KEPERAWATAN
(DIARE)
disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTA KOTAMOBAGU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana Tuhan
YME telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat membuat
“RESUME GASTRITIS”. Resume ini telah saya susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin.
Dengan selesainya Resume Gastritis ini, maka saya tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih. saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan Resume Gastritis ini. Demikian Resume Gastritis ini saya mohon
kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan Resume ini.
Semoga resume ini dapat berguna untuk para pembaca.
Nadila Akontalo
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 20
ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat
menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan
mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna
(Soedjas, 2011).
World Health Organizatin (WHO) (2012), menyatakan bahwa diare
merupakan 10 penyakit penyebab utama kematian. Tahun 2012 terjadi 1,5 juta
kematian akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi
meninggal pada tahun pertama kehidupan. Kematian tersebut disebabkan
karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran preterm (14%) dan diare
(12%).
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang
menderita diare adalah kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan
nutrisi. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak
yang dirawat dengan diare, diantaranya memantau asupan dan pengeluaran
cairan. Anak yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena perlu
pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan harus diatur untuk
memberikan cairan dengan volume yang dikehendaki dalam waktu tertentu
dan lokasi pemberian infus harus dijaga (Wong, 2008). Tindakan keperawatan
yang harus dilakukan selanjutnya yaitu menimbang berat badan anak secara
akurat, memantau input dan output yang tepat dengan meneruskan pemberian
nutrisi per oral dan melakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan
laboratorium
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan disusunya resume ini adalah agar penulis maupun para
pembaca dapat lebih memahami tentang penyakit diare dan dapat
bermanfaat dalam kehidupannya.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada pasien penderita diare
diharapkan mahasiswa/I dapat mampu :
a. Melakukan pengkajian kepada pasien penderita diare
b. Merumuskan masalah keperawatan kepada klien penderita diare
c. Merancang tindakan keperawatan pada klien penderita diare
1
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diare
e. Melakukan evaluasi pada klien penderita diare
A. Pengertian
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi
buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih
encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lender (Riskesdas,2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes,2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama ≥ 14 hari.
B. Klasifikasi
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga
dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk
dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
3
sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan
kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus,
defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan
diare akut yang tidak memadai.
3) Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom
pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu
tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya
yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani
secara memadai.
4) Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak
atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses
pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan yang
tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara
normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam
fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.
C. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau
penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan
“penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat
tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa
terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
1. Faktor Infeksi
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis); jamur (Candida albicans).
d. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitis media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis,bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat
meningkatan resiko terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b. Menggunakan botol susu.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamaah makanan.
F. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya
karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya
terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan
fungsi usus dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan
adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor aktif
dalam usus akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran
cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus
sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin yang
ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan
peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang
kemudian terjadi.
G. Pathway
Diare (D.0020)
Nafsu makan
menurun
Gg Integritas Kulit
Hilang cairan &
(D.0129)
elektrolit berlebihan
Defisit Nutrisi
(D.0019)
Gangguan keseimbangan
cairan & elektro Asidosis metabolik
Sesak
Dehidrasi
I. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat
terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)Kondisi ini dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan asambasa (asidosis
metabolik), karena Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler. Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi
beberapa asam non-volatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang
akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan bersifat cepat,
teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul) (Suharyono, 2008).
a. Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita
diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah
menderita kekurangan kalori protein (KKP), karena :
Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi.
Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut
dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat,
syok, kejang sampai koma
b. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
sehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya
sering memberikan air teh saja.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran
dalam waktu yang terlalu lama.
Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
c. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka
dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok
hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya
hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita dapat meninggal.
d. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan
yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi
(Na<130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka dengan
hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline (Juffrie, 2010).
J. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau
sejenis lainnya).
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak
biasa.
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau
asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah,
2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali
setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti
oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula
garamdenan 1 gelas air matang yang agak dingindilarutkan dalam
1 sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus
muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan
melaluui sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak
dapat.dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat (RL)
atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting
diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada
jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi
dehidrasi.
2. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai
set infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infus waktu memantaunya.
Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi
makan lunak atau secara realimentasi.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 21 thn
Tempat/Tanggal Lahir : Kotamobagu, 10/09/1998
Jenia Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : mongondow
Pendidikan Terakhir : SPM
Pekerjaan :IRT
Diangnosa Medis : Tukak lambung
Tanggal masuk RS/JM : 13 july 2019 Pukul: 08:30 WITA
Tanggal Pengkajian : 14 july 2019
Penanggung Jawab
Nama : Tn. G
Usia : 30 Tahun
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan klien : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Klien mengatan diare 2 hari
b. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengatakan sudah diare, sejak 2 hari yang lalu, klien BAB
encer, dengan frekuensi 4-5 kali setiap harinya,warna dan bau khas
feses.klien sebelumnya mengonsumsi makanan pedas, klien juga
mengatakan badanya panas.
c. Riwayat penyakit Dahulu :
Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah sakit seperti in
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Klien menyatakan tidak ada penyakit keluarga
e. Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan punya alergi makan seefood dan tidak mempunyai
alergi obat-obatan
3. Hasil pemeriksaan fisik pasien dengan Tonsilitis
Pemeriksaan Data
Keadaan umum compos mentis
Kulit kulit tubuhnya berwarna sawo matang
bentuk mesochepal, rambut hitam, lurus, tebal dan
Kepala bersih. Rambut klien tidak berminyak.
4. Hasil laboratorium
1. Terapy
InfRing As
Cortidekx 3x1/3 Amp
Soclaf 2x1/3 gr
Bio GI 2X ½ Amp
Vosidon syrup 2x1/2 cth
Sanmol drop 3x 0.7 cc
2. Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. DS : - Klien mengeluh kurang Kurangnya asupan
nafsu makan
makanan Defisit Nutrisi
- Klien menngluh saat makan sakit dibagian faktorpsikologis
perut
makanannya
TD:110/70 mmHg
N :65 ×/m
R:35 ×/m
SB:36,5 ℃
2. DS: - Klien khawatir dengan kondisinya Kekurangan Ansietas
DO: - Klien tanpak cemas terpapar informasi
TD : 110/60 mmHg
N : 78 x/m
R : 26 x/m
T : 36℃s
7. Diangnosa Keperawatan
N Diagnosa Tujuan
O Keperawatan dan kriteria hasil Intervensi
(SDKI) (SIKI)
1. Defisit nutrisi b.d Tujuan : Observasi :
kurangnya asupan makan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
Faktor psikologis keperawatan selama 1 x 8
jam diharapkan deefisit 2. Identifikasi alergi dan
(D.0019)
nutrisi teratasi. intoleransi makanan
Terapeurik :
1. Fasilitasi menentukan
peduman diet
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramksn
2. Ansietas b.d Tujuan : Observasi :
kekurangan terpapar Setelah dilakukan tindakan 1. Indentifikasi saat tingkat
informasi ( D.0080 ) keperawatan selama 1 x 8
jam tidak cemas ansietas berubah
2. Identifikasi kemampuan
C. Implementasi (Penatalaksanaan)
D. Evaluasi
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) de ngan jumlah yang lebih
banyak dari biasanya ( normal 100-200 mlperjam tinja),dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pila disertai
frekuensi defekasi.penyakit diare ditimbulkan oleh makanan, minuman,virys
dan bakteri,dan juga alkohol.kuman penyakit diare di tularkan melalui air dan
makanan, tangan yang kotor.
Pencegahan diare dilakukan dengan cara: penyedian airminum yang
bersih,kebersihan perorang,cucilah tangan sebelum makan, biasakan buang air
besar pada tempatnya, tempat buang sampah yang memadai, brentas lalat agar
tidk menghingapi makanan,lingkungan hidup yang sehat yaitu degan cara
menjaga kebersihan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Jakarta selatan, Dewan Pengurus Pusat Pemersatu Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta
selatan, Dewan Pengurus Pusat Pemersatu Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta selatan, Dewan Pengurus Pusat Pemersatu Perawat Nasional
Indonesia.
https://id.scribd.com/doc/303512505/KASUS-askep-diare
https://www.slideshare.net/mobile/dianaary/makalah-diare-27563223
22
23