Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

PENELITIAN
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT DIARE
PADA
ANAK BALITA
PROPOSAL
PENELITIAN
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT DIARE
PADA
ANAK BALITA
PROPOSAL
PENELITIAN
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT DIARE
PADA
ANAK BALITA PROPOSAL PENELITIAN

PENYAKIT DIARE PADA ANAK BALITA DI DESA


BATUMORA LOMBOK TIMUR

OLEH :
LIA SEPTI MARTIANA (221FI0005)

PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Perumusan Masalah ....................................................................2
C. Tujuan penelitian.........................................................................2
D. Manfaat penelitian.......................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Pengertian Diare .........................................................................4
B. Bahaya diare pada balita.............................................................4
C. Gejala diare.................................................................................5
D. Dampak diare pada balita...........................................................5
E. Penyebab diare ...........................................................................6
F. Pencegahan Diare........................................................................7
G. Peran Masyarakat terhadap diare................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................8
B. Saran............................................................................................8
Daftar Pustaka.......................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang


dan akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Menurut World
Health Organization (WHO), diare merupakan penyebab utama dari mortalitas dan
morbiditas di Negara berkembang. Diare merupakan penyebab nomor satu kematian
terutama pada balita di seluruh dunia (Ridwan, 2005). Selain itu, UNICEF
memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu balita di dunia yang meninggal karena
diare (Ridwan,2005). Di Indonesia, diare merupakan pembunuh balita nomor dua
setelah ISPA dan 10.000 balita meninggal karena diare setiap tahun (Depkes, 2013).

Diare merupakan keadaan dimana seseorang buang air dengan feses encer dan
frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Bila penderita diare terlalu banyak, maka hal ini
dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan balita. Diare mempunyai
konotasi yang sangat mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan
warga masyarakat. Hal ini karena bila tidak diobati dengan segera, maka penderita
bisa saja meninggal karena kehilangan banyak cairan.(Adisasmito, 2011).

Nusa Tenggara Barat merupakan daerah dengan angka kejadian diare yang relatif
tinggi menurut riskesdas tahun 2015 – 2016, jumlah angka kejadian diare pada tahun
2015 mencapai 86.70% sedangkan pada tahun 2016 angka kejadian diare mencapai
90.77% (Depkes RI, 2016). Data selanjutnya menunjukkan, pada tahun 2016 angka
kejadian diare di Nusa Tenggara Barat mencapai 92.92% 2 (Riskesdas, 2017). Data
selanjutnya pada tahun 2017, Nusa Tenggara Barat menempati urutan pertama untuk
kasus diare dengan jumlah kasus mencapa 96.94% (Depkes RI, 2017)

Pilihan utama mengupayakan kesembuhan dari suatu penyakit, antara lain


adalah dengan berobat ke pusat pelayanan kesehatan atau mengobati diri sendiri
(Atmoko dan Kurniawati, 2009). Pengobatan sendiri atau yang biasa disebut dengan
swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat dalam
mengatasi gejala penyakit sebelum mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan
(Atmoko dan Kurniawati, 2009). Hasil sensus dari Dinas Kesehatan RI pada tahun
2009 mencatat bahwa 66% orang sakit di Indonesia melakukan swamedikasi untuk
mengatasi penyakitnya (Kertajaya dkk, 2011). Prevalensi swamedikasi yang
dilakukan oleh penduduk Nusa Tenggara Barat baik di perkotaan maupun pedesaan
mencapai 88,64% (Riskesdas, 2018).

Menurut data pendahuluan yang telah dilakukan, didapatkan data melalui


wawancara terhadap 10 orang Ibu yang pernah memiliki balita yang terkena diare
terkait langkah yang utama yang dilakukan oleh Ibu ketika mengalami hal tersebut.
Hasil wawancara yang didapatkan bahwa 4 dari 10 Ibu mengerti mengenai
swamedikasi diare pada balita. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu dalam swamedikasi diare
untuk menangani gejala awal diare pada balita.

B. Perumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan Ibu yang
mempunyai bayi atau balita mengenai diare pada balita di desa batumora Kecamatan
sikur Kabupaten Lombok Timur ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Ibu yang
mempunyai bayi atau balita mengenai swamedikasi diare pada balita di desa Lendang Nangka
Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur.

D. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

1. Bagi pengembangan pendidikan dalam ilmu kesehatan terutama bidang


pengobatan diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pengetahuan
masyarakat dalam diare.
2. Bagi peneliti, yang diharapkan adalah membantu untuk mengubah pola pikir
masyarakat mengenai diare.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai diare juga mengubah kebiasaan masyarakat dalam memilih obat
alternatif yang tidak sesuai.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diare

Diare adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh terganggunya


pencernaan, ditandai dengan buang air besar encer sebanyak 3 kali atau lebih dalam
satu hari. Feses yang keluar bisa berupa lembek atau sangat berair. Jenis gangguan
pencernaan satu ini merupakan masalah kesehatan yang paling umum terjadi. Di
Indonesia sendiri, jumlah kasus diare adalah sekitar 7,2 juta jiwa (menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019). Di samping itu, diare adalah
masalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Walau banyak
kejadian diare tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya, diare adalah
kondisi yang dapat mengganggu penderitanya dan bisa menyebabkan komplikasi
penyakit tertentu. Maka dari itu, masalah diare tetap harus ditangani sesegera
mungkin.
Penyebab diare berbeda-beda. Adapun penjelasan dari diare berdasarkan lama
waktu kejadiannya adalah sebagai berikut.

1. Diare Akut
Diare akut merupakan jenis gangguan pencernaan yang terjadi secara tiba-tiba
dengan durasi berlangsungnya selama 3 sampai 7 hari.Umumnya, penyebab diare akut
karena adanya infeksi virus atau bakteri di saluran cerna. Infeksi virus atau bakteri
tersebut bisa terjadi karena adanya kontaminasi pada makanan atau minuman yang
dikonsumsi oleh penderita diare tersebut.

2. Diare Persisten
Kondisi diare persisten ditandai dengan buang air encer dan sering, lebih dari
3 kali dalam 24 jam, yang berlangsung selama lebih dari 2 minggu, namun kurang
dari 4 minggu. Diare persisten umumnya disebabkan oleh patogen yang berbeda
dengan penyebab diare akut.
3. Diare Kronis

Durasi dari diare kronis berlangsung selama 4 minggu atau bahkan lebih. Biasanya,
diare kronis disebabkan oleh infeksi kronis, alergi (seperti pada lactose intolerance),
pengaruh konsumsi obat-obatan tertentu, hingga kondisi medis. Beberapa kondisi medis
yang mengakibatkan diare kronis adalah Crohn’s disease, iritasi usus besar (IBS), dan
lain sebagainya.

B. Bahaya Diare Pada Balita

Dibandingkan orang tua, anak lebih rentan mengalami dehidrasi (kekurangan


cairan). Jika tidak segera ditangani, dehidrasi berat bisa sampai menyebabkan
penurunan kesadaran, kejang, bahkan kematian. Sebagian orang tua sudah waspada
sehingga segera ke IGD ketika anaknya diare, tetapi sebagian lainnya masih tidak
mengerti bahwa anak sudah jatuh dalam kondisi dehidrasi berat dan butuh
penanganan di IGD.
Penyebab terbanyak kematian pada anak dengan diare adalah akibat dehidrasi,
oleh sebab itu orangtua perlu memperhatikan tanda bahaya pada anak yang sedang
mengalami diare, yakni:

 Mata menjadi cekung Air


 mata tidak keluar saat menangis
 Frekuensi buang air kecil (BAK) jarang,
 urin sedikit dan berwarna pekat
 Anak tampak kehausan, bisa tampak rakus saat diberi minum
 Anak sangat lemas
 Jika kondisi sudah semakin berat maka anak tidak bisa makan dan minum

C. Gejala Diare

Hampir semua orang mungkin pernah menderita diare. WHO mendefinisikan bahwa
diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya, tiga
kali atau lebih dalam satu hari.
Perlu diketahui jika menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut,
dan jika lebih dari 14 hari, sudah dipastikan penderita mengalami diare kronis/persisten.
Selain itu ada 3 derajat dehidrasi diare yang tak kalah pentingnya untuk diketahui;

1. Diare Tanpa Dehidrasi, ciri-cirinya jika pada Balita, ia tetap aktif, memiliki keinginan
untuk minum seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kembali segera. Namun,
Balita akan kehilangan cairan <5% dari berat badan.
2. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang, biasanya Balita mengalami gelisah atau rewel, mata
cekung, rasa haus meningkat, turgor kembali lambat, dan kehilangan cairan 5-10%
dari berat badan.
3. Diare Dehidrasi Berat, ditandai dengan lesu/lunglai, mata cekung, malas minum,
turgor kembali sangat lambat > 2 detik, dan kehilangan cairan >10% dari berat badan.

Secara umum, penyebaran diare biasa terjadi melalui infeksi (kuman-kuman penyakit)
seperti bakteri, virus, dan parasite. Biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Penyebaran bisa juga terjadi karena
menurunnya daya tahan tubuh yang disebabkan kurangnya asupan ASI kepada bayi
sampai 2 tahun atau lebih. Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi
dari kuman penyakit. Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang gizi buruk akan mudah
terkena diare.

Yang paling penting soal penyebaran diare adalah tergantung pada perilaku dan faktor
lingkungan. Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor
utamanya dari kontaminasi air atau tinja yang berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat.

Selain lebih sering BAB dan mencret, diare pada anak bisa disertai dengan beberapa
gejala lain, seperti:

 Perut kembung
 Mual
 Muntah
 Kehilangan nafsu makan
 Demam
 Nyeri perut dan kram

Saat diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan sangat cepat. Ini karena
saluran cerna sulit menyerap cairan dan elektrolit. Diare yang tidak ditangani dengan baik
bisa menyebabkan dehidrasi.
Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi. Oleh karena itu,
orang tua perlu lebih waspada terhadap tanda-tanda dehidrasi pada anak, yaitu:

 Lemas
 Mata cekung
 Mulut dan bibir kering
 Tubuh terasa dingin
 Kehausan atau justru tidak mau minum sama sekali
 Jumlah urine sedikit atau warnanya kuning pekat kecokelatan
 Saat menangis, air mata hanya sedikit atau tidak ada sama sekali
 Tampak mengantuk terus-menerus.

D. Dampak Negatif Diare Pada Balita

Beberapa komplikasi bisa terjadi akibat gangguan pencernaan ini, antara lain:

 Dehidrasi ringan hingga berat.


 Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
 Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang dapat
mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
 Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama air yang
keluar saat buang air besar, yang menimbulkan tanda-tanda berupa lemas,
lumpuh, hingga kejang.
 Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.
 Dampak dari diare bagi anak akan mempengaruhi fisik (mual, muntah, sakit
perut), mental hingga berdampak pada penurunan prestasi akademik.

E. Penyebab diare pada balita

Penyebab diare anak bermacam-macam. Tetapi sebagian besar diare yang


dialami anak disebabkan oleh infeksi virus. Penyebab lain adalah infeksi bakteri dan
parasit, keracunan makanan, alergi, efek samping obat serta gangguan penyerapan
makanan. Kondisi yang dapat memicu anak mengalami infeksi ini adalah kondisi
lingkungan yang buruk, kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk,
pajanan pada sampa

F. Pencegahan Diare Pada Balita

Kasus diare yang menyerang anak-anak di Indonesia masih cukup tinggi. Jadi,
sebagai langkah atau upaya pencegahan diare pada anak, berikut adalah beberapa
pencegahan yang bisa dilakukan:

 Mengajarkan anak agar terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
setelah memegang benda kotor, dan setelah buang air kecil atau air besar.

 Pemberian vaksin rotavirus untuk anak sebanyak 3 dosis pada usia 2, 3, dan 4
bulan.

 Memastikan makanan dan cairan yang dikonsumsi anak sudah matang dan terjaga
kebersihannya.

 Mencukupi kebutuhan ASI eksklusif pada anak, setidaknya hingga berusia dua
tahun agar daya tahan tubuhnya kuat.

 Memberikan makanan sehat dengan gizi seimbang serta bermanfaat bagi


kesehatan sistem pencernaannya.
Untuk mengatasi penyakit diare, berikut tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa
dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare;

1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.


2. Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi sampai diare berhenti.
3. Memberikan obat Zinc yang tersedia di apotek, Puskesmas, dan rumah sakit.
Diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti.
Zinc dapat mengurangi parahnya diare, mengurangi dursi dan mencegah berulangnya
diare 2 sampai 3 bulan ke depan.
4. Memberikan cairan rumah tangga, seperti sayur, kuah sup, dan air mineral.
5. Segera membawa Balita diare ke sarana kesehatan.
6. Pemberian makanan sesuai umur :
7. Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari (pagi, siang, maupun malam hari). Jangan berikan makanan atau minuman
lain selain ASI.
8. Bayi berusia 6-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, mulai memberikan Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, dan pisang.
9. Balita umur 9 sampai 12 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan MP ASI lebih padat
dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi, tambahkan
telur/ayam/ikan/tempe/wortel/kacang hijau.
10. Balita umur 12 sampai 24 bulan: teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga
secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.
11. Balita umur 2 tahun lebih: berikan makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3-1/2
porsi makan orang dewasa. Berikan pula makanan selingan kaya gizi 2x sehari di
antara waktu makan.

G. Peran Masyarakat terhadap lingkungan

Masih tingginya angka kejadian diare bisa menimbulkan beberapa faktor,


antara lain penyimpanan air yang buruk, tempat pembuangan sampah yang tidak baik,
tidak mengolah air di rumah, kekurangan suplai air, air yang kurang mendidih saat
proses pemasakan, sanitasi yang buruk, makanan yang tidak bersih, perilaku cuci
tangan yang buruk, usia yang muda, dan pengetahuan ibu tentang diare rendah.

Air merupakan salah satu tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri,
kontaminasi akan sangat gampang terjadi jika sanitasi dan higienitas air tidak
diperhatikan. Pemakaian sumber air yang tidak tepat akan meningkatkan risiko
terjadinnya diare.

Selain sumber air yang bersih, wadah/tempat penyimpanan air setelah proses
pemasakan juga perlu diperhatikan. Penelitian yang dilakukan di Desa Batumora ,
Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur menunjukkan bahwa 91,6% anak yang
ibunya berperilaku tidak bersih yaitu tidak menutup minum dalam wadah yang
tertutup mengalami diare, sedangkan pada anak yang ibunya menyimpan air minum
dalam wadah yang tidak tertutup, 33% anak yang menderita diare. Oleh karena itu
Masyarakat harus tetap menjaga kebersihan rumah dan selalu menutup rapat tempat
minum dan makan secara benar.

Perilaku mencuci tangan merupakan salah satu dari prinsip hidup sehat dan
bersih. Perilaku mencuci tangan tidak akan menjadi suatu kebiasaan apabila tidak
dilakukan sejak dini (10). Perilaku mencuci tangan dapat dilakukan setelah buang air
besar (BAB), sebelum makan, dan persiapan atau mengolah makanan. Selain mencuci
tangan, kebersihan tangan juga dapat dilihat dari kebersihan kuku yaitu dengan
memotong/memendekkan kuku serta membersihkan kotoran yang ada. Pertumbuhan
kuku dalam satu minggu rata rata mencapai 0,5-1,5 mm. Salah satu kebiasaan yang
sering dilakukan anak adalah menggigit kuku. Menjaga agar kuku tetap pendek dan
bersih merupakan hal yang paling penting untuk menjaga personal hygiene sebab
kuku bisa menjadi media untuk pertumbuhan bakteri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Diare adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh terganggunya


pencernaan, ditandai dengan buang air besar encer sebanyak 3 kali atau lebih dalam
satu hari. Feses yang keluar bisa berupa lembek atau sangat berair. Jenis gangguan
pencernaan satu ini merupakan masalah kesehatan yang paling umum terjadi. Di
Indonesia sendiri, jumlah kasus diare adalah sekitar 7,2 juta jiwa (menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019). Di samping itu, diare adalah
masalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Walau banyak
kejadian diare tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya, diare adalah
kondisi yang dapat mengganggu penderitanya dan bisa menyebabkan komplikasi
penyakit tertentu. Maka dari itu, masalah diare tetap harus ditangani sesegera
mungkin.

Penyebab terbanyak kematian pada anak dengan diare adalah akibat dehidrasi,
oleh sebab itu orangtua perlu memperhatikan tanda bahaya pada anak yang sedang
mengalami diare, yakni:

 Mata menjadi cekung Air


 mata tidak keluar saat menangis
 Frekuensi buang air kecil (BAK) jarang,
 urin sedikit dan berwarna pekat
 Anak tampak kehausan, bisa tampak rakus saat diberi minum
 Anak sangat lemas
 Jika kondisi sudah semakin berat maka anak tidak bisa makan dan minum
Kasus diare yang menyerang anak-anak di Indonesia masih cukup tinggi. Jadi,
sebagai langkah atau upaya pencegahan diare pada anak, berikut adalah beberapa
pencegahan yang bisa dilakukan:

 Mengajarkan anak agar terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
setelah memegang benda kotor, dan setelah buang air kecil atau air besar.

 Pemberian vaksin rotavirus untuk anak sebanyak 3 dosis pada usia 2, 3, dan 4
bulan.

 Memastikan makanan dan cairan yang dikonsumsi anak sudah matang dan terjaga
kebersihannya.

 Mencukupi kebutuhan ASI eksklusif pada anak, setidaknya hingga berusia dua
tahun agar daya tahan tubuhnya kuat.

 Memberikan makanan sehat dengan gizi seimbang serta bermanfaat bagi


kesehatan sistem pencernaannya.

B. Saran

Untuk Masyarakat lingkungan setempat agar lebih memperhatikan kondisi


lingkungan setempat , serta tetap mengadakan gontong royong 1 minggu sekali untuk
membersihkan seluruh tempat di lingkungan mulai dari rumah ke rumah, selokan
tempat pembuangan air.

Pemerintah setempat lebih peduli terhadap masyarakatnya untuk memfasilitasi


Masyarakat tempat mencuci tangan dan tempat membuang sampah. Tetap
menerapkan Masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan,
DAFTAR PUSTAKA

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/493/hal-penting-tentang-diare-pada-anak-yang-
patut-orangtua-ketahui.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/tips-sehat/20170403/4620310/kenali-diare-anak-dan-
cara-pencegahannya/.

Anda mungkin juga menyukai