Besi di Ruang Anak RSUD
Kota Serang ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk mendapatkan gambaran dari asuhan keperawatan pada
anak dengan Anemia Defisiensi Besi
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khususnya adalah :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan penyakit anemia
defisiensi besi pada An. A di ruang Anak RSUD Kota Serang
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan penyakit anemia
defisiensi besi pada An. A di ruang Anak RSUD Kota Serang
3

1.3.2.3 Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan penyakit anemia


defisiensi besi pada An. A di ruang Anak RSUD Kota Serang
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan penyakit anemia
defisiensi besi pada An. A di ruang Anak RSUD Kota Serang
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan penyakit anemia
defisiensi besi pada An. A di ruang Anak RSUD Kota Serang

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan Anemia
Defisiensi Besi
1.4.2 Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang Anemia Defisiensi Besi, serta sebagai bahan
referensi dalam pemenuhan tugas-tugas yang terkait dengan asuhan keperawatan
anak dengan Anemia Defisiensi Besi.
5

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Definisi
Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dibawah nilai normal. Sebagai akibat dari penurunan ini,
kemampuan darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga ketersediaan
oksigen untuk jaringan mengalami penurunan. Anemia merupakan kelainan patologik
yang paling sering dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak (Wong,2009).
Menurut Ngastiyah (2012), anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1 mm3darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed
red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan terhadap
keseimbangan antara pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu dari
pada masa anak atau dewasa.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anemia adalah kondisi
penurunan jumlah sel darah merah (hemoglobin) di bawah nilai normal, sehingga
mengakibatkan oksigen dalam darah menjadi berkurang.
Tabel 2.1 Klasifikasi Anemia Menurut Kelompok Umur
Non Anemia Anemia (gr/dl)
Populasi
(gr/dl) Ringan Sedang Berat
Anak 12-14
12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0
tahun
Perempuan
tidak hamil >15 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0
tahun
WHO, 2011

2.2 Klasifikasi
2.2.1 Anemia Gizi Besi
Kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang merupakan inti molekul
hemoglobin sebagai unsur utama sel darah merah. Akibat anemia gizi besi terjadi
pengecilan ukuran hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah, serta pengurangan
jumlah sel darah merah. Anemia zat besi biasanya ditandai dengan menurunnya
kadar Hb total di bawah nilai normal (hipokromia) dan ukuran sel darah merah
6

lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini biasanya akan menggangu
metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas. Serum ferritin
merupakan petunjuk kadar cadangan besidalam tubuh. Pemeriksaan kadar serum
ferritin sudah rutin dikerjakan untuk menentukan diagnosis defisiensi besi, karena
terbukti bahwa kadar serum ferritin sebagai indikator paling dini menurun pada
keadaan bila cadangan besi menurun. Dalam keadaan infeksi kadarnya
dipengaruhi, sehingga dapat mengganggu interpretasi keadaan sesungguhnya.
Pemeriksaan kadar serum feritin terbukti sebagai indikator paling dini, yaitu
menurun pada keadaan cadangan besi tubuh menurun. Pemeriksaannya dapat
dilakukan dengan metode immunoradiometric assay (IRMA) dan enzyme
linkedimmunosorbent assay (ELISA). Ambang batas atau cut off kadar feritin
sangat bervariasi bergantung metode cara memeriksa yang digunakan atau
ketentuan hasil penelitian di suatu wilayah tertentu
2.2.2 Anemia gizi vitamin E
Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan integritas dinding sel darah
merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap
hemolisis (pecahnya sel darah merah). Karena vitamin E adalah faktor esensial
bagi integritas sel darah merah.
2.2.3 Anemia gizi asam folat
Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau makrositik;
dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri
bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah
kekurangan asam folat dan vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam
pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam
sumsum tulang.
2.2.4 Anemia gizi vitamin B12
Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan
anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem
alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak
dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan
saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan kejiwaan.
2.2.5 Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena terjadinya
7

penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit
pendek. Penyebab hemolisis dapat karena kongenital (faktor eritrosit sendiri,
gangguan enzim, hemoglobinopati) atau didapat (Ngastiyah, 2012).
2.2.6 Anemia sel sabit
Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara
kolektif disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin A (HbA) yang normal
digantikan sebagian atau seluruhnya dengan hemoglobin sabit (HbS) yang
abnormal. Gambaran klinis anemia sel sabit terutama karena obstruksi yang
disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi sel sabit dan peningkatan destruksi
sel darah merah. Keadaan sel-sel yang berbentuk sabit yang kaku, saling terjalin
dan terjaring akan menimbulkan obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi
sehingga terjadi vaso-oklusi. Tidak adanya aliran darah pada jaringan disekitarnya
mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya diikuti dengan iskemia dan infark
jaringan (kematian sel). Sebagian besar komplikasi yang terlihat pada anemia sel
sabit dapat ditelusuri hingga proses ini dan dampaknya pada berbagai organ tubuh.
Manifestasi klinis anemia sel sabit memiliki intensitas dan frekuensi yang sangat
bervariasi, seperti adanya retardasi pertumbuhan, anemia kronis (Hb 6-9 g/dL),
kerentanan yang mencolok terhadap sepsis, nyeri, hepatomegali dan splenomegali
(Wong, 2009).
2.2.7 Anemia aplastik
Anemia aplastik merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum tulang yang
menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. Produksi sel-sel darah menurun
atau terhenti. Timbul pansitopenia dan hiposelularitas sumsum. Manifestasi gejala
tergantung beratnya trombositopenia (gejala perdarahan), neutropenia (infeksi
bakteri, demam), dan anemia (pucat, lelah, gagal jantung kongesti, takikardia)
(Betz Cecily & Linda Sowden, 2002).
Anemia aplastik terbagi menjadi primer (kongenital, atau yang telah ada saat
lahir) atau sekunder (didapat). Kelainan anemia yang paling dikenal dengan
anemia aplastik sebagai gambaran yang mencolok adalah syndrom fanconi yang
merupakan kelainan herediter yang langka dengan ditandai oleh pansitopenia,
hipoplasia sumsum tulang dan pembentukan bercak-bercak cokelat pada kulit
yang disebabkan oleh penimbunan melanin dengan disertai anomali kongenital
multipel pada sistem muskuloskeletal dan genitourinarius.
8

2.3 Etiologi
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat,
vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena
produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau
menahun.Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
2.3.1 Defisiensi zat gizi
2.3.1.1 Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
makanan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi lain
yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam
folat dan vitamin B12.
2.3.1.2 Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat gizi
atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2.3.2 Perdarahan (Loss of blood volume)
2.3.2.1 Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang mengakibatkan
kadar
hemoglobin menurun.
2.3.2.2 Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan.
2.3.3 Hemolitik
2.3.3.1 Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena terjadi
hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi (hemosiderosis) di
organ tubuh, seperti hati dan limpa.
2.3.3.2 Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik yang
menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat pecah,
sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala anemia secara umum adalah cepat lelah, pucat (kulit, bibir, gusi, mata, kulit
kuku, dan telapak tangan), jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan,
napas pendek, nyeri dada, pusing dan mata berkunang, cepat marah, dan tangan dan kaki
dingin.
9

2.5 Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistemretikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil dariproses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan di dalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar: 1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2)
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
10

2.6 Pathway
Gambar 2.1 Pathway
Kegagalan produksi
Defisiensi B12, Destruksi SDM
SDM oleh sumsung Perdarahan / hemofilia
asam folat, besi berlebih
tulang

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia

Suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan

Gangguan
Gastrointestinal Hipoksia SSP
perfusi jaringan

Penurunan kerja Mekanisme Reaksi antar saraf


GI anaerob berkurang

Peristaltik Kerja lambung ATP berkurang Pusing Resiko cedera


menurun menurun

Makanan sulit Asam lambung Energi untuk membentuk


dicerna meningkat Kelelahan
antibodi berkurang

Anoreksia
Konstipasi Intoleransi
aktivitas Resiko infeksi

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dr Defisit perawatan
kebutuhan tubuh diri

Sumber: http://www.scribd.com/document/248448707/Pathway-Anemia
11

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Muscari (2005) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
2.7.1 Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12 g/dL,
Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)
2.7.2 Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
2.7.3 Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
2.7.4 Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun
2.7.5 Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada
penyakit sel sabit
2.7.6 Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12.

2.8 Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif
(data hasil pengukuran atau observasi). Biasanya data fokus yang didapatkan dari pasien
penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan lesu, pasien
mengatakan nafsu makan menurun, mualdan sering haus. Sementara data objektif akan
ditemukan pasien tampak lemah, berat badan menurun, pasien tidak mau makan/tidak
dapat menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering
dan pucat, konjungtiva anemis serta anak rewel.
Menurut Muscari (2005) dan Wijaya (2013) penting untuk mengkaji riwayat
kesehatan pasien yang meliputi: 1) keluhan utama/alasan yang menyebabkan pasien pergi
mencari pertolongan profesional kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan
mengeluh lemah, pusing, adanya pendarahan, kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan
kabur; 2) kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien atau di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis; 3) anemia juga
bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang berlebihan, penggunaan obat-
obatan maupun perdarahan. Untuk itu penting dilakukan anamnesa mengenai riwayat
penyakit terdahulu.
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif
yang diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara
yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe sehingga dalam
pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut tampak kering,
12

tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis,
biasanya juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada
pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan melemah, pasien
tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada kanak-kanak (5-11 tahun)
berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen akan ditemukan
perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun untuk
menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti
pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.

2.9 Diagnosa Keperawatan


Menurut Wijaya (2013) dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
(D.0009)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0019)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109)
5. Ansietas orang tua berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar dengan informasi (D.0111)
7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin) (D.0142)
13

2.10 Intervensi Keperawatan


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi SIKI
Dx
1. Perfusi perifer tidak efektif L.02011 Perawatan Sirkulasi I.02079
berhubungan dengan penurunan Perfusi Perifer : Observasi :
konsentrasi hemoglobin (D.0009) 1. Denyut nadi perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (nadi, edema,
2. Warna kulit pucat menurun CRT, warna, suhu)
3. Pengisian kapiler membaik 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
4. Akral hangat sirkulasi
5. Turgor kulit membaik Terapeutik :
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Lakuakan hidrasi
Edukasi :
1. Anjurkan perawatan kulit yang tepat
(misal : melembabkan kulit kering
pada kaki)
2. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
14

3. Informasikan tanda dan gejala darurat


yang harus dilaporkan (misal : rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

Manajemen Hipovolemia I.03116


Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan
hipotonis
3. Kolaborasi pemberian produk darah
15

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan L.03030 Manajemen Nutrisi (I.03119)


faktor psikologis (D.0019) Defisit nutrisi : Observasi :
1. Porsi makan yang dihabiskan 1. Identifikasi status nutrisi
meningkat 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
2. Frekuensi makan membaik makanan
3. Nafsu makan membaik 3. Monitor asupan makanan
4. Membran mukosa meningkat 4. Monitor berat badan
L.06052 5. Monitor hasil pemeriksaan
Status menelan : laboratorium
1. Reflek menelan meningkat Terapeutik :
2. Usaha menelan meningkat 1. Sajikan makanan secara menarik dan
3. Frekuensi tersedak menurun suhu yang sesuai
4. Muntah menurun 2. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis : Pereda nyeri,
16

antiemetik), jika perlu


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas berhubungan L.05047 Manajemen Energi (I.05178)
dengan ketidakseimbangan antara Toleransi aktivitas : Observasi :
suplai dan kebutuhan oksigen 1. Kemudahan dalam melakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
(D.0056) aktivitas sehati-hari meningkat yang mengakibatkan kelelahan
2. Keluhan lelah menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Dispnea saat aktivitas menurun 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
4. Dispnea setelah aktivitas menurun selama melakukan aktivitas
5. Perasaan lemah menurun Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis : cahaya, suara,
kunjungan)
2. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
17

2. Anjurkan melakukan aktivitas secara


bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawa jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan L.11103 Dukungan perawatan diri : Mandi
dengan kelemahan (D.0109) Perawatan Diri : (I.11352)
1. Kemampuan mandi meningkat Observasi :
2. Kemampuan mengenakan pakaian 1. Identifikasi usia dam budaya dalam
meningkat memberikan kebersihan diri
3. Kemampuan makan meningkat 2. Identifikasi jenis bantuan yang
4. Kemampuan ke toilet meningkat dibutuhkan
5. Mempertahankan kebersihan mulut 3. Monitor kebersihan tubuh (mis:
rambut, mulut, kulit, kuku)
4. Monitori integritas kulit
Terapeutik :
1. Sediakan peralatan mandi
18

2. Sediakan lingkungan yang aman dan


nyaman
3. Faslitasi menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan
diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak amndi terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu
5. Ansietas orang tua berhubungan L.09093 Reduksi Ansietas (L.09314) :
dengan krisis situasional (D.0080) Tingkat Ansietas : Observasi :
1. Verbalisasi kebingungan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
menurun berubah
2. Verbalisasi khawatir akibat 2. Identifikasi kemampuan mengambil
kondisi yang dihadapi keputusan
menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
3. Perilaku gelisah menurun dan non verbal)
19

4. Perilaku tegang menurun Terapeutik :


1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Pahami situasi yang membuat
ansietas
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
4. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
20

perlu
6. Defisit pengetahuan berhubungan L.12111 Edukasi Kesehatan (I.12383) :
dengan kurang terpapar dengan Tingkat Pengetahuan : Observasi :
informasi (D.0111) 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 1. Identifikasi keseiapan dan kemampuan
2. Verbalisasi minat dalam belajar menerima informasi
meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
3. Kemampuan menjelaskan meningkatkan dan menurunkan
pengetahuan tentang suatu topik motivasi perilaku hidup bersih dan
meningkat sehat
4. Perilaku sesuai dengan Terapeutik :
pengetahuan meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan
5. Pertanyaan tentang masalah yang kesehatan
dihadapi menurun 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
6. Perilaku membaik sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan factor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
21

bersih dan sehat


7. Resiko infeksi berhubungan dengan L.14137 Pencegahan Infeksi (I.14539) :
ketidakadekuatan pertahanan tubuh Tingkat Infeksi : Observasi :
sekunder (penurunan hemoglobin) 1. Kebersihan tangan meningkat Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
(D.0142) 2. Kebersihan badan meningkat dan sistemik
3. Nafsu makan meningkat Terapeutik :
4. Demam menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
5. Kadar sel darah putih membaik 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
3. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
23

2.11 Implementasi Keperawatan


2.11.1 Anemia pasca perdarahan
Penatalaksanaan awal dengan memberikan transfusi darah. Pilihan kedua
adalah dengan memberikan plasma (plasma expandersatau plasma substitute).
Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja
yang tersedia.
2.11.2 Anemia defisiensi zat besi
Penatalaksanaan terapeutik difokuskan pada peningkatan jumlah
suplemen zat besi yang diterima anak. Biasanya usaha ini dilakukan melalui
konsultasi diet dan pemberian suplemen zat besi per oral.
Jika sumber zat besi dalam makanan tidak dapat menggantikan simpanan
yang ada di dalam tubuh, pemberian suplemen zat besi per oral perlu di
programkan selama kurang lebih 3 bulan. Apabila kadar Hb sangat rendah atau
jika kadar tersebut tidak berhasil naik setelah terapi oral selama 1 bulan, penting
untuk mengkaji apakah pemberian zat besi sudah dilakukan secara benar.
Transfusi juga hanya diindikasikan pada keadaan anemia yang paling berat
danpada kasus infeksi yang serius. (Wong, 2009).
Pada anak dengan defisiensi zat besi diberikan sulfas ferosus 3x10
mg/kg BB/ hari (waspada terhadap terjadinya enteritis). Dapat diberikan
preparat zat besi parenteral secara intramuskular atau intra vena bila pemberian
per oral tidak dapat diberikan. Transfusi darah hanya diberikan bila kadar Hb
kurang dari 5g/dL disertai keadaan umum buruk, misalnya gagal jantung,
bronkopneumonia dan sebagainya. Obat cacing hanya diberikan jika ternyata
anak menderita cacingan, antibiotik bila perlu (terdapat infeksi).
2.11.3 Anemia sel sabit
Terapi bertujuan untuk; 1) mencegah keadaan yang meningkatkan
pembentukan sel sabit yang bertanggungjawab atas terjadinya sekuele patologik;
dan 2) mengatasi kondisi darurat medis pada krisis sel sabit. Pencegahan terdiri
atas upaya mempertahankan hemodilusi. Keberhasilan mengimplementasi tujuan
ini lebih sering bergantung pada intervensi keperawatan dibandingkan terapi
medis.
Biasanya penatalaksanaan medis terhadap krisis sel sabit merupakan
tindakan suportif dan simtomatik. Biasanya penatalaksanaan medisterhadap krisis
24

sel sabit merupakan tindakan suportif dan simtomatik yang bertujuan untuk
memberi kesempatan tirah baring agar meminimalkan pengeluaran energi dan
pemakaian oksigen, hidrasi melalui terapoi oral dan IV, penggantian elektrolit,
analgesik untuk mengatasi rasa nyeri yanng hebat akibat vaso-oklusi, transfusi
darah untuk mengatasi anemia dan mengurangi viskositas darah yang mengalami
pembentukan sel sabit, antibiotik untuk mengobati setiap infeksi yang terjadi
(Wong, 2009).
2.11.4 Anemia hemolitik
2.11.4.1 Terapi gawat darurat yang dilakukan untuk mengatasi syok dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
memperbaiki fungsi ginjal. Jika anemia berat maka perlu dilakukan
transfusi dengan pengawasan ketat. Transfusi yang diberikan berupa
washed red cells untuk mengurangi beban antibodi. Selain itu juga
diberikan steroid parenteral dosis tinggi atau bisa juga hiperimun
globulin untuk menekan aktivitas makrofag.
2.11.4.2 Terapi suportif-simptomatik bertujuan untuk menekan proses hemolisis
terutama di limpa dengan jalan splenektomi. Selain itu juga diberikan
terapi asam folat untuk mencegah krisis megaloblastik.
2.11.4.3 Terapi kausal bertujuan untuk mengobati penyebab dari hemolisis
namun biasanya penyakit ini idiopatik dan herediter sehingga sulit
untuk ditangani.
2.11.5 Anemia aplastik
Tujuan terapi anemia aplastik didasarkan pada pengenalan proses penyakit
yang mendasarinya yaitu kegagalan sumsum tulang untuk melaksanakan fungsi
hematopoietik. Oleh karena itu, terapi diarahkan untuk pemulihan fungsi sumsum
tulang yang meliputi dua cara penanganan utama yaitu:
2.11.5.1 Terapi imunsupresif untuk menghilangkan fungsi imunologi yang
diperkirakan memperpanjang keadaan apalasia dengan menggunakan
globulin antitimosit (ATG) atau gobulin antilimfosit (ALG) yaitu
terapi primer bagi anak yang bukan calon untuk transplantasi sumsum
tulang. Anak itu akan berespon dalam tiga bulan atau tidak sama sekali
terhadap terapi ini. Terapi penunjang mencakup pemakaian antibiotik
dan pemberian produk darah.
25

2.11.5.2 Penggantian sumsum tulang melalui transplantasi. Transplantasi


sumsum tulang merupakan terapi bagi anemia aplastik berat jika donor
yang sesuai. Pilihan utama pengobatan anemia aplastik adalah
transplantasi sumsum tulang dengan donor saudara kandung, yang
antigen limfosit manusianya (HLA) sesuai. Jika ingin melakukan
pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan HLA keluarga harus segera
dilakukan dan produk darah harus sesedikit mungkin digunakan untuk
menghindari terjadinya sensitisasi. Untuk menghindari terjadinya
sensitisasi, darah hendaknya juga jangandidonasi oleh keluarga anak.
Prosuk darah harus selalu diradiasi dan disaring untuk menghilangkan
sel-sel darah putih yang ada, sebelum diberikan pada anak yang
menjadi calon penerima transplantasi sumsum tulang (Betz & Sowden,
2002).

2.12 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatanlainnya. Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah infeksi tidak terjadi,
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien dapat mempertahankan atau
meningkatkan aktivitas, peningkatan perfusi jaringan perifer, dapat
mempertahankan integritas kulit, pasien mengerti dan memahami tentang penyakit,
prosedur diagnostik dan rencana pengobatan.
26

BAB III
STUDI KASUS

2.1 PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama / nama panggilan : An. A
2. Tempat tanggal lahir : Serang, 02 Agustus 2018
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Cikepuh RT.03/RW.06, Kel. Unyur, Kec. Serang,
Kota Serang, Provinsi Banten
7. Tgl masuk : 21 Februari 2021 Pukul : 03.30 WIB
8. Tgl pengkajian : 21 Februari 2021
9. Diagnosa medis : Anemia
10. Rencana terapi : Rawat inap + tranfusi darah

B. Identitas Orang Tua


1. Ayah
a. Nama : Tn. A
b. Usia : 35 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : swasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Cikepuh RT.03/RW.06, Kel. Unyur, Kec. Serang,
Kota Serang, Provinsi Banten
2. Ibu
a. Nama : Ny.E
b. Usia : 30 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Agama : Islam
27

f. Alamat : Cikepuh RT.03/RW.06, Kel. Unyur, Kec. Serang,


Kota Serang, Provinsi Banten

C. Identitas Saudara Kandung


Tabel 3.1 Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
1. An. I 9 tahun Kakak pasien Sehat
2. An. K 6 tahun Kakak pasien Sehat
3. An. A 3 tahun Pasien Sakit
4. An. D 1 tahun Adik pasien Sehat
5. An. D 1 tahun Adik pasien Sehat

II. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien muntah darah sudah 3 kali saat di rumah.
Ketika ditanya keluhanya, saat ini pasien masih merasa lemas, pusing dan kurang nafsu
makan.

III. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluarga pasien mengatakan awalnya pasien mengalami demam sejak tanggal 20
Februari 2021, pada keesokan harinya tanggal 21 Februari 2021 pukul 02.00 WIB
An. A dibawa ke Rumah Sakit karena saat di rumah An.A muntah darah sudah 3 kali
dan BAB berdarah 2 kali. Saat di IGD pasien sudah tidak mengalami BAB berdarah
lagi, tetapi masih muntah darah 1 kali. Banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
muntahan kira-kira 1 liter (3 kali muntahan).
B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
1. Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 2 kali
b. Keluhan selama hamil : mual dan sakit kepala, tidak ada perdarahan
c. Riwayat : tidak pernah terkena sinar / terapi lain
d. Kenaikan BB selama hamil : 15 Kg
e. Imunisasi TT : 3 kali
f. Golongan darah Ibu:B, Golongan darah ayah: O
2. Natal
a. Tempat melahirkan : di rumah
28

b. Lama dan jenis persalinan : spontan


c. Penolong persalinan : dukun
d. Cara memudahkan persalinan: tidak pakai terapi apapun
e. Komplikasi waktu lahir : tidak ada
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2000 gram, PB 45 cm
b. Apakah anak mengalami : bayi tidak mengalami kelainan apapun,
Minum ASI selama 1 tahun

(Untuk Semua Usia)


 Penyakit yang pernah dialami : batuk, demam, terdapat massa pada abdomen
 Kecelakaan yang dialami : tidak ada
 Keracunan : tidak ada
 Konsumsi obat-obatan bebas : obat herbal
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : cepat
KESIMPULAN :
Pengkajian riwayat kesehatan An. A baik

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


 Penyakit anggota keluarga : tidak ada
KESIMPULAN :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga
 Genogram
Gambar 3.1 Genogram

Keterangan:
: laki-laki sudah meninggal
29

: perempuan sudah meninggal

: perempuan

: laki-laki

: pasien
: tinggal satu rumah

KESIMPULAN :
An. A merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara, dan tinggal bersama kedua orang
tuanya.

IV. Riwayat Imunisasi


Tabel 3.2 Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG 1 bulan Tidak ada
2. DPT (I,II,III) 2-5 bulan Demam
3. Polio (I, II, III, IV) 1-5 bulan Tidak ada
4. Campak 9 bulan Tidak ada
5. Hepatitis 0 bulan Tidak ada
KESIMPULAN :
An.A mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan mengalami reaksi demam setelah
pemberian imunisasi DPT

V. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 18 kg, BB sebelum sakit : 20kg, BB ideal : 20,4 kg
2. Tinggi badan : 124 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 5 bulan
KESIMPULAN :
An. A mengalami penurunan BB sebanyak 2 kg dari BB sebelumnya.

B. Perkembangan Tiap tahap


30

Usia anak saat


1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 12 bulan
5. Berjalan : 14 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 2 bulan
7. Bicara pertama kali : 9 bulan
8. Berpakaian tanpa bantuan : 3 tahun
KESIMPULAN :
Tahap perkembangan An. A normal

VI. Riwayat Nutrisi


A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : sejak lahir
2. Cara pemberian : terjadwal
3. Lama pemberian : 1 tahun
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : ASI tidak keluar
2. Jumlah pemberian : 6 dot (per dot 180cc)
3. Cara pemberian : dengan dot
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Tabel 3.3 Riwayat Nutrisi
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0-4 bulan ASI Tiap 2 jam
4-12 bulan ASI + PASI ASI per 3 jam, PASI 3x
sehari
Saat ini Susu Formula + Nasi biasa dan lauk Sufor per 6 jam, makan 3x
sehari
KESIMPULAN :
Pemberian nutrisi di sesuaikan dengan umur dan kebutuhan An. A

VII. Riwayat Psikososial


 Apakah anak tinggal di : rumah sendiri
 Lingkungan berada di : setengah kota
31

 Apakah rumah dekat : sekolah, tidak ada tempat bermain,


tidak punya kamar tidur sendiri
 Apakah ada tangga yang berbahaya : tidak ada
 Apakah anak punya ruang bermain : tidak ada
 Hubungan antar anggota keluarga : harmonis
 Pengasuh anak : orangtua
KESIMPULAN :
An.A tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah sendiri yang berada di
tengah kota dan hubungan antar anggota keluarga harmonis.

VIII. Riwayat Spiritual


 Support system dalam keluarga : orangtua
 Kegiatan keagamaan : mengaji
KESIMPULAN :
Riwayat spiritual An. A baik

IX. Reaksi Hospitalisasi


A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS
Dikarenakan An. A mengalami muntah darah dan BAB darah dengan
frekuensi yang cukup banyak sehingga orangtua cemas dan khawatir terkait
kondisi anaknya.
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas dan khawatir
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ibu dan Ayah
KESIMPULAN :
Orangtua An. A merasa cemas dan khawatir terhadap kondisi anaknya,
sehingga segera membawa anaknya ke RS.

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


- Mengapa keluarga / orangtua membawa kamu ke RS ?
Dikarenakan muntah darah dan BAB berdarah
32

- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ? Tidak tahu


- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ? Iya
- Bagaimana rasanya dirawat di RS ? Bosan dan takut
KESIMPULAN :
An. A kurang paham terkait kondisi penyakitnya, selain itu An. A juga merasa
bosan dan takut selama di RS.

X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Tabel 3.4 Pola Makan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Baik Menurun
2. Menu makan Nasi, lauk, sayur Sesuai diet dari RS
3. Frekuensi makan 3x sehari dihabiskan 3x sehari, setiap makan
hanya habis 2-3 sendok
4. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Pembatasan pola Tidak ada Tidak ada
makan
6. Cara makan Makan sendiri Disuapi
7. Ritual saat makan Sambil menonton TV Sambil menonton TV,
kadang digendong
KESIMPULAN :
An. A mengalami penurunan nafsu makan selama sakit.

B. Cairan
Tabel 3.5 Pola Pemberian Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Susu formula dan air Susu formula dan air
putih putih
2. Frekuensi minum Sufor 4-6 botol (@botol Sufor 3 botol (@botol
180cc), air putih 3-4 180cc), air putih 2 gelas
gelas (@gelas 200cc) (@gelas 200cc)
3. Kebutuhan cairan 1,3 liter per hari 1,4 liter per hari
4. Cara pemenuhan Lewat sufor dan air putih Lewat sufor dan air putih
KESIMPULAN :
Ketika sakit, konsumsi cairan An.A berkurang dari sebelumnya.

C. Eliminasi BAB/BAK
33

Tabel 3.6 Pola Eliminasi


Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar)
1. Tempat pembuangan WC Pampers
2. Frekuensi (waktu) 2x sehari (pagi dan sore) 2-3x sehari
3. Konsistensi Padat Cair dan berdarah
4. Kesulitan Tidak ada Mules
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada
BAK (Buang Air Kecil)
1. Tempat pembuangan Kamar mandi Pampers
2. Frekuensi 3-4 kali sehari 3-4 kali sehari
Warna kuning jernih, bau Warna kuning keruh,
3. Warna dan bau
khas urine bau khas urine
+18-36 cc tiap BAK Sehari ganti 3 pampers
4. Volume

5. Kesulitan Tidak ada Tidak ada


KESIMPULAN :
An. A mengalami BAB berdarah selama sakit, konsistensi cair dan terdapat
mules/nyeri perut.

D. Istirahat Tidur
Tabel 3.7 pola Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang Jarang tidur siang 1 jam
- Malam 21.00 – 06.00 WIB 21.00-05.00
2. Pola tidur Teratur Tidak teratur
3. Kebiasaan sebelum Berdoa Berdoa
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Sesekali terbangun
karena mual, ingin
muntah dan mules
KESIMPULAN :
Selama sakit, An. A mengalami gangguan tidur dari sebelumnya.

E. Olahraga
Table 3.8 Pola Olahraga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
34

1. Program olah raga Bersepeda Tidak berolahraga


2. Jenis dan frekuensi Sehari 1-2 kali -
3. Kondisi setelah olah Berkeringat -
raga
KESIMPULAN :
Selama sakit An. A tidak melakukan kegiatan olah raga.

F. Personal Hygiene
Tabel 3.9 Pola Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Mandi sendiri, kadang Tidak mau mandi
dimandikan Ibu. dan hanya di lap
pakai waslap dengan
air hangat.
- Frekuensi 2x sehari Sehari sekali
- Alat mandi Sabun cair, shampoo, sikat Waslap, sabun cair,
gigi, pasta gigi pasta gigi, sikat gigi.
2. Cuci rambut
- Frekuensi 2x seminggu Belum keramas
- Cara Dibantu Ibu -
3. Gunting kuku
- Frekuensi Seminggu sekali Belum potong kuku
- Cara Dibantu Ibu -
4. Gosok gigi
- Frekuensi 2x sehari Belum gosok gigi
- Cara Mandiri -
KESIMPULAN :
Selama sakit, An.A mengalami penurunan dan kesulitan dalam personal
hygiene.

G. Aktifitas Mobilitas Fisik


Tabel 3.10 Pola Aktivitas
35

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Kegiatan sehari-hari Bermain dan berkumpul Terbaring di tempat
bersama keluarga. tidur sambil menonton
TV, sesekali di gendong
Ibu.
2. Pengaturan jadwal Pagi boleh main setelah Tidak ada pengaturan
harian mandi dan sarapan, jam jadwal harian.
12 siang pulang, sore
main sampai jam 16.30
WIB.
3. Penggunaan alat bantu
4. Kesulitan pergerakan Tidak ada Tidak ada
tubuh Tidak ada Ada kesulitan karena
terpasang infus.
KESIMPULAN :
Selama sakit, An. A mengalami penurunan aktivitas sehari-hari.

H. Rekreasi
Tabel 3.11 Pola Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah Belum sekolah -
2. Waktu luang Bermain bersama teman Berbaring di tempat
tidur, menonton TV
3. Perasaan setelah Senang -
rekreasi
4. Kegiatan hari libur Bermain, menonton TV, Berbaring di tempat
berkumpul bersama tidur
keluarga
KESIMPULAN :
Selama sakit, An.A tidak dapat melakukan kegiatan rekreasi apapun dan
hanya bisa berbaring di tempat tidur sambil sesekali menonton TV.

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum : lemah
B. Tanda-tanda vital :
36

- Suhu : 36,2oC
- Nadi : 68 x/menit
- Respirasi : 28 x/menit
KESIMPULAN : Nadi An. A di bawah nilai normal (lemah)
C. Antropometri :
- Tinggi badan : 124 cm
- Berat badan : 18 kg saat sakit, 20 kg sebelum sakit
- Lingkar lengan atas : 10 cm
- Lingkar kepala : 50 cm
- Lingkar dada : 60 cm
- Lingkar perut : 68 cm
- Skin fold : tidak terkaji
KESIMPULAN :
An. A mengalami penurunan BB sebanyak 2kg selama sakit

D. System pernafasan :
- Hidung : simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
terdapat sekret, tidak ada polip dan tidak ada epitaksis
- Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar/tumor
- Dada :
- Bentuk dada normal
- Gerakan dada simetris, tidak terdapat retraksi, tidak ada otot bantu pernafasan,
- Suara nafas : vesikuler
- Tidak terdapat clubbing finger
KESIMPULAN :
System pernafasan normal/tidak memiliki gangguan.

E. System cardio vaskuler :


- Conjungtiva anemis, pucat, arteri carotis: lemah
- Ukuran jantung : normal
- Suara jantung : S1, S2 reguller
- Capillary refil time : > 2 Detik
KESIMPULAN :
An. A mengalami gangguan perifer
37

F. System pencernaan :
- Sklera : tidak ikterik, bibir: pucat
- Mulut : tidak ada stomatitis, lidah tampak kotor, gigi tampak
kotor, kemampuan menelan menurun selama sakit
- Gaster : terdapat kembung dan nyeri, bising usus 8x/menit
- Abdomen : hati : teraba, lien dan ginjal normal
- Anus : sedikit lecet
KESIMPULAN :
An. A mengalami gangguan pencernaan

G. System indra
1. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis: ada
- Visus (gunakan Snellen card) : tidak terkaji
- Lapang pandang : normal
2. Hidung
- Penciuman : normal
- Tidak terdapat secret
3. Telinga
- Keadaan daun telinga; normal, kanal auditoris; kotor, terdapat serumen
- Fungsi pendengaran : normal
KESIMPULAN :
Pengkajian system indra normal

H. System saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : orientasi baik, daya ingat baik, bahasa baik
b. Kesadaran : Eye 4, motoric 6, verbal 5, dengan GCS 15
c. Bicara ekspresif
2. Fungsi cranial : tidak terkaji
3. Fungsi motoric : kekuatan otot normal
4. Fungsi sensorik : normal, berespon terhadap perubahan suhu dan nyeri
5. Fungsi cerebellum : koordinasi baik, keseimbangan baik
38

6. Reflex : normal
7. Iritasi meningen : tidak terkaji
KESIMPULAN :
Fungsi system syaraf pada An.A normal / tidak ada gangguan

I. System musculoskeletal
1. Kepala : bentuk kepala simetris
2. Vertebrae : fungsi gerak normal
3. Pelvis : gaya jalan normal, gerakan normal, ROM aktif
4. Lutut : tidak bengkak, tidak kaku
5. Kaki : tidak ada bengkak, gerakan normal, kemampuan jalan normal
6. Tangan : tidak ada bengkak, gerakan normal, ROM aktif
KESIMPULAN :
Tidak ada kelainan system musculoskeletal

J. System integument
- Rambut : warna hitam, mudah dicabut, rambut tmapk kotor dan lepek
- Kulit : warna; sawo matang, temperature; sedikit dingin,
kelembaban; buruk, tidak terdapat ruam pada kulit
- Kuku : warna; putih pucat, tidak mudah patah, permukaan kuku
kotor
KESIMPULAN :
An. A mengalami gangguan integument

K. System endokrin
- Kelenjar throid : tidak ada pembengkakan
- Ekskresi urine normal
- Suhu tubuh normal
- Tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut
KESIMPULAN :
Tidak ada gangguan system endokrin

L. System perkemihan :
- Tidak terdapat oedem
39

- Keadaan kandung kemih normal


- Tidak ada gangguan pola BAK
KESIMPULAN :
System perkemihan normal/tidak ada gangguan

M. System reproduksi :
1. Wanita
- Payudara : putting ada, areola mamae berwarna coklat, ukuran normal
anak-anak
- Labia mayora & minora bersih, tidak ada secret dan tidak ada bau
KESIMPULAN :
Tidak ada gangguan system reproduksi

N. System imun
- Tidak terdapat alergi baik debu, makanan dan obat
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : tidak ada
KESIMPULAN :
Tidak ada gangguan system imun

XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


Umur 3 tahun :
- Mampu menumpuk 8 kubus
- Mampu menyebut 4 gambar
- Mampu menyebut nama teman
40

XIII. Skrining Gizi Anak (Berdasarkan metode strong kids)


(lingkari skor sesuai dengan jawaban, total skor adalah jumlah skor yang dilingkari)
Tabel 3.12 Skrining Gizi
No Parameter Skor
1 Apakah pasien tampak kurus ?
a. Tidak 0
b. Ya 1
2 Apakah terdapat penyakit atau keadaan berikut yang mengakibatkan pasien
beresiko mengalami malnutrisi ?
 Diare kronis (lebih dari 2 minggu)  Kelainan anatomi daerah mulut
 Penyakit jantung bawaan yang menyebabkan kesulitan
 Infeksi HIV makan (misal : bibirsumbing)

 Kanker  Trauma

 Penyakit hati kronik  Kelainan metabolic bawaan

 Penyakit ginjal kronik  Retardasi mental

 TB paru  Keterlambatan perkembangan

 Luka bakar luas  Rencana / paska operasi mayor

 Lain-lain (berdasarkan pertimbangan (misal : laparatomi, torakotomi)

dokter)  Terpasang stoma


a. Tidak 0
b. Ya 2
3 Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
 Diare 5 kal / hari dan atau muntah > 3 kali / hari dalam seminggu terakhir
Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir
a. Tidak
b. Ya
4 Apakah terdapat penurunan berat badan atau tidak ada penambahan berat badan
(bayi < 1 tahun) selama berapa minggu / bulan ?
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total Skor 4
Hasil total skor
0 : beresiko rendah, ulangi skrining tiap 7 hari
1-3 : beresiko menengah, dirujuk ke tim terapi Gizi, monitor asupan makanan setiap 3
hari
4-5 : beresiko tinggi, dirujuk ke tim terapi gizi, monitor asupan makanan setiap hari

XIV. Test Diagnostik


41

A. Laboratorium
Pemeriksaan sudah dilakukan tiga kali pemeriksaan dengan hasil:
Tabel 3.13 Hasil Laboratorium
21 Februari 2021 22 Februari 2021 23 Februari 2021
(03.27 WIB) (13.00 WIB) (08.30 WIB)
- Hemoglobin 4.9 g/dL - APTT 44,8 detik - Hemoglobin 6.7 g/dL
- Eritrosit 2.23 10^6/uL - Hemoglobin 6,0g/dL - Eritrosit 3.01 10^6/uL
- Hematokrit 15.7% - Eritrosit 2,71 10^6/uL - Hematokrit 21.2%
- Eosonofil 0.0% - Hematokrit 19,0% - Monosit 10.8%
- Neutrofil 74.6% - Eosonofil 0,0% - Neutrofil 0.42 10^3/uL
- Limfosit 17.7% - Neutrofil 73,4% - Limfosit 0.49 10^3/uL
- Trombosit 68 10^3/uL - Trombosit 71 10^3/uL - Trombosit 90 10^3/uL

- Pada pemeriksaan darah


tepi didapatkan hasil
eritrosit: normokrom
normositik, polikromatia
(-) normoblast (-).
Leukosit: kesan jumlah
normal, dominasi netrofil
segmen, blast (-).
Trombosit: kesan jumlah
menurun, platelet
berukuran besar (+).

- Kesimpulan yang
didapat: anemia
normokromik, normositik
ec suspect chronic
disease, trombositopenia

XV. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


- D5 ½ NS 1000cc/24 jam (14 tetes per menit)
- B6 1x0.6mg
42

- Paracetamol syrup 3x ½ ctg per oral


- Amoxycilin 3x 1½ ctg per oral

XVI. Analisa Data


Tabel 3.14 Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1 DS: Perfusi perifer tidak Penurunan kadar
Pasien mengeluhkan lemas dan efektif hemoglobin dalam
pusing. darah

DO:
- Konjungtiva anemis, mukosa
bibir pucat, turgor kulit
menurun
- Rambut mudah dicabut
- Akral dingin, kuku tampak
putih pucat
- Nadi : 68x/menit (lemah)
- Hb : 4,9 gr/dl
2 DS: Defisit nutrisi Faktor psikologis
Keluarga pasien mengatakan,
pasien muntah darah 3x selama di
rumah. Pasien masih mengeluh
lemas dan nafsu makan berkurang.

DO:
- Banyak muntahan 1 liter
(selama 3x muntahan)
- Selama sakit frekuensi makan
menurun, hanya habis 2-3
sendok makan
- Konsumsi cairan menurun
selama sakit
- Kemampuan menelan menurun
43

selama sakit
- BB turun 2kg selama sakit,
BB : 18 kg
- Pemeriksaaan gaster terdapat
kembung dan nyeri
- Skor skrining gizi : 4
3 DS: Defisit perawatan Kelemahan
Selama sakit pasien tidak mau diri: mandi
mandi dan hanya di lap pakai
waslap dengan air hangat.

DO:
- Rambut tampak kotor dan lepek
- Lidah tampak kotor, gigi
tampak kotor
- Kuku kotor dan belum dipotong
- Selama sakit frekunsi mandi 1x
sehari, belum keramas, gosok
gigi dan potong kuku.
4 DS: Ansietas orang tua Krisis situasional
Orangtua pasien merasa cemas dan
khawatir dikarenakan aAn. A
mengalami muntah darah dan BAB
darah dengan frekuensi yang cukup
banyak.

DO:
- Ekspresi wajah orangtua
tampak bingung, khawatir dan
terlihat gelisah

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin (D.0009)
44

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0019)


3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan (D.0109)
4. Ansietas orang tua berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Tabel 3.15 Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi SIKI
Dx
1. L.02011 Perawatan Sirkulasi I.02079
Perfusi Perifer : Observasi :
1. Denyut nadi perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (nadi, edema,
2. Warna kulit pucat menurun CRT, warna, suhu)
3. Pengisian kapiler membaik 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
4. Akral hangat sirkulasi
5. Turgor kulit membaik Terapeutik :
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Lakukan hidrasi
Edukasi :
1. Anjurkan perawatan kulit yang tepat
(misal : melembabkan kulit kering
pada kaki)
2. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
3. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (misal : rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
Manajemen Hipovolemia I.03116
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
45

1. Hitung kebutuhan cairan


2. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan
hipotonis
3. Kolaborasi pemberian produk darah
2. L.03030 Manajemen Nutrisi (I.03119)
Defisit nutrisi : Observasi :
1. Porsi makan yang dihabiskan 1. Identifikasi status nutrisi
meningkat 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
2. Frekuensi makan membaik makanan
3. Nafsu makan membaik 3. Monitor asupan makanan
4. Membran mukosa meningkat 4. Monitor berat badan
L.06052 5. Monitor hasil pemeriksaan
Status menelan : laboratorium
1. Reflek menelan meningkat Terapeutik :
2. Usaha menelan meningkat 1. Sajikan makanan secara menarik dan
3. Frekuensi tersedak menurun suhu yang sesuai
4. Muntah menurun 2. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis : Pereda nyeri,
46

antiemetik), jika perlu


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3. L.11103 Dukungan perawatan diri : Mandi
Perawatan Diri : (I.11352)
1. Kemampuan mandi meningkat Observasi :
2. Kemampuan mengenakan pakaian 1. Identifikasi usia dam budaya dalam
meningkat memberikan kebersihan diri
3. Kemampuan makan meningkat 2. Identifikasi jenis bantuan yang
4. Kemampuan ke toilet meningkat dibutuhkan
5. Mempertahankan kebersihan mulut 3. Monitor kebersihan tubuh (mis:
rambut, mulut, kulit, kuku)
4. Monitori integritas kulit
Terapeutik :
1. Sediakan peralatan mandi
2. Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
3. Faslitasi menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan
diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak amndi terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu
4. L.09093 Reduksi Ansietas (L.09314) :
Tingkat Ansietas : Observasi :
1. Verbalisasi kebingungan menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
2. Verbalisasi khawatir akibat berubah
47

kondisi yang dihadapi menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil


3. Perilaku gelisah menurun keputusan
4. Perilaku tegang menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
dan non verbal)
Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Pahami situasi yang membuat
ansietas
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
4. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu
48

3.4 CATATAN PERKEMBANGAN


Tabel 3.16 Catatan Perkembangan
Hari/tanggal No.
Implementasi Evaluasi Paraf
/jam Dx
Minggu, 21 1 - Memeriksa KU pasien, S:
Februari memeriksa TTV pasien Pasien mengatakan tidak
2021 sebelum memasang produk merasa gatal atau
09.00 WIB darah demam.
- Mengganti cairan infuse O:
pasien dengan NaCl 0,9% Suhu tubuh An. A
- Mengganti infuse set 36,40c, nadi 68x/menit
dengan transfuse set (lemah), tidak ada
- Melayani pemberian kemerahan di badan,
produk darah 1 bag hasil laboratorium
@200cc (8 tetes per menit) tanggal 21 Februari 2021
- Mengobservasi pasien didapatkan hb 4,9 g/dl
adanya tanda-tanda alergi A:
terhadap pemberian darah Masalah
- Mengukur TTV pasien ketidakefektifan perfusi
sesaat setelah pemasangan jaringan perifer belum
darah. teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan :
-Identifikasi factor risiko
gangguan sirkulasi
-Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
-Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
-Monitor intake dan
output
-Anjurkan
49

memperbanyak asupan
oral
-Kolaborasi pemberian
cairan
isotonis/hipotonis/produ
k darah.
Senin, 22 3 - Mempersiapkan peralatan S:
Februari mandi pasien Pasien mengatakan
2021 - Mengatur lingkungan yang merasa bersih dan segar
09.00 WIB terapeutik bagi pasien setelah selesai mandi
- Menjaga privasi pasien O:
- Membantu memandikan Pasien tampak bersih,
pasien kulit tidak lengket, kuku
- Memotong kuku pasien tampak pendek dan
bersih.
A:
Masalah defisit
perawatan diri teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
-Identifikasi jenis
bantuan yang dibutuhkan
-Monitor integritas kulit
-Pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
-Berikan bantuan sesuai
tingkat kemandirian
-Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan pasien, jika
perlu
Selasa, 23 2 - Menentukan status nutrisi S:
Februari pasien yaitu gizi kurang Pasien mengatakan tidak
50

2021 - Mengidentifikasi adanya ada nafsu makan.


11.00 WIB alergi dan toleransi O:
terhadap makanan yang Hanya dapat
diberikan menghabiskan setengah
- Mengatur lingkungan yang dari porsi makan yang
optimal dalam perawatan disediakan (nasi dan
An. A lauk), berat badan pasien
- Menimbang berat badan 18 kg, tinggi badan
pasien setiap hari pada pasien 124 cm.
waktu yang sama A:
Masalah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan :
-Monitor asupan
makanan
-Monitor Berat Badan
-Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Selasa, 23 1 - Menanyakan keluhan dan S:
Februari mengobservasi KU pasien Pasien mengatakan
2021 - Memonitor data masih lemas dan sedikit
13.30 WIB laboratorium pasien terkait pusing
dengan hemoglobin, O:
eritrosit, hematokrit dan Pasien terlihat pucat,
trombosit mukosa bibir kering,
- Mengukur tanda-tanda vital CRT >2 detik, suhu
pasien 35,90C, nadi 72x/menit.
Hb : 6,0 gr/dl
51

A:
Masalah
ketidakefektifan perfusi
jaringan teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
-Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
-Monitor intake dan
output
-Anjurkan
memperbanyak asupan
oral
-Kolaborasi pemberian
cairan
isotonis/hipotonis/produ
k darah.
Rabu, 24 1,2 1. Mengobservasi keadaan S:
Februari umum pasien Pasien mengatakan tidak
2021 2. Menimbang berat badan merasa lemas saat ini.
09.30 WIB pasien O:
3. Mengukur nadi pasien Konjungtiva anemis,
4. Mengobservasi asupan bibir pucat, CRT <2
dan haluaran pasien detik, hemoglobin 6,7
5. Memonitor data g/dL, nadi 80x/menit ,
laboratorium pasien suhu 36,60C
A:
-Masalah
ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
52

-Monitor intake dan


output
-Anjurkan
memperbanyak asupan
oral
-Kolaborasi pemberian
cairan
isotonis/hipotonis/produ
k darah.
Rabu, 24 2 1. Menentukan status nutrisi S:
Februari pasien yaitu gizi kurang Pasien mengatakan
2021 2. Mengatur lingkungan sudah tidak merasa
10.00 WIB yang optimal dalam lemas lagi
perawatan An. A.S O:
3. Menimbang berat badan Pasien dapat
4. Mengobservasi keadaan menghabiskan porsi
umum pasien makan yang diberikan
5. Mengobservasi asupan dalam waktu yang lama
dan haluaran pasien BB : 18 kg, pasien
terlihat lebih bugar dari
sebelumnya.
A:
Masalah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
-Monitor asupan
makanan
-Monitor Berat Badan
-Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
53

jumlah kalori dan jenis


nutrient yang dibutuhkan
Kamis, 25 4 1. Berkomunikasi dengan S:
Februari pasien dan keluarga Keluarga pasien
2021 dengan menggunakan mengatakan percaya
10.00 WIB komunikasi terapeutik bahwa anaknya pasti
2. Menjelaskan semua akan sembuh dari
prosedur dan apa yang penyakit yang
dirasakan selama prosedur dialaminya saat ini.
kepada pasien dan O:
keluarga Keluarga (orang tua)
3. Memberikan informasi tampak menerima
faktual mengenai kondisi anak saat ini
diagnosis, tindakan A:
prognosis Masalah kecemasan
4. Mengajarkan keluarga orang tua teratasi
teknik relaksasi P:
5. Mendengarkan dengan Intervensi dihentikan
penuh perhatian apa yang
disampaikan keluarga dan
pasien
6. Mengidentifikasi tingkat
kecemasan yang dirasakan
pasien dan keluarga
7. Memotivasi pasien dan
keluarga untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengkajian An. A masuk rumah sakit pada tanggal 21 Februari 2021

dengan alasan muntah darah sudah tiga kali dan melena sudah dua kali saat di rumah

pada tanggal 20 Februari 2021. Saat ini An. A mengeluh badan terasa lemas (CRT >2

detik, konjungtiva anemis dan bibir pucat). Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan

data kulit pasien tampak kotor dan lengket, rambut kotor, kuku jari tangan juga panjang

dan kotor. Saat ini pasien juga tidak ada nafsu makan sehingga porsi makan yang

disediakan tidak dapat dihabiskan oleh An. A sehingga dari hasil pengkajian didapatkan

diagnosa utama yang dapat mengancam kehidupan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer.

Diagnosa yang dapat mengancam kesehatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh dan defisit perawatan diri: mandi dan diagnosa yang dapat

mengganggu tumbuh kembang yaitu kecemasan orang tua oleh karena proses penyakit

yang dialami anaknya, maka dibuat suatu perencanaan keperawatan agar dapat mengatasi

masalah yang dihadapi An. A seperti memberikan produk darah sesuai instruksi dokter

dan juga mengobservasi sumber kehilangan cairan pada pasien, sementara pada diagnosa

yang kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

menimbang berat badan pasien setiap hari pada waktu yang sama dan juga menganjurkan

pasien untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Pada diagnosa yang

ketiga yaitu defisit perawatan diri mandi maka perlu adanya bantuan bagi pasien dalam

memenuhi kebutuhan tersebut. Diagnosa keempat adalah kecemasan orang tua. Untuk

mengatasi masalah kecemasan pada orang tua maka perlu adanya dasar membina

hubungan saling percaya baik dengan pasien maupun keluarga. Implementasi dibuat

54
55

sudah berdasarkan intervensi yang telah ditetapkan sehingga evaluasi pada An. A dapat

teratasi.

4.2 Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An.A. di ruang Anak
RSUD Kota Serang dan kesimpulan yang telah disusun seperti diatas, maka penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Dalam pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan pendekatan proses
keperawatan anak serta perlu adanya partisipasi keluarga, karena keluarga merupakan
orang terdekat pasien yang tahu perkembangan dan kesehatan pasien.
2. Dalam memberikan tindakan keperawatan tidak harus sesuai dengan apa yang ada
pada teori, akan tetapi harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta
menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah sakit.
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan setiap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan dan evaluasi perlu di dokumentasikan dengan baik.
56

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan


Dasar (RISKESDAS) 2007 [dokumen di internet. Diakses pada tanggal 29 Juni 2018];
Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-
KesehatanDasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007
Betz Cecily & Sowden Linda.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.Jakarta:EGC.
Bulechek,dkk.2013. Nursing Intervention Classification Edisi 6.Singapore:Elsevier.
http://scribd.com/document/248448707/Pathway-Anemia (diakses pada tanggal 31 Juni
2018).
Moorhead Sue, dkk.2013.Nursing Outcome Classification Edisi 5.Singapore:Elsevier
Muscari.
Mary.2005.Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta:EGC.
Ngastiyah.2012.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC.
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagonostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Wijaya.2013. Keperawatan Medikal Bedah II.Yogyakarta:Nuha Medika
Wong Donna L, dkk.2009.Buku Ajar Keperawtan Pediatrik Edisi 6 Volume 2.Jakarta:EGC
Wong Donna L.2012.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:EGC
54 Jurnal Kesehatan Reproduksi. World Health Organization.2013. [dokumen di internet.
Diakses pada tanggal 29Juni 2018]. Diunduh dari
http://www.google.com/search/543810022/Jurnal-Kesehatan-Reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai