Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN DIARE DI JALAN SEI ALAS

DI SUSUN OLEH :
TRI EPIPANIAS GEA (200202061)

KELOMPOK : B PROFESI NERS

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2021

DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR...................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan penulisan............................................................................................5
C. Manfaat penulisan..........................................................................................6
D. Metode dan sistematika penulisan.................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Diare..................................................................................10
B. Tinjauan Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................16

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian......................................................................................................27
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................34
C. Rencana Tindakan Keperawatan....................................................................36
D. Implementasi Keperawatan............................................................................38
E. Evaluasi Keperawatan....................................................................................38

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian......................................................................................................44
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................45
C. Rencana Tindakan Keperawatan....................................................................46
D. Implementasi Keperawatan............................................................................47
E. Evaluasi Keperawatan....................................................................................48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan....................................................................................................50
B. Saran...............................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal adalah

kualitas pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA), kurang

berhasilnya usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor

yang harus diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi

dengan baik, maka peningkatan penyakit diare pada balita akan semakin

meningkat (Depkes, 2010).

Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak,

termasuk menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh diare. Jika

pencegahan diare tidak dilakukan dengan cepat dan berkelanjutan, maka

kemungkinan sebanyak 760.000 anak akan meninggal setiap tahunnya. Tetapi

jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah kematian

akan menurun setiap tahunnya (WHO, UNICEF, 2013).

Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar

keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di

Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama

s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. Di negara maju

diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara

3
berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta

diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.

WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan

mortalitas 3-4 juta pertahun.

Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta

penduduk setiap tahun. Di Afrika orang dewasa terserang diare infeksi 7 kali

setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan

diare 3 kali setiap tahun. Diare akut merupakan penyakit di indonesia yang masih

sangat tinggi. Dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Dari hasil riset

kesehatan dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan pada tahun 2007,

diare akut merupakan penyebab kematian bayi (31,4%) balita (25,2%).

(Tjitrosantoso, 2013).

Diare adalah buang air besar dengan tinja encer atau berair dengan frekuensi

lebih sering dari biasanya (normalnya). Sehingga orang yang mengalami diare

akan lebih sering ke toilet untuk buang air besar dengan volume feses yang lebih

banyak dari biasanya. Diare dikenal juga dengan istilah mencet. Diare Akut

adalah diare yang berlangsung kurang dari dua minggu. Sedangkan diare kronis

adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu.Diare yang onset gejalanya

tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare

yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non

infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi
dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.Penyakit Diare biasanya

berlangsung beberapa hari dan sering sembuh atau hilang tanpa pengobatan.

Akan tetapi adapula penyakit diare yang berlangsung selama berminggu-minggu

atau lebih. Atas dasar itulah penyakit diare digolongkan menjadi diare akut dan

kronis.

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat

baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena

diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF

merekomendasikan tatalaksana diare dengan Lintas Diare (Lima langkah

Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi pemberian oralit diberikan untuk

mencegah terjadinya dehidrasi dengan mengganti cairan dan elektrolit dalam

tubuh yang terbuang saat diare.Walaupun air sangat penting untuk mencegah

dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih

diutamakan oralit. Pemberian Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang

penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric

Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan

mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi

dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian

diare. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang

sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta
pengganti nutrisi yang hilang. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering

diberi ASI. Ibuatau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang cara memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus

membawa kembali balita ke petugas kesehatan. (Ikasari, 2012).

Di Indonesia, setiap tahun sekitar 110 juta episode diare pada orang dewasa

per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2016 jumlah kasus diare

didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita

rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia

adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan

Entamoeba histolytica. (Kemkes, 2017).

Di Sulawesi tenggara, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 period

prevalence diare di Sulawesi Tenggara sebesar 7,3% dengan insiden diare pada

balita sekitar 5%. Jumlah kasus diare yang ditangani pada tahun 2017 sebanyak

39.913 kasus atau sebanyak 53,72% dari perkiraan kasus, lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 35.864 kasus (46,77% dari perkiraan

kasus). (profil dinkes Sultra, 2018).


B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penilisan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Diare di Sei alas

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan ini adalah agar penulis mampu:

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Diare

2. Mampu Merumuskan diagonasa keperawatan yang tepat pada klien

dengan gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Diare

3. Mampu Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Diare

4. Mampu Melaksanakan implementasi keperawatan pada klien dengan

gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Diare

5. Mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan

Pemenuhan Kebutuuhan Cairan Pada Pasien Diare


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Diare

1. Pengertian diare

Diare adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan atau

tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari

tujuh hari yang sebelumnya sehat. Diare adalah kehilangan cairan dan

elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih

BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair.

Menurut Ngastiyah (2005) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang

banyak dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair

dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Diare adalah buang air

besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah

padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau

200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar

encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa

disertai lendir dan darah.

2. Penyebab diare

Penyebab faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005) adalah terbagi atas 2

penyebab yaitu :
a. Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare terdiri

dari Infeksi bakteria vibrio, E. coli, salmonella campilo baster. Infeksi

virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus. Infeksi

parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica, giardia

lambia), jamur (candida aibicans).

b. Infeksi Parenteral

Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis,

broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi : Faktor Malabsobsi; karbohidrat,

lemak, protein. Faktor makanan; basi, racun, alergi. Faktor psikologis;

rasa takut dan cemas.

3. Patofisiologi diare

patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan

cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan

absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium,

potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja,

sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi

asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat

rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam

mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan

elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal


sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas

intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan

menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit

dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan

motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:

a. Gangguan Osmotik ; Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus

yangberlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

b. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam

rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus,hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul

diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :

a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)


b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)

c. Hipoglikemia

d. Gangguan sirkulasi darah

4. Gejala dan manifestasi klinik

Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :

a. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit

menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran m Vukosa kering.

c. Kram abdominal.

d. Demam.

e. Mual dan muntah.

f. Anoreksia.

g. Lemah.

h. Pucat.

i. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.

j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

5. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :

a. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi

perubahan elektrokardiogram ).

b. Hipokalsemia

c. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.


d. Hiponatremi.

e. Syok hipovalemik.

f. Asidosis

g. Dehidrasi

6. Penanganan

a. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah :

1) pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.

2) Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun

misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI.

Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena

cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.

3) Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang

mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi

oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam

rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.

4) Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping

LRO.

b. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :

1) Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan

pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan penderita.
2) Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila

menyentuh barang terinfeksi.

3) Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero

patogen dan cara mengurangi penularan.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :

a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

b. Pemeriksaan intubasi duodenum.

c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.

d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

e. Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 )

f. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga

ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan

uji retensi terhadap berbagai antibiotik.

g. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit

( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).

h. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal

ginjal.

i. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara

kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.


B. Konsep Asuhan Keperawatan Diare

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan.

Keberhasilan asuhan keperawatan tergantung pada kecermatan dan

keakuratan dalam mengenal masalah klien sehingga memberikan arah

kepada tindakan keperawatan. Dalam pengkajian data dasar yang diperlukan

meliputi :

a. Biodata

Data lengkap diri klien yang meliputi nama lengkap, umur, jenis

kelamin, kawin/belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, alamat dan penanggungjawab

b. Keluhan utama

Keluhan utama pada diare adalah berupa nyeri perut dan bab lebih dari 3

kali sehari dengan konsistensi encer, kelemahan dan letargi.

c. Riwayat kesehetan sekarang

Kondisi yang didapatkan saat pengkajian dimana diare memiliki faktor

predisposisi makan makanan yang kurang sehat, stressor yang diterima,

selain itu penyakit muncul mendadak.

d. Riwayat kesehatan masa lalu

Diare lebih dapat dipengaruhi oleh faktor kebersihan lingkungan,

kebiasaan hidup sehat dan pola makan.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Diaretidak dipegaruhi oleh faktor genetik tetapi lebih kepada pola

makan dn kebersihan makanan dalam keluarga.

f. Riwayat psikososial

Diare memunculkan ansietas, depresi, letargie dan stress adanya nyeri,

gelisah, muka layu, gerak fisik lemas, penurunan pola bicara.

g. Riwayat spiritual

Riwayat spiritual tergatung pada masing-masing kepercayaan dan

agama yang dianut oleh individu klien.

h. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum ; lemah

2) Tanda-tanda vital; suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan

dangkal, nadi cepat, tekanan darah menurun.

3) Review of sistem

a) B1 (breathing) ; sistem pernapasan dimana pemeriksaannya

meliputi inspeksi pada bentuk dada ditemukan bentuk dada

dapat terjadi tarikan dalam karena pernapasan dangkal dan

cepat Pada palpasi tidak ditemukan kelainan dinding toraks,

gerakan dinding tidak simetris dan getaran yang dirasakan tidak

merata. Pada perkusi ditemukan penurunan suara paru atau

perubahan dari resonan. Pada auskultasi ditemukan perubahan

suara napas.
b) B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah antara

lain meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan apeks

jantung karena disebabkan adanya perubahan sumbu jantung

karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut

apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi vena

jugularis pada diare kronis. Pada perkusi biasanya tetap normal

pada bunyi redup. Pada auskultasi didapatkan bunyi lemah

pada katup aorta dan katup mitral.

c) B3 (brain) ; difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher

untuk mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang

gelisah, pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat pucat

karena anemia dan kehilangan kontak mata.

d) B4 (bladder) : output urine merupakan indikasi diare yang

penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan penting

yang harus dikaji lebih lanjut penurunan produksi urine.

e) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputi

perubahan nutrisi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit,

penurunan turgor kulit jelek, kulit kering , kepucatan, muntah

dan penurunan berat badan. Frekuensi Peristaltik usus

meningkat, adanya nyeri tekan pada abdomen.

f) B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, lemas, nyeri

kepala dan sesak napas.


i. Aktifitas sehari-hari

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan,

perasaan ‘hiper’ dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam

latihan-latihan energi tinggi.

Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.

2) Sirkulasi

Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat.

Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia.

3) Integritas ego

Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran

dari melaporkan diri-sendiri sebagai gendut terus-menerus memikirkan

bentuk tubuh dan berat badan takut berat badan meningkat, harapan

diri tinggi, marah ditekan.

Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.

4) Eliminasi

Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung,

penggunaan laksatif / diuretik.

5) Makanan, cairan

Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan

normal atau meningkat.


Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor

buruk, pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut, luka

tenggorokan terus-menerus, muntah, muntah berdarah, luka gusi luas.

6) Higiene

Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan

rambut ( aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh

tanda erosi email gigi, kondisi gusi buruk

7) Neurosensori

Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis,

bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan.

8) Nyeri / kenyamanan

Gejala : Sakit kepala.

9) Keamanan

Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.

10) Interaksi sosial

Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu

dominan anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas

pribadi tak dihargai, riwayat menjadi diam, anak yang dapat bekerja

sama, masalah control isu dalam berhubungan, mengalami upaya

mendapat kekuatan.

11) Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut,

menyangkal / kehilangan minat seksual.

Tanda : Atrofi payudara, amenorea.

12) Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden

depresi keyakinan / praktik kesehatan misalnya yakin makanan

mempunyai terlalu banyak kalori, penggunaan makanan sehat.

2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put

yang berlebihan dengan intake yang kurang

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB

3. Intervensi keperawatan

Tabel. 1. Rencana intervensi keperawatan

Dignosa keperawatan NOC NIC

Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan Bowel management

cairan dan elektrolit perawatan selama 3 x 24 1. Kaji status dehidrasi :

berhubungan dengan out jam, klien diharapkan mata, tugor kulit dan

put yang berlebihan dapat memenuhi NOC : membran mukosa.

Bowel elimination 2. Kaji pemasukan dan

pengeluaran cairan
Hydration 3. Pemeriksaan

laboratorium sesuai

Kriteria hasil : program : elektrolit,

 Frekuensi bab dalam Hb, Ph, dan albumin.

batas normal 4. Observasi dan catat

frekuensi defekasi,
 Nyeri perut tidak ada
karakteristik dan
 Peristaltik dalam batas
jumlah
normal
5. Dorong diet tinggi
 Konsistensi stool
serat dalam batasan
padat
diet, dengan masukan
 Turgor kulit
cairan sedang sesuai

diet yang dibuat

Medication

management

1. Kolaborasi dengan tim

medis dalam

pemberian obat anti

diare dan antibiotik

2. Pantau efektifitas
medikasi

3. Edukasi pasien dan

keluarga dalam

ketepatan medikasi

Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan Nutrition management

dari kebutuhan perawatan selama 3 x 24

berhubungan dengan jam, klien diharapkan 1. Timbang BB tiap hari


muntah dapat memenuhi NOC : 2. Monitor intake dan out

put makanan dan

Nutritional status : food minuman

and flud intake 3. Hindari makanan

buah-buahan dan

Kriteria hasil : hindari diet

tinggi serat.
 Intake makanan per
4. Berikan makanan
oral dihabiskan
tinggi kalori dan
 Intake minuman cukup
protein

5. Lakukan kebersihan

mulut setiap habis

makan

6. Batasi masukan lemak

sesuai indikasi
7. Kolaborasi dengan

ahli gizi

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan Fever treatment

dengan proses infeksi perawatan selama 3 x 24

jam, klien diharapkan 1. Berikan kompres air

dapat memenuhi NOC : hangat

2. Anjurkan pasien dan

Thermoregulation keluarga untuk

memberikan banyak

Kriteria hasil : minum

 Temperatur kulit 3. Anjurkan pasien dan


keluarga untuk
dalam rentang normal
memberikan pakaian
 Suhu tubuh dalam
tipis, longgar dan
batas normal
menyerap keringat
 Sakit kepala tidak ada
4. Kolaborasi dengan tim
 Kram otot tidak ada
medis dalam
 Perubahan warna kulit
pemberian anti piretik
tidak ada
5. Observasi vital sign
Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan Skin Care : topikal

berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 treatment

sering BAB jam, klien diharapkan 1. Kaji kerusakan kulit

dapat memenuhi NOC : atau iritasi setiap BAB

2. Anjurkan pasien

Tissue integrity : skin memakai pakaian

and mucosa membrane yang tidak ketat

3. Jaga kebersihan kulit

Kriteria hasil : agar tetap bersih dan

 Elastisitas kulit dalam kering

rentang normal 4. Kolaborasi pemberian

 Kulit lecet tidak ada anti alergi topikal

 Rasa perih tidak ada 5. Anjurkan klien dan

 Warna kulit tidak keluarga

berubah menggunakan kain

lembut saat

mengeringkan

bokong

6. Ajarkan selalu cuci

tangan sebelum dan

sesudah mengganti
Pakaian

7. Observasi keadaan

kulit
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Ny. C

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 25 Tahun

Pekerjaan :-

Status perkawinan :Belum kawin

Agama : Islam

Alamat : jln. Sei alas

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Klien merasa lemas, mual muntah dan bab cair lebih dari 5 kali, faktor

pencetusnya klien tidak tahu secara pasti, klien sudah meminum entrostop

untuk meringankan tetapi tidak ada perubahan.


b. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan sebelumnya klien mengalami mual muntah, bab cair

lebih dari 5 kali sehari sejak sore, karena kondisi klien sudah lemah oleh

keluarga langsung dibawa ke puskesmas. Klien sebelumnya pernah

menderita penyakit yang sama setahun yang lalu dan dirawat di

puskesmas.

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien pernah dirawat dengan penyakit lain yaitu sakit tifus pada bulan maret

2021 dan dirawat di rumah sakit selama 4 hari, klien tidak memiliki riwayat

alergi.

4. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum lemah, tanda-tanda vital; TD: 120/80 mmHg, Nadi

88x/menit, suhu 36,20C, pernapasan 22x/menit, berat badan 58 kg. Sebelum

sakit 59 kg

a. B1 (breathing) ; sistem pernapasan dimana pemeriksaannya meliputi

inspeksi pada bentuk dada ditemukan bentuk dada normal, pernapasan

cepat, Pada palpasi tidak ada kelainan dinding toraks, gerakan dinding

dada simetris. Pada perkusi dada sonor. Pada auskultasi tidak ada suara

napas tambahan.
b. B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah antara lain

meliputi; pada pemeriksaan inspeksi tidak ada perubahan apeks jantung

denyut jantung cepat, Pada perkusi kesan redup. Pada auskultasi

frekuensi bunyi jantung cepat.

c. B3 (brain) ; pada pemeriksaan kepala simetris, rambut hitam tidak ada

nyeri tekan, pada leher tidak ada distensi vena, ekspresi wajah yang

gelisah dan lemas. konjungtiva pucat.

d. B4 (bladder) : output urine 4-5 kali/permenit.

e. B5 (Bowel) : selama sakit pasien hanya makan 2-3 sendok makanan

yang disajikan dari puskesmas, pasien merasa mual dan muntah, nafsu

makan menurun, kepucatan, frekuensi peristaltik usus> 10 x/menit, ada

nyeri tekan pada abdomen.

f. B6 (Bone) : ekstermitas atas kiri terbatas karena, lemas, pusinng, turgor

kulit jelek, kulit kering.

5. Pola aktifitas sehari sehari

a. Aktifitas/istirahat : pola aktifitas / tidur

Sebelum sakit klien tudur selama 8-9 jam perhari, setelah sakit klien

tidak dapat nyenyak tidur sering terbangun karena nyeri perut dan diare.

Klien tidak dapat beraktifitas bebas karena lemas dan pusing.


b. Nutrisi : makan/minum

Sebelum sakit pola makan klien dengan mnu seimbang frekuensi makan

3 kali perhari diselingi makanan ringan, setelah sakit klien hanya dapat

menghabiskan 2-3 sendok makanan per sajian. Klien mual dan muntah

setiap kali makan. Frekuensi minum klien sebelum sakit 8 gelas sehari

atau 2000 cc perhari setelah sakit klien hanya minum 4-5 gelas perhari.

c. Eliminasi : bab/bak

Sebelum sakit frekuensi bab 1 kali per hari dengan konsistensi lunak,

setelah sakit klien bab dengan frekuensi > 5 kali perhari dengan

konsistensi cair. Frekuensi bak 3-4 kali perhari, warna kekuningan.

d. Perawatan diri ; mandi, gosok gigi/ cuci rambut

Sebelum sakit klien mandi 2 kali sehari, ganti baju dua kali sehari,

gosok gigi dua kali sehari dan keramas seminggu sekali, setelah sakit

klien jarang mandi


B. Analisa Data

Tabel.2. Analisa data

No. Data Etiologi Masalah

1 DS : Output Gangguan

 Klien mengatakan mual dan berlebihan keseimbangan

muntah cairan dan elektrolit

 Klien mengatakan bab > 5 kali

sehari dengan konsistensi cair

DO :

 Turgor kulit jelek dan kulit

kering

 Mukosa bibir kering

 Klien tampak lemas

 Feses konsistensi cair

DS: Intake tidak Pemenuhan nutrisi

 Klien mengatakan mual dan adequat kurang dari

muntah kebutuhan tubuh

 Klien mengatakan hanya

menghabiskan 2-3 sendok


makanan yang disajikan

 Klien mengatakan nafsu

makan menurun

DO:

 Klien tampak lemas

 Wajah tampak pucat dan

gelisah

 Konjungtiva anemis

 BB menurun dari 59 kg

menjadi 58 kg setelah sakit

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d output berlebihan d.d klien

mengatakan mual dan muntah, klien mengatakan bab > 5 kali sehari dengan

konsistensi cair, turgor kulit jelek dan kulit kering, mukosa bibir kering, klien

tampak lemas, feses konsistensi cair.

2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adequat d.d

klien mengatakan mual dan muntah, klien mengatakan hanya menghabiskan

2-3 sendok makanan yang disajikan, klien mengatakan nafsu makan menurun,
klien tampak lemas, wajah tampak pucat dan gelisah dan konjungtiva anemis,

BB menurun dari 59 kg menjadi 58 kg setelah sakit.


D. Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel. 3. Intervensi Keperawatan

No. Dignosa keperawatan NOC NIC

1. Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan perawatan


1. Kaji status dehidrasi : mata, tugor kulit dan
cairan dan elektrolit b.d output selama 3 x 24 jam, klien
membran mukosa.
berlebihan d.d klien diharapkan dapat memenuhi
2. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
mengatakan mual dan muntah, NOC :
3. Observasi dan catat frekuensi defekasi,
klien mengatakan bab > 5 kali
karakteristik dan jumlah
sehari dengan konsistensi cair,
4. Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet,
turgor kulit jelek dan kulit
dengan masukan cairan sedang sesuai diet
kering, mukosa bibir kering, Kriteria hasil :
yang dibuat
klien tampak lemas, feses  Frekuensi bab dalam

konsistensi cair. batas normal

 Nyeri perut tidak ada

32
 Peristaltik dalam batas

normal

 Konsistensi stool padat


6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
 Turgor kulit baik
pemberian obat anti diare dan antibiotik

7. Pantau efektifitas medikasi

8. Edukasi pasien dan keluarga dalam

ketepatan medikasi

2 Pemenuhan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan perawatan

kebutuhan tubuh b.d intake selama 3 x 24 jam, klien 1. Kaji intake makanan dan minuman

tidak adequat d.d klien diharapkan dapat memenuhi 2. Monitor intake dan out put makanan dan

mengatakan mual dan muntah, NOC : minuman

klien mengatakan hanya 3. Berikan makanan tinggi kalori dan protein

4. Lakukan kebersihan mulut setiap habis


menghabiskan 2-3 sendok

makanan yang disajikan, klien


mengatakan nafsu makan Makan

menurun, klien tampak lemas, Kriteria hasil : 5. Batasi masukan lemak sesuai indikasi

wajah tampak pucat dan  Intake makanan per oral 6. Kolaborasi dengan ahli gizi

gelisah dan konjungtiva dihabiskan 7. Monitor Berat Badan

anemis, BB menurun dari 59  Intake minuman cukup

kg menjadi 58 kg setelah sakit

E. Implementasi Keperawatan

Tabel. 4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No.dx Hari/tanggal Implementasi Hari/tanggal Evaluasi (catatan

perkembangan)

1. 25 juni 2021 1. Mengkaji status dehidrasi : mata, turgor 25 juni 2021 S:

kulit dan membran mukosa. Jam 14.00 Klien mengatakan minum 4


Hasil : konjungtiva mata anemis, turgor gelas sehari

kulit jelek, membran mukosa pucat Klien mengatakan bab

2. Mengkaji pemasukan dan pengeluaran berkurang hanya 3 kali dalam

cairan sehari
Hasil : minum 4 gelas perhari, output bab O:
5 kali perhari Klien masih tampak lemas
3. Mengobservasi dan mencatat frekuensi
Turgor kulit masih jelek
defekasi, karakteristik dan jumlah
Mukosa kering
Hasil: bab 5 kali konsistensi cair
Klien dan keluarga memahami
4. Mendorong diet serat dalam batasan diet,
proses medikasi

A:

Masalah belum teratasi

P:

Intervensi di lanjutkan
dengan masukan cairan sedang sesuai diet

yang dibuat

6. Memantau efektifitas medikasi

Hasil : rentang waktu bab lebih panjang

7. Mengedukasi pasien dan keluarga dalam

ketepatan medikasi

Hasil : pasien dan keluarga memahami

2 25 juni 2021 1. Mengkaji intake makanan dan minuman 25 juni 2021 S:

2. Memonitor intake dan out put makanan Klien mengatakan mual dan

dan minuman muntah berkurang


3. Memberikan makanan tinggi kalori dan Klien mengatakan
Protein menghabiskan ½ porsi

4. Menganjurkan klien membersihkan mulut / makanan yang disajikan

menggosok gigi setiap habis makan O:


5. Membatasi masukan lemak sesuai indikasi Klien masih tampak lemas
6. Kolaborasi dengan ahli gizi Konjungtiva masih anemis
7. Menimbang berat badan
BB : 58 kg
8. Kolaborasi pemberian anti emetik
A:
Hasil: pemberian ranitidin injeksi
Masalah belum teratasi

P:

Intervensi di lanjutkan

1. 26 juni 2021 1. Mengkaji status dehidrasi : mata, tugor S:

kulit dan membran mukosa. Klien mengatakan minum 5

2. Mengkaji pemasukan dan pengeluaran gelas sehari

cairan Klien mengatakan bab


4. Mengobservasi danmencatat frekuensi berkurang hanya 2 kali dalam

defekasi, karakteristik dan jumlah sehari

5. Mendorongdiet serat dalam batasan diet, O:

dengan masukan cairan sedang sesuai diet Klien sudah tampak membaik

yang dibuat Turgor kulit baik


6. Memantau efektifitas medikasi Mukosa berwarna merah muda
7. Mengedukasi pasien dan keluarga dalam Klien dan keluarga bersedia
ketepatan medikasi mengikuti anjuran medikasi

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi selesai

2 26 juni 2021 1. Memonitor intake dan out put makanan 26 juni 2021 S:
14.00 dan minuman Jam 17.00 Klien mengatakan sudah tidak

2. Memberikan makanan tinggi kalori dan mual dan muntah

protein Klien mengatakan


3. Menganjurkan klien menggosok gigi setiap menghabiskan porsi makanan
habis makan yang disajikan
4. Membatasi masukan lemak sesuai indikasi
O:
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
Klien masih tampak membaik
6. Memberikan anti emetik ranitidin injeksi
Konjungtiva merah muda
7. Menimbang berat badan
Mukosa lembab

BB: 58,2 Kg

Analisis

Masalah teratasi

Planning

Intervensi selesai
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan pengambilan data oleh perawat dengan

ditandai pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus dan sebagai

keputusan profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang

dikumpulkan. Pengumpulan data bersumber dari pasien maupun keluarga dengan

mekanisme wawancara, pemeriksaan fisik, observasi rumah keluarga dan

fasilitasnya serta pengalaman anggota keluarga yang dilaporkan. (padila,2012).

Berdasarkan anamnesa pasien dan pemeriksaan fisik Ny. C didapatkan

keluhan antara lain BAB lebih dari 5 kali dalam sehari, mual muntah dan lemas

selain itu didapatkan juga turgr kulit jelek dan kulit kering. Penulis ini sesuai

dengan pernyataan menurut Ngastiyah (2005) bahwa diare adalah BAB dengan

jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau

setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi lebih dari 3 kali per hari.

40
Gejala yang umum terjadi pada penderita diare menurut Suriadi (2001) antara

lain : Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda dan

gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata

cekung, membran mukosa kering, kram abdominal, demam, mual dan muntah,

anoreksia, lemah, pucat, perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat, menurun

atau tidak ada pengeluaran urin.

Penulis mendapatkan data bahwa pasien mengeluh kurang nafsu makan, ,

klien tampak lemas, perubahan denyut nadi, mual dan muntah, rasa nyeri tekan

pada abdomen, mukosa mulut kering, wajah pucat dan ditemukan tanda dehidrasi

ringan.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klienNy. C dengan masalah diare

adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

1. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output

yang berlebihan

2. pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang tidak adequat

Diagnosa pertama yang menjadi prioritas pada penelitian ini adalah

Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output

yang berlebihan, dimana diagnosa tersebut sesuai dengan teori dimana tanda dan

gejala atau respon tubuh yang mengalami diare menurut Suriadi (2001) antara

lain : Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda dan
gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata

cekung, membran mukosa kering, kram abdominal, demam, mual dan muntah

merupakan keluhan yang sering muncul.

Diagnosa kedua yaitu pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dimana

penderita diare mengalami mual dan muntah, juga anoreksia atau kurang nafsu

makan. Diagnosa tersebut sesuai dengan teori Smeltzer (2001), bahwa

peningkatan peristaltik akan menganggu ambilan nutrient. Hal ini mengakibatkan

adanya penurunan nafsu makan atau kehilangan nafsu makan.

C. Rencana Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana tindakan

mengkaji tau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau

secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan

masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan

kesehatan dan (Colaboration) yaitu tindakan kerjasama dengan tim kesehatan

lain yang dilimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada perawat.

D. Implementasi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari intervensi

keperawatan yaang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,

2005). Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana asuhan

keperawatan sebagai tindakan pemecah masalah keperawatan dimana penulis

membuat rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian

menetapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan tindakan yang

tepat.
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses

keperawatan yang menandakannseberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi perawat

untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,

perencanaan, dan pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam, 2010).

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan yaitu

keseimbangan cairan dan elektolit dan pemenuhan nutrisi dan dievaluasi pada hari

kamis tanggal 26 juni 2021 dengan hasil masalah pemenuhan cairan dan nutrisi

teratasi dimana pada data subyektif pasien dan keluarga mengatakan frrekuensi

BAB 1 kali sehari dan data obyektif keadaan umum pasien baik, ekspresi

wajah pasien nampak rileks, klien Nampak tenang,Tekanan darah: 110/70

mmHg, Nadi: 80 kali/menit, Pernafasan: 20 kali/menit, Suhu: 36OC.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu: Asuhan keperawatan pada

pasien diare dapat dilakukan dengan penanganan cairan dan nutrisi dengan cara

terapi mandiri perawat, non farmakologis, kolaboratif dan health education.

Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu:

1. Pengkajian didapatkan data BAB lebih dari 5 kali dalam sehari, mual

muntah dan lemas selain itu didapatkan juga turgor kulit jelek dan kulit

kering

2. Diagnosa keperawatan yangdi ambil dalam penanganan diare pada keluarga

yaitu ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan pemenuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh.

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan NIC NOC

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 2 hari dengan menggunakan

teknik terapi tindakan mandiri perawat, non farmakologis, kolaboratif dan

health education. sehingga membantu mengatasi masalah ketidak

seimbangan cairan dan elektrolit dan pemenuhan cairan dan nutrisi.


5. Evaluasi keperawatan didapatkan masalah keperawatan teratasi. dimana

hasil evluasi menunjukan pada hari kedua frekuensi bab 2 kali, turgor kulit

baik mual muntah berkurang dan konjungiva sudah merah muda,

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan keluarga dengan pasien diare penulis menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien dan keluarga agar memperhatikan makanan dan minuman yang

dikonsumsi anggota keluarga baik di rumah maupun diluar rumah serta

resiko infeksi bakteri.

2. Bagi Penulis

Hasil studi kasus ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kreativitas serta referensi pembelajaran untuk menambah

pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada

keluarga dengan pasien diare.

47
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Cahyono, Dwi Anton Budi dan Dyah Andari. 2010. Mudah dan Hemat Hidup
Sehat.Solo : Pustaka Arafah.

Depkes RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta.

Depkes RI, 2010, Hasil evaluasi program pemberantasan penyakit diare, Direktorat
PPLPDepkes, Jakarta.

Depkes. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. edisi 2011. Depkes RI.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Ikasari, 2012. Evaluasi P2M dan Update Knowledge Penatalaksanaan Diare. Bantul.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta, EGC.

Mubarak. Irwan, 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan pertama.
Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Nanda Internasional. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:


EGC. Salemba Medika
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai