Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR RESIKO ANGKA KEJADIAN DIARE


DI PUSKESMAS KOTA KABUPATEN
TOLITOLI TAHUN 2023

IRMASARI S SANDRIMA
B3 002 20 028

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI (STIKES)
KABUPATEN PINRANG
TAHUN 2022
i

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian ini akan dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Baramuli

Kabupaten Pinrang.

Pinrang, Desember 2022

Menyetujui :

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

ANUTHFA AMRI S,Kep,Ns,M.Kes MUH RUDINI S, Kep, Ns,M.K.M

Mengetahui:

Ketua Program Studi Keperawatan Pembantu Ketua I Bidang Akademik

Siska Wijayanti P,S,Kep,Ns, M.Kes Dr. Muh.Kardi Rais, SKM, M.Kes


ii

DAFTAR ISI
iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep...............................................................................xxxix


iv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

ADH Abtidiuretik Hormon


Alkalosis Darah mengandung banyak basa
Broken Home Perpecahan dalam rumah tangga
CO Karbon Monoksida
Depkes Departemen Kesehatan
Essensial hypertension Peningkatan Tekanan Darah
Eustress Jenis Stres
Feses Tinja/Akhir dari proses pencernaan
Frustasi Marah/Kecewa
Gaster Lambung
Gastrointestinal Pencernaan
v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar lembar penentuan criteria objektif

2. Lembar permohonan menjadi responden

3. Lembar persetujuan menjadi responden

4. Kuesioner

5. Surat permohonan izin pengambilan data awal

6. Surat pengambilan data awal di Dinas Kesehatan


BAB I

PENDAHULUAN

1
2

A. Latar Belakang

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak

normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan

volume, keenceran, serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali

sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa

lendir darah. Diare pada anak merupakan masalah kesehatan

dengan angka kematian yang tinggi terutama pada anak umur 1

sampai 4 tahun, jika tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat

dan memadai (Nugraha et al., 2022)


3

Penyakit diare penyebab kedua kematian balita di dunia.

Hampir 1 dari 5 kematian anak sekitar 1,5 juta setiap tahunnya

dikarenakan diare. Diare merupakan penyebab kematian balita

sebesar 40% diseluruh dunia setiap tahunnya. Diare adalah

pembunuh utama anak- anak, pada tahun 2015 sebanyak 9% dari

semua kematian anak balita diseluruh dunia. Ini berarti untuk lebih

dari 1.400 anak-anak meninggal setiap hari, atau sekitar 526.000

anak per tahun, meskipun ketersediaan pengobatan efektif yang

sederhana. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan

terutama pada anak-anak. Kurang dari 80% kematian yang

berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Penyebab utama kematian pada diare adalah karena dehidrasi

sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Penyakit diare masih

sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah

penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan

tata laksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat

ditekan seminimal mungkin. Diare merupakan penyebab kedua

terbesar kematian balita di dunia (Nugraha et al., 2022)


4

Kelompok umur 75 tahun ke atas juga merupakan kelompok

umur dengan prevalensi tinggi (7,2%). Lintas diare (Lima Langkah

Tuntaskan Diare) menganjurkan bahwa semua penderita diare harus

mendapatkan oralit maka target penggunaan oralit adalah 100% dari

semua kasus diare yang mendapatkan pelayanan di puskesmas dan

kader. Selain itu, masyarakat masih belum mengetahui tentang

manfaat oralit sebagai cairan yang harus diberikan pada setiap

penderita diare untuk mencegah terjadinya dehidrasi (Apriani, 2022)


5

Menurut data World Health Organization, 2019 diare

merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di

seluruh daerah geografis di dunia. Setiap tahunnya ada sekitar 1.7

miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak di bawah 5

tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun

rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Berdasarkan Profil

Kesehatan Indonesia tahun 2019 menunjukkan jumlah penderita

diare di Indonesia sebanyak 2.549 orang dan angka Case Fatality

Rate (CFR) sebesar 1.14%, Menurut karakteristik umur, kejadian

diare tetinggi di Indonesia terjadi pada balita (7.0%). Proporsi

terbesar penderita diare pada balita dengan insiden tertinggi berada

pada kelompok umur 6-11 bulan yaitu sebesar (21,65%). lalu

kelompok umur 12-17 bulan sebesar (14.43%), kelompok umur 24-

29 bulan sebesar (12.37%). Penyakit terbanyak pada balita yang

terdapat di tatalaksana dengan Manejemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian

balita antara lain pneumonia, diare, malaria, campak, dan kondisi

yang diperberat oleh masalah gizi. Diare masih merupakan masalah

kesehatan utama pada anak, terutama di negara berkembang seperti

Indonesia (Apriani, 2022)


6

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan masih menjadi

penyumbang angka kematian di Indonesia terutama pada balita.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 memperlihatkan prevalensi

diare untuk semua kelompok umur sebesar 8 %, balita sebesar 12,3

%, dan pada bayi sebesar 10,6%. Sementara pada Sample

Registration System tahun 2018, diare tetap menjadi salah satu

penyebab utama kematian pada neonatus sebesar 7% dan pada

bayi usia 28 hari sebesar 6%.

Sasaran pelayanan penderita diare pada balita yang datang

ke sarana kesehatan ditargetkan oleh program sebesar 20% dari

perkiraan jumlah penderita diare pada balita. Sedangkan sasaran

pelayanan penderita diare pada semua umur ditargetkan sebesar

10% dari perkiraan jumlah penderita diare semua umur. Pada tahun

2021 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur sebesar

33,6% dan pada balita sebesar 23,8% dari sasaran yang ditetapkan.

Disparitas antar provinsi untuk cakupan pelayanan penderita diare

semua umur adalah antara 6,7% (Sumatera Utara) dan Banten

(68,6%). Sedangkan disparitas antar provinsi untuk cakupan

pelayanan penderita diare balita adalah antara 3,3% (Sumatera

Utara) dan Banten (55,3%).(Kemenkes RI., 2021)


7

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah

tahun 2021 menunjukkan bahwa trend cakupan pelayanan penderita

diare dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (periode tahun 2017

- 2021) cenderung menurun yaitu pad atahun 2017, meskipun pada

tahun 2018 sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun

sebelumnya yaitu dari 73,8 % (tahun 2017) naik menjadi 73,48%

(tahun 2018). Namun pada tahun 2019 kembali menurun secara

berturut-turut hingga akhir tahun 2021 capaian cakupan pelayanan

penderita diare se-Provinsi Sulawesi Tengah hanya sebesar 35,89%.

Laporan yang tidak lengkap, kualitas dan kuantitas SDM yang belum

memadai, penganggaran untuk program diare yang tidak

proporsional jika dibandingkan dengan alokasi anggaran untuk

program lain (bahkan dibeberapa fasyankes dan kabupaten hampir

tidak ada) sehingga kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk

meningkatkan kapasitas petugas pengelola program tidak dapat

dilaksanakan; menjadi penyebab tidak tercapainya target indikator

yang diharapkan. Ditambah lagi dengan terjadinya pandemi dalam 2

(dua) tahun terakhir ini menyebabkan tidak optimalnya pelayanan

karena adanya pembatasan -pembatasan kegiatan serta lockdown

yang diberlakukan mempengaruhi jumlah kunjungan di fasyankes di

wilayah masing-masing kabupaten/kota. Hampir sebagian besar

tenaga pengelola program di puskesmas adalah petugas baru yang

belum terlatih tentang manajemen dan tatalaksana kasus diare juga


8

mempengaruhi kualitas dan validitas hasil pencatatan dan pelaporan

terutama dalam penemuan kasus diare (Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah, 2021)

Data dari Dinas Kesehatan Tolitoli jumlah kasus Diare pada

tahun 2021 adalah sejumlah 2.594, Data dari puskesmas kota tahun

2021, jumlah penderita 0-5 tahun sejumlah 90 kasus , dan usia

diatas 5 tahun sejumlah 46 kasus dengann total kasus pada tahun

2021 136 kasus sedangkan pada tahun 2022 sampai dengan bulan

oktoner 2022 di dapatkan data sebagai berikut usia 0-5 tahun

sejumlah 201 kasus, dan usuia diatas 5 tahun sejumlah 153 kasus

dengan total kasus pada tahun 2022 adalah 354 kasus.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosyidah (2019) dengan judul

Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare Pada

Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02 dengan hasil Hasil

penelitian menunjukkan yang memiliki perilaku cuci tangan yang baik

sebesar 44.6% dan yang memiliki perilaku kurang sebesar 55.4%.

Anak SD yang menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar

80.4%, sedangkan anak yang tidak menderita diare dalam tiga bulan

terakhir sebesar 19.6%. Hasil uji statistik menunjukan (p = 0.015)

artinya ada hubungan antara perilaku cuci tangan terhadap kejadian

diare.
9

Penelitian yang dilakukan oleh pradhana putra et al (2019)

dengan judul hubungan sanitasi dasar dan personal hygiene dengan

kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas tasikmadu

kabupaten karanganyar dengan hasil ada hubungan antara personal

hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja

puskesmas tasikmadu kabupaten karanganyar (p- value=0,000;

or=6,287; 95% ci=2,851-13,863)

Penelitian yang dilakukan oleh Dahliansyah et al (2018)

dengan judul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi, dan

Kejadian Diare dengan Perkembangan Motorik pada 1000 Hari

Pertama Kehidupan, dengan hasil Terdapat hubungan bermakna

antara pemberian ASI eksklusif selama periode 1000 HPK dengan

perkembangan motorik baduta (>6-24) bulan (OR=0,45;IK95%=0,21-

0,99;p=0.046). Tidak terdapat hubungan antara status gizi selama

periode 1000 HPK dengan perkembangan motorik baduta (>6-24)

bulan. Tidak terdapat hubungan antara kejadian diare selama

periode 1000 HPK dengan perkembangan motorik baduta(>6-24)

bulan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa baduta (>6-24)

bulan yang tidak diberi ASI eksklusif selama periode 1000 HPK,

berisiko 0,45 kali mengalami gangguan perkembangan motorik.


10

Berdasarkan latar belakang di atas maka, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan maksud untuk mengetahui

tentang Faktor Resiko Angka Kejadian Diare Di Puskesmas Kota

Kabupaten Tolitoli Tahun 2023

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas

maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “ Faktor

apa saja yang berhubungan dengan angka Kejadian Diare

Puskesmas Kota Kabupaten TolitoliTahun 2023?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan

dengan angka Kejadian Diare Puskesmas Kota Kabupaten

TolitoliTahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah perilaku memiliki hubungan dengan

angka Kejadian Diare Puskesmas Kota Kabupaten Tolitoli

Tahun 2023

b. Untuk mengetahui apakah hygiene ibu memiliki hubungan

dengan angka Kejadian Diare Puskesmas Kota Kabupaten

Tolitoli Tahun 2023


11

c. Untuk mengetahui apakah pemberian asi eksklusif memiliki

hubungan dengan angka Kejadian Diare Puskesmas Kota

Kabupaten Tolitoli Tahun 2023

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang faktor apa saja

yang mempengaruhi angka Kejadian Diare Puskesmas Kota

Kabupaten Tolitoli Tahun 2023.

2. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan

dan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak dan institusi

tentang faktor apa saja yang mempengaruhi angka Kejadian Diare

Puskesmas Kota Kabupaten Tolitoli Tahun 2023.

3. Manfaat Praktis

Bagi peneliti sendiri merupakan suatu pengalaman yang sangat

berharga dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh serta

dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya

tentang faktor apa saja yang mempengaruhi angka Kejadian Diare

Puskesmas Kota Kabupaten Tolitoli Tahun 2023.


12
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diare

1. Pengertian Diare

a. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air

saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau

lebih) dalam satu hari.(Depkes RI, 2011)

b. Menurut World Health Organization(WHO), penyakit diare

adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,

yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai

dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling

sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun

pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3

episode diare berat (Simatupang, 2004 ) dalam (Purnama,

2016)

2. Penyebab Diare

a. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6

golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus

atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,


14

imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang

sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah

diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.(Depkes RI,

2011)

b. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1) Faktor Infeksi

a) Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran

pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada

anak. Infeksi parenteral ini meliputi: pertama Infeksi bakteri:

Vibrio, E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. Kedua Infeksi virus:

Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. Ketiga

Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia

lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).

b) Infeksi parenteral Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian

tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut

(OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak berumur dibawah 2 tahun.

2) Faktor Malabsorbsi
15

a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,

maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,

fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

b) Malabsorbsi lemak

c) Malabsorbsi protein

3) Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap

makanan

4) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang

dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

5) Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan

status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25

kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita

dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD

ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin

tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat

kesehatan yang diperoleh si anak

6) Faktor pekerjaan Ayah

Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-

rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan

ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis
16

pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan

pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan

anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko

lebih besar untuk terpapar dengan penyakit

7) Faktor umur balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.

Balita yang berumur 12- 24 bulan mempunyai resiko terjadi

diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.

8) Faktor lingkungan

Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang

berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air

bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi

bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan

tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi

dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui

makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian

penyakit diare

9) Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya.

Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan

komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita

yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare.

Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi


17

dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang =

<90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.

10) Faktor sosial ekonomi masyarakat

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap

faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah

menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli

yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai

penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan

11)Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air,

terutama air minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi

secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada

kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila

melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut

dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat

makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran

pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella.

Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu

cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).

12)Faktor terhadap Laktosa (susu kalemg)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama

kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk

menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI


18

penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih

besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran

oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI

mengandung antibody yang dapat melindungi kita terhadap

berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V.

Cholerae (Purnama, 2016)

3. Klasifikasi Diare

a. Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau

Diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang

dari 14 hari, sementara Diare persisten atau diare kronis adalah

diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. (Depkes RI, 2011)

b. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :

1) Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang

meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan

bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam

waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut yaitu diare yang

berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling

berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan

yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare

akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1)

Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan,

apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3)


19

Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang

hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan

dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-

10%

2) Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,

merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan

antara diare akut dan kronik

3) Diare kronik Diare

kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama

dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif

terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang

menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare

kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten

dan berlangsung 2 minggu lebih

(Purnama, 2016)

4. Epidemiologi Diare

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama

ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara

termasuk Indonesia. Setiap anak mengalami episode serangan

diare rata- rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian

terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun.


20

WHO memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia

pada tahun 2007 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian

besar anak-anak di bawah umur 5 tahun (Adisasmito, 2007: 2).

UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada anak

meninggal karena diare. WHO juga menyebutkan penyakit infeksi

seperti diare (18%), pneumonia (14%), dan campak (5%)

merupakan beberapa penyebab kematian anak-anak usia balita di

Indonesia (Solares, 2011). Data Di Indonesia setiap tahunnya

100.000 anak meninggal dunia karena diare. (ESP, 2007) .

Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat

kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare

301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000

penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun

2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare

juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Dengan

adanya hal tersebut maka tertuanglah dalam KepMenKes No. 1216

/ MENKES /SK / XI /2001 tentang Pedoman Pemberantasan

Penyakit Diare yang menyatakan bahwa penyakit diare masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia baik di

tinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar

biasa (KLB) yang di timbulkan. (KepMenKes 1216, 2001).Penyebab

utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat
21

baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan

kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.

(Purnama, 2016)

5. Faktor Resiko Diare

Faktor risiko diare dibagi 3 besar yaitu faktor karakteristik

individu, perilaku pencegahan dan lingkungan. Faktor karakteristik

individu meliputi umur balita < 24 bulan, status gizi balita, umur

pengasuh balita, tingkat pendidikan pengasuh balita. Faktor

perilaku pencegahan meliputi perilaku mencuci tangan sebelum

makan, mencuci peralatan makan sebelum digunakan, mencuci

bahan makanan, mencuci tangan dengan sabun setelah BAB,

merebus air minum dan kebiasaan memberi makan anak diluar

rumah. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan,

ketesediaan Sarana Air Bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas

air bersih (Murniwaty,2005) dalam (Purnama, 2016)

6. Gejala Diare

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu

tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,

kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan

atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama


22

makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang

berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita

telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi

makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata

dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan

mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan

yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan

berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi

menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.(Purnama,

2016)

7. Tata Laksana Diare

a. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah,

dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air

tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di

pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah,

yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit

merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum


23

harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat

pertolongan cairan melalui infus.

b. Berikan Obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric

Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama

diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama

dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air

besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan

kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Penelitian di Indonesia

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap

diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan

bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera

saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari


24

- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1

sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada

anak diare.

c. Pemberian ASI / Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan

tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang

masih minum Asi harus lebih sering di beri ASI. Anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih

sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan.

d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.

Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah

(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan

Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
25

diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di

anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah

dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan

sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan

bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti

diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia)

e. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus

diberi nasehat tentang : Cara memberikan cairan dan obat di

rumah, Kapan harus membawa kembali balita ke petugas

kesehatan bila : Diare lebih sering, Muntah berulang , Sangat

haus, Makan/minum sedikit, Timbul demam , Tinja berdarah,

Tidak membaik dalam 3 hari.(Purnama, 2016)

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

a. Perilaku manusia adalah gerakan yang dapat dilihat melalui

indera manusia, gerakan yang dapat diobservasi. Perilaku

manusia secara umum muncul dengan melihat sistematika

berikut ini: NIAT + PENGETAHUAN + SIKAP = PERILAKU

(Saleh, 2018)

b. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar. Skinner merumuskan bahwa


26

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons. Maka teori Skinner

ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons

(Mahendra et al., 2019)

2. Jenis Perilaku

a. Perilaku manusia dapat dibedakan antara perilaku refleksif

dan perilaku non refleksif. Perilaku refleksif meru- pakan

perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan (tanpa dipikir)

terhadap stimulus yang mengenai orga- nisme tersebut.

Contoh reaksi kedip mata bila kena sinar, gerak lutut bila kena

sentuhan palu, menarik jari bila kena api. Stimulus yang

diterima oleh individu tidak smpai ke pusat susunan syaraf

atau otak, sebagai pusat kesadaran, pusat pengendali, dari

perilaku manusia. Perilaku yang refleksif respons langsung

timbul begitu menerima stimulus. Perilaku yang Non-refleksif.

Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran

atau otak. Dalam kai- tan ini stimulus setelah diterima oleh

reseptor (penerima) kemudian diteruskan ke otak sebagai

pusat syaraf, pusat kesadaran, baru kemudian terjadi respons

melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat

kesadaran ini yang disebut proses psikologi. Perilaku atau


27

aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut

aktivitas psikologi atau perilaku psikologis (Branca, 1965)

dalam (Saleh, 2018)

b.Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan ini

1) Perilaku hidup sehat (healthy life style) Adalah perilaku –

perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya atau pola/ gaya hidup sehat (healthy life

style)

Perilaku ini mencakup antara lain:

a) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet).

Menu seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung

zat – zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas

dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan

tubuh (tidak kurang tetapi juga tidak lebih). Secara

kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan

ungkapan empat sehat lima sempurna

b) Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan),

dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang

digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua

aspek ini akan tergantung dari usia, dan status

kesehatan yang bersangkutan.


28

c) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek

yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.

Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di

Indonesia, seolah – olah sudah membudaya. Hampir

50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.

Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15%

remaja kita telah merokok. Inilah tantangan

pendidikan kesehatan kita.

d) Tidak minum minuman keras dan narkoba.

Kebiasaan minum miras dan mengkonsumsi

narkoba (narkotika dan bahan – bahan berbahaya

lainnya) juga cenderung meningkatkan. Sekitar 1%

penduduk Indonesia dewasa diperikirakan sudah

mempunyai kebiasaan minum miras ini.

e) Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya

kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian

dengan lingkungan modern, mengharuskan orang

untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu

istirahat berkurang. Hal ini juga dapat

membahayakan kesehatan

f) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa

saja dan akibatnya bermacam – macam bagi

kesehatan. Lebih – lebih sebagian akibat dari


29

tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan diatas.

Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap

orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting

dijaga agar stres tidak menyebabkan gangguan

kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau

mengelola stres dengan kegiatan – kegiatan yang

positif

g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi

kesehatan. Misalnya: tidak berganti – ganti

pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri

kita dengan lingkungan, dan sebagainya

2) Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap

sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,

pengetahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit,

pengobatan penyakit, dan sebagainya.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (mempunyai peran yang

mencakup hak – hak orang sakit (right) dan kewajiban

sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini

harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain

(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku

peran orang sakit (the sick role).(Mahendra et al., 2019)


30

3. Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia sebaian terbesar ialah berupa perilaku yang

dibentuk atau dipelajari. Maka dari itu bagaimana cara membentuk

perilaku itu sesuai yang diharapkan.

a) Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan.

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang

diharapkan, akhirnya akan terbentuk perilaku tersebut.

Contoh, anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok gigi

sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu

oleh orang lain, membiasakan diri tidak terlambat ke sekolah

b) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian

atau insight. Misal datang kuliah jangan sampai terlambat

karena dapat mengganggu teman yang lain. Naik motor harus

pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri.

c) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Pembentukan perilak masih dapat ditempuh dengan

menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa

orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai

panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menujukkan

pembentukan perilaku dengan menggunakan model.(Saleh,

2018)

4. Teori Perilaku
31

a) Teori insting Teori

Teori ini dikemukakan oleh McDougall, Menurut McDougall

perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan

perilaku yang innate, perilaku bawaan, dan insting akan

mengalami perubahan karena pengalaman.

b) Teori dorongan (drive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa individu

mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu.

Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-

kebutuhan organisme yang mendorong individu berperilaku.

Bila seseorang mempunyai kebutuhan, dan ingin memenuhi

kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri orang

tersebut

c) Teori insentif (insentive theory)

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku manusia

disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan

mendorong manusia berbuat atau berperilaku. Insentif ada

yang positif dan negatif

d) Teori atribusi

Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku

manusia. Apakah perilaku itu disebabkan disposisi internal

(misal motif, sikap) ataukah oleh keadaan eksternal

e) Teori kognitif
32

Apabila seseorang harus memilih perilaku yang mana mesti

dilakukan, maka pada umumnya yang ber- sangkutan akan

memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang

sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan (Saleh, 2018)

5. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun

dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik

atau faktor – faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini

berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun

respons tiap – tiap orang berbeda. Faktor – faktor yang

membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan

menjadi dua, yakni:

a) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya:

tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.

b) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan , baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan


33

sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor

yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

teori Bloom dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan

kesehatan, yakni:

a) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi satelah

melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tanpa

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap

masalah yang dihadapi.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Terasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterim

2) Memahami (comprehension)
34

Memahami diartikan sebagian suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benartentang objek yang diketahui,

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan , menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya

5) Sintesis (synthesis)
35

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulai – formulasi yang ada. Misalnya,

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah

ada.

6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria

– kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan

antara anak yang cukup gizi, dapat menanggapi terjadinya

diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab – sebab

mengapa ibu – ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya

b) Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan –

batasan diatas dapat dismpulkan bahwa manisfestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan


36

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari – hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari

berbagai tingkatan:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya

sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian orang itu terhadap ceramah – ceramah tentang

gizi

2) Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itubenar atau salah, adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut. Misalnya seorang

ustadz yang memberikan respons kepada istrinya ketika

sang istri ditawarkan untuk menggunakan kontrasepsi

kepada istriny
37

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang

ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya

dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke

posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu

bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif

terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang

paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor

KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang

tuanya sendiri

c) Praktik atau tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap

ibu yang positif terhadap imunisasi hatus mendapat konfirmasi

dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai,

agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:


38

1) Respons terpimpin (guided response)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator

praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat

memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci

dan memotong – motongnya, lamanya memasak,

menutup pancinya, dan sebagainya.

2) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomais, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu

yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur – umur

tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

Ibu yang sudah terbiasa memasak air hingga mendidih

dan memasak sayur hingga matang. Ibu yang sudah

terbiasa menyiapkan sarapan buat anaknya dan anaknya

harus mengkonsumsi sarapan di pagi hari

3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah di

motifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak


39

makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan.

(Mahendra et al., 2019)

C. Tinjauan Umum Tentang Hygiene

1. Pengertian

a. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan

tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan

makanan secara keseluruhan. Sanitasi adalah suatu usaha

pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada

usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Yakub dan

Herman, 2020)

b. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan

tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan

makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004) dalam

(Yulianto, wisnu Hadi, 2020)

2. Jenis Jenis Hygiene

Jenis –jenis Hygiene dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :


40

a) Hygiene perorangan Hygiene perorangan mencakup semua

segi kebersihan dari pribadi karyawan (penjamah makanan)

tersebut. Menjaga hygiene perorangan berarti menjaga

kebiasaan hidup bersih dan menjaga kebersihan seluruh

anggota tubuh.

b) Hygiene Makanan Bahan makanan yang dipergunakan dalam

pengelolaan makanan sebagian besar berupa bahanmakanan

nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur,

buah. Sedang bahan hewani berasal dari binatang seperti

daging, unggas, ikan dan lain-lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

a) Body Image

Adalah gambaran individu terhadap dirinya yang sangat

mempengaruhi kebersihan diri, misalnya karena ada

perubahaan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan.

b) Praktik Sosial

Kelompok-kelompok sosial merupakan suatu wadah seorang

penjamah makanan yang dapat berhubungan dan

mempengaruhi pelaksanaan personal hygiene

c) Status sosial ekonomi


41

bagaimana penjamah makanan dalam makanan dalam

pelaksanan praktik personal hygiene. Status sosial ekonomi

Pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan

keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-

kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan

kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi

seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik

d) Pengetahuan

Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting,

karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan. Pengetahuan tentang pentingnya personal

hygiene dan implementasinya bagi kesehatan mempengaruhi

praktik personal hygiene

e) Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan

perilaku personal hygiene. Seseorang dari latar belakang

kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek personal

hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari budaya

sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan

diri.

f) Kebiasaan seseorang

Kebiasaan seseorang akan mempengaruhi tindakan orang

tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan


42

penjamah makanan yang tidak menerapkan personal hygiene

dalam mengolah makanan akan menjadi sebuah kebiasaan

jika hal itu dilakukan secara terus menerus sehingga

mempengaruhi kesehatan penjamah makanan itu sendiri dan

kualitas pangan yang dihasilkan (Yakub dan Herman, 2020)

D. Tinjauan Umum Asi Ekslusif

1. Pengertian

a. ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu

dan mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi

untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi

(Mufdillah, 2017)

b. ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

mineral. Enam bulan pertama setelah melahirkan rata-rata ASI

yang diproduksi ibu sebanyak 780 ml/hari dan menurun

menjadi 600 ml/hari pada enam bulan kedua.(Putri, Octavia et

al., 2020)

c. Asi Ekslusif

Bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuit, bubur nasi dan tim, selama 6 bulan.(Mufdillah, 2017)

2. Manfaat Asi EKsklusif

a. Bagi Bayi
43

1) Sebagai nutrisi lengkap.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh.

3) Meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang

stabil serta spiritual yang matang diikuti perkembangan

sosial yang baik.

4) Mudah dicerna dan diserap.

5) Gigi, langit-langit dan rahang tumbuh secara sempurna.

6) Memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan

Vitamin.

7) Perlindungan penyakit infeksi melipiti otitis media akut,

daire dan saluran pernafasan.

8) Perlindungan alergi karena dalam ASI mengandung

antibodi.

9) Memberikan rangsang intelegensi dan saraf.

10) Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal

b. Bagi Ibu

1) Terjalin kasih sayang.

2) Membantu menunda kehamilan (KB alami).

3) Mempercepat pemulihan kesehatan.

4) Mengurangi risiko perdarahan dan kanker payudara.

5) Lebih ekonomis dan hemat.

6) Mengurangi resiko penyakit kardio vaskuler.

7) Secara sikologi memberikan kepercayaan diri.


44

8) Memiliki efek perilaku ibu sebagai ikatan ibu dan bayi

9) Memberikan kepuasan ibu karena kebutuhan bayi dapat

dipenuhi.(Mufdillah, 2017)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti

Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

penyakit, utamanya penyakit infeksi .Salah satu penyakit infeksi pada

balita adalah diare dan ISPA. Diare merupakan penyakit dimana

buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali sehari atau lebih

dari normal, terkadang dapat disertai oleh darah .Diare adalah

penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah

geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik


45

laki - laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat

dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi

pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia,

anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang

menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab

kematian .

Diare disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain

faktor infeksi (virus, bakteri, dan parasit), malabsorbsi (gangguan

penyerapan zat gizi), makanan (makanan basi, beracun, alergi

terhadap makanan), imunodefisiensi dan faktor psikologis (rasa takut

dan cemas). Salah satu penyebab diare karena faktor malabsorbsi

adalah malabsorbsi karbohidrat, yaitu kepekaan terhadap

Lactoglobulin dalam susu formula

B. Pola Pikir Variabel Penelitian/Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran tersebut di atas, maka dapat di

gambarkan satu model hubungan antara variabel yang akan di teliti

sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku

Angka
Hygiene Ibu Kejadian
Diare

Asi Ekslusif
46

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel indevenden :

Variabel dependen :

C. Definisi Operasional dan Kriteria Ojektif

1. Perilaku

Perilaku adalah pengetahuan, dan sikap ibu dari bayi / balita

penderita diare tentang penyakit diare

Kriteria Objektif :

Baik : Jika ≥ Median

Kurang Baik : Jika < Median

2. Hygiene

Hygiene adalah upaya ibu dalam membersihkan dirinya

secara mandiri

Kriteria Objektif :

Baik : Jika ≥ Median

Kurang Baik : Jika < Median

3. Asi Ekslusif
47

Asi Eksklusif adalah keadaan di mana ibu memberikan asi

kepada bayi selama 6 bulan tampa makanan tambahan,

Kriteria Objektif :

Baik : Jika ≥ Median

Kurang Baik : Jika < Median

4. Angka Kejadian Diare

Angka Kejadian Diare adalah seberapa sering bayi atau

balita mengalami diare selama 1 tahun

Jarang : Jika ≥ Median

Sering : Jika < Median

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara perilaku dengan angka kejadian diare di

puskesmas kota kabupaten tolitoli tahun 2023

b. Ada hubungan antara hygiene ibu dengan angka kejadian diare

di puskesmas kota kabupaten tolitoli tahun 2023

c. Ada hubungan antara pemberian Asi Ekslusif dengan angka

kejadian diare di puskesmas kota kabupaten tolitoli tahun 2023

2. Hipotesis nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara perilaku dengan angka kejadian

diare di puskesmas kota kabupaten tolitoli tahun 2023


48

b. Tidak ada hubungan antara hygiene ibu dengan angka kejadian

diare di puskesmas kota kabupaten tolitoli tahun 2023

c. Tidak ada hubungan antara pemberian Asi Ekslusif dengan

angka kejadian diare di puskesmas kota kabupaten tolitoli

tahun 2023

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

survei analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional study

dimana variabel independen dan variabel dependen di ukur sekali

dalam waktu bersamaan (Yusuf, 2014)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kota

Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2023


49

C. Populasi dan Sampel

6. Populasi

Bailey (1978) menyatakan populasi atau universe ialah

jumlah keseluruh? an dari unit analisis, sedangkan Spiegel (1961)

menyatakan pula bahwa populasi adalah keseluruhan unit (yang

telah ditetapkan) mengenai dan dari mana informasi yang

diinginkan. (Yusuf, 2014)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diare di

Puskesmas Kota Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli

8. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili

populasi tersebut. Sebagian dan mewakili dalam batasan di atas

merupakan dua kata kunci dan merujuk kepada semua ciri populasi

dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya.

a. penentuan besar sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan non

random sample dengan metode accidental Sampling dimana

peneliti mengambil sampel yang kebetulan ditemui pada saat itu

pada periode peneliti meneliti, yaitu pasien diare yang berobat

ke Puskesmas Kota

D. Pengumpulan dan Penyajian Data

1. Pengumpulan Data
50

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah hasil pengambilan data

kepada pasien diare yang datang berobat ke puskesmas kota

yang di lakukan dengan cara wawancara langsung

menggunakan kuesioner.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang jumlah

pasien diarecselama kurang waktu tiga tahun terakhir yakni

tahun 2020 - 2022, yang diperoleh dari puskesmas

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program

SPSS 22 For Windows dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Seleksi

Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi data yang telah masuk

kategori.

b. Editing

Merupakan langkah pemeriksaan ulang atau pengecekan jumlah

dan kelengkapan data kemudian dilakukan pengecekan dengan

memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan

keseragaman data.

c. Koding
51

Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi atau

disederhanakan ke dalam angka-angka atau simbol-simbol

tertentu sehingga memudahkan dalam pengolahan data

selanjutnya.

d. Tabulasi

Pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat

yang dimiliki, kemudian data dianalisa secara statistik.

E. Penyajian Data

Setelah dilakukan pengolahan data, kemudian data disajikan

dalam bentuk tabel yang di narasikan

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuisioner,

yang di gunakan untuk mengetahui faktor resiko yang memiliki

hubungan dengan angka kejadian diare di puskesmas kota kabupaten

tolitoli tahun 2023

G. Analisis Data

Setelah memperoleh nilai dari tiap variabel, selanjutnya data

dianalisis dengan cara sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Untuk memberikan gambaran dalam bentuk distribusi

frekuensi dari masing-masing tabel variabel.

2. Analisis Bivariat
52

Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui dan melihat

hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat atau variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji

statistik pearson Chi-Square dengan tingkat kemaknaan jika p < α

(0,05). Bila uji ini tidak dapat dilakukan maka uji alternatif yang

digunakan adalah uji Fisher’s Exact Test.

Analisis bivariat analitik dilakukan untuk melihat hubungan

variabel independen dan dependen, maka analisis bivariat

dilakukan dengan uji statistik chi- square.

Adapun interpretasi hasil ujinya adalah sebagai berikut :

a. Apabila p< 0,05, maka H0 ditolak, berarti ada hubungan

b. Apabila p> 0,05, maka H0 diterima, berarti tidak ada hubungan


53

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, D. G. Y. D. M. F. S. P. and N. S. W. (2022). Gambaran Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada Balita Di Kelurahan Baler Bale

Agung Kabupaten Jembrana Tahun 2021. Journal of Health and

Medical Science , 1, 15–26.

Dahliansyah, D., Hanim, D., & Salimo, H. (2018). Hubungan Pemberian

ASI Eksklusif, Status Gizi, dan Kejadian Diare dengan Perkembangan

Motorik pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Sari Pediatri, 20(2), 70.

https://doi.org/10.14238/sp20.2.2018.70-8

Depkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare.


54

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit

Dan Penyehatan Lingkungan, 1–40.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah, 1–377.

Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia. In

Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.

Mahendra, D., Jaya, I. M. M., & Lumban, A. M. R. (2019). Buku Ajar

Promosi Kesehatan. Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

Fakultas Vokasi UKI, 1–107.

Mufdillah. (2017). Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program

ASI Ekslusif. Peduli ASI Ekslusif, 0–38.

Nugraha, P., Juliansyah, E., & Pratama, R. Y. (2022). FAKTOR-FAKTOR

YANG BERHUBUNGAN KAPUAS KANAN HULU KECAMATAN

SINTANG Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang.

1(1).

Pradhana Putra, A. D., Rahardjo, M., & Joko, T. (2019). Hubungan

Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(1), 422–

429.

Purnama, S. G. (2016). Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan. Ministry

of Health of the Republic of Indonesia, 112.


55

Putri, Octavia, A., Rahman, F., Laily, N., Rahayu, A., Noor, Syahadatina,

M., Yulindasari, F., Sari, Riana, A., Dian, R., & Anhar, Yulia, V.

(2020). Air Susu Ibu ( ASI ) dan Upaya Keberhasilan Menyusui.

Rosyidah, A. N. (2019). Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap

Kejadian Diare Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02. 3(1),

10–15.

Saleh, A. A. (2018). Pengantar Psikologi (Cetakan Pe). Penerbit Aksara

Timur. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

Yakub dan Herman. (2020). Hygiene dan Sanitasi. Convention Center Di

Kota Tegal, 4(80), 4.

Yulianto, wisnu Hadi, R. J. N. (2020). Hygiene, Sanitasi Dan K3.

https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

Yusuf, P. D. A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

Penelitian Gabungan. PT Fajar Interpratama Mandiri.


56

Penentuan Kriteria Objektif

SEMUA VARIABEL PENELITIAN

Cara penentuan kriteria objektif (Skal Likert) berdasarkan jawaban

responden atas pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan

dengan nilai sebagai berikut :

1. SB : Sangat Benar Nilai 5


2. B : Benar Nilai 4
3. CB : Cukup Benar Nilai 3
4. TB : Tidak Benar Nilai 2
5. STT : Sangat Tidak Benar Nilai 1

Dari total jumlah semua item pertanyaan kemudian dicari nilai median
57

Kriteria Baik = ≥ Median

Kriteria Tidak Baik = < Median

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak/Ibu/i Responden

Di – Tempat

Dengan hormat,

Bersama ini saya yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa

Program Studi KEPERAWATAN STIKES BARAMULI Kabupaten Pinrang:

Nama : IRMASARI S SANDRIMA

Nim : B3 002 20 028


58

Akan mengadakan penelitian dengan judul ” Faktor Resiko Angka

Kejadian Diare Di Puskesmas Kota Kabupaten Tolitoli Tahun 2023 ” .

Untuk itu saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar

persetujuan dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, akan

saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan

penelitian ini.

Demikian atas perhatian dan bantuan dan kerjasama Ibu saya

ucapkan terimakasih.

Tolitoli, Januari 2023

IRMASARI S SANDRIMA

PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Dengan menandatangani lembar ini, saya :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi

responden di dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program

Studi Keperawatan STIKES BARAMULI Kabupaten Pinrang, atas nama :


59

Rahmah, dengan judul” Faktor Resiko Angka Kejadian Diare Di

Puskesmas Kota Kabupaten Tolitoli Tahun 2023” .

Demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari

pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tolitoli, 2023

Responden

( )

LEMBAR KUESIONER
A. Identitas

No. Responden :

Umur :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Pendidikan terakhir :
60

Jawablah pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan apa yang ada
ketahu dan rasakan , dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan yang
sesuai dengan pendapat anda.
Jika terjadi kesalahan pemilihan maka cukup melingkari (O) tanda silang
sebelumnya dan memberi tanda silang (X) pada pilihan yang benar.

B. Perilaku Ibu

Menurut Ibu apakah benar yang disebutkan pada item pertanyaan


dibawah ini
Keterangan
1. SB : Sangat Benar
2. B : Benar
3. CB : Cukup Benar
4. TB : Tidak Benar
5. STT : Sangat Tidak Benar

*Variabel Perilaku Ibu (X1)

No Pertanyaan Penilaiaan

SB B CB TB STB
Diare adalah suatu kondisi dimana
1
seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih) dalam satu hari)
61

Diare disebabkan oleh Infeksi


2
Diare terbagi 3 yaitu diare, akut diare
3
persisten dan diare kronik
Mencuci tangan sebelum makan
4
dapat mencegah diare
Mencuci peralatan makan dapat
5
mencegah diare
Pencegahan diare pada anak dengan
6
memasak atau merebus makanan
dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan
memanaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada anak
Jamban milik umum bisa
7
menyebabkan diare.
Gejala diare adalah anak menjadi
8
cengeng, gelisah dan suhu tubuh
meningkat
Pengobatan diare adalah dengan
9
memberikan oralit dan tetap
memberikan asi

No Pertanyaan Penilaiaan

SB B CB TB STB
munisasi dasar (campak) anak dapat
10
memberikan kekebalan tubuh anak
dari penyakit infeksi salah satunya
diare.
62

C. Hygiene ibu

Menurut Ibu / Sdr/i apakah ibu melakakukan hal yang disebutkan


dibawah ini
Keterangan
1. SS : Sangat Sering
2. S : Sering
3. CS : Cukup Sering
4. TS : Tidak Sering
5. TP : Tidak Pernah

No Pertanyaan Penilaiaan

SS S CS TS TP
Apakah saat BAB anda menggunakan
1
air bersih
Apakah saat BAB anda menggunakan
2
jamban sehat
Apakah anda mencuci tangan pakai
3
sabun setelah BAB
Apakah jamban dirumah anda sering
4
dibersihkan

No Pertanyaan Penilaiaan

SS S CS TS TP
Apakah anda mencuci tangan
5
menggunakan sabun sebelum makan
Apakah anda mencuci tangan di air
6
mengalir
Apakah anda mencuci tangan setelah
7
beraktivitas/bermain/berolahraga
63

Apakah setelah mencuci tangan anda


8
mengeringkannya dengan tissue atau
lap
Apakah anda memotong kuku secara
9
teratu
Apakah anda suka menggigit kuku
10

D. Asi Eksklusif

Menurut Ibu / Sdr/i apakah ibu melakakukan hal yang disebutkan


dibawah ini
Keterangan
1. SS : Sangat Sering
2. S : Sering
3. CS : Cukup Sering
4. TS : Tidak Sering
5. TP : Tidak Pernah

No Pertanyaan Penilaiaan

SS S CS TS TP
Apakah Anak ibu minum Asi
1
Apakah ibu hanya memberikan ASI
2
saja tanpa makanan/minuman lain
sampai saat ini?
64

Apakah ibu membersihkan puting ibu


3
sebelum menyusui?
Apakah ibu mencuci tangan sebelum
4
memberikan ASI
Apakah ibu memberikan ASI selama 6
5
bulan
Apakah anak ibu mendapatkan
6
makanan/minuman lain selain ASI
pada awal kelahirannya?
Ketika anak ibu lahir, apakah langsung
7
memberikan ASI
Apakah ibu memberikan Asi dari kedua
8
payudara ibu secara bergantian
Apakah Semua Anak ibu diberikan Asi
9
Apakah ibu memberikan makanan
10
tambahan setelah 6 Bulan

E. Kejadian Diare

Apakah Ibu / Sdr/i mengalami/ melakukan hal hal sebagai berikut


dibawah ini
Keterangan
1. SS : Sangat Sering
2. S : Sering
3. CS : Cukup Sering
4. TS : Tidak Sering
65

5. TP : Tidak Pernah

No Pertanyaan Penilaiaan

SS S CS TS TP
Apakah anak anda sering menderita
1
diare dalam 3 bula ini
Apakah anda membawa anak anda
2
kepuskesmas atau RS ketika
menderita diare
Apakah anak anda sering cengeng,
3
dan gelisah
Apakah kotoran anak anak encer
4
Apakah anak mengalami kurang nafsu
5
makan
Apakah anak anda mengalami lecet
6
pada anusnya
Apakah anak anda mengalami muntah
7
Apakah anak anda mengalami
8
penurunan berat badan
Apakah anak anda mengalami
9
dehidrasi
Apakah anak anda memberikan oralit
10
ketika anak anda diare

Anda mungkin juga menyukai