PENYAKIT DIARE
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit
Menular
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Kelas 3B
Zelda Octaviani (11151010000050)
Diandra Dinda (11151010000059)
M. Radhi Syakhrin (11151010000039)
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah epidemiologi penyakit menular dengan penyakit diare
sebagai pembahasannya dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih kepada dr. Toni Wandra M.Epid, P.hD selaku
Dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Diare..................................................................................... 3
B. Gambaran Klinis Penyakit Diare........................................................... 5
C. Penatalaksaan Penyakit Diare................................................................ 7
D. Pencegahan Penyakit Diare.................................................................... 8
E. Karakterisitik HAE .8
F. Rantai Infeksi Penyakit Diare....10
G. Riwayat Alamiah Penyakit Diare..12
H. Besar Masalah Penyakit diare (Insiden dan Pravalensi)........14
I. Pola Penyebaran Penyait Diare..15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................23
B. Kritik dan Saran.....................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua
morbiditas dan mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh
dunia terutama di negara-negara berkembang, jumlah nya mendekati satu
dalam lima orang, ini menyebabkan kematian pada anak-anak melebihi
AIDS dan malaria. Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita di
dunia.Tercatat 1,8 milyar orang meninggal setiap tahun karena penyakit
diare (termasuk kolera), banyak yang mendapat komplikasi seperti
malnutrisi, retardasi pertumbuhan, dan kelainan imun (World Health
Organization [WHO], 2009).1
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah dan atau lendir. Frekuensi buang air besar itulah yang dapat
menyebabkan pasien akan kehilangan banyak cairan dalam tubuhnya atau
yang sering disebut dengan dehidrasi. Kondisi ini yang memungkinkan
seseorang jika tidak dapat tertangani dengan tepat dan cepat akan
mendorongnya untuk meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan,
tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare
masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita
yang banyak dalam waktu yang singkat. Dinegara maju walaupun sudah
terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare
infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan.2 Di Amerika
100 juta orang mempunyai resiko diare akut setiap tahun, 10%
1
Ariela, Loviogra. 2014. Hubungan Perilaku Ibu dalam Higienitas Botol Susu
dengan Kejadian Diare Pada Bayi 6-12 Bulan Di Kelurahan Pasar Ambacang Wilayah Kerja
Puskesmas Ambacang Kota Padang. Universitas Andalas.
2
Zein, Umar dkk., Diare Akut disebabkan Bakteri diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf pada tanggal 10 September 2016.
3
berkonsultasi ke dokter, 250 ribu perlu perawatan dirumah sakit, dan 3
ribu meninggal terutama yang berusia lanjut.3 Sedangkan di Inggris satu
dari lima orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan satu dari enam
orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.
Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne
infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella
spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).
4
B. Tujuan
Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Epidemiologi Penyakit Menular. Adapun tujuan khusus yang ingin
dicapai dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui secara detail
akan penyakit diare. Dimulai dari pengertian, gambaran klinis, gambaran
laboratorium, penatalaksaan, pencegahan, karakterisitik HAE, rantai
infeksi, Riwayat Alamiah Penyakit, besar masalah penyakit (Insiden dan
Pravalensi) sampai dengan pola penyebaran penyait diare.
C. Manfaat
Agar dapat memberikan dan menambah wawasan baru terhadap
penyakit diare. Serta diharpakan pembaca dapat memahami penyakit diare
secara detail dan terperinci.
3
Usman Hadi, M. Vitanata, 2011, Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang,
Surabaya:Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair, h. 520
4
Zein, Umar dkk., Diare Akut disebabkan Bakteri diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf pada tanggal 10 September 2016.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 7 hari. Khusus pada neonatus yang mendapat
ASI diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering(biasanya
5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair. Diare merupakan suatu gejala dari
berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Diare perlu
dibedakan dengan gastroentritis dimana gastroentritis merupakan radang pada
lambung dan usus yang dapat menimbulkan gejala diare dengan atau tanpa
disertai muntah.
Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan menjadi Diare
akut, disentri, diare persisten dan diare yang disertai dengan malnutrisi.
(Simatupang, 2004). Diare akut adalahh diare yang berlangsung kurang dari
14 hari atau 2 minggu. Sedangkan disentri, yaitu diare yang disertai dengan
darah pada feses. Kemudian diare persisten, yaitu diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari. Dan yang terakhir diare yang disertai dengan malnutrisi
berat.
Berdasarkan waktu serangan (onset) diare dibedakan menjadi dua,
yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut berdurasi 2 mingguatau kurang,
sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu.Lebih dari 90% penyebab
diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah,
demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan,
intoksikasi, iskemia dan kondisi lain. Berbeda dengan diare akut, penyebab
diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti allergi
dan lain-lain.5
Berdasarkan faktor fisiologi diare dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
diare osmotik, sekretorik dan malabsorptif. Diare osmotik adalah dimana diare
itu terjadi disebabkan karena adanya peningkatan tekanan dan konsentrasi
5
Ibid
5
yang meningkat pada usus. Diare ini dapat terajadi ketika partikel-partikel
osmosis aktif terdapat dalam jumlah berlebihan seperti yang terjadi pada
defisiensi laktase, di lumen saluran cerna. Partikel-partikel ini menyebabkan
cairan masuk dan tertahan di lumen sehingga fluiditas tinja meningkat. Contoh
dari diare tipe ini adalah pada penderita penyakit diabetes militus. Sedangkan
diare sekretorik adalah diare yang disebabkan karena sel tubuh mengeluarkan
air sehingga volume dan konsentrasi menjadi meningkat. Penyebab dari diare
tipe ini adalah toksin bakteri Vibrio choleradan mikroorganisme tertentu
lainnya yang mendorong sekresi cairan dalam jumlah berlebihan oleh mukosa
usus halus sehingga terjadi diare hebat. Dan diare malabsorpsi adalah diare
yang disebabkan karena usus mengalami peradangan yang menyebabkan luka
sehingga hal itu mengurangi kemampuan untuk dapat menyerap air. Hal ini
dikarenakan motilitas usus halus yang berlebihan, yang disebabkan oleh iritasi
local didinding usus oleh infeksibakteri atau virus atau stress emosional.6
Diare dapat menyebabkan kematian karena pengeluaran cairan tubuh dari
adanya dehidrasi yang parah serta memberikan dampak yang merugikan saat
pertumbuhan perkembangan kognitif anak. Adapun penyebab terjadinya diare
sebagai berikut:7
Sekitar 88% kematian diare karena disebabkan air yang tidak bersih,
sanitasi yang tidak memadai, dan kebersihan yang kurang terjaga.
Rotavirus merupakan penyebab utama diare akut dan menyebabkan
sekitar 40% dari rawat inap diare pada anak di bawah 5 tahun
Kebanyakan diare menyebarmelalui tinja dari satu orang ke yang
lainnya lewat mulut. Kuman ini biasanya menyebar melalui air yang
terkontaminasi, makanan, atau benda.
Air, makanan, dan benda-benda yang terkontaminasi dengan tinja
dapat menyebar melalui banyak cara:
o Orang dan hewan buang air besar di atau dekat sumber air minum
o Air yang terkontaminasi digunakan untuk mengairi tanaman.
6
Sherwood, lauralee. 2013. Fisiologi Manusia, Jakarta: EGC h. 688
7
CDC, Diarrhea: Common Illness, Global Killer diakses dari
http://www.cdc.gov/healthywater/global/diarrhea-burden.html pada 09 September 2016
6
o Dalam menyiapkan makanan tidak mencuci tangan sebelum
memasak.
o Orang dengan tangan yang terkontaminasi menyentuh benda,
seperti gagang pintu, alat atau peralatan memasak
8
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya, Semarang: Erlangga, h.149
7
o Hipoglikemia
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya
mengalami malnutrisi. Hipoglikemia dapat menyebabkan
koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan
karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke
dalam cairan intraselular sehingga terjadi edema otak yang
mengakibatkan koma.
o Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan
output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila
pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita
sudah mengalami malnutrisi.
C. Penatalaksana Diare
Penatalaksanaan diare dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan
cairan, mencegah terjadinya gagal ginjal akut, mencegah terjadinya kegoncangan
tubuh akibat tidak seimbangnya elektrolit. Nutrisi tetap diberikan untuk
memperbaiki status kekebalan dan memenuhi kebutuhan tubuh.
Rehidrasi oral diberikan untuk mengganti cairan yang hilang, yang masih
berlangsung dan koreksi gangguan asam basa dan elektrolit. Oralit efektif untuk
sebagian besar pasien diare presisten. Pada sebagian kecil pasien, mungkin terjadi
gangguan absorpsi monosakarida (glukosa, sukrosa) sehingga diperlukan rehidrasi
secara intravena.9
Pengobatan diare pada prinsipnya adalah melakukan rehidrasi oral
terhadap cairan yang keluar melalui diare atau muntah yang terjadi saat menderita
diare. WHO telah mengembangkan pola pengobatan diare pada anak
menggunakan pola plan A, B, dan C. Pola plan A merupakan rehidrasi yang
dilakukan pada saat diare dengan atau tanpa dehidrasi ringan (dapat dilakukan
dengan rehidrasi oral). Plan B adalah rehidrasi pada penderita dengan rehidrasi
ringan sampai sedang (dapat dilakukan dengan rehidrasi oral dan atau intravena
9
Usman Hadi, M. Vitanata, 2011, Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang,
Surabaya:Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair, h. 519
8
bila dilakukan), dan plan C merupakan rehidrasi pada penderita diare dengan
rehidrasi berat (dilakukan dengan rehidrasi intavena).
Pengobatan dengan pemberian oralit dan zinc terbukti efektif dalam
menurunkan tingginya angka kematian akibat diare sampai 40 persen. Pemakaian
oralit dalam mengelola diare pada penduduk Indonesia adalah 33,3 persen. Lima
provinsi tertinggi penggunaan oralit adalah Papua (59,3%), Papua Barat (52,4%),
Nusa Tenggara Barat (52,3%), Nusa Tenggara Timur (51,5%), dan Jambi
(51,4%). Pengobatan diare dengan menggunakan zinc pada penduduk Indonesia
adalah 16,9 persen. Lima provinsi tertinggi pemakaian zinc pada pengobatan diare
adalah Riau (32,3%), Lampung (31,4%), Nusa Tenggara Barat (25,8%), Bali
(23,7%), dan Kalimantan Barat (23,3%).10
D. Pencegahan Diare11,12
Vaksinasi untuk rotavirus
Provide
o Menggunakan air bersih dengan tanda 3T, yaitu tidak berwarna tidak
berbau, dan tidak berasa
o Sanitasi yang baik dan merawat kebersihan pembuangan limbah
manusia
Promote
o Mencuci tangan dengan sabun.
o Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun untuk
mengurangi paparan air yang terkontaminasi.
o Membuang sampah pada tempatnya
Mengedukasikan ibu dan asisten rumah tangga dalam merawat anak sakit
dan kapan waktu yang tepat untuk mencari bantuan medis, memperhatikan
10
Ariela, Loviogra. 2014. Hubungan Perilaku Ibu dalam Higienitas Botol Susu dengan
Kejadian Diare Pada Bayi 6-12 Bulan Di Kelurahan Pasar Ambacang Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang Kota Padang. Universitas Andalas.
11
CDC, Diarrhea: Common Illness, Global Killer diakses dari
http://www.cdc.gov/healthywater/global/diarrhea-burden.html pada 09 September 2016
12
Sugeng Soegijanto, 2009, Penyakit Tropis Indonesia, Surabaya: Airlangga University
Press, h.18
9
status gizi anak serta mencuci bahan-bahan yang akan dimasak dengan
benar dan memasak makanan dengan benar.
E. Karakteristik HAE13
a. Faktor Pejamu (Hospes/inang) yang dapat meningkatkan insiden beberapa
penyakit dan lamanya diare. Faktor faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
Tidak memberikan ASI sampai dua tahun. ASI mengandung
antibodi yang dapat melingdungi anak terhadap berbagai kuman
penyebab diare seperti Shigella dan Vibrio cholerae.
Kurang gizi, lama dan beratnya penyakit. resiko kematian karena
diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi,
terutama pada penderita gizi buruk.
Immunodefisiensi atau immunosupresi. Keadaan ini mungkin
hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus
(seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada
penderita AIDS. Pada immunosupresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen.
Secara profesional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita
(55%)
b. Faktor Agent14
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fekal oral,
antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja atau kontak
langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan
penyeberan kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya
diare.Beberapa penyebab diare dapat dibagi menjadi :
Peradangan usus oleh
o Bakteri, seperti : Escheria coli, Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi A, B, C, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor,
13
Ibid, h.4
14
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Buku kuliah I.
Infomedika. Jakarta
10
Vibrio parahemolytius, Clostridium perferingens, Campilobacter,
Staphilococcus, Streptococcus, Coccidiosis.
o Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolyca, Giardia lambia,
Trichomonashominis isospora), cacing (Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tricura,
Vermiccularis, Taenia saginata, Taenia solium), jamur (Candida).
o Virus, seperti : Rotavirus, Farvovirus, Adenovirus, Norwalk.
Selain itu, virus hepatitis A dan hepatitis E juga dapat
menyebabkan diare melalui tinja yaitu lewat empedu masuk ke
dalam usus, ditularkan secara feco-oral (tinja ke mulut). Di negara
berkembang kebanyakan anak sekolah mengidap hepatitis A
karena penularan dari orang lain.Mereka makan makanan yang
tercemar kotoran yang mengandung VHA dan tidak dimasak
secara sempurna. Begitu pula dengan infeksi VHE cukup tinggi di
negara berkembang dengan sanitasi yang buruk, dan angka infeksi
lebih tinggi pada orang dewasa.
Hepatitis A
a. Diagnosis: penegakkan diagnosis disamping berdasarkan
gejala dan tanda klinis (kadang-kadang tidak muncul), juga
hasil pemeriksaan anti-HAV IgM serum penderita.
Pemeriksaan anti HAV IgM merupakan deteksi adanya
antibodi IgM terhadap virus hepatitis A. Antibodi ini akan
terdeteksi ketika timbul gejala, dan akan menetap selama 3-6
bulan setelah infeksi terjadi.
b. Penanganan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
Pengobatan: tidak spesifik, terutama meningkatkan daya
tahan tubuh (istirahat dan makan makanan yang bergizi),
rawat inap hanya diperlukan bila penderita tidak dapat
makan dan minum serta terjkadi dehidrasi berat.
Disinfeksi serentak terhadap bekas cairan tubuh penderita
Tidak diperlukan isolasi
11
Imunisasi pasif pada orang yang terpajan cairan tubuh
penderita
Pencatatan dan pelaporan (STP dan SIRS)
Hepatitis E
a. Diagnosis
Ditegakkan dengan ditemukannya antibodi terhadap VHE dan
RNA VHE dalam serum atau tunja penderita. Antibodi yang
bisa dideteksi saat ini adalah IgM, IgG, dan IgA.
b. Penanganan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
Pengobatan: tidak sepsifik, terutama menigkatkan daya
tahan tubuh (istirahat dan makan makanan yang bergizi).
Rawat inap hanya diperlukan bila penderita tidak dapat
makan dan minum serta terjadi dehidrasi berat.
Disinfeksi serentak bekas cairan tubuh penderita
Tidak diperlukan isolasi
Pencatatan dan pelaporan (STP dan SIRS)
Makanan
o Sindroma malaborsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
o Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri
(Clostridium bottulinus, Staphilococcus) atau bahan kimia.
o Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti susu
kaleng atau susu sapi.
o Kekurangan energi protein (KEP).
Immunodefisiensi terutama SIg A (secretory immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri/flora usus dan jamur
terutama Candida.
12
c. Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis dua
faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan
tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Sering sekali diare disebabkan oleh makanan dan minuman yang tercemar.
F. Rantai Infeksi
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti
virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fecal oral dengan
mekanisme sebagai berikut:15
1. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat
disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak
tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
15
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya, Semarang: Erlangga, h.148
13
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandung
virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka
makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.
16
Anne Ahira, Mengenal Penyebab Pencegahan Gejala dan Riwayat Alamiah Penyakit
Diare diakses dari www.anneahira.com/riwayat-alamiah-penyakit-diare.htm pada 14 September
2016
14
o Tahap penyakit Lanjut
Pada tahap ini timbul gejala- gejala:
1) Penderita kehilaangan ciaran tubuh 5-10% dari berat
badannya
2) Gelisah
3) Merasa haus yang berlebih
4) Pernafasan agak cepat
5) Denyut nadi cepat
6) Mata cekung
7) Kekenyalan kulit sedikit berkurang
8) Elastisitas kulit kembali sekitar 1-2 detik
o Tahap Akhir
Pada tahap ini timbul gejal-gejala :
1) Penderita kehilangan cairan tubuh lebih dari 10% dari berat
badannya
2) Kesadaran koma atau apatis
3) Denyut nadi sangat cepat
4) Pernafasan cepat dan dalam (Kusmaull)
5) Mata sangat cekung
17
Departemen Kesehatan, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 diakses dari
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html
pada 09 September 2016
15
pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua
umur merupakan penyebab kematian yang ke-empat (13,2%).
Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per
1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 penduduk
(Kajian Morbiditas Diare 2012).
Menurut Riskesdas 2013, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum
wawancara) berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan
insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan
period prevalence diare (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala sebesar 7%. Gambar 6.21 berikut ini menggambarkan period
prevalence diare menurut provinsi.
Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 Propinsi, 8 kabupaten
dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%).
Sedangkan pada tahun 2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang
(CFR 1,14%).
Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB diare pada tahun 2014
sebesar 1,14%. Sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan <1%. Dengan
demikian secara nasional, CFR KLB diare tidak mencapai target program.
16
I. Pola Penyebaran atau Distribusi Diare (OTW)18
Distribusi Diare berdasarkan Orang
Bila dilihat per kelompok umur insiden diare tertinggi tercatat
pada anak umur <1 tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1-4 tahun
angka insiden diare tercatat 5,1% (Riskesdas 2013). Sejalan dengan hasil
survei morbiditas diare pada tahun 2010 (Kementerian Kesehatan
[Menkes], Survei morbiditas diare tahun 2010) angka morbiditas menurut
kelompok umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu
kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29
bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur
54-59 bulan yaitu 2,06%.19
Petani/nelayan/buruh mempunyai proporsi tertinggi untuk
kelompok pekerjaan (7,1%), sedangkan jenis kelamin dan tempat tinggal
menunjukkan proporsi yang tidak jauh berbeda.
Perbedaan sifat keadaan karateristik personal/individu secara tidak
langsungdapat memberikan perbedaan pada sifat/keadaan keterpaparan
faktor resiko penyakitdiare maupun derajat resiko penyakit diare serta
reaksi individu terhadap setiapkeadaan keterpaparan, sangat berbeda dan
dipengaruhi oleh berbagai sifat karateristiktertentu. Sifat karateristik itu
antara lain: umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan,
penghasilan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya
keluarga,struktur keluarga, dan paritas.
18
Anonim, Diarediakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23245/4/Chapter%20II. pada 14
September 2016
19
Sugeng Soegijanto, 2009, Penyakit Tropis Indonesia, Surabaya: Airlangga University
Press, h.4
17
Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada
kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi
dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi
Selatan, dan Banten.
Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi
dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI
Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%) (tabel 3.4.5).
Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23
bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan
kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (6,2%)
18
DAFTAR PUSTAKA
Ariela, Loviogra. 2014. Hubungan Perilaku Ibu dalam Higienitas Botol Susu
dengan Kejadian Diare Pada Bayi 6-12 Bulan Di Kelurahan Pasar
Ambacang Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kota Padang.
Universitas Andalas.
Zein, Umar dkk., Diare Akut disebabkan Bakteri diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf pada tanggal 10
September 2016.
Hadi, Usman dan M. Vitanata. 2011.Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini &
Mendatang. Surabaya:Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.
Lauralee, Sherwood. 2013. FisiologiManusia, Jakarta: EGC
CDC. Diarrhea: Common Illness, Global Killer diakses dari
http://www.cdc.gov/healthywater/global/diarrhea-burden.html pada 09
September 2016
Widoyono. 2008.Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Semarang: Erlangga
Soegijanto, Sugeng. 2009. Penyakit Tropis Indonesia. Surabaya: Airlangga
University Press.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Buku
kuliah I. Infomedika. Jakarta
Ahira, Anne. Mengenal Penyebab Pencegahan Gejala dan Riwayat Alamiah
Penyakit Diare diakses dari www.anneahira.com/riwayat-alamiah-
penyakit-diare.htm pada 14 September 2016
Departemen Kesehatan, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 diakses dari
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
profil-kesehatan.html pada 09 September 2016
Kementrian kesehatan RI, Situasi Diare di Indonesia diakses dari
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf
pada 14 September 2016
19