Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN SEMINAR KASUS KEPERAWATAN

PADA Tn. HS DENGAN DIARE AKUT DI RUANG KASUARI

Disusun Oleh
:TIM KASUARI

RSUD BALI MANDARA


PROVINSI BALI TAHUN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkatNya
kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada Tn. HS dengan Diare Akut di Ruang
Kasuari dengan baik.
Dengan asuhan keperawatan ini diharapkan peserta seminar asuhan keperawatan ini dapat
memahami Asuhan Keperawatan pada Tn. HS dengan Diare Akut di Ruang Kasuari dengan
benar. Ucapan terimakasih kepada komite keperawatan yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk belajar menyusun Asuhan Keperawatan Tn. HS dengan Diare Akut di Ruang
Kasuari ini. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi seluruh perawat di RSUD Bali
Mandara Provinsi Bali. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik sangat kami harapkan
guna meningkatkan penyusunan dan pelaksanaan asuhan keperawatan selanjutnya.

Tim Kasuari
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................... …………………………1

B. Tujuan…………………………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Penyakit………………………………………………3

1. Definisi .................................................... …………………………….3


2. Etiologi ........................................................................................... .......3

3. Patofiologi ............................................................................................. 4

4. Manifestasi Klinis..................................................................................5

5. Penunjang/Diagnosis ............................................................................ 6

6. Penatalaksanan Medis ........................................................................... 6

7. Penatalaksanaan ................................................................................... 6

8. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................7

9. Pengkajian ............................................................................................. 7

10. Diagnosa Keperawatan........................................................................11

11. Intervensi Keperawatan.......................................................................11

12. Implementasi Keperawatan................................................................14

13. Evaluasi Keperawatan.........................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan.........................................................................15

B. Analisa Data dan Rumusan Masalah......................................................19

C. Diagnosa Keperawatan............................................................................20
D. Intervensi Keperawatan.........................................................................21
E. Implementasi Keperawatan...................................................................21
F. Evaluasi Keperawatan...........................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………….25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………..26

B. Saran .................................................................... …………………………26

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………27
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit
potensial KLB seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks,
rabies, campak, pertusis, maupun ancaman penyakit – penyakit new emerging dan re-
emerging. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak dipantau dan dikendalikan maka akan
mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan menyebabkan KLB yang lebih besar atau
bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya (Kemenkes, 2021).
Penyakit diare termasuk penyakit masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar
Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini penyakit
diare atau juga sering disebut Gastroenteritis, masih merupakan masalah kesehatan utama
setiap orang di negara-negara berkembang termasuk masyarakat di Indonesia, karena
kurangnya pemahaman dan penyuluhan tentang penyebab diare. Melihat kondisi negara
Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan,
penyakit diare masih menjadi penyakit yang sering menyerang masyarakat Indonesia. Hal
ini dikarenakan masyarakat kita yang masih belum menyadari akan pentingnya sarana air
bersih (Nursalam, 2005).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu
milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu 411 penderita per
1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada
negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi
masih menjadi masalah.
Berdasarkan data Badan Statistik Provinsi Bali angka kejadian diare di Provinsi Bali
tahun 2020 mencapai 65.440 dan khususnya di kota Denpasar angka kejadian diare
sebanyak 11.689 dimana angka ini tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Bali.
Berdasarkan studi observasi yang dilakukan oleh peneliti, di RSUD Bali Mandara di
ruang perawatan rawat inap dalam 3 bulan terakhir (Januari-Maret 2023) terdapat 46 kasus
pasien dengan diare (Gastroenteritis) dengan trend kasus yang mengalami peningkatan di
setiap bulannya. Penyakit diare juga termasuk ke dalam 24 diagnosa penyakit yang harus
dilaporkan dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon) untuk mencegah kejadian
KLB. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan studi kasus Asuhan
Keperawatan pada Tn. HS dengan Diare Akut.

1
B. TUJUAN
Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan studi kasus Asuhan Keperawatan pada Tn. HS dengan Diare
akut yang dirawat di ruang Kasuari RSUD Bali Mandara.
b. Tujuan Khusus
a. Mengkaji Pasien dengan Diare akut
b. Menegakkan Diagnosis Keperawatan pada Pasien dengan Diare akut
c. Menyusun Perencanaan Keperawatan pada Pasien dengan Diare akut
d. Melaksanakan Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Diare akut
e. Mengevaluasi Pasien dengan Diare akut

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI PENYAKIT


1. Definisi
Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
buang air besar dari biasanya disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi
tinja dari penderita yang bersangkutan (Depkes RI, 2002).
Pengertian diare secara operasional adalah buang air besar lembek/ cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya lebih 3 kali
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari (Depkes RI, 2002).
Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari
dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan kronis.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,keenceran serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah ( Alimul H, 2006).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen, yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( > 3 kali / hari ) disertai perubahan
konsistensi tinja ( menjadi cair ),diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender
dan darah.
2. Etiologi
Etiologi diare menurut Brunner & Suddart ( 2014) :
a. Faktor Infeksi
Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio Kholera), Virus (Enterovirus), Parasit
(cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor Parentral
Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab
diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak
dan protein.
d. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
e. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi
dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

3
f. Medikasi tertentu
Formula untuk pemberian makan melalui selang, gangguan metabolism dan endokrin,
deficit sfingter anal, sindrom Zollinger – Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi
usus.
3. Patofisiologi
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan
masuknya minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi
yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak.
Penularannya adalah transmisis orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk,
Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktifitas
seksual. Faktor penentu terjadinyan diare akut adalah faktor penyebab (agen) dan faktor
pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap
mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna,
seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan
mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya
penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut
membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
1. Bakteri noninvansif (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak
merusak mukosa. Toksin menigkatkan kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan
sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation,
natrium dan kalium. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V. Cholera,
Enterotoksigenik E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. Aureus, dan Vibriononglutinabel.
2. Bakteri enteroinvansifi
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang
termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B. S.
Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringens tipe
C

4
A. Pathway

Makanan Psikologi
Infeksi

Berkembang di usus Toksik tak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air & Hiperperistaltik Malabsorbsi KH, Lemak,


elektrolit Protein

Penyerapan makanan
Isi usus diusus menurun Meningkatkan tekanan osmotik

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi Abdomen

Hilang cairan & Kerusakan integritas Mual muntah


elektrolit berlebihan kulit perianal
Nafsu makan menurun

Resiko keseimbangan Asidosis Ketidakseimbangan


elektrolit metabolik nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Sesak
Dehidrasi

Gangguan pertukaran gas

Hipovolemia Resiko syok ( hipovolemia)


hipovolemia

4. Manifestasi Klinis
Menurut UCSF Medical Center (2017), gejala klinis diare umumnya berbeda-
beda berdasarkan mikroorganisme penyebabnya. Biasanya diare yang disebabkan oleh
infeksi bakteri menunjukkan gejala klinis seperti nyeri abdomen, demam, mual, muntah,
dan bisa terlihat tinja yang berdarah. Sedangkan pada diare yang disebabkan oleh virus
dan parasit mempunyai kesamaan gejala klinis dengan diare akibat infeksi bakteri,
hanya tidak dijumpai tinja yang berdarah.
Menurut Widoyono (2011) tanda dan gejala diare dibedakan menjadi dua yaitu
sebagai berikut :
a. Gejala umum
1) Berak cair atau lembek dan sering (gejala khas diare)

5
2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroentritis akut
3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan
gelisah
b. Gejala spesifik
1) Vibrio Cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis
2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah
5. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
Laboratorium

a. Darah Lengkap
b. Feses Lengkap
c. Feses Kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
d. Serum Elektrolit : Hiponatremi, hipernatremi, hipokalemia
e. AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pCO2 meningkat, HCO3
menurun )
f. Faal Ginjal : UC meningkat ( GGA)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1). Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan.
a). Jenis cairan
(1) Oral : air, oralit
(2) Parenteral : cairan isotonik
b). Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
c). Jalan masuk atau cairan pemeberian
(1) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL, dan glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
d). Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama,selajutnya dilakukan penilaian kembali
status hidrasi untuk menghitung keburtuhan cairan.
(1) Identifikasi penyebab diare
(2) Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti
mortilitas dan sekresi usus, antimetik.
b. Penatalaksanaan keperawatan

6
1). Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sesuai kebutuhan cairan pasien. Cairan mengandung elektrolit,
seperti oralit. Bila tidak ada boralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan 1 jumput
garam dapur. Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan
cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (ataspersetujuan dokter). Yang penting
diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama
karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.
2). Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui kebutuhan
sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh
dapat dihitung dengan
(a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse
yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu
memantaunya.
(b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,
encer atau sudah berubah konsistensinya.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data dari sumber
primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data
dianalisis sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
a. Identitas Klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir, suku/bangsa,
status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal datang ke rumah
sakit, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1) Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan dari singkatan-
singkatan atau istilah medis terkait diare akut
2) Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien sehingga klien
datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang dialami oleh penderita diare akut
yaitu mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologis penyakit yang diderita saat ini mulai dari awal hingga di bawa ke RS.
Bab warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja,
konsistensi cair,frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran 3 -5 hari ( diare

7
akut ), atau lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan ), dan lebih dari 14 hari (
diare kronis ). Riwayat mengkonsumsi makanan sebelumnya.

4) Riwayat Kesehatan Terdahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau kortiko streroid


jangka panjang ( perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA, Campak.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada atau tidaknya penyakit keturunan, seperti hipertensi, kanker, diabetes
mellitus, riwayat merokok
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
- Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan kesejahteraan klien.
Contohnya menjelaskan pada saat klien sakit apa klien lakukan memilih berobat
dengan meminum obat yang dibeli di warung atau ke klinik terdekat.
2). Nutrisi dan Metabolik
Nafsu makan menurun, anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.
3). Pola Eliminasi
Ada masalah pada pola eliminasi, yaitu pola bab yang lebih dari 3 kali,
karakteristik feses yang dikeluarkan. Karakteristik tersebut meliputi frekuensi,
jumlah, warna, bau,terdapat lender/darah. Selain itu terdapat penurunan
frekuensi kencing atau tidak.
4). Pola Aktivitas dan Latihan
Mengkaji kemampuan perawatan diri,makan / minum, mandi, toileting,
berpakaian,berpindah dan mobilisasi ditempat tidur dan ambulasi ROM masih
dilakukan secara mandiri
5). Pola Intirahat dan Tidur
Lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur/istirahat karena mudah
mengalami kelelahan dikarenakan sering kali harus bolak-balik kamar mandi
untuk bab.
6). Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Mengkaji perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, depresi, menarik diri,
mudah tersinggung, takut dan marah
7). Pola Peran dan Hubungan Sesama
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan
lingkungan sekitar berjalan dengan baik. Apa yang menjadi peran klien
dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekonomi klien
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan sosial

8
8). Pola Seksualitas dan Reproduksi
- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat
melakukan hubungan seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
- Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya
perdarahan.
9). Pola Koping
Pasien yang berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahanan tubuh yang
sangat rendah. Dalam pengkajian didapatkan tidak ada masalah.
10). Kognitif Perseptual.
Tidak ada masalah pada status mental pasien
11). Nilai dan Kepercayaan
- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi
kehidupannya
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang
penting dalam kehidupan klien

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Vital Sign : TD, Suhu, Nadi, RR
3) Kesadaran
4) Keadaan Umum : Nyeri pada abdomen, Status Gizi, Sikap, Personal Hygiene,
Orientasi waktu/tempat/orang
1. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala : bentuk, ada tidaknya luka/lesi.
b. Rambut : warna, distribusi dan ada tidaknya kelainan
c. Mata : ketajaman pengeliatan,sclera,konjuntiva tidak anemis,pupil, dan
ada tidaknya kelainan, mata cekung.
d. Hidung : penciuman normal atau ada gangguan, adanya secret /darah
/polip,ada tidaknya tarikan cuping hidung
e. Telinga : bentuk telinga,kelainan telinga seperti tuli,kerusakan dan
tinnitus,apakah menggunakan alat bantu dengar, ada tidaknya secret/ cairan/
darah, bau dan warnanya
f. Mulut dan Gigi : bibir lembab, kering, cianosis atau pecah-pecah. Pada
pasien diare bibir dapat tampak kering apabila asupan cairan kurang.
Apakah ada lesi atau stomatitis pada mulut dan tenggorokan.
g. Leher : ada tidaknya pembesaran tyroid, lesi, teraba atau tidak nadi
karotis, dan apakah ada pembesaran limfoid
h. Thorax :
9
 Jantung : frekuensi nadi, kekuatan, dan irama apakah teratur atau tidak.
 Paru – paru : frekuensi nafas, kualitas,apakah suara nafas vesikuler
ronchi atau wheezing, apakah ada batuk atau tidak, dan apakah ada
sumbatan jalan nafas akibat sputum, lender, darah dan ludah
 Retraksi dada : apakah ada retraksi dada ?
 Inspeksi,
Pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis (-), adakah
pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
 Palpasi,
Suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat
karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga
cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
 Perkusi,
Normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare
akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7
dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke
4,5 dan 8.
 Auskultasi,
Pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi
jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan
darah.
i. Abdomen :
 Peristaltik usus apakah ada, atau mengalami peningkatan
 Kembung atau tidak
 Nyeri tekan ada atau tidak dan pada kuadran mana ?
 Ascites apakah ada atau tidak?
 Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam
sehari, adakah bau, disertai lendir atau darah. Kontur permukaan kulit
menurun, retraksi (-) dan kesimetrisan abdomen.
 Perkusi,
Mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak
membesar suara tymphani.
 Palpasi,
Adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien
tidak teraba.
 Auskultasi,
Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus
meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
j. Genetalia : apakah ada pimosis, alat bantu atau kelainan

10
k. Kulit : difokuskan pengkajian pada turgor kulit sebagai penanda
dehidrasi apakah elastic atau kering, ada tidaknya laserasi, luka atau memar
l. Ekstremitas : kekuatan otot, ROM, ada tidaknya hemiplegic / parese,
akral apakah hangat atau dingin, Capillary Reffil Time ( CRT < 3 detik atau
> 3 detik ), ada tidaknya edema pada ekstremitas.
m. Data pemeriksaan fisik tambahan :-
n. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium atau rontgen
o. Terapi Medik : terapi, dosis, fungsi terapi dan cara pemakaian
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus diare akut yaitu (Sub
Komite Mutu Keperawatan, 2022) :
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus ditandai dengan
defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam, feses cair, frekuensi peristaltic meningkat,
bising usus hiperaktif, nyeri abdomen
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, hematokrit meningkat
3. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit d/d diare
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
a. Diare
Tujuan : Eliminasi fekal membaik (L.04033)
Hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Konsistensi feses membaik
3. Frekuensi BAB membaik
4. Peristaltik usus membaik
5. Distensi abdomen menurun
6. Nyeri abdomen menurun
7. Mual muntah menurun
8. Nafsu makan meningkat

Intervensi :
Manajemen diare (I.03101)
Observasi
1. Identifikasi penyebab diare

11
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
4. Monitor tanda dan gejala hypovolemia (takikardi,nadi teraba lemah,TD
menurun,turgor kulit menurun,mukosa mulut kering,CRT lebih dari 3 detik,BB
menurun)
5. Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral(seperti larutan gula garam,oralit,pedialyt)
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan mengandung gas, pedas danmengandung
laktosa,tinggi serat
3. Anjurkan melanjutkan pemberian asi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas misalnya loperamid,lopenoxilat
2. Kolaborasi pemberian obat antipasmodic/spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
4. Kolabaorasi pemberian obat ansietas
Pemantauan Cairan (I.03101)
1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor intake dan output cairan
3. Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan bila tidak ada kontraindikasi
b. Hipovolemi
Tujuan : Status cairan membaik diberi kode L.03028
Hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Output urin meningkat
3. Membran mukosa lembab meningkat
4. Ortopnea menurun
5. Dispnea menurun
6. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun
7. Edema anasarka menurun
8. Edema perifer menurun
9. Frekuensi nadi membaik
10. Tekanan darah membaik
11. Turgor kulit membaik
12. Jugular venous pressure membaik

12
13. Hemoglobin membaik
14. Hematokrit membaik
Intervensi :
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Observasi
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus,
lemah)
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified Trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah

c. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit


Tujuan : Keseimbangan elektrolit meningkat L.03021
Hasil :
1. Serum natrium membaik
2. Serum kalium membaik
3. Serum klorida membaik
Intervensi :
Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Observasi
 Monitor kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
 Monitor kadar elektrolit serum
 Monitor mual, muntah, diare
 Monitor kehilangan cairan, jika perlu
 Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis: kelemahan otot, interval QT memanjang,
gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang U, kelelahan, parestesia,
penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas usus menurun, pusing, depresi
pernapasan)
 Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis: disorientasi, otot berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran)

13
 Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka rangsang, tanda Chvostek [spasme otot
wajah] dan tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT memanjang)
 Monitor tanda dan gejala hypomagnesemia (mis: depresi pernapasan, apatis, tanda
Chvostek, tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan
oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan
kesehatan (Ali 2016)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang
bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Pengkajian
1) Anamnesa
Identitas
Nama : Tn. HS
No Rekam Medis : 01.10.89
Tanggal lahir : 26 Maret 1985
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Tukad Balian,Gang Wirasatya
Agama : Kristen
Suku bangsa : Indonesia
MRS : 05/04/2023
2) Diagnosa Medis : Diare akut
b. Alasan MRS
a. Keluhan Utama
Diare lebih dari 10 x sejak tanggal 4/4/2023
b. Riwayat Kesehatan saat ini
Pasien datang dengan keluhan diare lebih dari 10x sejak tadi sore tanggal
4/4/2023, keluhan diare setelah pasien makan tempe basi. BAB berwarna kuning
dan berlendir, tidak ada darah, pasien mengeluh mual, nyeri dan perih di ulu
hati, perut kembung dan mulas-mulas, sakit kepala , makan dan minum
menurun, lemas, tidak ada muntah. Pasien sempat datang ke IGD RSBM tgl
4/4/2023 pukul 20.30, setelah diobservasi selama 1 jam pasien diperbolehkan
pulang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
d. Riwayat Alergi
Tidak ada
e. Riwayat Operasi
Tidak ada
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
3) Pemeriksaan fisik
No Pemeriksaan Umum Klien
1 Keadaan Umum Ku: Lemah

15
2 Kesadaran Kes : Compos mentis
GCS E4V5M6
3 Tanda-tanda Vital TD: 119/75mmhg
N : 73 x/mnt
S : 36,10c
RR : 18 x/mnt
SPO2 : 99% RA
4 Nutrisi dan Cairan Sebelum sakit pasien biasa makan 2-3x /
hari, habis 1 porsi lauk bervariasi. Saat
ini di RS pasien makan habis setengah
porsi, pola minum sebelum sakit pasien
minum habis 6-8 gelas (±2000 cc ),
selama sakit pasien minum air putih
habis ±4 gelas ( ± 1000 cc )/ hari.
Berat badan : 60kg
5 Eliminasi Sebelum sakit BAB 1x/hari, konsistensi
lembek, warna kuning, bau khas feses,
tidak ada masalah eliminasi, tidak
mengkonsumsi obat pencahar
Saat ini pasien BAB sebanyak 6-7x
selama di rawat di ruangan, konsistensi
cair, berlendir, warna kuning, tidak ada
darah.
6 Istirahat Tidur Sebelum sakit pasien biasa tidur 6-8jam/
hari (22.00-06.00), namun sejak diare
pasien istirahat tidur terganggu karena
nyeri perut dan sering BAB
7 Aktivitas Sebelum sakit pasien biasa melakukan
aktivitasnya bekerja , selama sakit pasien
tidak dapat melakukan aktivitas
kesehariannya
8 Pemeriksaan Fisik Head
To Toe
Kulit Kulit bersih, akral hangat, turgor kulit
kembali dalam 2 detik
Kepala Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe
dan tidak ada lesi. Penyebaran rambut
merata berwarna hitam, rambut tidak
mudah patah, tidak bercabang
Mata Mata lengkap, simetris kanan dan kiri,
kornea mata jernih kanan dan kiri.

16
Konjungtiva tidak anemis dan sklera
tidak ikterik. Kelopak mata atau
palpebral tidak ada pembengkakan.
Adanya reflek cahaya pada pupil dan
bentuk isokor kanan dan kiri, iris kanan
kiri berwarna hitam, tidak ada kelainan
Hidung Mukosa hidung lembab, tidak ada secret,
ketajaman penciuman normal, tidak ada
alat bantu, tidak ada epistakis
Mulut Mukosa mulut lembab, bibir normal,
lidahnya bersih, keadaan gigi bersih,
tidak ada kesulitan menelan
Telinga Bentuk telinga simetris kanan dan kiri.
Lubang telinga bersih, tidak ada serumen
berlebih, pendengaran berfungsi dengan
baik
Leher Kelenjar getah bening teraba, tiroid
teraba, posisi trakea letak ditengah tidak
ada kelainan
Jantung Tidak ada nyeri dada, irama jantung
regular, palpasi kuat, CRT<2detik, tidak
ada sianosis
Paru paru Bentuk dada simetris, pola pernafasan
teratur, irama teratur, jenis pernafasan
regular, suara nafas vesikuler, susunan
ruas tulang belakang normal, vocal
fremitus sama antara kanan dan kiri,
perkusi thorax sonor, tidak ada alat bantu
pernafasan, tidak ada retraksi otor bantu
nafas
Punggung Tidak ada lesi dan nyeri

Abdomen Abdomen inspeksi : simetris kanan dan kiri,


auskultasi : terdengar peristatik usus 26
x/menit, palpasi : suara tympani, perkusi :
tidak ada nyeri tekan
Genetalia Bentuk alat kelamin normal, uretra
normal, alat kelamin bersih, frekuensi
berkemih ± 2x/hari, warna kuning jernih,
bau khas urin, produksi urin ±
400cc/hari, tempat yang digunakan yaitu

17
kamar mandi, tidak ada alat bantu, dan
tidak ada masalah eliminasi urin.
Ektermitas pergerakan sendi dan tungkai (ROM)
bebas, tidak ada fraktur, tidak ada
dislokasi

4) Pemeriksaan Penunjang
a) Lab
Laboratorium ( DL, Tgl 4/04/23
Elektrolit, FL )

WBC 11.21
HB 16.1
HCT 45.3
PLT 316
Natrium 135
Kalium 3.3
FL : Warna Kuning
Konsistensi Cair
Lendir Positif
Leukosit Penuh
Eritrosit 3-5
Lemak Positif
Serat positif
5) Terapi
IVFD RL 24tpm
Levofloxacin 1x500mg iv
Metronidazole 3x500mg iv
Paracetamol 4x500mg po
Pantoprazole 2x40mg iv
Antasida 3xC1
Sucraflat 3xC1
Ondancentron 3x4mg iv
L-Bio 2x1 po
Attapulgite 2 tab @ BAB maks 8 tab/hari

18
B. ANALISA DATA DAN RUMUSAN MASALAH
1. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS : Infeksi Virus, Parasit, Diare
Bakteri,
- Pasien mengatakan diare lebih Mikroorganisme
dari 10x sejak kemarin sore
tanggal 4/4/2023, BAB berwarna
Infeksi pada sel
kuning dan berlendir, tidak ada
darah, pasien mengeluh mual,
nyeri, perih di ulu hati, perut Berkembang diusus
kembung, mulas-mulas, dan sakit
kepala
Hipersekresi air dan
DO : elektrolit
- pasien BAB sebanyak 6-7x selama
di rawat di ruangan, konsistensi Isi rongga usus
berlebihan
cair, berlendir, warna kuning,
tidak ada darah.
Diare
- pasien tampak lemas
- Peristaltik usus sebanyak 26x
/menit
- WBC : 11.21
- FL : konsistensi: cair , lendir (+),
leukosit: penuh, eritrosit : 3-5,
lemak (+), serat (+)

2 DS : Diare Resiko
- Pasien mengatakan diare lebih Ketidakseimbangan
Frekwensi BAB
dari 10x sejak kemarin sore Elektrolit
meningkat
- pasien mengeluh mual dan sakit
kepala Hilangnya cairan
dan
- nafsu makan dan minum
elektrolit berlebihan
menurun
DO : Resiko
ketidakseimbangan
- pasien tampak lemas
elektrolit
- Natrium : 135
- Kalium : 3.3

1. Rumusan Masalah
a. Diare

19
b. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diare b/d proses infeksi d/d defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam, feses cair,
frekuensi peristaltic meningkat, bising usus hiperaktif, nyeri abdomen
2. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit d/d diare
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/ Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi
tanggal Keperawatan hasil
1 Rabu, Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare (I.03101) Observasi
5/04/20 berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab diare
23 dengan : 3 x 24 jam diharapkan 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
1. Inflamasi eliminasi fekal 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
gastrointestinal membaik dan konsistensi tinja
2. Iritasi keseimbangan cairan 4. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
gastrointestinal meningkat dengan (takikardi,nadi teraba lemah,TD
3. Proses infeksi kriteria hasil : menurun,turgor kulit menurun,mukosa mulut
4. Malabsorbsi 1. Kontrol pengeluaran kering,CRT lebih dari 3 detik, BB menurun)
5. Kecemasan feses meningkat 5. Monitor jumlah pengeluaran diare
2. Konsistensis feses
6. Terpapar Terapeutik
membaik
kontaminan,toxin 3. Frekuensi defekasi 1. Berikan asupan cairan oral (seperti larutan
7. Program membaik gula garam, oralit, pedialyt)
4. Peristaltik usus
pengobatan 2. Pasang jalur intravena
membaik
8.Penyalahgunaa 3. Berikan cairan intravena
5. Distensi abdomen
an laksatif,zat 4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
menurun
9. Perubahan air lengkap dan elektrolit
6. Urgensi menurun
dan makanan 5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
7. Nyeri abdomen
10. Bakteri pada Edukasi
menurun
air 1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
8. Kram abdomen
DS secara bertahap
menurun
1. Urgency 2. Anjurkan menghindari makanan mengandung
9. Mual muntah
2. Nyeri/kram gas, pedas dan mengandung laktosa, tinggi
menurun
abdomen serat
10.Nafsu makan
DO 3. Anjurkan melanjutkan pemberian asi
meningkat
1. Defekasi lebih Kolaborasi
dari tiga kali 1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
dalam 24 jam misalnya loperamid, lopenoxilat
2. Feses lembek 2. Kolaborasi pemberian obat antipasmodic/
atau cair spasmolitik
3. Frekuensi 3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
peristaltic 4. Kolabaorasi pemberian obat ansietas
meningkat Pemantauan Cairan (I.03101)
4. Bising usus 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperraktif ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
3. Monitor frekuensi nafas

20
4. Monitor tekanan darah
5. Monitor intake dan output cairan
6. Identifikasi masalah usus dan penggunaan
obat pencahar
2 Rabu, Risiko Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit (I.03122)
5/04/20 Ketidakseimbang tindakan keperawatan 1.Identifikasi kemungkinan penyebab
23 an Elektrolit selama 3 x 24 jam, ketidakseimbangan elektrolit
(D.0037) Faktor diharapkan 2. Monitor kadar elektrolit serum
Risiko : keseimbangan 3. Monitor mual, muntah, diare
1. Ketidakseimb elektrolit meningkat 4. Monitor tanda dan gejala hipokalemia
angan cairan (L.03021) (kelemahan otot, interval QT memanjang,
(dehidrasi, Kriteria hasil : gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen
intoksikasi 1. Serum natrium ST, kelelahan, anoreksia, konstipasi, depresi
air) membaik pernapasan, dll)
2. Kelebihan 2. Serum kalium 5. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
volume cairan membaik (gelisah, mual muntah, takikardia mengarah ke
3. Gangguan 3. Serum klorida bradikardia, VF/VT, blok jantung mengarah
mekanisme membaik asistol, dll)
regulasi 4. Serum kalsium 6. Monitor tanda dan gejala hiponatremi
(diabetes dll) membaik (disorientasi, hipotensi postural, kejang, letargi,
4. Efek samping 5. Serum magnesium penurunan kesadaran)
prosedur membaik 7. Monitor tanda dan gejala hipernatremi
(pembedahan) 6. Serum fosfor (takikardi, letargi, konfusi, kejang, dll)
5. Diare membaik 8. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (peka
6. Muntah rangsang, tanda chvostek, tanda trousseau, kram
7. Disfungsi otot, dll)
ginjal 9. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (nyeri
8. Disfungsi tulang, segmen QT memendek, gelombang T
regulasi lebar, kompleks QRS lebar, interval PR
endokrin memanjang, dll)
10. Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
(depresi pernapasan, apatis, tanda chvostek,
trousseau, konfusi, disritmia, dll)
11. Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia
(depresi SSP, koma, dll)

21
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Rabu, 5/04/2023

JAM NO IMPLEMENTASI RESPON PARAF


DX
07.45 1,2 - Mengidentifikasi DS :
penyebab diare. i. Pasien mengatakan diare lebih dari
- Mengidentifikasi 10x sejak kemarin sore tanggal
riwayat pemberian 4/4/2023, keluhan diare setelah
makanan. pasien makan tempe basi. BAB
- Memonitor warna, berwarna kuning dan berlendir, tidak
volume, frekuensi, ada darah, pasien mengeluh mual,
konsistensi tinja, nyeri dan perih di ulu hati, perut
keluhan mual dan kembung dan mulas-mulas, sakit
muntah. kepala , makan dan minum menurun,
- Memonitor intake lemas, tidak ada muntah. Pagi ini
dan output cairan pasien mengatakan BAB 6-7x cair
sedikit berampas, berwarna kuning
dan berlendir, tidak ada darah. Pasien
mengatakan mual, tidak ada muntah.
ii.
iii. DO : memberikan gelas ukur kepada
keluarga pasien untuk menampung
urine. Pasien tampak lemas, mual.
08.00 1 - Menganjurkan iv. DS : Pasien mengatakan paham untuk
makanan porsi kecil makan makanan dari RS dalam porsi
dan sering secara kecil dan sering secara bertahap
bertahap v. DO : pasien tampak paham
- Menganjurkan
hanya makan
makanan yang
diberikan oleh RS
saja.
- Menganjurkan
menghindari
makanan
mengandung gas,
pedas dan
mengandung
laktosa, tinggi serat

10.00 1 Melakukan kolaborasi DS : pasien mengatakan bersedia


pemberian terapi untuk minum obat
antimotilitas vi. DO : pasien tampak sudah meminum
- Attapulgite 2 tab obat.
11.00 1,2 - Mengukur TTV dan DS : pasien mengatakan mulut terasa
memonitor tanda kering, minum air 1 gelas ± 200cc,
gejala hypovolemia, BAK 2x tadi pagi
hipokalemia dan DO :
hiponatremi TD : 137/87 mmHg, N : 68x/mnt, S :
- Menghitung intake 36,5 0C, RR : 18x/mnt, Spo2 : 98%
dan output cairan RA. Peristaltic usus : 26x /menit.
Jumlah urine 300cc terbuang.
CM : air 200cc + infuse 400cc =

22
600cc
CK : urine 300cc + iwl 150cc =
450cc
12.00 1 Melakukan kolaborasi DS : pasien mengatakan sudah
pemberian terapiminum obat dan bersedia di suntik
analgetik danDO : obat sudah diminum dan
antibiotik: disuntikkan, tidak ada reaksi alergi.
- Antasida C1 Jalur IV line tidak ada bengkak,
- Sucraflat C1 kemerahan dan tidak ada nyeri,
- Paracetamol 500mg tetesan infuse lancer.
po
- Ondancentron 4mg
iv
- Metronidazole
500mg
- Mengganti cairan
infuse RL
14.00 1,2 Melakukan operan jaga Operan jaga telah dilakukan
16.00 1,2 Mengukur TTV DS : pasien mengatakan BAB 3x cair
sedikit berampas, berwarna kuning
dan berlendir, tidak ada darah.
DO :
TD : 139/81 mmHg, N : 63x/mnt, S :
36,1 0C, RR : 18x/mnt, Spo2 : 99%
RA. Peristaltic usus : 24x/menit
17.00 1,2 Melakukan kolaborasi DS : pasien mengatakan sudah
pemberian terapi minum obat dan akan beristirahat
antimotilitas : DO : cairan infuse sudah diganti
Attapulgite 2 tab dan menetes lancar , kecepatan 24 tpm,
mengganti cairan tidak ada tanda phlebitis .
infuse RL
18.00 1,2 - Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan mual, tidak
kemungkinan ada muntah, nafsu makan menurun,
penyebab minum air 1 gelas ± 200cc, BAK 3x
ketidakseimbangan DO : pasien hanya menghabiskan ½
elektrolit porsi makanan, tampak lemas.
- Memonitor intake Jumlah urine 400cc terbuang.
dan output cairan CM : air 200cc + infuse 400cc =
600cc
CK : urine 400cc + iwl 150cc =
550cc
18.05 1 Melakukan kolaborasi DS : pasien mengatakan sudah
pemberian terapi minum obat dan bersedia di suntik
analgetik, antibiotic : DO : obat sudah diminum. obat sudah
- Paracetamol 500mg disuntikkan, tidak ada reaksi alergi.
po
- Metronidazole
500mg iv
- Pantoprazole 40mg
iv
- L-Bio 1 sachet po
20.00 1,2 Melakukan operan jaga Operan telah dilakukan
22.00 1,2 Melakukan kolaborasi DS : pasien mengatakan sudah
pemberian terapi minum obat dan bersedia di suntik

23
analgetik dan antibiotik DO : obat sudah diminum. obat sudah
: disuntikkan, tidak ada reaksi alergi.
-Parasetamol 500mg po
-Metronidazole 500 mg
iv
- ondancentron 4 mg iv
05.00 1,2 - Mengukur TTV DS : pasien mengatakan BAB 1x
- Menghitung intakeberampas, berwarna kuning dan
dan output cairan berlendir, tidak ada darah. minum air
1 botol ± 600cc, BAK 5x
DO :
TD : 122/73 mmHg, N : 69 x/mnt, S :
36,1 0C, RR : 18x/mnt, Spo2 : 98%
RA. Peristaltic usus : 20x/menit
Jumlah urine 1000cc terbuang.
CM : air 600cc + infuse 900cc =
1500cc
CK : urine 1000cc + iwl 300cc =
1300cc
BC : CM 600 + 600 + 1500 = 2700
CK 450 + 550 + 1300 = 2300
Total CM-CK = + 400cc
06.00 1,2 Melakukan kolaborasi DS : pasien tidak ada keluhan
pemberian terapi DO : obat sudah diberikan, tidak ada
analgetik : reaksi alergi, tidak ada tanda
- Paracetamol 500mg phlebitis.
po
- Ondancentron 4 mg
iv
- Pantoprazole 40mg
iv
- L-Bio 1 sachet po

24
2. EVALUASI KEPERAWATAN
TGL DX SOAP PARAF
Jumat, Diare b/d proses infeksi d/d S : Pasien mengatakan tidak ada diare, belum
7/03/23 defekasi lebih dari 3 kali BAB hari ini
14.00 dalam 24 jam, feses cair, O :
frekuensi peristaltic - Mual muntah menurun
meningkat, bising usus - Nafsu makan meningkat
hiperaktif, nyeri abdomen - Peristaltik usus membaik
- Tidak ada tanda dehidrasi
TD : 121/70 mmhg
N: 67 x/mnt
S: 36.2 0C
Rr 18 x/mnt
Spo2 99% RA
BC = + 300 cc
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Jumat, Resiko Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan tidak ada mual, tidak ada
7/03/23 elektrolit d/d diare muntah dan tidak ada diare
14.00 O:
- Pasien Nampak lebih nyaman
- Tidak ada tanda dan gejala hipokalemia dan
hiponatremia
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Laporan kasus ini membahas mengenai pasien dengan kasus diare akut. Berdasarkan
hasil pengkajian didapatkan pasien datang dengan keluhan BAB cair lebih dari 10x, keluhan
diare setelah pasien makan tempe basi. BAB berwarna kuning dan berlendir, tidak ada darah,
pasien mengeluh mual, nyeri dan perih di ulu hati, perut kembung dan mulas-mulas, sakit kepala,
makan dan minum menurun, lemas, dan tidak ada muntah , hal ini sesuai dengan gejala yang
tercantum pada kajian teori mengenai diare akut. Hasil penunjang menunjukan adanya
peningkatan nilai WBC yakni 11.21mm3, kemudian nilai kalium mengalami penurunan yakni
3.3, nilai natrium juga mengalami penurunan yakni 135 , serta hasil cek feses lengkap (FL) juga
menunjukkan terdapat lendir, konsistensi cair, terdapat leukosit penuh, serat dan lemak positif .
Hal ini juga sesuai dengan landasan teori yakni pada pasien dengan diare akut mengalami
peningkatan kadar sel darah putih karena terjadinya proses infeksi, dan dapat terjadi penurunan
serum elektrolit karena hilangnya cairan tubuh yang berlebih.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus yakni diare dan resiko
ketidakseimbangan elektrolit. Pada teori terdapat tiga diagnosa keperawatan yang dapat diangkat
yakni diare, hipovolemia, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit. Penulis tidak mengangkat
diagnosa hipovolemia sebagai masalah keperawatan karena pada kasus pasien tidak
menunjukkan tanda dan gejala hipovolemia.

26
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kasus pada pasien Tn. HS dengan Diare akut di ruang Kasuari, dapat
disumpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat kesesuaian antara kajian teori dengan tinjauan kasus pada pasien diare akut
mengenai gejala klinis yang muncul, pemeriksaan penunjang.
2. Terdapat perbedaan mengenai diagnose keperawatan yang diangkat pada tinjauan teori
dengan studi kasus, dimana pada studi kasus tidak mengangkat diagnose hipovolemia
karena pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala hipovolemia.
3. Perencanaan yang digunakan dalam kasus dirumuskan berdasarkan prioritas masalah
dengan teori yang ada, Intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan klien
dan memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan keluarga dalam kejasama. Intervensi
yang dilakukan yaitu intervensi yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi.
4. Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang sudah di buat.

B. SARAN
1. Bagi Rekan Sejawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya dilakukan sesuai dengan Panduan
Asuhan Keperawatan sebagai standar dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga
tercapainya mutu dan keselamatan pasien yang optimal. Saat studi kasus ini disusun
didapatkan bahwa di RSUD Bali Mandara belum memiliki Panduan Asuhan
Keperawatan pada pasien Diare, sehingga studi kasus ini diharapkan dapat menjadi salah
satu referensi dalam pembuatan Panduan Asuhan Keperawatan pada pasien Diare di
RSUD Bali Mandara.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Dengan hasil studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk menambah
dan memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diare menggunakan SDKI, SLKI
dan SIKI serta literatur-literatur terbaru yang sesuai dengan kasus asuhan keperawatan
yang sedang dibahas.

27

Anda mungkin juga menyukai