Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA


PYELONEPHRITIS

DISUSUN OLEH

NAMA

NIM
KELAS

MATAKULIAH.

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAIKABUBAK

T.A 2021/2022

Laporan Pendahuluan Pyelonephritis

A. Konsep Penyakit
1. PENGERTIAN
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya
akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala
lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner
& Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E.
Underwood, 2002: 668)

2.KLASIFIKASI PIELONEFRITIS DIBAGI MENJADI DUA MACAM YAITU :

Pielonefritis kronis

Pielonefritis akut

Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20%
dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke
arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri
dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal
dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.KronisPielonefritis
kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.

Pyelonefritis kronis

Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya
parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut
progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-
ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan
pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karen uterus yang
membesar.

3.PENYEBAB

1) Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumonac, Streptococus fecalis, dll).


Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.
2) Obstruksi urinaria track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat
3) Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter.
4) Kehamilan
5) Kencing manis
6) Keadaan-keadaan menurunya imunitas untuk melawan infeksi.

4.MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah.
Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat
dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya
iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat Pada
pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar-samar dan demam menjadi hilang timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali

Infeksi pada ginjal


5.PATHWAY Infeksi pada usus

Kerusakan pada Nefron ginjal


Gangguan absorbsi mineral pada usus
Diit tinggi mineral secara
berlebihan
Gangguan reabsobsi dan kebocoran ginjal
Mineral diangkut bersama
Peningkatan mineral di ginjal darah menuju seluruh tubuh
Obat-obatan (laktasif,
antasida, diuretik) Konsumsi air rendah Peningkatan konsentrasi mineral di urine Inflamasi

Terjadi pengendapan mineral menjadi Responsistemik


Penurunan cairan ke ginjal
kristal

Urine menjadi pekat Endapan kristal membentuk nucleus dan menjadi batu Pengeluaran pirogen Endogen pirogen

Tidak mendapat
Gagal ginjal akut Urolitiasis
penanganan IL 1 Meningkat

Ginjal Ureter Bladder Uretrha IL 2 Meningkat

Set point meningkat


Obstruksi Pemasangan Kateter Infeksi

Suhu tubuh meningkat


Hambatan Aliran Urine Sensasi panas saat Kencing bercampur
kencing Sepsis darah (hematuri)
Hidronefrosis Peningkatan tekanan hidrostatik Gang.
Termoregulasi
Pielonefritis
Distensi saluran Kencing sedikit/ Nyeri saat berkemih Nyeri pinggang
kemih dan menetes/ tiba-tiba
abdomen Actual/resiko tinggi
berhenti
Nyeri akut infeksi
Gangguan Retensi
Eliminasi Urine
Urine Terlihat cemas, aktif bertanya
dan menyatakan ketidak tahuan
tentang penyakit
Mula dan muntah

Kurang Pengetahuan
Resiko Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan

6.KOMPLIKASI
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum &
Sistemik J. C. E. Underwood, 2002: 669):

• Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada
area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama
pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
• Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
• Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik
6.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Whole blood
2. Urinalis
3. USG dan Radiologi
4. BUN
5. Creatinin
6. Serum electrolytes
7.PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun
2007:
 Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial
seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin
dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro)
selama 14 hari.
 Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti
oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
 Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan
ginjal secara progresif.
2. Penetalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
 Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
 Monitor Vital Sign
 Melakukan pemeriksaan fisik
 Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
 Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis
 Memantau input dan output cairan.
 Mengevaluasi hasil tes laboratrium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
 Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur
pengobatan.
9. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
 Pemeriksaan IVP
 Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas
struktur
 Cystoscopy
 Cultur urin
 Biopsi ginjal.

B. KONSEP ASKEP PIELONEFRITIS


1.PENGKAJIAN
1) Identitas Klien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran kemih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2) Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : nyeri panggul dan disuria
b. Riwayat penyakit sekarang : masuknya bakteri ke ginjal sehingga
menyebabkan infeksi
c. Riwayat penyakit dahulu : mungkin pasien pernah mengalami penyakit
seperti ini sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan
3) Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kurangnya pengetahuan
tentang pencegahaan
b. Pola istirahat dan tidur : istirahat dan tidur kadang mengalami gangguan
karena gelisah dan nyeri.
c. Pola eliminasi : kadang mengalami disuria dan sering kencing
d. Pola aktivitas : aktivitas kadang mengalami gangguan karena rasa nyeri
yang kadang datang
4) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital :
- TD : normal / meningkat
- Nadi : normal / meningkat
- Respirasi : normal / meningkat
- Temperatus : meningkat
b. Data fokus
- Inpeksi : Frekuensi miksi bertambah, lemah dan lesu, urine keruh
- Palpasi : Suhu tubuh meningkat
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.
b. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
c. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan denga infeksi pada ginjal.
d. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
2. RENCANA KEPERAWATAN
A. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal
1) Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tanda-tanda infeksi
mulai berkurang dengan hasil :
- Warna keruh urine mulai menurun
- Suhu tubuh pasien dalam batas normal 36 – 370 C
- Eliminasi urine sudah membaik
2) Intervensi:
- Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
R/ : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
- Catat karakteristik urine
R/ : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
- Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ : Untuk mencegah stasis urine.
- Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
R/ : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan
penderita.
- Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit
setiap kali kemih.
R/ : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
- Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
R/ : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang
membuat infeksi uretra.
B. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
1) Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
hipertermia teratasi dengan indikator :
- Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 370 C
- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
- Merasa nyaman
2) Intervensi :
- Pantau suhu
R/ : Tanda vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.
- Pantau suhu lingkungan
R/ : Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
- Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik
R/ : Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
C. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
1) Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
gangguan eliminasi urine dapat teratasi dengan indikator :
- Pola eliminasi dalam rentang normal 5-6 x/hari
- Warna, bau dan jumlah urine dalam rentang normal
2) Intervensi :
- Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
R/ : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui
input/out put .
- Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
R / : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika
urinaria.
- Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
R/ : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
- Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
R / : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
- Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
R/ :
- Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.

D. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.


1) Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri
akut dapat teratasi dengan indikator :
- Melaporkan perasaan nyaman
- Dapat mengurangi nyeri dengan non analgetik
- Ekspresi wajah dan perilaku tidak menunjukkan gejala nyeri
- Skala nyeri berkurang
2) Intervensi :
- Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan
nyeri.
R/ : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
- Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di
toleran.
R/ : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-
otot
- Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
R/ : Untuk membantu klien dalam berkemih
- Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri
E. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
1) Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
kurang pengetahuan dapat teratasi dengan indikator :
- Pasien tampak relaks dan perasaan cemas mulai menurun
- Pasien melaporkan stres/ cemasnya berkurang
- Pasien aktirf mencari informasi berkaitan dengan penyakit dan
pengobatan
2) Intervensi :
- Kaji tingkat kecemasan
R/ : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
R/ : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap
perawatan dan pengobatan
- Beri support pada klien
R/ : Dukungan dari pihak lain sangat membantu cepatnya proses
penyembuhan.
- Beri dorongan spiritual
R/ : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan
YME.Beri support pada klien
- Beri penjelasan tentang penyakitnya
R/ : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang
dialaminya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo.
Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E. (1999).
Enggram, Barbara. (1998).
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
http://nursingacademy2c.blogspot.co.id/2011/03/laporan-pendahuluan-pyelonephritis.html
Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999).
Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of
disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Andrson. (1995).
Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000).
Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001).
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001).

Anda mungkin juga menyukai